Você está na página 1de 8

Abstract

This research aims to: knowing the effectiveness of metacognitive strategies and conventional
learning in improving student learning result in sub-material measurements in class X SMA Negeri I Perbaungan
TP 2011/2012.
From the research results obtained by an increase in student learning result the experimental class was
42,92% and 20,56% is the control class. The average value of the gain normalized experimental class <g> 0,61
with a standard deviation of 0,1159. The average value of normalized gain control class 0.29 with a standard
deviation of 0,0884. Both classes are normally distributed and variances homogeneous. Based on the t-test
analysis of one side (right side) obtained thitung = 13,33 > ttabel = 1,67, it can be concluded effectiveness of
learning with metacognitive strategies are better than conventional learning effectiveness in improving student
learning outcomes at the sub-material measurements in the class X SMA Negeri I Perbaungan TP 2011/2012.
Effectiveness, Metacognitive, Strategy, Learning, Measurement

1. PENDAHULUAN
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, pemerintah berusaha meningkatkan mutu
pendidikan dan sumber daya manusia dengan
melaksanakan pendidikan baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal. Tujuan pendidikan
nasional dalam undang undang sistem pendidikan
nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu usaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah dengan menggunakan cara
belajar yang efektif yakni mengetahui cara suatu
informasi diperoleh dari lingkungan kemudian
diproses dalam pikiran siswa serta mengetahui cara
menyampaikan informasi agar lebih mudah dicerna
siswa sehingga informasi tersebut dapat bertahan
dengan pikiran.
Mutu pendidikan di Indonesia saat ini
salah satunya dapat dinilai melalui tingkat kelulusan
Ujian Nasional (UN). Secara nasional, tingkat
kelulusan UN 2010 menurun 4 persen dari tahun
2009. Angka kelulusan yang semula 93,74 persen
menjadi 89,88 persen. Berdasarkan data Badan
Standar Nasional Pendidikan yang diperoleh dari
ujiannasional.org, dari total peserta UN SMA/MA
2010 sebanyak 1.522.162 siswa terdapat 154.079
(10,12%) siswa yang mengulang. Sementara jumlah
siswa yang tidak mengulang sebanyak 1.368.083
(89,88%) siswa.
Untuk Sumatera Utara, sesuai dengan data
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
yang diperoleh dari metrotvnews.com, tingkat
kelulusan UN siswa tahun 2010 hanya mencapai
94,672 % dari 184. 775 siswa. Dengan 9.884 atau
sekitar 5,32 % peserta UN dinyatakan tidak lulus.
Jika dibandingkan dengan persentase kelulusan tahun
2009 yang mencapai 98 % maka tahun 2010 tingkat
kelulusan UN di Sumatera Utara menurun.

Dari hasil observasi awal peneliti pada


kelas X di SMA Negeri 1 Perbaungan, baik melalui
wawancara, angket dan pengamatan kegiatan
pembelajaran diketahui bahwa metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab.
Siswa kurang aktif di dalam pembelajaran yang
ditunjukkan dengan hanya 25 % siswa yang
menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa
yang bertanya hanya 10 % dari 60 sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa suasana kelas masih teachercentered atau terpusat pada guru. Dari angket untuk
60 sampel responden diperoleh 10 % siswa yang
menyukai fisika. Hasil belajar siswa pada semester
ganjil T.P 2010/2011 cukup baik, akan tetapi belum
memuaskan. Nilai siswa masih di bantu oleh guru
melalui penambahan nilai dari tugas-tugas serta
ulangan harian. Rata-rata nilai siswa adalah 74.
Dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 80.
Nilai rata-rata yang kurang mencukupi
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
Diantaranya adalah bahwa pada pembelajaran fisika,
siswa selalu diarahkan untuk menghafal informasi
sebanyak-banyaknya kemudian digunakan dalam
menyelesaikan soal-soal fisika yang berkaitan. Dari
kenyataan di lapangan, hanya sedikit siswa yang
benar-benar mampu mengingat informasi-informasi
tersebut karena masih rendahnya daya serap peserta
didik.
Rendahnya daya serap siswa disebabkan
kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi
peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang
lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga
dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
belum cukup memberikan akses bagi anak didik
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan
dan proses berpikirnya.
Damanik (2011) mengutip pernyataan
Syawal Gultom,
Pengetahuan yang sudah jadi dan tinggal
ditransfer dari guru kepada siswa harus diubah,
bahwa pengetahuan itu hasil dari proses belajar yang
dilakukan siswa. Siswa tidak perlu lagi menjadi

