Você está na página 1de 19

Dibuat oleh :

I GEDE M YOGA D (071.09.110)


DOLLY (071.08.)

Dibagi menjadi tiga, yaitu :

Retrograde Gas
2. Wet Gas
3. Dry Gas
1.

Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk minyak dan titik kritik-nya
berada

jauh di arah bawah dari lengkungan. Perubahan tersebut merupakan akibat dari kandungan

retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit hidrokarbon berat daripada minyak.

Diagram fasa dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari temperatur
reservoir
dan cricondentherm lebih besar daripada temperatur reservoir. Seperti terlihat pada Gambar
3,

awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di reservoir, titik - 1. Bersamaan dengan
menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas memberikan titik embun, titik - 2. Dengan
menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk membentuk cairan bebas di reservoir.
Cairan ini sebagian tidak mengalir dan tidak dapat diproduksi.

Jalur tekanan reservoir pada diagram fasa (Gambar 3) menunjukkan bahwa pada beberapa
tekanan yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di laboratorium; walaupun
demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi secara luas di reservoir karena selama
produksi
keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.

Seluruh diagram fasa dari suatu campuran hidrokarbon dengan molekul-

molekul yang lebih kecil


dan menonjol akan berada di bawah temperatur reservoir. Sebuah contoh dari
diagram fasa wet
gas diberikan pada Gambar 4.
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam reservoir sepanjang
penurunan tekanan
reservoir. Jalur tekanan, garis 1-2, tidak masuk ke dalam lengkungan fasa. Maka
dari itu, tidak
ada cairan yang terbentuk di dalam reservoir. Walaupun demikian, kondisi
separator berada pada
lengkungan fasa, yang mengakibatkan sejumlah cairan terjadi di permukaan
(disebut kondensat).
Kata wet (basah) pada wet gas (gas basah) bukan berarti gas tersebut basah
oleh air, tetapi
mengacu pada cairan hidrokarbon yang terkondensasi pada kondisi
permukaan.

Dry gas terutama merupakan metana dengan sejumlah

intermediates. Gambar 5
menunjukkan bahwa campuran hidrokarbon sematamata berupa gas di reservoir dan kondisi
separator permukaan yang normal berada di luar
lengkungan fasa. Maka dari itu, tidak terbentuk
cairan di permukaan. Reservoir dry gas biasanya
disebut reservoir gas.

hasil penyulingan berupa cairan

gas bumi berupa cairan yang didapat dari gas alam

Jadi diartikan bahwa gas kondensat adalah gas bumi


berupacairan yang didapat dari gas alam, dan
merupakan hasil dari sebuah penyulingan beberapa
cairan

kondensat terbentuk di permukaan (seperator),

karena selama dalam reservoir wet gas itu berupa gas,


dan ketika mengalami penurunan tekanan dari
sepanjang reservoir ke sumur dalam kondisi
isothermal, fasa nya tetep dalam kondisi gas, akan
tetapi ketika penurunan tekanan dan temperatur dari
sumur ke permukaan (seperator) menyebabkan wet
gas tersebut sebagian mengalami kondensasi.

untuk formasi yang memiliki permeabilitas yg kecil,

kondensat yg dihasilkan ini akan susah mengalir, dan


ujung2nya malah menghalangi aliran gas. disinilah
salah satu kerugian terbentuknay kondensat di
reservoir yang menyebabkan penyumbatan.

Kondensat mengandung gas-gas O2, CO2, dsb yang


berdampak korosif dan bisa juga terjadi pencemaran steam
akibat carry over.
Pipa-pipa kondensat = bisa mengalami korosi
Peralatan/equipment = bisa mengalami
erosi/pengikisan/abrasi
Kehilangan energy dari kondensat itu sendiri
Hasil korosi dari pipa konensat dapat masuk ke boiler
melalui feed-water yang akan memicu korosi di dalam
boiler itu sendiri.

Kondensat bertemperatur tinggi, dengan demikian


akan mengefisienkan boiler dan rendah kadar
oksigen-nya.
Kondensat umumnya sebagai air destilasi atau
mendekati air murni, sehingga menurunkan TDS air
umpan dan pada akhirnya mengurangi blow-down.
Semakin makasimal penggunaan kondensat, maka
semakin menghemat air, chemical, dan BBM.
Kesemuanya itu akan meningkatkan efisiensi boiler
seccara keseluruhan.

Senyawa amine akan menetralisir asam-asam karbonat yang terbentuk dari


persenyawaan gas karbon dioksida dengan air (kondensat). Mekanisme
raksinya adalah dimana amine akan terhidrolisa membentuk ion-ion
hidroksida bebas (OH-) untuk menetralisir asam karbonat.

Mekanisme reaksinya dapat dijelaskan sebagai berikut;


R-NH2 + H2O ---------> R-NH3 + OH-

OH- + H2CO3 --------> H2O + HCO3 Maka dengan proses netralisasi yang berlangsung secara berkelanjutan dapat
diharapkan tingkat derajat keasaman atau pH kondensat dapat dikendalikan
pada kisaran 8.0 - 8.5

Biasanya dalam laboratorium, standart analisis dari

sampel gas kondensat terdiri dari :


1. Rekombinasi dan analisis dari sampel separator
2. Menentukan hubungan tekanan dan volume, dan
constant expansion test (CCE)
3. Menentukan tes constant volume depletion test
(CVD)

Pengaruh CCE terhadap karakteristik reservoir. pada

dasarnya CCE adalah salah satu test yg digunakan untuk


menentukan dewpoint pressure dan Z Factor Single Phase
Gas. Dengan melakukan CCE Test, maka dapat melakukan
karakteristik terhadap reservoir gas
Selain itu dengan melakukan CCE test, experimental
datanya bisa digunakan untuk matching dengan EOS
(Equation of State) model dari PVT Analysis yg di lakukan
di laboratory. Setelah EOS model dimatchkan dengan CCE
data biasanya datanya bisa digunakan untuk memprediksi
forecast performance dari reservoir gas anda (dengan
Material Balance Method or Compositional Simulation).

Pada dasarnya untuk mengkaji satu sistem gas

kondensat dalam reservoir harus menguji berbagai hal


termasuk titik embun, CCE (ekspansi pada komposisi
tetap), dan CVD (penurunan tekanan pada volume
tetap)
Ketiga faktor ini menentukan dalam produksi satu
reservoir gas, apakah mengalami perubahan
kondensasi menjadi fase liquid, atau menjadi gas yang
nantinya akan di flare apabila berlebihan

Dalam memproduksi gas, sebelumnya yang harus

diperhatikan adalah mencari pembeli gas


tersebut,karena apabila tidak adanya pembeli maka
gas akan dibuang (flare) karena dapat membahayakan
sistematika produksi, ataupun natinya gas akan
digunakan dalam menginjeksikan minyak ke
permukaan dengan sifat nya yaitu kelarutan gas dalam
minyak

Gas Basah (Wet Gas)

Gas yang terkondensasi pada kondisi permukaan, dan


terdapat cairan hidrokarbon pada gas tersebut.
Gas Kering (Dry Gs)
Gas yang tidak mengandung cukup hidrokarbon berat
Untuk membentuk liquid saat mencapai permukaan
Retrograde Gas

Gas yang mengalami perubahan fasa dari gas menjadi fasa


liquid dalam reservoirnya yang diakibatkan karena perbedaan
tekanan dan suhu berbeda dengan gas basah,retrograde gas
mengalami perubahan di dalam reservoir, sedangkan gas
basah mengalami perubahan pada permukaan.

Você também pode gostar