Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN NYAMAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS OBSERVASI FEBRIS DI RUANG ANGGREK RSP TNI AU DR.
S. HARDJOLUKITO
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik
Pembimbing Klinik : Bagus Yudantoro S. Kep. Ns.
Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan pada
Klien An.I Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman
Observasi Febris di Ruang Anggrek RSP TNI AU Dr. S. Hardjolukito, telah diperiksa dan
diuji presentasikan oleh pembimbing lapangan/CI yang disahkan pada :
Hari
Tanggal
Februari 2013
Diperiksa
CI Lapangan
Koordinator CI
Mengetahui
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut
juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena
usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang
dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor
apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang
berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut
jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat
remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden
apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan
pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini
menurun pada pria.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab
yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang
merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz
kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersama E.coli.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:
Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah
salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe
yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau
lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan
3
mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis
atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi
peradangan yang disebut apendisitis.
Di dalam makalah ini kami akan membahas seputar gangguan pencernaan pada
apendiks atau biasa dikenal dengan apendisitis yang meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi,
manifestasi
klinis,
pemeriksaan,
diagnosis,
penatalaksanaan,
dan
komplikasinya.
B. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana
gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang menderita
penyakit apendisitis
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah agar kami Mahasiswa Stikes Madani
Yogyakarta dapat mempelajari dan mengetahui definisi, manifestasi klinis, etiologi,
patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pengobatan, dan
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Selain itu penulisan laporan kasus ini juga
bertujuan untuk memenuhi tugas Praktek Keperawatan Dewasa I.
D. Manfaat penulisan
1. Meningkatkan pemahaman kepada mahasiswa dan saya sendiri mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit
apendisitis.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa khususnya saya sendiri tentang penyakit
jantung koroner dan gejala-gejalanya di sertai tindakan yang harus diambil untuk
pencegahannya sebagai langkah awal dalam mengantisipasi penyakit apendisitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada
umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix. Appendisitis adalah
inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat. (Brunner & Suddart, 1997).
B. Etiologi
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan
limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini, namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%)
yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan
oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya ;
fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus
apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut
dengan rupture
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman
anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
5
3. Kecenderungan familiar
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari
negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik.
Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat.
Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola
makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi
C. Patofisiologi
Appendicitis pada umumnya disebabkan oleh obstruksi dan infeksi pada appendix.
Beberapa keadaan yang dapat berperan sebagai faktor pencetus antara lain sumbatan
lumen appendix oleh mukus yang terbentuk terus menerus atau akibat feses yang masuk
ke appendix yang berasal dari secum. Feses ini mengeras seperti batu dan disebut
fecalith.
Adanya obstruksi berakibat mukus yang diproduksi tidak dapat keluar dan
tertimbun di dalam lumen appendix. Obstruksi lumen appendix disebabkan oleh
penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Proses selanjutnya
invasi kuman ke dinding appendix sehingga terjadi proses infeksi. Tubuh melakukan
perlawanan dengan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap kuman-kuman tersebut.
Proses ini dinamakan inflamasi. Jika proses infeksi dan inflamasi ini menyebar sampai
dinding appendix, appendix dapat ruptur. Dengan ruptur, infeksi kuman tersebut akan
menyebar mengenai abdomen, sehingga akan terjadi peritonitis.
Pada wanita bila invasi kuman sampai ke organ pelvis, maka tuba fallopi dan
ovarium dapat ikut terinfeksi dan mengakibatkan obstruksi pada salurannya sehingga
dapat terjadi infertilitas. Bila terjadi invasi kuman, tubuh akan membatasi proses tersebut
dengan menutup appendix dengan omentum, usus halus atau adnexsa, sehingga terbentuk
massa peri-appendicular. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang
dapat mengalami perforasi. Appendix yang ruptur juga dapat menyebabkan bakteri
masuk ke aliran darah sehingga terjadi septicemia.
Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
6
Perlengketan ini menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika
organ ini dapat meradang lagi dan disebut mengalami eksaserbasi akut.
Secara ringkas patofisiologi dari appendicitis dapat di simpulkan :
Appendicitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen. Obstruksi lumen
appendix disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hyperplasia jaringan limpoid
submukosa. Feses yang terperangkap dalam lumen appendix mengalami penyerapan air
dan terbentuklah fechalit yang akhirnya sebagai penyebab sumbatan. Sumbatan lumen
appendix menyebabkan keluhan sakit disekitar umbilicus dan epigastrium, nausea dan
muntah.