pengingat fakta dan prinsip tetapi akan berperan


sebagai periset dan pembuat strategi, artinya dalam
proses pembelajaran siswa merupakan pusat
pembelajaran (student centre), membangun dugaan
dugaan (hipotesis), memberikan inisiatif dan otonomi
pada siswa.
Untuk menyadarkan siswa pada proses
belajar yang dialaminya digunakan model
pembelajaran
metakognitif.
Sapaat
(2008)
menjelaskan metakognitif sebagai kesadaran berfikir
tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak
diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa
mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui
kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan
mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar
secara efektif.
Metakognitif adalah istilah yang dibuat
oleh Flavell (Livingstone, 1997) diartikan sebagai
kesadaran reflektif (reflective awarness) siswa akan
proses-proses kognitifnya. Atau dengan kata lain,
metakognitif merupakan suatu kemampuan untuk
melihat pada kemampuan diri sendiri, sehingga apa
yang dilakukan dapat terkontrol secara optimal.
Siswa perlu diajarkan strategi-strategi untuk menilai
pemahamannya sendiri, menghitung berapa waktu
yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu dan
memilih rencana yang efektif untuk belajar dan
memecahkan masalah. Mintzes (2005) menyebutkan
bahwa salah satu ciri mendasar dari seorang siswa
yang mempelajari sains dengan sukses adalah
kemampuan yang baik untuk memonitor, mengatur
serta menguasai pembelajarannya sendiri. Strategi
metakognitif yang telah dijabarkan di atas diharapkan
dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika yang
merupakan salah satu pelajaran sains.
Beberapa penelitian mengenai penerapan
strategi metakognitif dalam pembelajaran telah
dilakukan. Salah satunya yang dilakukan oleh Aleven
et. Al (2002) dengan judul An Effective
Metacognitive Strategy : Learning By Doing and
Explaining with a Computer-Based Cognitive Tutor
menyatakan bahwa siswa belajar dengan lebih baik
jika mereka dapat menjelaskan langkah pemecahan
masalah yang mereka lakukan, daripada hanya
menerima penjelasan dari guru. Kelemahan
penelitian ini adalah langkah-langkah masih sulit
diterapkan karena diperlukan perubahan pendekatan
guru dalam mengajar, dan hanya menekankan pada
satu aspek strategi metakognitif, yaitu penjelasan-diri
(self-explanation).
Dalam bidang sains, Ibe (2009) dengan
penelitian yang berjudul Metacognitive Strategies
on Classroom Participation and Student Achievment
in Senior Secondary School menemukan bahwa
pembelajaran dengan strategi metakognitif adalah
yang paling efektif diterapkan dalam meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan prestasi
siswa dibandingkan strategi Think-Pair-Share dan
pembelajaran konvensional. Menurut Ibe (2009)
strategi metakognitif yang diterapan dalam kelas

