Você está na página 1de 24

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

Asuhan Keperawatan Bayi dari Ibu yang Diabetes Mellitus

Oleh:
Kelompok VI
Rinny Cahyaneng

I1B110012

Tussy Indrawati

I1B110023

Reza Pahlevi

I1B110204

Firyal Afifah J

I1B110203

Nisya Andesita

I1B110008

Muhammad Alfian

I1B110033

Istia Arisandy

I1B110024

Muhammad Sujana

I1B109012

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat


Program Studi Ilmu Keperawatan
Banjarbaru, Maret 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya makalah yang membahas tentang Keperawatan Maternitas II yang berjudul
Asuhan Keperawatan Bayi dari Ibu yang Diabetes Mellitus ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pengajar mata
kuliah Keperawatan Maternitas II, serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari semua
pihak. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan bermanfaat bagi kita semua, serta
dengan disusunnya makalah ini penulis berharap dapat menjadi sumber bacaan baru
sehingga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Banjarbaru, Maret 2013

TIM PENYUSUN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dari beberapa penelitian epidemologis di Indonesia didapatkan prevalensi
Diabetes Mellitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan
angka kejadian DM dalam kehamilan adalah 0,3-0,7%. Wijono melaporkan rasio 0,18% di
RSCM di Jakarta.
Pada tahun terakhir ini terjadi peningkatan kejadian DM dengan sebab yang belum
jelas, tetapi faktor lingkungan dan faktor predisposisi genetik memegang pengaruh.
Kehamilan sendiri merupakan baban baik dari pihak ibu hamil seperti kenaikan kortisol,
maupun dari plasenta janin yang mengeluarkan steroid dan human placental lactogen yang
menyebabkan resistensi insulin dengan akibat gangguan toleransi glukosa. Penyakit ini
menyebabkan perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang dipengaruhi
kehamilan serta persalinan. Sudah jelas bahwa metabolisme glukosa dipengaruhi oleh
kehamilan, hal ini terbukti dengan meningkatnya lactat dan piruvat dalam darah, akan
tetapi kadar gula puasa tidak meningkat. Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama
kali dalam masa kehamilan karena penderita datang untuk pertama kalinya ke dokter atau
diabetesnya menjadi tambah jelas oleh karena kehamilan.
Diabetes mellitus dalam kehamilan masih merupakan masalah yang memerlukan
penanganan kusus karena angka kematian perinatal yang relative tinggi. Sebelum tahun
1922, tidak ada bayi dari ibu yang menderita DM dalam kehamilan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya . dalam dua dekade terakhir ini angka kematian perinatal pada
DMG telah dapat ditekan, sejak ditemukan insulin oleh Banting dan Best tahun 1921. dari
laporan peneliti menyebutkan dengan penurunan kadar glukosa darah penderita DMG,
maka angka kematian perinatal juga akan menurun.
Angka lahir mati terutama pada kasus dengan diabetes mellitus yang tidak
terkendali dapat terjadi 10 kali dibandingkan kehamilan normal. Angka kematian perinatal
bayi dengan ibu DM gestasional sangat tergantung pada keadaan hiperglikemia ibu. Di
klinik yang maju sekalipun angka kematian dilaporkan 3-5% dengan angka morbiditas

fetal 4%. Sedangkan angka kematian fetal di bagian perinatologi FK UI/RSCM dari tahun
1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan Bayi dari Ibu
yang Diabetes Mellitus adalah:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari diabetes mellitus dalam kehamilan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh diabetes terhadap kehamilan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan morbiditas dan mortalitas prenatal
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan janin & neonatus

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Definisi diabetes mellitus dalam kehamilan ialah gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang terjadi (atau pertama kali dideteksi) pada kehamilan. Batas ini tanpa
melihat dipakai/tidaknya insulin atau menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan
toleransi glukosa yang mendahului kehamilan
Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama kali dalam kehamilan karena
penderita untuk pertama kali datang kepada dokter atau diabetesnya menjadi lebih jelas
oleh kehamilan. Diabetes menunjukkan kecendrungan menjadi lebih berat dalam kehamilan
dan keperluan akan insulin meningkat.