Proses selanjutnya ialah invasi kuman E.Coli dan spesibakteriodes dari lumen ke
lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan akhirnya ke peritoneum parietalis
terjadilah peritonitis local kanan bawah. Suhu tubuh mulai naik. Ganggren dinding
appendix disebabkan oleh oklusi pembuluh darah dinding appendix akibat distensi lumen
appendix. Bila tekanan intra lumen terus meningkat terjadi perforasi dengan ditandai
kenaikan suhu tubuh meningkat
D. Pathway
Infeksi Bakteri/Mikro Organisme, fekalit, stress
(Cemas/gelisah).
Infeksi Bakteri/Mikro
Organisme
Stres (Cemas/gelisah)
Fekalit
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Fagositosis
Menstimulus produksi
histamin
Obstruksi lumen
apendik
Reseptor nyeri
terangsang
Makrofag
mengeluarkan zat
innterleukin
Histamin merangsang
sel parietal dilambung
Peningkatan prod H
Pelepasan neuro
transmitter (bradikininn,
prostaglandin dsb)
Cortex Cerebral
Interleukin beredar
dalam darah
pH dan HCO3 Menurun
Interleukin
mengeluarkan
prostaglandin
Produksi
Mukus
Asidosis Metabolik
Prostaglandin
menstimulus
hipotalamus
Nyeri Akut
Distensi
Mual/Nausea
Hipotalamus berespon
menaikan suhu tubuh
(set point)
Hipertermia
E. Gejala Klinis
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain :
1. Nyeri abdominal.
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendicitis. Mula-mula nyeri dirasakan samarsamar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar
umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan
bawah (titik Mc. Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
berupa nyeri somatik setempat. Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya
penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun.
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh
belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,70C-38,30C.
Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya
rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Karena
gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis appendicitis diketahui setelah terjadi
perforasi.
F. Komplikasi
Komplikasi utama apenkdiksitis adalah perforasi appendiks, yang dapaat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%, insiden ini lebih
tinggi pada anak dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam atau nyeri tekan yang continue.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik.
Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut
kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer.
2. Palpasi
9
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal
yaitu:
a. Nyeri tekan di Mc. Burney.
b. Nyeri lepas.
c. Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietal. Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular
mungkin tidak ada, yang ada nyeri pinggang
3. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata.
H. Tanda-Tanda Khusus
1. Psoas Sign
Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang,
tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi
aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah
2. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
3. Obturator Sign
Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi
dan endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan
bawah
4. Pemeriksaan Colok Dubur
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika akan
didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular
infiltrat, LED akan meningkat.
10
b. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang
hampir sama dengan appendicitis.
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan
ini dilakukan terutama pada anak-anak.
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama
pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya
4. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
5. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
6. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan
peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix
J. Penatalakasanaan
1. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
2. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
3. Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
4. Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
(Brunner & Suddart, 1997)
11
K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d reinfeksi mikroorganisme
2. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan
3. Nausea b/d cemas/gelisah
12
No
NOC
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, pasien dengan nyeri akut
NIC
Pain Menagement : 1400
nyeri
ketidaknyaman
pengalaman nyeri
gelisah
Thermoregulation 0800
Selimuti pasien
(36-37)
24X/Menit)
temperatur
perawatan luka
haasil :
Nausea (2107) :
fisik baik/nyaman
penyembuhan penyakit
(210704) Mengekspresikan
kesejahteraan psikologi
asupan makanan
14
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. I
A. PENGKAJIAN
Tgl. Masuk
Jam
No. RM
Tgl. Pengakjian
PASIEN
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Perkerjaan
Status
Pernikahan
Alamat
: 14 Januari 2013
: 11.00 WIB
: 00 54 43
: 14 Januari 2013
IDENTITAS PASIEN
PENANGGUNG
: An. I
Nama
: 13 tahun
Umur
: Islam
Agama
: SD
Pendidikan
: Siswa
Perkerjaan
: Belum menikah
Status
: Blok O. 17 LANUD
Pernikahan
Adisutjipto
Alamat
Hub. dg klien
JAWAB PASIEN
: Ny. E
: 37 tahun
: Islam
: SMA
: Ibu rumah tangga
: Sudah menikah
: Blok O. 17 LANUD
Adisutjipto
: Ibu pasien
RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan, badan saya terasa panas/ demam.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Waktu terjadinya sakit :
Pasien mengatakan, badan saya panas ketika kontrol ke tiga kali setelah operasi apendiksitis
di RSPAU Dr. S. Hardjolukito + pada hari ke 13 setelah operasi.
Proses terjadinya sakit :
Ibu pasien mengatakan, pada saat anak saya sedang bermain di rumah tiba-tiba perutnya
terasa sakit tanggal 01 Januari 2013. Kemudian setelah membeli obat di apotik dan tidak
kunjung sembuh maka di periksa di RSP Dr. S. Hardjolukito pada tanggal 02 Januari 2013 dan
akhirnya dioperasi.