sains dapat membantu siswa mempelajari materi


lebih efisien dan menyimpan informasi lebih lama
serta meningkatkan keterampilan generalisasi.
Penelitian ini tidak memfokuskan pada pembelajaran
fisika.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pembelajaran dengan strategi metakognitif pada mata
pelajaran Fisika dengan judul : Efektivitas
Pembelajaran dengan Strategi Metakognitif dan
Pembelajaran Konvensional dalam meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Sub Materi Pengukuran
di Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Perbaungan
Tahun Pembelajaran 2011/2012.
Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sulitnya siswa memahami konsep fisika.
b. Hasil belajar fisika siswa belum memuaskan.
c. Pembelajaran yang berpusat pada guru dinilai
kurang tepat sehingga menyebabkan peserta didik
kurang berminat untuk mempelajari fisika.
d. Kurang diperhatikannya proses berpikir siswa
dalam menerima informasi menyebabkan siswa
kesulitan dalam mempelajari fisika.
Batasan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka
penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut :
1. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pembelajaran dengan strategi
metakognitif pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
2. Efektivitas yang dimaksud adalah kehandalan
strategi pembelajaran yang digunakan dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa yang
dilihat berdasarkan nilai gain ternormalisasi yang
diterjemahkan
berdasarkan
kriteria
yang
dikemukakan oleh Hake (1998).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran dengan
strategi
metakognitif
dan
pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
fisika siswa pada sub materi pengukuran semester
I kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan?
2. Bagaimanakah secara signifikan besar perbedaan
efektivitas
pembelajaran
dengan
strategi
metakognitif dibandingkan dengan efektivitas
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada sub materi pokok
pengukuran kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

diatas

a. Mengetahui efektivitas pembelajaran dengan stra


tegi metakognitif dan pembelajaran konvensional
dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa
pada sub materi pengukuran kelas X SMA Negeri
1 Perbaungan.
b. Mengetahui secara signifikan besar perbedaan
efektivitas
pembelajaran
dengan
strategi
metakognitif dibandingkan dengan efektivitas
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada sub materi pokok
pengukuran kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan.

Penelitian ini melibatkan dua kelas yang


diberi perlakuan berbeda. Rancangan penelitian kuasi
eksperimen dengan desain : two group pretes postes
design. Dengan demikian rancangan penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, merupakan pedoman sebagai calon
guru untuk diterapkan nantinya di lapangan.
2. Bagi guru dan sekolah, menjadi bahan masukan
dan informasi dalam mengajarkan konsep fisika
dengan strategi-strategi pembelajaran yang
inivatif.
3. Bagi pembaca, bahan informasi hasil belajar
fisika siswa dengan menggunakan strategi
metakognitif pada sub materi pengukuran kelas X
SMA.

Keterangan :
T1= Pretes
T2= Postes
X = Pembelajaran dengan strategi metakognitif.
Y = Pembelajaran konvensional.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
1 Perbaungan yang beralamat di Jl. T. Rizal Nurdin,
Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Semester I
Tahun Pembelajaran 2011/2012.
Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri
1 Perbaungan kelas X semester I tahun pembelajaran
2011/2012.
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil 2
kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random
sampling. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu
kelas yang menerapkan pembelajaran dengan strategi
metakognitif dan satu kelas kontrol menerapkan
pembelajaran konvensional.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ada dua yaitu:
1. Variabel bebas adalah pembelajaran dengan
strategi metakognitif.
2. Variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada
sub materi pokok Pengukuran.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
eksperimen, yaitu merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan hasil belajar akibat suatu pembelajaran.
Desain Penelitian

Tabel 2.1 Rancangan Penelitian


Sampel
Pretes
Perlakuan
Postes
Kelas
T1
X
T2
eksperimen
Kelas control
T1
Y
T2

Instrumen Penelitian
Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian ini berupa tes hasil belajar pada sub materi
pokok pengukuran yang terdiri dari 20 item. Dimana
setiap item terdiri dari 5 pilihan jawaban.
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran,
dilaksanakan tes awal untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa pada sub materi pengukuran pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen .
Setelah siswa menjani pembelajaran sub
materi pengukuran, dilaksanakan post tes untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan
eksperimen
Untuk memperoleh data hasil yang
dibutuhkan, tes yang akan digunakan diambil dari
soal-soal dari buku Fisika SMA dan soal-soal UN
yang memiliki kesesuaian dengan indikator dan
tujuan pembelajaran pada penelitian ini.
Untuk mengetahui kevalidan tes yaitu seberapa jauh
tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau
keadaan yang sesungguhnya dari objek ukur. Dalam
penelitian ini digunakan validitas isi. Djaali (2008)
menyatakan bahwa validitas isi suatu tes
mempermasalahkan seberapa jauh tes mengukur
tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran.
Penskoran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penskoran tanpa hukuman, (Arikunto,
2007). Baik skor pretes maupun skor postes di hitung
dengan cara :
Dimana :
%pretes/%postes = skor siswa pada pretes/postes
dalam persen
R = Jawaban benar (Right)
N = Jumlah soal
Selanjutnya, persen skor tiap siswa pada
kedua kelas baik untuk pretes maupun postes dicari
rata-ratanya dengan rumus :

