Você está na página 1de 16

Pendahuluan

Anak-anak merupakan makhluk paling berpotensi yang rentan dan tidak dapat mengatasi
kebutuhannya sendiri (membutuhkan orang lain). Perawatan pada anak sangat penting
diperhatikan tata caranya agar dapat memaksimalkan potensi dengan baik. Penanganan pada
anak ini perlu dilakukan edukasinya kepada pasien oleh dokter.
Untuk bayi baru lahir diperlukan beberapa pemeriksaan fisik termasuk antropomeri untuk
mengukur apakah dia dalam kondisis yang baik atau tidak. Pada kasus dinyatakan bahwa anak
tersebut dalam kondisi baru lahir dengan berat 2600 gram dan panjang badan 50 cm hal ini
harus diperhatikan apa dia dalam termasuk golongan yang perlu diperhatikan atau tidak dan
bagaimana penangannya.
Selain itu nutrisi anak harus dipantau dan diedukasikan kepada orang tuanya karena hal
ini sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Maka ada beberapa point penting
yang harus diberitakan termasuk dengan imunisasinya sendiri.

Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Ada beberapa tipe
anamnesis:1
1. Autoanamnesis: wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien
2. Aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan
pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua
keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri)
Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian terbesar data yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis (diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan
anamnesis sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yang
mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk
penatalaksanaan selanjutnya.1
Jelaslah, bahwa anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan klinis. Namun dalam kebanyakan kasus anak, aloanamnesis akan lebih sering diterapkan

dibandingkan dengan autoanamnesis; dalam hubungan ini pemeriksa harus waspada akan kemungkinan
terjadinya bias, oleh karena data tentang keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau
persepsi orangtua atau pengantar. Keadaan ini sering berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi,
kepercayaan, kebiasaan, dan faktor budaya lainnya. Suatu anamnesis yang terarah dapat mempermudah
penegakan diagnosis sesuai dengan keluhan yang dikemukakan oleh anak atau orangtua.1

Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk:1


1. Identitas pasien. Nama lengkap dan nama panggilan, umur, jenis kelamin, nama orangtua,
alamat, data orangtua (umur, pendidikan dan pekerjaan), agama dan suku bangsa.
2. Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut pergi ke
dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu,
berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
3. Riwayat penyakit. Riwayat perjalanan penyakit (lamanya keluhan berlangsung; bagaimana sifat
terjadinya gejala: apakah mendadak, perlahan-lahan, terus menerus, berupa bangkitan-bangkitan
atau serangan, hilang-timbul, apakah berhubungan dengan waktu (pagi, sore, atau malam); untuk
keluhan lokal harus dirinci lokasinya dan sifatnya: menetap, menjalar, menyebar, sifat
penyebarannya, berpindah-pindah; berat-ringannya keluhan dan perkembangannya: apakah
menetap, cenderung bertambah berat, cenderung berkurang; terdapatnya hal yang mendahului
keluhan; apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau sudah pernah sebelumnya (bila
sudah pernah, dirinci apakah intesitas dan karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara
keluhan-keluhan tersebut); apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien
yang menderita keluhan yang sama; upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
5. Riwayat kehamilan ibu. Kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal itu
dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis), apakah ibu mendapatkan

toksoid tetanus, terkena infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes
simpleks), merokok atau minum minuman keras, serta makanan ibu selama hamil.
6. Riwayat kelahiran. tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan,
ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, bedah cesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah
lahir, dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu ditanyakan
(apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lewat bulan). Berat dan panjang lahir, APGAR score
yang bisa dilihat di kartu tempat anak itu lahir, morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran
dan selama masa neonatus seperti asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan lain-lain.
7. Riwayat makanan/nutrisi. ASI, PASI, makanan tambahan, jenis dan jumlah, serta jadwal
pemberian.
8. Riwayat imunisasi
9. Riwayat tumbuh kembang. Kurva berat badan dan tinggi badan, serta kemampuan motor kasar,
motor halus, sosial-personal, dan bahasa-adaptif; perkembangan pubertas
10. Riwayat keluarga.
11. Corak reproduksi ibu. Umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah kelahiran
(paritas), jumlah persalinan termasuk aborsi.
12. Data perumahan. nuclear family atau extended family.1