Setelah kontrol yang kedua kali saat sedang tiduran di rumah tanggal 14 Januari 2013 + jam
10.00 WIB badan anak saya terasa panas/demam dan langsung periksa untuk yang ketiga kali
ke RSP Dr.S Hardolukito karena panas sekali. Juga nyeri pada perut kanan bawah bekas post
op dan mual ingin muntah.
Upaya yang telah dilakukan :
Ibu pasien mengatakan, saya sudah membeli obat lorit di apotek dekat rumah saya, tetapi
tidak kunjung ada perubahan.
15
Ibu pasien mengatakan, keluarga saya tidak ada yang menderita penyakit seperti Hipertensi,
DM dan sebagainya serta tidak ada yang menderita penyakit apendisitis seperti yang anak saya
derita sekarang.
GENOGRAM
16
Keterangan :
: Laki-laki
: Tinggal serumah
; Perempuan
: Meninggal dunia
: Pasien
: Hub. pernikahan
: Hub. Keturunan
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi T. tidur
Berpindah
Ambulasi
Selama Sakit
Aktivitas
0
1
2
3
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi T. tidur
Berpindah
Ambulasi
Naik tangga
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan, selama sakit anak
saya tidur jam 21.00 WIB dan terbangun jam
06.00 WIB. Terkadang terbangun karena
badannya panas.
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan, selama sakit anak
saya makan seperti biasa 3x/hari dengan porsi
lebih sedikit (+ 8 sendok). Ada penurunan
nafsu makan karena mual. Minum air putih
3x/hari + 3 gelas sedang ukuran 250 cc. Tidak
ada penurunan BB yaitu tetap 39 kg
IMT : 18,5
POLA ELIMINASI
Sebelum Sakit
Selama Sakit
Selama Sakit
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan jika ada masalah Ibu pasien mngatakan jika ada masalah anak
anak saya selalu terbuka dengan bercerita saya tetap terbuka dengan selalu bercerita jika
kepada orang tuanya.
ada keluhan apapun kepada orang tuanya.
POLA REPRODUKIF SEKSUALITAS
Sebelum Sakit
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan
pada alat kelaminnya, lika atau apapun.
Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan selama sakit tidak
ada gangguan seperti luka dan lainnya pada
kelamin anak saya.
Selama Sakit
Selama Sakit
PEMERIKSAAN FISIK
PENAMPAKAN UMUM
Keadaan umum
Sedang
Kesadaran
CM
GCS
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
TD :
Suhu: 38,8 C
RR : 22 x/ menit
Berat badan
39 Kg
Tinggi Badan
Skala Nyeri
4 (sedang) dari skala 1 sampai 10
HEAD TO TOE
Inspeksi : bentuk agak mengembang, warna swo matang, tidak ada epitaksis dan tidak ada
lender/secret, atau pun sputum
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : Warna bukal merah muda, bibir kemerahan, tidak ada lesi, tidak ada stomatitis dan
lidah berwarna merah muda.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada pipi
Gigi :
Inspeksi : Gigi kotor, warna sedikit kuning, tidak ada karies dan tidak ada plak
Leher :
Inspeksi : Warna sawo matang ( sama dengan anggota tubuh lainnya ), tidak ada lesi, gerakan
fleksi dan rotasi dalam rentang baik. Tidak terlihat pembesaran vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan vena jugularis tidak teraba.
DADA
Inspeksi : Bentuk dada simetris ( normal chest ), tidak ada retraksi dada, tidak menggunakan
otot tambahan saat bernafas, warna sawo matang, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan pada dada, pengembangan dada saat
respirasi (inspirasi ekspirasi ) simetris, taktil femitus normal
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada dada dan redup di area jantung
Auskultasi : suara nafas vesikuler ( normal ), tidak terdengar pernafasan ronki basah ataupun
wheezing
JANTUNG
Inspeksi :
Tidak terlihat ictus cordis di intercosta 5 midclavicula
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan teraba ictus cordis di intercosta 5 midclvicula sinistra, dan tidak ada
palpitasi
Perkusi :
Terdengar bunyi redup dan pekak di jantung
Auskultasi :
S1 dan S2 terdengar dalam rentang normal ( lub dup ) dan regular
21
ABDOMEN
Inspeksi :
Abdomen tidak terlihat tegang / kencang, ada bekas insisi belah di abdomen ( sekitar
umbilicus) kanan bawah pada titik Mc. Burney bekas post op.