dimana n adalah jumlah siswa dalam kelas.


Teknik Analisis Data
Adapun teknik penganalisa data peneliti
adalah :
Menghitung Rata-Rata Gain Aktual
Gain adalah selisih %postes dan %pretes.
Rata-rata gain aktual adalah persentase rata-rata gain
yang diperoleh dari selisih persentase rata-rata
postesdengan persentase
rata-rata
pretes
:
(Hake, 1998)
Menghitung Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran fisika dapat
diketahui dengan cara menghitung gain skor yang
ternormalisasi <g>. Hake (1998) mendefinisikan
rata-rata gain ternormalisasi adalah rata-rata gain
aktual dibagi dengan rata-rata gain aktual maksimum
yang dapat diperoleh. Dirumuskan sebagai :

(Hake, 1998)
Dimana :
= Rata-rata gain ternormalisasi
= Rata-rata gain aktual
=
Rata-rata gain maksimum
Besar rata-rata gain yang ternormalisasi ini
diinterpetasikan
untuk
menyatakan
kriteria
efektivitas pembelajaran fisika yaitu :
Tabel. 2.2 Interpretasi Kriteria Efektivitas
Nilai gain ternormalisasi <g>
Kriteria
0,7
Tinggi
0,3 (<g>) < 0,7
Sedang
< 0,3
Rendah
Uji Normalitas
Uji
normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui normal tidaknya data penelitian tiap gain
ternormalisasi pada kedua kelas. Uji yang digunakan
adalah uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai
berikut (Sudjana, 2005):
a. Pengamatan X1, X2, ., Xn dijadikan bilangan
baku Z1, Z2, ., Zn dengan menggunakan rumus
, dimana xi adalah gain ternormalisasi
untuk setiap skor siswa. X adalah rata-rata gain
ternormalisasi untuk keseluruhan kelas <g>. Dan
S dihitung dengan :

Dengan :
S = simpangan baku data gain ternormalisasi
untuk tiap skor.
n = jumlah siswa
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan
daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
peluang F (Zi) = P ( Z Zi )
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Zn
yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika
proporsi ini dinyatakan dengan oleh S (Zi) maka:
S (Zi) =
d. Hitung selisih F (Zi) S (Zi) kemudian tentukan
harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara hargaharga mutlak selisih tersebut, sebutkanlah harga
terbesar ini Lo.
Untuk menerima atau menolak
hipotesis dibandingkan Lo dengan nilai kritis L
yang diambil dari daftar Lilliefors dengan taraf
nyata = 0,05. Kriteria pengujian ini adalah
apabila Lhitung < Ltabel maka data berdistribusi
normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan jika data gain
skor ternormalisasi berdistribusi normal. Uji
homogenitas dilakukan pada pasangan rata-rata gain
ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Menurut Best (2007), uji homogenitas varians tidak
berarti bahwa varians dari kedua sampel yang di
bandingkan harus benar-benar identik tetapi hanya
bahwa mereka tidak berbeda secara statistik. Untuk
uji homogenitas dua varians digunakan uji F :