B. PENGARUH DIABETES TERHADAP KEHAMILAN


Pengaruh meternal bisa dibagi lagi selama kehamilan, selama persalinan dan selama
1,2,3,4,5

nifas.
Selama kehamilan

Selama persalinan

Abortus. Resiko meningkat pada diabetes tak Persalinan


terkontrol.
Pre

berhubungan

Sepsis

memanjang

eklampsia,

Kontrol

dengan

pre-eklampsia

rendahnya

mortalitas

puerperalis

akibat bayi yang Berkurang


besar

laktasi

Distosia bahu

perinatal

Hidramnion. Insidens meningkat pada diabetes Meningkatnya


tak terkontrol. Hal ini disebabkan plasenta yang

tindakan operatif

besar , adanya malformasi kongenital dan Reptura


poliuria janin akibat hiperglikemia.
Persalinan
bersamaan

prematur.
dengan

Insidens
meningkat

kepala panggul, malpresentasi.

lahir
meningkat Perdarahan
disproporsi

Selama nifas

postpartum

jalan

Meningkatnya
morbiditas
meternal

Pengaruh terhadap janinnya :


Janin mati dalam rahim
Makrosomia
Maturasi paru terlambat
Trauma kelahiran
Retardasi pertumbuhan
Malfromasi kongenital
Meningkatnya kematian neonatal

C. PATOFISIOLOGI
Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yang
dilahirkannya. Gangguan tersebut antara lain :
Hipoglikemia. Ibu diabetes akan mengalami hiperglikemia. Hiper glikemia ibu ini juga
menyebabkan hiperglikemia pada janin (difusi lelalui plasenta). Bila glukosa dapat
berdifusi melalui plasenta, sebaliknya insulin ibu tidak dapat ditransfer kejanin. Hal ini
menybabkan pangkreas janin terangsang untuk memproduksi insulin sendiri. Hasilnya
adalah hiperinsulinemia pada janin. Segera setelah lahir terjadi pemutusan aliran darah
ibu kejanin, akibatnya suplai glukosa dari ibu juga terhenti. Namun, insulin masih tetap
diproduksi oleh pancreas bayi sebagai adaptasi terhadap kondisi hiperglikemia
sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan hipoglikemia pada bayi yang baru lahir.
Makrosomia. Bayi dari ibu diabetes cenderung lebih besar dan montok daripada bayi
yang lahir normal. Mekanisme yang menyebabkan janin ini tumbuh berlebih belum
diketahui dengan pasti. Akan tetapi, dari beberapa penelitian didapatkan ada kolerasi
positif antara tingkat makrosomia janin pada ibu yang tidak mengalami konflikasi
penyakit

vaskuler.

Hal

tersebut

dimungkinkan

karena

hiperglikemia

dan

hiperinsulinemia pada janin secara bersama-sama dapat menyebabkan peningkatan


sintesis glikogen, lipogenesis dan sintesis protein dalam tubuh janin.sebagai hasil
akhirnya, janin tumbuh subur/pesat pada semua tingkat usia kehamilan yang disebut
large for gestational age (LGA).

Respiratory distress syindrome (RDS). Bayi dari ibu diabetes mempunyai risiko tinggi
mengalami RDS. Hal ini berkaitan dengan imaturitas paru sebagai akibat
hiperinsulinemia janin. Hiperinsulinemia menghambat produksi surfaktan karena
hiperinsulinemia empengaruhi perbandingan lesitin dengan spingomielin yang
merupakan unsur utama pembentukan surfaktan.
Anomaly congenital. Bayi dari ibu diabetes mempunyai risiko tiga kali lebih besar
untuk mengalami cacat bawaan. Satu penelitian mengindikasi bahwa kadar glikosilat
hemoglobin yang lebih tinggi pada pasien non-gestasional diabetes yang berhubungan
dengan adanya cacat bawaan yang umum seperti hidrosefalus. Kadar gula darah yang
meningkat selama trimester pertama dihubungkan dengan banyaknya kelainan
malformasi fetal, seperti kelainan jantung bawaan.
Hiperbilirubinemia.