Kondisi luka tidak ada pus, warna sekitar insisi kemerahan, teraba hangat, ada luka jahitan +
12 cm dengan 7 jahitan
Auskultasi : Peristaltik usus 15 x/ menit.
Palpasi : tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan sedang di daerah bekas insisi bedah post op
abdomen kanan bawah
INGUINAL & GENETALIA
Inspeksi : tidak dikaji karena ibu pasien menolak / tidak berkenan
Palpasi : tidak dikaji karena ibu pasien menolak / tidak berkenan
EKSTRIMITAS
Inspeksi : tidak ada luka pada
ekstrimitas bawah dan atas kanan dan kiri
simetris, tidak ada fraktur tulang pada
ektrimitas warna kulit sawo matang
Kekuatan otot
Keterangan :
0 : paralasis
1 : tidak ada gerakan
2 : gerakan otot penuh menantang gravitasi
3 : gerakan otot normal menantang gravitasi
4 : gerakan normal menantang gravitasi dengan
sedikit tahanan
5 : gerakan normal penuh dengan tahanan penuh
Palpasi :
Akral hangat, denyut nadi perifer lemah, tidak ada nyeri tekan pada kedua tangan dan kaki,
tidak ada edema
(Satya)
22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Waktu
Tgl dan
Jam
14-01-2013
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
DARAH
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
11,6
27. 040
34,14
4,31
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
323.000
79
27,0
34,1
P =12-16,8
W=11-15,0
4.600-10.000
P =40-54% W=36-57%
P =3,9-5,4 Jt/mm3
W=3,7-5,4 Jt/mm3
150.000-400.000/mm3
82,0-95,0 FL
27,0-31,0 pg
32,0-36,0 g/dl
0
0
0
88
10
2
0-1%
2-4%
3-5%
50-70%
25-40%
2-6%
URINE LENGKAP
Makroskopis
Warna
Kejernihan
Bau
Protein
Reduksi
pH
Bilirubun
Kuning
Jernih
Khas
+/+/5,0
Negatif
1-4
20-25
+
Negatif 0-1
Negatif
Negatif
Negatif
0-1/LPB
0-2/LPB
Posotof 1/LPK
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Mikroskopis
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Lain-lain
DARAH
23
Bleeding time
Cloting time
Gol. Darah
2 Menit 48
detik
13 Menit 49
detik
O
1-3 Menit
9-15 Menit
-
24
TERAPI OBAT
Waktu
Tgl dan
Jam
14-01-2013
06.00 WIB
12.00 WIB
13.00 WIB
18.00 WIB
21.00 WIB
15-01-2013
05.00 WIB
06.00 WIB
12.00 WIB
13.00 WIB
18.00 WIB
21,00 WIB
16-01-2013
05.00 WIB
06.00 WIB
12.00 WIB
13.00 WIB
18.00 WIB
21.00 WIB
Jenis Obat
Dosis
Infus RL IV
Oral : Paracetamol
Oral : Paracetamol
Injeksi IV Antibiotik : Ceftriaxone
Oral : Paracetamol
Injeksi IV Antibiotik : Ceftriaxone
500
500
500
1
500
1
ml 20 tpm
mg
mg
gr
mg
gr
Infus RL IV
Injeksi IV Antibiotik : Ceftriaxone
Oral : Paracetamol
Oral : Dansera
Oral : Paracetamol
Injeksi IV Analgetik : Ketorolac
Oral : Paracetamol
Oral : Dansera
Injeksi IV Analgetik : Ketorolac
Antibiotik: Opimer
500
1
500
1
500
1
500
1
1
500
ml 24 tpm
gr
mg
mg
mg
gr
mg
mg
gr
mg
Infus RL IV
Injeksi IV Antibiotik : Opimer
Analgetik : Ketorolac
Oral : Paracetamol
Oral : Dansera
Oral : Paracetamol
Injeksi IV Antibiotik : Opimer
Analgetik : Ketorolac
Oral : Paracetamol
Oral : Dansera
Injeksi IV Antibiotik : Opimer
Analgetik : Ketorolac
500
500
1
500
1
500
500
1
500
1
500
1
ml 24 tpm
mg
gr
mg
mg
mg
mg
gr
mg
mg
mg
gr
25
DATA FOKUS
Px.Fx :
Mata terlihat sayu
Abdomen tidak terlihat tegang / kencang,
ada bekas insisi belah di abdomen (
sekitar umbilicus ) kanan bawah pada
titik Mc. Burney bekas post op.
Kondisi luka tidak ada pus, warna sekitar
insisi kemerahan, teraba hangat, ada luka
jahitan + 12 cm dengan 7 jahitan
Px.Penunjang :
Leukosit 27.040
26
ANALISA DATA
WAKTU
SYMTOM/SIGNS
TGL/JAM
14-01Ds:
2013
Ibu pasien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah bekas
post op dan mual ingin muntah.