dengan
adalah varians terbesar dan
adalah
varians terkecil.
Tabel distribusi F digunakan untuk
menguji homogenitas varians. Nilai kritis F
ditemukan
signifikan
secara
statistik
dari
perhitungangan rasio F-kritis, berdasarkan baris dan
kolom yang semestinya, dengan derajat kebebasan
masing-masing n-1. Jika sampel memiliki jumlah
yang berbeda, derajat kebebasan yang digunakan
adalah yang terbesar. Jika Fhitung < Ftabel maka
varians adalah homogen dan perbedaan tidak
signifikan (Best, 2007).
Uji Hipotesis
Apabila data gain skor ternormalisasi
berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran dengan strategi
metakognitif lebih baik dibandingkan dengan
efektivitas
pembelajaran
konvensional
jika
digunakan dalam pembelajaran fisika, digunakan uji t
satu pihak (pihak kanan). Hal ini sesuai dengan yang
diutarakan oleh Sudjana (2005) bahwa untuk

hipotesis alternatif (tandingan) yang mempunyai


perumusan lebih besar (dalam penelitian ini lebih
baik) maka dalam distribusi yang digunakan didapat
sebuah daerah kritis yang letaknya diujung sebelah
kanan. Dimana luas daerah kritis atau daerah
penolakan ini sama dengan .
Menurut Sudjana (2005) jika simpangan
baku 1 = 2, maka statistik yang digunakan adalah
uji t :

Rata-rata peningkatan hasil belajar fisika


siswa pada sub materi pengukuran baik kelas
eksperimen
maupun
kelas
kontrol,
dapat
digambarkan dalam bentuk diagram batang seperti
gambar berikut :
20
14,47

15

10,11

10

8,58

5,89 5,97
4,14

0,61 0,29

0
Dengan :
t
= distribusi t
X1 = nilai rata-rata gain ternormalisasi kelas
eksperimen
X2 = nilai rata-rata gain ternormalisasi kelas
kontrol
n1 = ukuran sampel kelas eksperimen
n2 = ukuran sampel kelas kontrol
S12 = varians pada kelas eksperimen
S22 = varians pada kelas kontrol
S
= simpangan baku sampel
Kriteria pengujian yang berlaku adalah :
terima H0 jika t < t1- dan tolak H0 jika t mempunyai
harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar
distribusi t adalah (n1 + n2 2) dengan peluang (1- )
dan = 0,05 (Sudjana, 2005).

3. HASIL IMPLEMENTASI DAN DAN


PEMBAHASAN
Data Rata-Rata Gain Ternormalisasi Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Hasil penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum
dan
sesudah
pembelajaran
yang
berbeda
dilaksanakan pada kedua kelas, dimana kelas
ekperimen menerapkan pembelajaran dengan strategi
metakognitif dan kelas kontrol menerapkan
pembelajaran konvensional, diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Data Rata-Rata Gain Ternormalisasi Kelas
Eksperimen
Skor Kelas Eksperimen
<pretes>
<postes>
<gain> %<gain> <g>
Skor
%
Skor
%
5,89 29,44 14,47 72,36 8,58 42,92 0,61
Tabel 3.1 Data Rata-Rata Gain Ternormalisasi Kelas
Kontrol
Skor Kelas Kontrol
<pretes>
<postes>
<gain> %<gain> <g>
Skor
%
Skor
%
5,89 29,44 14,47 72,36 8,58 42,92 0,61

pretes

postes

KELAS EKSPERIMEN

gain

<g>

KELAS KONTROL

Gambar 3.1 Diagram Batang rata-rata peningkatan


hasil belajar (gain) kedua kelas
Pengujian Analisis Data
Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat data yaitu uji
normalitas menggunakan uji liliefors. Data yang diuji
adalah data gain ternormalisasi pada kedua kelas.
Hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
No Sampel
Data
Lhitung Ltabel Status
Penelitian
1 Kelas
Gain
0,1015 0,1477 Normal
Eksperimen Ternormalisasi
2 Kelas
Gain
0,1304 0,1477 Normal
Kontrol
Ternormalisasi
Berdasarkan tabel 3.3 bahwa Lhitung < Ltabel
sehingga disimpulkan bahwa data dari kedua kelas
berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan pada
data gain ternormalisasi kedua kelas. Pengujian
dilakukan dengan uji F. Hasil uji homogenitas data
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Uji Homogenitas Data Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Data
Fhitung
Ftabel
Status
Gain
1,718
1,760 Homogen
Ternormalisasi
Dari tabel 3.4 nilai Fhitung < Ftabel yang
berarti bahwa sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dinyatakan homogen atau dapat
mewakili seluruh populasi yang ada pada taraf
signifikan 0,05.