Hiperbilirubinemia

ini

bisa

terjadi

dihubungkan

dengan

makrosomia, trauma kelahiran dan pendarah akibat trauma kelahiran dan prematuritas
(fungsi hepar imatur).
Hipokalsemia.Hipokalsemia ini akibat ktidak normalan pada kadar kalsium ibu yang
disalurkan pada janin. Kadar kalsium dalam darah ibu yang tinggi selama kehamilan
(diabetes) direspon oleh janin berupa hipoparatiroid yang kemudian menyebabkan hipo
kalsemia.
Trauma lahir. Hal ini terjadi akibat tubuh bayi dari ibu diabetes yang melebihi ukuran
normal sehingga sering terjadi penyulit pada proses persalinan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Bayi cenderung montok dan besar akibat bertambahnya lemak tubuh. Gejala klinis
yang sering ditemukan dan merupakan cirri khas bayi hipoglikemia adalah tremor, lertargi,
malas minum, serta gejala lain yaitu hiperpnea, apnea, sianosis, pernafasan berat, kejang,
apatis, hipotonin, iritabilitas, tangisan melengking. Pada pemeriksaan diagnostik akan
ditemukan peningkatan kadar gula darah, kadar kalsiun serum <7mg/ml>

E. MORBIDITAS DAN MORTALITAS PRENATAL


Kehamilan dengan diabetes dihubungkan dengan peningkatan morbiditas pernatal.
Bayi dari ibu diabetes mempunyai permasalahan yang unik dan membutuhkan penanganan
khusus.

Gambar I. Bayi dari Ibu dengan diabetes mellitus


1. Makrosomia
Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari 4000 gr.
Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia dan peningkatan
penggunaan zat makanan bertanggung jawab pada peningkatan ukuran badan janin,
hipotesis

perdersen

menyebutkan

bahwa

hiperinsulinemia janin dan makrosomia.

hiperglikemia

maternal

merangsang

Gambar 2. Pengaruh insulin terhadap pertumbuhan janin, dikutip dari (6)

Komplikasi dari persalinan pervaginam pada bayi makrosomia bisa dihindari bila ukuran
janin diketahui lebih dulu dengan pemeriksaan USG. Persalinan pervaginam harus
dipertimbangkan baik-baik mengingat besarnya resiku terjadinya distosia bahu. Namun
demikian bila dipertimbangkan tindakan seksio kaisar dikerjakan untuk berat janin lebih
dari 4000 gram maka angka seksio kaisar akan mencapai 50% pada ibu diabetes yang
tergantung insulin.

2. Kematian Janin dalam rahim


Kadar glukosa maternal yang tidak stabil bisa menyebabkan terjadinya janin mati dalam
rahim, yang merupakan kejadian khas pada ibu dengan diabetes. Janin yang terpapar
hiperglikemia cendrung mengalami asfiksia dan sidosis walaupun mekanisme yang pasti
belum jelas, tetapi diduga keto-asidosis mempunyai hubungan yang erat dengan matinya
janin. Bila kadar glukosa darah meternal dalam batas normal, kematian janin dalam
rahim jarang terjadi. Hiperinsulinemia yang terjadi pada janin akan meningkatkan
kecepatan metabolisme dan keperluan oksigen untuk menghadapi keadaan-keadaan
seperti hiperglikemia, keto-asidosis, pre-eklampsia dan penyakit vaskuler yang dapat
menurunkan aliran darah utero-plasenter serta oksigenasi janin. Frekuensi janin mati
dalam rahim atau bayi lahir mati berkisar antara 15-20%.Usaha untuk menghindari
kematian janin tiba-tiba dalam rahim yaitu dengan melakukan terminasi kehamilan
beberapa minggu sebelum aterm. Tetapi tindakan ini sering menimbulkan mortalitas
neonatal karena prematuritas iatrogenik.
3. Sindrom gawat napas
Persalinan prematus umumnya dihubungkan dengan timbulnya sindroma gawat napas
(SGN) yang sering akibat penyakit membran hialin. Penyakit membran hialin pada bayi
dari ibu diabetes bukan karena prematuritas, tetapi juga karena maturasi paru yang
terlambat akibat hiperinsulinemia janin yang menghampat produksi surfaktan.
Hiperinsulinemia juga menggangu pengaruh pematang paru dari kortisol. Termasuk
dalam usaha pencegahan terjadinya SGN adalah kontrol metabolisme glukosa dengan
hati-hati, persalinan spontan saat aterm, persalinan pervaginam dan monitor janin selama
kehamilan lebih awal (misalnya karena retardasi pertumbuhan, gawat janin)
memungkinkan dan paru-paru belum matang pada uji cairan amnion, maka pemberian
kortikosteroid, TRH (Thyroid Releasing Hormone) atau tiroksin intraamnion dapat
memerlukan pengawasan ketat terhadap glukosa meternal dan adanya hiperinsulinemia.