Nyeri
P : saat bergerak atau berjalan,
Q : tajam seperti di tekan
T : Hilang timbul
Do:
Pasien tampak tidak nyaman
dengan memegangi perut
sebelah kanan bawah menahan
nyeri.
Nyeri
R : Di abdomen kanan bawah,
S : sedang skala 4
Kulit abdomen terasa hangat
dan kemerahan di sekitar
abdomen (luka bedah)
Terdapat nyeri tekan sedang
Tampak luka jahitan bekas post
op apendik panjang + 12 cm
dengan 7 jahitan
Abdomen tidak terlihat tegang /
kencang, ada bekas insisi belah
di abdomen ( sekitar umbilicus
) kanan bawah pada titik Mc.
Burney bekas post op.
Kondisi luka tidak ada pus,
warna sekitar insisi kemerahan,
teraba hangat, ada luka jahitan
+ 12 cm dengan 7 jahitan
14-012013
Ds :
Pasien mengatakan, badan saya
terasa panas/ demam.
Pasien mengatakan, badan saya
panas ketika kontrol ke tiga kali
setelah operasi apendiksitis di
RSPAU Dr. S. Hardjolukito +
pada hari ke 13 setelah operasi.
Ibu pasien mengatakan setelah
ETIOLOGI
PROBLEM
Agen cedera
biologis:
terputusnya
kontinuitas jaringan
Nyeri Akut
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Reseptor nyeri
terangsang
Cortex Cerebral
Nyeri akut
Reinfeksi
(microorganisme)
Hipertermia
Fagositosis
Makrofag
mengeluarkan zat
innterleukin
27
Ds:
Ibu pasien mengatakan anak
saya mual ingin muntah
Ibu pasien mengatakan, ada
penurunan nafsu makan karena
mual. Tidak ada penurunan BB
yaitu tetap 39 kg
Do:
Pasien terlihat lemah
Mata terlihat sayu
TTV (TD : 110/70 mmHg, Nadi
: 108x/menit, RR : 22x/menit,
Suhu : 38,8oC)
IMT = 18,5
Interleukin
mengeluarkan
prostaglandin
Prostaglandin
menstimulus
hipotalamus
Hipotalamus
berespon menaikan
suhu tubuh (set
point)
Hipertermia
Cemas/gelisah
Nausea
Menstimulus prod.
histamine
Peningkatan prod.
H+
Nausea
28
29
No
Dx
1
Ttd
Thermoregulation 0800
Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
Monitor intake dan output
cairan.
Selimuti pasien
Anjurkan klien untuk banyak
minum
Tingkatkan sirkulasi udara
Catat adanya fluktasi tekanan
darah
Berikan kompres hangat pada
lipatan tubuh dan kening
Kolaborasi dengan dokter/lab
dalam pemberian antipiterik dan
pemeriksaan penunjang
Satya
Senin
14-012013
08.00
WIB
Satya
Pain Menagement : 1400
Kaji lokasi, karakteristik dan
kualitas nyeri
Observasi tanda non verbal
terhadap ketidaknyaman
Bantu keluarga memberikan
support
Dorong klien untuk
mendiskusikan pengalaman nyeri
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
30
Senin
14-012013
08.00
WIB
31
Satya
D. PELAKSANAAN TINDAKAN
Waktu
Hr/tgl
Jam
Senin
08.00
14/01
WIB
2013
No.
dx
1
08.30
WIB
09.00
WIB
10.00
WIB
Implementasi
Respon
Ttd
Ds :
Ps mengatakaan, saya kurang
nyaman istirahanya dikarenakan
pusing dan mual
Do:
Warna kulit pasien kemerahan
dan hangat
TD : 100/70 mmHg N : 70x/m
S : 38,80C
RR : 22x/menit
Satya
Ds :
Pasien mengatakan iya mas
saya mengerti, terima kasih
mas
Do :
Lokasi nyeri pada abdomen
kanan bawah, seperti di
tekan
Pasien tampak seperti
melindungi diri
Skala = sedang ( 4 dari skala
1 - 10 )
Satya
Ds :
Ibu pasien mengatakan
terimakasih ya mas
Do :
Pasien tampak tenang dengan
tindakan yang sedang dilakukan
S : 38OC
Satya
Satya
Ds :
Ibu pasien mengatakan,
terimakasih dek
Do :
Perawatan luka selesai dengan
kondisi :
Balutan terganti
Luka kering dan tidak ada
pus
32
11.00
WIB
13.00
WIB
Mengukur TTV
Menanyakan apakah pasien
alergi terhadap makanan / obat
tertentu
Menanyakan makanan yang di
sukai pasien
Auskultasi bising usus
Mendorong pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi
dengan memberikan diet bubur
halus
Ds :
Ibu pasien mengatakan anak
saya tidak ada alergi obat atau
makanan, makanan kesukaannya
yaitu ayam goring, tetapi
sekarang masih mual dan tidak
nafsu makan.