Uji Hipotesis Penelitian


Dari hasil pengujian diperoleh thitung =
13,33. Jika taraf signifikansi =0,05 dengan dk =
70 diperoleh t1-t2(n1+n2-2) = t(0,95)(70) = 1,668. Karena
thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian, efektivitas pembelajaran dengan
strategi metakogniif lebih baik dibandingkan dengan
efektivitas pembelajaran konven sional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada sub materi
pengukuran. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Ringkasan Pengujian Hipotesis
No Kelas
1. Eksperim
en
2. Kontrol

<g>
0,61
0,29

thitung
13,33

ttabel Kesimpulan
1,668
Efektivitas
Strategi
Metakognitif
lebih baik dari
efektivitas
konvensional

Pembahasan
Diskusi dan Pembahasan
Untuk kelas eksperimen diketahui bahwa
rata-rata pretest yang diperoleh siswa sebelum
dilakukan pembelajaran adalah 29,44 %. Pada kelas
kontrol, rata-rata pretest siswa adalah 30 %.
Sehingga dapat dikatakan kedua kelas memiliki
kemampuan
yang
hampir
sama.
Setelah
pembelajaran dengan strategi metakognitif rata-rata
postest meningkat menjadi 72,36 %. Maka terdapat
peningkatan hasil belajar sebesar 42,92 % pada kelas
eksperimen. Pada kelas kontrol setelah dilaksanakan
pembelajaran konvensional rata-rata postest-nya
meningkat menjadi 50,56 %. Maka terdapat
peningkatan hasil belajar sebesar 20,56 %. Dengan
demikian, peningkatan hasil belajar kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar
22,36 %
Dari
perhitungan
rata-rata
gain
ternormalisasi kelas eksperimen diperoleh <g> =
0,61 maka pembelajaran dengan strategi metakognitif
efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa
pada sub materi pengukuran dengan kriteria
efektivitas sedang. Sedangkan untuk kelas kontrol,
rata-rata gain ternormalisasi sebesar <g> = 0,29 maka
pembelajaran konvensional kurang efektif dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa, dengan
kriteria efektivitas rendah. Dengan demikian,
efektivitas pembelajaran dengan strategi metakognitif
lebih baik dibandingkan dengan efektivitas kelas
kontrol dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
sub materi pengukuran, dimana terdapat perbedaan
sebesar 0,32.
Strategi metakognitif adalah strategi
pengajaran yang dapat memotivasi siswa dan
memberi siswa kesempatan tidak hanya untuk belajar
tetapi juga untuk mengetahui proses belajar yang
dialaminya. Dengan mengerjakan LKS tipe kognitif,
siswa memperoleh pengetahuan tentang materi
pelajaran yang harus dikuasainya. Kemudian saat