Riwayat Kehamilan
Kehamilan menjadi kunci jadi perkembangan bayi itu sendiri. Umur kehamilan
menentukan perkembangan seorang janin sudah sampai tahap yang mana. Sehingga dapat
diprediksi adanya gangguan pada usia kehamilan berapa yang menggangu proses pertumbuhan
janin didalamnya.
Seperti yang terlihat dalam kasus bayi baru lahir tersebut memiliki panjang 50 cm dan
berat badan 2600 kg. Hal ini termasuk normal akan tetapi berat badan bayi tersebut cukup

mengkhawatirkan mengingat berat badan bayi yang dainggap rendah adalah dibawah dari 2500
kg.2

Tabel 1. Bagan Pertumbuhan Janin dalam Kandungan.2


Bayi dengan usia kehamilan rendah (prematur) memiliki resiko mortalitas lebih tinggi
dibandingkan bayi lainnya. Hal ini dikarenakan berat badan rendah menimbulkan dampak besar
kepada kehidupan bayi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah berat badan lahir,
maka mortalitas neonatus semakin tinggi, dan untuk setiap berat badan tertentu, semakin pendek
lama kehamilan, mortalitas semakin tinggi. 2
Resiko mortalitas neonatus tertinggi pada bayi yang beratnya kurang dari 1000 gram pada
saat lahir dan umur kehamilannya kurang dari 30 minggu. Resiko mortalitas neonatus terendah
terdapat pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-4000 gram yang umur kehamilannya 3842 minggu. 3

Gambar 1. Pengaruh Usia Kehamilan Terhadap Berat Bayi Lahir.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat badan bayi lahir serta usia kehamilan ibu
ada berbagai macam baik dari janin sendiri maupun faktor maternalnya sebagai contoh pada
bagan dibawah ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah maupun
menyebabkan terjadinya kelahiran prematur. 3

Tabel 2. Penyebab BBLR ataupun Kelahiran Premature.2

Faktor janin dapat dibedakan menjadi faktor genetik, faktor hormonal, kelahiran tunggal
atau ganda, dan faktor kelainan kongenital. Sedangkan faktor maternal mencangkut kondisi
badan (kegemukan, tinggi badan, pertambahan berat badan ibu hamil saat hamil, umur
kehamilan dan gizi atau kecanduan seperti alkohol, merokok atau obat lainnya). Faktor maternal
lainnya adalah faktor plasenta mencangkup patofisiologi inmplantasinya, bentuk serta
insertionya. 2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menunjang dari anamnesis. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi. Pemeriksaan fisik ini terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Maka beberapa hal yang harus diperiksa pada bayi
adalah: 4
1. Bunyi jantung secara auskultasi dan inspeksi melalui gerakan pada dinding dada (bayi
sebaiknya tidak menangis dalam pemeriksaan ini
2. Perut dengan palpasi dan auskultasi jika ada bentukan tidak normal.

3. Pinggul dilakukan palpasi untuk memeriksa adanya dislokasi dengan pemutaran tungkai
kaki.
4. Tangan dan lengan, kaku dan tungkai secara inspeksi untuk melihat perkembangan dan
pergerakan normalnya.
5. Punggung dan tulang punggung jika ada kelainan.
6. Mata dengan optalmoskop dan/atau lampu pena, untuk rileks normal dan kemampuan
memusatkan pandangannya, juga untuk fungsi saluran air mata.
7. Telinga dengan otoskop untuk warna, cairan dan pergerakannya,
8. Hidung dengan otoskop untuk warna, jaringan lendir, dan adanya kelainan.
9. Mulut dan tenggorok, dengan menggunakan penekan lidah yang terbuat dari kayu, untuk
melihat adanya luka, benjolan dan warnanya
10. Leher, untuk menginspeksi gerakan normalnya, ukuran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening melalui palpasi. Kelenjar getah bening akan lebih mudah teraba pada bayi dan ini
termasuk normal.
11. Bawah tangan untuk pembesaran kelenjar getah bening.
12. Palpasi bagian frontanela (bagian lunak di kepala)
13. Pernafasan dan fungsinya dengan inspeksi, pekusi dada dan punggung serta auskultasi.
14. Alat kelamin untuk melihat adanya hernia atau usus yang turun, anus untuk melihat
adanya pecahan dan celah pada kulit sekitarnya, dengut nadi pada pembuluh darah
femora di lipat paha untuk adanya denyut yang kuat dan teratur.
15. Kulit diinspeksi dari warna, kelenturan, merah, gatal, dan lesi misalnya tanda lahir.
16. Refleks-refleks yang sesuai dengan usia bayi.
17. Gerakan dan tingkah laku pada umumnya kemampuan untuk memeluk dan berhubungan
dengan orang dewasa.