Do :
TTV : TD = 100/60 mmHg
S = 37 C
N = 100 x/menit
RR = 20x/ menit
Bising usus 15 x/ menit,
Ekspresi wajah pasien
gelisah
Pasien terlihat tidak mau
makan dan mual-mual.
Ds :
Pasien mengucapkan
terimakasih
Do :
Kulit sekitar insisi teraba
hangat dan sedikit merah
Distensi permukaan
abdomen
Obat ceftriaxone masuk via
IV 1 gr.
Satya
Satya
12.00
WIB
Ds :
Ibu pasien mengucapkan,
terimakasih
Do :
Suhu : 36,30C
Pasien tampak minum obat
Satya
13.15
WIB
Ds :
Pasien mengatakan, perut saya
sakit/nyeri seperti di tekan
Do :
Pasien tampak proteksi
memegangi perutnya
Ekspresi wajah pasien
gelisah
Pasien terlihat tidak mau
makan.
Satya
33
17.00
WIB
Selasa
15/01
2013
05.00
WIB
05.10
WIB
All
06.00
WIB
10.00
WIB
Satya
Ds :
Pasien mengatakan pusing
kepala saya sudah berkurang dan
sedikit mual
Do :
TTV = TD : 100/60 mmHg
N : 78 x/ menit
S : 36,3 C
RR : 22 x/ menit
Terlihat warna kulit
abdomen tidak kemerahan
dan teraba hangat
Pasien tampak malaise
Ds :
Pasien mengucapkan
terimakasih.
Do:
Infus RL 500 ml 24 tpm
masuk via IV
Ceftriaxone masuk 1 gr IV
Ds :
Pasien mengatakan badan saya
panas
Do :
TD: 110/70 mmHg
S : 38,30C
N : 80x/menit
RR : 18x//menit
Satya
Ds :
Ibu pasien mengatakan,
terimakasih
Do :
Pasien tampak meminum
obat
Paracetamol 500 mg/oral
Dansera 1 mg
Satya
Ds :
Satya
Satya
34
11.00
WIB
dikening pasien
Menyelimuti pasien
Pasien mengatakan,
terimakaasih ya mas"
Do :
Pasien tampak memakai
selimut
Suhu : 37,60C
Ds :
Pasien mengatakan, badan
saya terasa sudah tidak
terlalu panas
Pasien mengatakan sudah
tidak pusing dan mual
Satya
Do :
TD : 110/60 mmHg
S : 370C
N : 80x/menit
RR : 20x//menit
Infus RL 500 ml 24 tpm IV
mengalir
KU : Sedang,
Kes : CM
12.00
WIB
12.15
WIB
13.00
WIB
Ds :
Pasien mengatakan, iya mas
saya akan segera makan &
alhadulillah sudah tidak ada
nyeri lagi
Do :
Pasien tidak tampak proteksi
memegangi terhadap nyeri
Ekspresi wajah pasien rileks
Pasien terlihat mau makan
dengan disuapi ibunya.
Ds :
Ibu pasien mengucapkan,
terimakasih
Do :
Suhu : 37,80C
Pasien tampak minum obat
Ds :
Pasien mengatakan,
Memberikan informasi
kebutuhan nutrisi pada
Satya
Satya
Satya
35
14.00
WIB
Rabu
16/01
2013
14.00
WIB
17.00
WIB
All
penyembuhan penyakit
Menganjurkan banyak makan
Berkolaborasi dengan tenaga
medis lain dalam memberikan
injeksi obat analgesic ketorolac
1 gram via IV
Ds :
Ibu pasien mengatakan,
terimakasih dek sudah merawat
anak ibu
Do :
Perawatan luka selesai dengan
kondisi :
Balutan terganti
Luka kering dan tidak ada
pus
Luka tidak tampak
kemerahan
Pasien tampak masih malaise
Satya
Ds :
Pasien mengatakan,
alhamdulillah nyerinya sudah
berkurang dan nafsu makan saya
sudah bertambah
Do :
Posisi proteksi terhadap
nyeri tidak ada,
Pasien tampak tidak gelisah
dan tenang,
Skala nyeri 2 dari (1 10)
Satya
Ds :
Pasien mengatakan pusing dan
mual sudah tidak ada dan
alhamdulillah sudah enak tidur.