mengerjakan LKS tipe metakognitif, siswa dituntut


untuk menyadari dan memantau sejauh mana
pengetahuan telah dipahami. Dengan menyadari hal
tersebut siswa dapat memantau pengetahuan yang
dimilikinya.
Penelitian Slife et al (Yu-ping Hsiao,
1997) yang memperoleh hasil bahwa siswa dengan
strategi metakognitif tinggi dapat memonitor atau
memantau dengan baik jawaban yang benar dan salah
daripada siswa yang strategi metakognitifnya rendah.
Dengan mengerjakan LKS tipe metakognitif, setelah
sebelumnya mengerjakan LKS tipe kognitif akan
menyebabkan siswa memiliki kebermaknaan yang
mendalam terhadap proses belajarnya yang pada
akhirnya akan membantu dalam menyelesaikan tes
hasil belajar (Sudiarta, 2010). Penelitian lainnya yang
mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan Helen Ngozi Ibe yang menunjukkan
strategi metakognitif adalah yang paling efektif
dalam meningkatkan prestasi akademik siswa diikuti
dengan strategi Think-Pair-Share (TPS) dan
pembelajaran konvensional.
Dalam pembelajaran dengan strategi
metakognitif juga digunakan inventori metakognitif,
dimana diperoleh suatu kecenderungan bahwa siswa
dengan kemampuan metakognitif tinggi memperoleh
nilai yang tinggi pada tes hasil belajar. Sebagai
contoh seorang siswa dengan skor inventori 99
memperoleh nilai 90 pada tes hasil belajar. Begitu
pula dengan siswa yang memiliki kemampuan
metakognitif rendah memperoleh nilai tes hasil
belajar yang rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nelly Herlinawati (2009), hasil
yang
diperoleh
menunjukkan
kemampuan
metakognitif siswa memberi pengaruh sebesar 28,94
% terhadap hasil belajar mahasiswa pada matakuliah
Fisiologi Hewan.
Untuk
mengetahui
efektivitas
pembelajaran dengan strategi metakognitif pada kelas
eksperimen secara signifikan lebih baik dari
efektivitas pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol dalam meningkatkan hasil belajar fisika
dilakukan uji hipotesis. Dari hasil persyaratan
analisis data diperoleh data rata-rata gain
ternormalisasi kedua kelas berdistribusi normal dan
homogen. Maka digunakan uji t satu pihak (pihak
kanan). Berdasarkan perhitungan, diperoleh t = 13,33
sedangkan ttabel = t(0,95)(70) = 1,668. Dengan demikian t
> ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat
disimpulkan efektivitas pembelajaran dengan strategi
metakognitif lebih baik dari efektivitas pembelajaran
konvensional sehingga baik digunakan oleh para
pendidik khususnya guru dalam meningkatkan hasil
belajar fisika siswa khususnya pada sub materi
pengukuran di SMA Negeri 1 Perbaungan.
Pembelajaran fisika yang umumnya
digunakan oleh guru (pembelajaran konvensional)
ternyata tidak cukup efektif dalam meningkatkan
hasil belajar siswa. Peneliti memberikan satu
alternatif pilihan bagi guru dalam memberikan

pembelajaran fisika khususnya pada sub materi


pengukuran yakni pembelajaran dengan strategi
metakognitif yang dapat meningkatkan kesadaran
siswa pada proses belajarnya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
4.

KESIMPULAN

Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan,
pengolahan
data,
analisis
dan
pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan Strategi Metakognitif


efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika
siswa, sebesar 42,92 % dengan rata-rata gain
ternormalisasi sebesar 0,61. Pembelajaran
konvensional kurang efektif, dengan besar
peningkatan 20,56 %, dengan rata-rata gain
ternormalisasi 0,29.
2. Pada taraf signifikansi () = 0,05 diperoleh thitung
= 13,33 > ttabel = t(0,95)(70) = 1,67, maka efektivitas
pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih
baik
dibandingkan
dengan
efektivitas
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.