4. Malformasi congenital
Malformasi kongenital merupakan salah satu penyebab utama dari mortalitas pernatal
pada kehamilan dengan diabetes, yaitu sekitar 30 sampai 40% dari semua mortalitas
perinatal. Insidens malformasi kongenital sekitar 7,5 12,9 % dari kehamilan dengan
diabetes. Berbagai macam malformasi kongenital yang bisa terjadi dapat dilihat dari
tabel berikut ini.
Tabel 1. Malformasi kongenital pada bayi dari ibu diabetes
Kardiovaskuler

Sistem syaraf pusat

Skeleta

Genitourinaria

Gastrointestinalis

- Transposisi

- Anensefali

- Sindroma

- Ginjal absen

- Fistula

pembuluh darah

- Ensefalokel

regresi

(sindroma

besar

- Meningomielokel

kaudal

potter)

- Defek septum

- Mikrosefali

ventrikel

- Spina
bifida

- Defek septum

- Ginjal
polikistik

trakheoesofageal
- Atresia
cerna
- Anus imperforata

- Ureter ganda

atrium
- Ventrikel kiri
hipoplastik
- Anomali aorta

Tabel 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko anomaly


kongenital diantara keturunan hewan coba atau bayi dari ibu diabetes
1. Hiperglikemia
2. Hipoglikemia
3. Hiperketonemia
4. Inhibitor somatomedin
5. Gangguan pada yolk sac
6. Penurunan mio-inositol intrasel
7. Defisiensi asam arakhidonat
8. Vaskulopati maternal

saluran

Hiperglikemia maternal yang terjadi selama masa kritis dari organogenesis (usia
kehamilan dibawah 9 minggu) dihubungkan dengan adanya peningkatan frekuensi
malformasi. Hemoglobin glikosilat banyak dipakai sebagai indikator dalam pengawasan
hiperglikemia selama organogenesis. Dari perconaan lainnya di peroleh hasil bahwa
hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada yolk sec, gangguan
metabolisme mio-inositol, dan bersama-sama dengan defisiensi asam arakhidonat
ditemukan dapat menyebabkan defek kongenital.
Hipoglikemia

pada

percobaan

binatang

mampu

menyebabkan

terjadinya

dismorfogenesis, tetapi tidak terbukti pada manusia. Demikian juga inhibitor


somatomedin, yang pada percobaan binatang menunjukan efek sinergistik dengan
hiperglikemia dan peningkatan karang keton dalam menyebabkan defek kongental dan
retardasi pertumbuhan, ternyata belum diperoleh data yang sama pada bayi dari ibu
diabetes.
Sementara itu, dilaporkan adanya hubungan antara vaskulopati meternal dengan
anomaly kongenital. Molsted-Pedersen dkk melaporkan insidens anomali sebesar 3,1%
pada ibu diabetes tanpa gangguan vaskuler, dan 10,7% pada ibu diabetes dengan
gangguan vaskuler.
5. Abnormalitas metabolisme neonates
Hiperinsulinemia akan menekang glukoneogenesis dan glikogenolisis janin. Kadar
glukosa normal pada bayi aterm diatas 30-35 mg % dan bayi preterm diatas 20-25 mg
%. Glukosa menurun sampai kadar yang rendah 1 -1 jam setelah kelahiran. Bila
didapatkan hipoglikemia pada bayi yang dilahirkan, pengobatannya ialah dengan
penyuntikan glukosa 20% 4 ml/kg bb, kemudian disusul dengan pemberian infus
glukosa 10%. Oleh karena bahaya hipoglikemia pada bayi baru lahir dari ibu diabetes,
maka pengawasan glukosa neonatal sangat penting. Early feeding membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia. Hipokalsemia bisa terjadi pada hari ke 2-3
kehidupan, yang umumnya asimtomatik. Polisitemia biasanya bersamaan dengan
hiperviskositas yang dihubungkan dengan hipoksia yang merangsang eritropoietin dan
pada akhirnya merangsang eritropoesis. Sedang hiperbilirubinemia dihubungkan dengan
polisitemia yang disertai peningkatan break down dan turn over sel darah merah.

6. Gangguan neurobehavioral
Katonuria meternal, khususnya bila manifes bisa trimesster III, dihubungkan dengan
rendahnya IQ dan gangguan neuropsikiatri, walaupun hal ini dipertentangkan. Dan
gangguan tersebut baru bisa diketahui setelah umur 4-5 tahun dengan permeriksaan yang
teliti.