Do :
KU = sedang CM
TD = 100/60 mmHg
S = 36,6 C
36
N = 82 x/menit
RR = 20 x/menit
18.00
WIB
18.15
WIB
19.00
WIB
20.00
WIB
21.00
WIB
Satya
Ds :
Pasien mengatakan terima
kasih saya mengerti sekarang
sudah lebih nyaman dan saya
akan segera makan.
Makanan kesukaan saya
ayam goreng
Do :
Infus mengalir 500 ml RL 24
tpm
Pasien tampak puas/ nyaman
Ds :
Pasien mengatakan,
terimakasih mas
Do :
Pasien tampak meminum obat
berupa : Paracetamol
500mg/oral dan dansera 1 mg
Satya
Ds :
Ibu pasien mengatakan,
terimakaasih ya dek sudah mau
kompres anak saya"
Do :
Pasien tampak memakai
selimut
Suhu : 36,50C
Satya
Ds :
Ibu pasien mengatakan,
terimakasih dek sudah merawat
anak ibu
Do :
Balutan kering
Luka kering dan tidak ada
pus
Luka tidak tampak
kemerahan
Pasien tidak tampak malaise
Satya
Ds :
Satya
37
luka
38
EVALUASI H 1
Waktu
Hr/tgl
Jam
Senin
17.00
14-01WIB
2013
Dx. Keperawatan
Hipertermia b/d reinfeksi
mikroorganisme
EVALUASI
S:
Pasien mengatakan pusing kepala saya
sudah berkurang dan sedikit mual
Ttd
Satya
O:
TTV = TD : 100/60 mmHg
N : 78 x/ menit
S : 36,3 C
RR : 22 x/ menit
Terlihat warna kulit abdomen tidak
kemerahan dan teraba hangat
Pasien tampak malaise
A : Masalah teratasi sebagian
(390001) tercapai
(390002) tercapai
(390003) belum tercapai
(070301) tercapai
(070302) tercapai
(070303) belum tercapai
P : Pertahankan intervensi
Monitor TTV
Observasi luka post op
17.00
WIB
S:
Pasien mengatakan, perut saya
sakit/nyeri seperti di tekan
Satya
O:
Pasien tampak proteksi memegangi
perutnya
Ekspresi wajah pasien gelisah
Pasien terlihat tidak mau makan.
A : Masalah belum teratasi
(210201) belum tercapai
(210202) belum tercapai
(210203) belum tercapai
(210204) belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
Observasi tanda non verbal terhadap
39
17.00
WIB
ketidaknyaman
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
S:
Ibu pasien mengatakan anak saya tidak
ada alergi obat atau makanan, makanan
kesukaannya yaitu ayam goring, tetapi
sekarang masih mual dan tidak nafsu
makan.
O:
TTV : TD = 100/60 mmHg
S = 37 C
N = 100 x/menit
RR = 20x/ menit
Bising usus 15 x/ menit,
Ekspresi wajah pasien gelisah
Pasien terlihat tidak mau makan dan
mual-mual.
Satya
40
EVALUASI H-2
Waktu
Hr/tgl
Jam
Selasa
14.00
15-01WIB
2013
Dx. Keperawatan
Hipertermia b/d reinfeksi
mikroorganisme
EVALUASI
Ttd
S:
Pasien mengatakan, badan saya terasa
sudah tidak terlalu panas
Pasien mengatakan sudah tidak pusing
dan mual
Ibu pasien mengatakan, terimakasih
dek sudah merawat anak ibu
Satya
O:
TD : 110/60 mmHg
S : 370C
N : 80x/menit
RR : 20x//menit
Infus RL 500 ml 24 tpm IV mengalir
KU : Sedang,
Kes : CM
Perawatan luka selesai dengan kondisi :
Balutan terganti
Luka kering dan tidak ada pus
Luka tidak tampak kemerahan
Pasien tampak masih malaise
A : Masalah teratasi sebagian
(390001) tercapai
(390002) tercapai
(390003) tercapai
(070301) tercapai
(070302) tercapai
(070303) belum tercapai
P : Pertahankan intervensi
Monitor TTV
Observasi luka post op
14.00
WIB
S:
Ibu pasien mengatakan terima kasih atas
sarannya alhamdulillah nyeri dan panasnya
sudah berkurang.