5. DAFTAR PUSTAKA
Aleven, V., Koedinger, K. R. 2002. An Effective Metacognitive Strategy : Learning by Doing and Explaining
with a Computer-Based Cognitive Tutor. Cognitive Science. Vol. 26, pp. 147-179 (accessed Maret 2011)
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara
Best, J. W., Kahn, J. V. 2007. Research In Education (Ninth Edition). New Delhi : Prentice-Hall of India
Privated Limited
Dahar, R. W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Damanik, B. 2011. Urgensitas Perubahan Paradigma Pembelajaran. Dapat diakses pada
http://www.hariansumutpos.com/2011/01/69375/urgensitas-perubahan-paradigma-pembelajaran.html
(accessed Maret 2011)
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung : Yerama Widya
Djaali, H., Muliono, P. 2008. Pengukuran untuk Bidang Pendidikan. Jakarta : Gramedia
Djamarah, S., Zein, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rinneka Cipta
Hake, R. 1998. Interactive-Engagemeny Versus Traditional Methods : A Six-Thousand-Student Survey of
Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. American Journal Physics. Vol. 66, No. 1, pp. 6474 (accessed Mei 2011)
Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hollingworth, R., McLoughlin, C. 2002. The development of metacognitive skills among first year science
students. Paper, The University of England, pp. 1-3 (accessed Mei 2011)
Hsiao, Yu-ping. 1997. The Effect of Cognitive Styles and Learning Strategies in a Hypermedia Environment: A
Review of Literature. http://www.edb.utexas.edu/mmresearch/students97/Hsiao/LS.html (accessed Mei
2011)
Ibe, H. N. 2009. Metacognition Strategies on Classroom Participation and Student Achievment in Senior
Secondary School Science Classroom. Science Education International. Vol. 20, No. , pp 2531(accessed Mei 2011)
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga, hal. 319-332
Livingstone, J. 1997. Metacognition: An Overview. Volume 1, 1-6.
http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm (accessed Mei 2011)

Dapat

diakses

pada

Mendiknas. 2010. Rerata Ujian Kelulusan Ujian Nasional (UN) SMA/MA 2010. Dapat diakses pada
http://ujiannasional.org/hasil-ujian-nasional-2010.htm. (accessed Maret 2011)
M,

I.
2010.
Ribuan
Siswa
Di
Sumut
Tidak
Lulus
UN.
Dapat
diakses
pada
http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/04/25/16185/Ribuan-Siswa-SMA-diSumut-tidak-Lulus-UN (accessed Maret 2011)

Mintzes, J. J., Wandersee, J.H., and Novak, J. D. 2005. Teaching Science for Understanding : A Human
Contructivist View. USA : Elsevier, Inc., hal. 133-161 (accessed Maret 2011)
Muisman. 2003. Tesis : Analisis Jalur Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Berdasarkan Kecerdasan,
Strategistrategi
Metakognitif,
dan
Pengetahuan
Awal.
Dapat
diakses
pada
http://www.damandiri.or.id/file/ muismaniksingaraja.pdf, (accessed Maret 2011)
NCREL.d
1995.
Metacognition.
Dapat
diakses
pada
HENT/world/rssfiles/metacognition.htm (accessed Maret 2011)

http://www.neat.tas.edu.au/

Herlinawati, N. 2009. Analisis Kemampuan Metakognitif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Terhadap Mata Kuliah Fisiologi Hewan. Medan : FMIPA Unimed
PISA. 2002. The OECD Programme for International Student Assessment. Dapat diakses pada
http://www.PISA.com (accessed Maret 2011)
Reza, S. E. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Fisika Siswa Sma. Bandung : Fakultas PMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
(accessed Mei 2011)
Santrock, J. W. 2009. Educational Phsycology, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Salemba Humanika
Sapaat, A. 2008. Metakognitif : Belajar Bagaimana Untuk Belajar. Dapat diakses
http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar/

pada

Sardiman, A., M. 2009. Interaksi dan Motiavasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sudiarta, Phil. I. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif. Makalah : Disampaikan dalam Pendidikan
dan Pelatihan MGMP Matematika SMK, Kabupaten Karang Asem, Bali.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika, Edisi 6. Bandung : Tarsito
Supiyanto. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : PT. Phibeta, hal 205-212
Suryosubroto, B., 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Susantini, E. 2005. Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses
Pembelajaran Genetika di SMA. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 12, No. 1 pp. 62-75
Tim SBM Jurusan Fisika. 2008. Strategi Belajar Mengajar : Bahan Perkuliahan. Medan : FMIPA Unimed
Trianto 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.. Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher
Usman, U., 1995, Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wingkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Você também pode gostar