Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
RS ZAHIRAH
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah buku pedoman penyusunan formularium rumah sakit RS.Zahirah ini.
Saat ini kebutuhan akan standar obat-obatan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Farmasi, buku ini akan menjadi acuan bagi dokter untuk meresepkan obat
dan acuan bagi Instalasi Farmasi dalam hal penyedia obat. Disamping itu, dalam rangka
meningkatkan mutu rumah sakit dan melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman
Penyusunan Formularium Rumah Sakit agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan
khususnya dalam hal penyediaan obat-obatan yang diberikan kepada pasien.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.
Tim Penyusun
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit semakin mahal.
Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan obat yang tidak rasional.
Dalam konteks pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis, tepat
waktu pemberian dan juga tepat harga obatnya. Pilihan ini mencakup jenis obat dan ketepatan
kondisi pasien, dosis, waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat, dan lamanya
pengobatan. Pada kenyataannya, pasien seringkali menerima obat yang kurang sesuai dengan
keadaan pasien itu sendiri sehingga pengobatan menjadi tidak efektif dan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk penyembuhannya. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka
semakin besar pulalah biaya yang harus dikeluarkan. Banyak juga kasus pasien yang mendapat
pengobatan yang tidak perlu atau penderita mendapat obat nama dagang yang sangat mahal
padahal ada obat generic yang mempunyai komposisi dan khasiat yang sama dengan nama obat
dagang tersebut. Ketidak rasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan antara lain karena
kesalahan pemilihan obat.
Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkan suatu program penggunaan obat
yang rasional di rumah sakit, guna memastikan bahwa penderita menerima perawatan yang
terbaik. Rumah sakit harus mempunyai system formularium yang meliputi kegiatan evaluasi,
penilaian dan pemilihan obat.
B. Tujuan
Umum
Sebagai pedoman dalam menyusun formularium di RS
Khusus
1. Pedoman pemilihan obat di rumah sakit
2. Memperbaiki pengelolaan obat di rumah sakit
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat
4. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
5. Meningkatkan komunikasi antar profesi kesehatan
Pedoman penyusunan formularium
Page 3
c. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah pimpinan rumah sakit, staf medic, instalasi farmasi rumah sakit, dan
KFT ( Komite Farmasi dan Terapi ).
Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat di rumah sakit dan
melakukan revisi formularium secara berkala
Bersama-sama staf medis menyusun standar terapi dan protocol penggunaan obat
Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generic bersama-sama dengan
instalasi farmasi
Menyusun dan melaksanakan program evaluasi penggunaan obat dan menyebarluaskan hasil
evaluasi kepada seluruh staf medis dan pimpinan rumah sakit
Memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit dalam pemilihan penggunaan obat
Memberikan rekomendasi tentang kebijakan dan prosedur pengelolaan obat di rumah sakit
Menyusun program edukasi yang berkaitan dengan penggunaan obat untuk tenaga
professional kesehatan di rumah sakit
D. Batasan Operasional
Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus direvisi memuat sediaan
obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf
medic rumah sakit.
Daftar obat adalah daftar produk yang telah disetujui digunakan di rumah sakit dimana daftar
obat ini adalah daftar sederhana tanpa informasi tentang tiap produk obat hanya terdiri atas
nama generic, kekuatan dan bentuk.
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medic dari suatu rumah sakit
yang bekerja melalui KFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat
dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan pasien dimana keberadaannya
sangat bermanfaat bagi rumah sakit karena rumah sakit hanya menyediakan jenis dan jumlah
Page 4
obat sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan staf medic terhadap obat dapat terakomodasi,
karena perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat di rumah sakit mengacu pada
formularium tersebut.
E. Landasan Hukum
1. Undang- undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 436/MENKES/SK/VI/93 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan Pelayanan Medik di Rumah sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1227/MENKES/SK/XI/2001 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian san Alat/Obat Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
7. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 14868/2010
tentang Pemberian Izin Operasional Tetap RSU Zahirah
Page 5
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Komite Farmasi dan Terapi
1. Tujuan KFT
Tujuan utama dari Komite Farmasi dan Terapi adalah:
a. Memberi nasehat
Komite tersebut memberikan usulan penggunaan atau membantu di dalam
merumuskan kebijakan, metode untuk evaluasi, pemilihan dan pemakaian obatobatan di rumah sakit.
b. Di bidang pendidikan
Komite tersebut memberikan usulan atau membantu di dalam merumuskan program
yang dibuat guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan professional (dokter,
perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya) akan pengetahuan yang terbaru dan
lengkap berkenaan dengan obat-obatan dan penggunaannya.
3. Struktur Organisasi
Penasehat
Ketua
: dr. Lina,SpPD
: Endah Susanti,S.si,Apt
Page 6
Bendahara
: Dewi Haryanti
: Edwina Dharmawati,S.Farm
Anggota
: Wahyu Wahidda
: Zr. Sarisa
Anggota
Anggota
: Syarifah Zurrahmah
4. Tata Kerja
KFT melakukan rapat rutin, agenda rapat harus disiapkan jauh hari sebelumnya agar
memungkinkan anggota untuk mempelajari masalah- masalah yang akan dibahas
dalam rapat.