Anthropometri Anak
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan
pita pengukur (meteran). Pengukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 5

1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya, BB terhadap
usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud
tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya
tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya berat badan terhadap umur. 3
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukkan
keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah:5

1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai
untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat
badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan
lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi
asupan yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan
akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. 5
Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700
1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350
450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 350 gram/bulan. 5
Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan
akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5 kg/bulan.
Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat
badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia(remaja) akan terjadi
pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt). 5
Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu : 5

Tabel 3. Rumus Perkiraan Berat Bayi.6


Cara pengukuran berat badan anak adalah: 5,6

1. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian
dalam saja.
2. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan
anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan
berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi.
3. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak
menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih
dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat
badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :
BB anak = (Berat badan ibu dan anak) BB ibu
5. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.
6. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu
apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga
dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada
pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.

2. Tinggi Badan ( Panjang badan)


Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan.
Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama,
pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5xpanjang badan lahir). Penambahan tersebut akan
berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.
Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup
pesat, yaitu 5-25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 1030 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus
dari Behram (1992), yaitu: 5,6
a. Perkiraan panjang lahir: 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir

d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :

Usia kurang dari 2 tahun


1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran)
2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada
meja (posisi ekstensi)
3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan
meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda
pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian
puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut
dengan pita pengukur. 5,6

Usia 2 tahun atau lebih


1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong,
punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel
pada alat pengukur.
2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala
normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan
pertama atau menjadi + 44 cm.

Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5
cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah:
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior
menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya (lihat Gambar 1)
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala5,6

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11
cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut
tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut:
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga
ukurannya lebih stabil.
b. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar (dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
d. Catat hasil pada KMS5,6

5. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada insicura substernalis.
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah

menyiapkan pita pengukur lalu melingkarkan pita pengukur pada daerah dada, dan catat hasil
pengukuran pada KMS. 5,6

Gambar 1. Persentase Berat, Panjang Badan, dan Lingkar Kepala Bayi terhadap Usia.6

Pemeriksaan Ballard Score


Menentukan umur kelahiran dapat ditentukan dari pemeriksaan yang menggunakan
kriteria menurut ballard (1979) dengan menerapkan berdasarkan perkembangan bayi secara fisik
maupun secara neutologis. Skala ini akurat dalam menilai bayi yang sangat prematur dari 20
minggu kehamilan sampai bayi cukup bulan yaitu dari 40-44 minggu kehamilan. Sesungguhnya
Ballards score ini merupakan revisi dari skala Dubowitz, yang dapat digunakan untuk
menentukan umur kehamilan bati dari 35-42 minggu.2,6