O:
Kondisi insisi belah tidak kemerahan
Pasien terlihat lemah,
Injeksi obat masuk via IV berupa : opimer
41
Satya
S:
Pasien mengatakan, terimakasih mas, saya
mengerti. Sekarang sudah lebih nyaman
dan mual berkurang
O:
Injeksi ketorolac masuk 1gr IV
Pasien tampak tenang
Ekspresi wajah pasien rileks
A : Masalah teratasi
( 210701 ) tercapai
( 210702 ) tercapai
( 210703 ) tercapai
( 210704 ) tercapai
P : Pertahankan intervensi
Monitor vital sign
42
Satya
EVALUASI H-3
Waktu
Hr/tgl
Jam
Rabu,
21.00
16/01
WIB
2013
Dx. Keperawatan
Hipertermia b/d reinfeksi
mikroorganisme
EVALUASI
Ttd
Satya
S:
Ibu pasien mengatakan, terimakasih dek
sudah merawat anak ibu
O:
Balutan kering
Luka kering dan tidak ada pus
Luka tidak tampak kemerahan
Pasien masih tampak malaise
A : Masalah teratasi sebagian
(390001) tercapai
(390002) tercapai
(390003) tercapai
(070301) tercapai
(070302) tercapai
(070303) belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
Monitor TTV
Observasi luka post op
21.00
WIB
S:
Ibu pasien mengatakan terima kasih
atas sarannya alhamdulillah panas
anak saya sudah berkurang, nafsu
makannya tidak turun.
Pasien mengatakan, tidak ada nyeri
lagi & sekarang sudah lebih nyaman
O:
Kondisi insisi belah tidak kemerahan
Pasien terlihat tidak gelisah/rileks
Pasien tidak tampak proteksi thd nyeri
Injeksi obat masuk via IV berupa :
opimer 500 mg, dan ketorolac 1 gr.
A : Masalah teratasi
( 210201 ) tercapai
( 210202 ) tercapai
( 210203 ) tercapai
( 210204 ) tercapai
P : Pertahankan intervensi
Monitor TTV
43
Satya
21.00
WIB
Satya
S:
Pasien mengatakan terima kasih saya
mengerti sekarang sudah lebih
nyaman dan saya akan segera makan.
Pasien mengatakan, sudah tidak mual
Pasien mengatakan makanan
kesukaan saya ayam goreng
O:
Infus mengalir 500 ml RL 24 tpm
Pasien tampak puas/ nyaman
Pasien tampak rileks
A : Masalah teratasi
( 210701 ) tercapai
( 210702 ) tercapai
( 210703 ) tercapai
( 210724 ) tercapai
P : Pertahankan intervensi
Monitor vital sign
44
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi apendiksitis maka dapat dirumusukan gangguan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman, yang harus dilakukan tindakan keperawatan lebih intensif
B. Saran
1. Diharapkan Mahasiswa/Perawat di rumah sakit mampu melakukan dan menerapkan
proses keperawatan pada klien apendisitis yang hampir seluruh kebutuhan dasarnya
dibantu.
2. Diharapkan mahasiswa/perawat di rumah sakit bisa menjalian komunikasi
dankerjasama yang baik dengan klien, keluarga dan tim medis lainnya demi
tercapainya asuhan keperawatan yang berkualitas.
45
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J, PhD, MSN, CNP. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3, Jakarta:
EGC.
dr. Jan Tambayong, 2012. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdmant, T., H (ed.). 2012. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition &
Classification, 2012-2014. Blackwell Publising Ltd
Johnson Marion. Maas Maridean. Noorhead Sue. 1997. Nursing Outcomes Classification
(NOC). United States of America. EGC.
Lynda Juall Carpenito. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. edisi 2. EGC.
Jakarta. 1999
Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FK UI. Jakarta. 1999
Mc Closkey Joanne C. Bulecheck Gloria M. 1997. Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America. EGC.
Price,Sylvia Anderson. Patofisologi : Konsep Klinis Proses Proses penyakit. Alih bahasa
Peter Anugrah. edisi 4. Jakarta. EGC. 1999
Prof Dr Adhi Djuanda, Sp KK. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 10. Jakarta:
BIP
Potter, Patricia A . 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta : EGC
Lunney, M. 2012. Critical Needs to Address Accurancy of Nurssess Diagnoses. The Online
Journal of Issue in Nursing, 13 1-13.
Lunney, M. 2012. Nursing Assesment, Clinical Judgment, and Nursing Diagnoses: How to
determine accurate diagnoses. In : Herdmant, T., H (ed.) NANDA International Nursing
Diagnoses : Definition & Classification, 2012-2014. Blackwell Publising Ltd
Nurjannah, I. 2010b. Proses Keperawatan NANDA, NOC dan NIC,Yogyakarta, Mocomedia.
Nurjannah, I. 2012. Intans Screening Diagnoses Assessment (ISDA)[Online]. Yogyakarta:
Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
UGM.
Available: http://keperawatan.ugm.ac.id/berita-psik-fk-ugm/13-berita-psik-fk-ugm/7intans-screening-diagnoses-assesment-isda.html [Accessed 23 Januari 2013].
46