Notulen rapat harus selalu didokumentasikan dengan baik oleh Sekretaris KFT
Usulan usulan KFT harus disampaikan kepada pimpinan rumah sakit dan Komite
Medik
Page 7
C. Manfaat formularium
Formularium yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat untuk rumah sakit. Adapun
manfaat dimaksud mencakup antara lain :
1. Meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit
2. Merupakan nahan edukasi bagi professional kesehatan tentang terapi obat yang rasional
3. Memberikan rasio manfaat-biaya yang tertinggi, bukan hanya sekedar mencari harga obat
yang termurah
4. Memudahkan professional kesehatan dalam memilih obat yang akan digunakan untuk
perawatan pasien
5. Memuat sejumlah pilihan terapi obat yang jenisnya dibatasi sehingga professional
kesehatan dapat mengetahui dan mengingat obat yang mereka gunakan secara rutin
6. IFRS dapat melakukan pengelolaan obat secara efektif dan efisien. Penghematan terjadi
karena IFRS tidak melakukan pembelian obat yang tidak perlu. Oleh karena itu, rumah
sakit mampu membeli dalam kuantitas yang lebih besar dari jenis obat yang lebih sedikit.
Apabila ada dua jenis obat yang indikasi terapinya sama, maka dipilih obat yang paling
cost effective.
Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam menjalankan peran tersebut antara lain:
1. Merekapitulasi usulan obat yang akan dibahas dalam rapat penyusunan formularium
2. Mengkaji informasi dari pustaka ilmiah yang terkait dengan obat yang diusulkan
3. Menyajikan data ketersediaan dan harga obat
4. Melakukan evaluasi terhadap usulan yang masuk
5. Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam formularium
6. Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan formularium
7. Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium
Pedoman penyusunan formularium
Page 8
Page 9
BAB III
SISTEM FORMULARIUM
A. Evaluasi penggunaan obat
Bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost effective serta
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka
Kegiatannya meliputi :
2. Pengkajian dengan mengambil data sendiri, yaitu suatu proses terus menerus, sah secara
organisasi, terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara tepat,
aman dan bermanfaat.
B. Penilaian
Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan
informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas
dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus, kelebihan
obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di dalam formularium,
uji klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan harga
dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan terdahulu. Kecuali yang memiliki
data bioekuivalensi (BE) dan/ atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM).
Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan
bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang
sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama
tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga
dan biaya pengobatan yang paling murah.
Page 10
C. Pemilihan Obat
Tahap pemilihan obat merupakan tahap yang paling sulit dalam proses penyusunan
formularium karena keputusan yang diambil memerlukan pertimbangan dari berbagai faktor :
1. Faktor Institusional (Kelembagaan)
Obat yang tercantum dalam formularium adalah obat yang sesuai dengan pola penyakit,
populasi penderita dan kebijakan lain rumah sakit.
2. Faktor Obat
Obat yang tercantum dalam formularium harus mempertimbangkan efektivitas,
keamanan, profil farmakokinetik dan farmakodinamik, ketersediaan obat dan fasilitas
untuk penyimpanan atau pembuatan, kualitas produk obat, reaksi obat yang merugikan
serta kemudahan dalam penggunaan. Produk obat telah memiliki izin edar dari
Departemen Kesehatan.
Sebelum memilih obat diperlukan adanya suatu kriteria yang digunakan oleh Tim Revisi
DOEN seperti :
1. Memiliki rasio manfaat resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita
2. Mutu terjamin termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan
fasilitas kesehatan
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita
6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung
7. Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada :
Mudah diperoleh
Page 11
Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
daripada masing-masing komponen
3. Faktor biaya
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, KFT harus mempertimbangkan biaya terapi obat
secara keseluruhan. Hal ini termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya
pemberian obat dan biaya monitoring selama penggunaan obat. Obat terpilih adalah obat
dengan biaya terapi keseluruhan yang peling rendah.
Page 12
Page 13
BAB IV
PENYUSUNAN FORMULARIUM
A. Proses Penyusunan Formularium
Proses penyusunan formularium di rumah sakit dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan di
bawah ini :
1. Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing SMF berdasarkan standar terapi atau
standar pelayanan medik
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT, jika diperlukan dapat meminta masukan
dari pakar
4. Rancangan hasil pembahasan KFT dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium
7. Susun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. Lakukan edukasi mengenai formularium kepada staf dan lakukan monitoring KFT
bertanggung jawab dalam penyusunan/revisi formularium yang dibantu secara aktif
oleh IFRS
B. Isi Formularium
Formularium berisi tiga bagian utama yaitu :
1. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
2. Daftar obat
Bagian ini merupakan inti dari formularium yang berisi informasi dari setiap obat disertai
satu atau lebih indeks untuk memudahkan penggunaan formularium. Nama obat disusun
dengan cara :
Nama obat perkelas terapi dituliskan dalam nama generic berdasarkan abjad
3. Informasi khusus
Informasi khusus tergantung pada kebutuhan masing-masing rumah sakit.
Pedoman penyusunan formularium
Page 14
Contoh :
Interaksi obat
D. Distribusi formularium
Formularium didistribusikan kepada:
1. Unit pelayanan untuk penderita rawat inap, rawat jalan, rawat darurat
2. Instalasi farmasi dan seluruh satelit/depo farmasi
3. Pimpinan rumah sakit
4. Pusat pelayanan informasi obat
5. Bagian/SMF
6. Anggota staf medic dan apoteker
7. Perpustakaan
8. Bagian pengadaan
9. Bagian lain yang dianggap perlu
Page 15
x 100%
Page 16
BAB V
PENUTUP
Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dalam menyusun
formularium yang baik.
Formularium yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi merupakan pedoman pemilihan dan
penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien dan akan mendorong penggunaan obat
yang rasional di rumah sakit. Adanya formularium di rumah sakit diharapkan dapat
menyederhanakan penyediaan obat, membatasi penggunaan obat yang tidak perlu dan
meningkatkan efisiensi biaya pengobatan.
Diharapkan dengan tersusunnya formularium di rumah sakit, akan memberikan sumbangan
terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Page 17