Score Ballard ini berisi dari 6 kriteria fisik dan 6 kriteria neuromuskular untuk mengukur
kedewasaan. Kriteria -1 dan 0 menilai bayi yang sangat prematur. Umur kehamilan sebaiknya
ditetentukan dalam 48 jam setelah lahir kecuali dalam kasus dimana bayi sangat prematur yang
umurnya harus ditetukan dalam 12 jam setelah kelahiran dan diulang dalam waktu 48 jam jika
bayi baru lahir tersebut mengalami gangguan pernafasan atau anestesi mempengaruhi penilaian
awal. 2,6
Selain itu ada scoring sistem lain bernama apgar scoring system yang merefleksikan
transisi dari neonatal ke kehidupan ekstrauterina. Pengukuran apgar dilakukan dalam 1 menit dan
kemudian melakukan lagi 5 menit setelah kelahiran. Test ini merefleksikan denyut jantung,
observasi dari upaya pernafasan, tonus otot, refleks bila diganggu, dan warna dari kulit bayi baru
lahir. Apgar ini terdiri dari 5 kriteria untuk mengukur tingkat asphyxia. 2,6
Cara pemungukuran Ballards Scoring ini dapat dilihat dari kriteria pada tabel tersebut.
Ballards scoring ini sudah mendapatkan revisi dan sedikit berbeda dari zaman dahulu. Akan
tetapi pada tes untuk mengukur kematangan neuromuscular ada sedikit tata cara untuk
melakukannya dengan baik dan benar. 2,6
Pada test posture dilakukan dengan bayi dalam posisi tenang dan terlentang kemudian
mengobservasi derajat fleksi tangan, kaki. Tonus otot dan derajad fleksi meningkat seiring
dengan kedewasaan. Sehingga fleksi penuh dari tangan dan kaki mendapatkan nilai 4. 5
Pada test square window. Dengan jempol mengsupport belakang tangan dibawah
pergelangan tangan, tekan dengan lembut menggunakan jari penunjuk dan jari ketiga pada
punggung tangan tanpa merotasi pergelangan tangan bati. Ukur sudut antara jempol dengan
lengan bawah, fleksi penuh (tangan bertumpu datar dengan bagian ventral lengan bawah)
mendapat score 4. 7
Pada test arm recoil dengan bayi terlentang, fleksi penuh lengan bawah ke lengan atas,
tahan selama 5 detik. Tarik kebawah tangan dengan ekstensi penuh dan lepaskan tangan dengan
cepat. Kemudian mengobservasi kecepatan dan intensitas dari gerakan balik (rekoil) ke arah
fleksi. Gerakan kembali dengan cepat ke fleksi penuh mendapatkan score 4. 7
Pada test popliteal angle dengan bayi terlentang dam pelat pelvis dalam permukaan keras,
fleksikan dengan kencang kaki bawah ke arah abdomen. Sambil memegang lutut dengan jari
jempol dan telunjuk ekstensikan kaki bawah dengan jari telunjuk dari tangan lainnya. Ukur
derajat sudut dibelakang lutut (sudut popliteal). Jika sudut kurang dari 90o maka diberi score 5.

Test scraft sign dengan bayi terlentang, tahan kepala pada garis tengah menggunakan satu
tangan. Gunakan tangan lainnya untuk menarik tangan bayi menuju bahu sehingga tangan bayi
menyentuh bahunya. Kemudian tentukan lokasi dari siku terhadap haris tengah. Bila siku tidak
menyentuh garis tengah maka diberi score 4. 7
Test neuromuskular terakhir yaitu heel to ear dengan bayi terlentang dan pelat pelvis
berada pada permukaan keras, tarik kaki sejauh mungkin menuju telinga pada sisinya. Ukur jarak
dari kaki menuju telinga dan derajat dari fleksi lutut (sama seperti sudut popliteal). Pada fleksi
lutut dengan sudut popliteal kurang dari 90o maka diberi score 4. 7
Sedangkan untuk penilaian maturitas fisik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan juga
seperti: 7
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu
kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam
selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada
masing-masing janin tergantung pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket
ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan
menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan
matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,
sepeti sebuah perkamen.

b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit
janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25
minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki
minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di
daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi
jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan,

keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes
mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai
pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.

c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan
dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit
garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat
percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak
mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak
mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut
berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk
jarak kurang dari 40 mm diberikan skor-2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor-1.

d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen
ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai
ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila
Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari
dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter 9.

e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya
menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian
pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya.

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra.

Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan
menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa
dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Hasil
pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa
banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal
ini dikarenakan terdapat faktor seperti stress intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi
perkembangan kematangan palpebra.

f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada
minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada
minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae.

Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada
nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi
yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang
sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.

g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 dari garis horisontal. Abduksi yang
berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan
aduksi menyebabkan keduanya tertutupi oleh labia majora. Pada neonatus extremely premature
labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya
maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi

oleh labia majora yang membesar. Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya
bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora
menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta
klitoris cenderung lebih menonjol.

Você também pode gostar