F. PENATALAKSANAAN JANIN DAN NEONATUS


Pengawasan kadar glukosa darah maternal pada ibu hami dengan diabetes adalah
salah satu hal yang sangat penting. Hal itu ditunjukan untuk mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah yang normal (euglikemia). Untuk mencapai tujuan
tersebut, perlu diatur dietnya, pemberian insulin, kontrol glukosa, dan bila mungkin
kegiatan exercise tertentu. Terhadap bayi yang dikandung, perlu dikerjakan
penatalaksanaan antenatal dan postnatal.
1. Surveilans jenis antenatal
Pengawasan secara biokimia dan biofisika digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan janin sepanjang kehamilan. Konsentrasi HbA (hemoglobin glikosilat)
yang tinggi mempunyai hubungan dengan anomalia kongenital, khususnya pada
kehamilan trimester I. hemoglobin glikosilat juga mempunyai hubungan yang erat
dengan kadar glukosa maternal dan berat badan lahir. Oleh karena itu disamping
pengawasan kadar glukosa maternal, kadar HbA diukur paling tidak sekali sebulan
selama trimester II dan III. Konsentrasi Fruktosamin dan Albumin glikosilat ditemukan
lebih tinggi didalam serum ibu diabetes dengan janin makrosomia. Demikian juga kadar
C-peptida cairan amnion bisa dipakai untuk melihat kemungkinan resiko adanya
makrosomia. Pengukuran kadar Estriol mempunyai manfaat untuk memonitor fungsi
plasenta dan mendeteksi bahaya pada janin. Tetapi pengukuran kadar estriol ini jarang
dipakai karena relatif membutuhkan banyak waktu sehingga kurang efektif
dibandingkan dengan pengawasan denyut jantung janin atau skor profil biofisika dalam
menentukan kesejahteraan janin. Kadar kortisol dalam cairan amnion juga bisa dipakai
untuk menentukan maturitas janin. Insidens SGN 25% jika kadar kortisol kurang dari
4,3 ng/nd dan hanya 2-9 % SGN jika kadar kortisol di atas 4,3 ng/nd. Pada kehamilan

normal, kadar kortisol rendah sampai kehamilan 35 minggu, meningkat tajam pada
kehamilan 36 minggu dan tetap tinggi kadarnya sampai kehamilan 39 minggu. Pada
5,6

kehamilan dengan diabetes, penigkatan kortisol lambat atau bahkan tidak meningkat.
,9

2. Penatalaksanaan postnatal
Oleh karena sebagian besar bayi yang dilahirkan dari ibu diabetes menderita asfiksia
dengan derajat yang berbeda-beda, maka prosedur resusitas tergantung derajat
asfiksianya. Dan jika ada asfiksia, maka resusitas harus segera dilaksanakan. Kadar
glukosa neonatus sudah diperiksa dalam 1 jam pertama kelahiran diulangi tiap jam
selama 4 jam dan selanjutnya pada 6 jam kemudia. Bila ditemukan adanya hipoglikemia,
segera diterapi.

G. ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DARI IBU DENGAN DIABETES MELITUS

1. Pengkajian
Data Subyektif
Biodata atau identitas pasien
Bayi meliputi : Nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat.
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
makrosomia yaitu :

Keadaan

ibu

selama

merokokketergantungan

hamil
obat

dengan

anemia,

obatan atau

hipertensi,

dengan penyakit

pola

makan,

seperti

diabetes

mellitus,kardiovaskuler dan paru.

Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).

Riwayat natal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada
bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : Perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,
AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gramlingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

Adakah kelainan congenital.

Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan
nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian
obat intravena.

Kebutuhan parenteral.

Bayi makrosomia menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam BB 1250-< 2000 gram
= 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :


Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

Latar belakang sosial budaya

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah ketergantungan obatobatan tertentu.

Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kalori dan lemak.

Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi
bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang
dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan makrosomia karena memerlukan perawatan yang intensif dan monitoring.

Data Obyektif
Keadaan umum

Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.

Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37C.Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur.
Pemeriksaan Fisik

Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia
terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.
Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.
Mulut
Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax
Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawaharcus costae pada garis papilla
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atautumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
Umbilikus
Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada
tali pusat.

Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
Ekstremitas
Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tanganserta jumlahnya.

II. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

No
1

Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria

Cedera berhubungan dengan trauma Cedera


kelahiran
makrosomia

sekunder

Rencana Tindakan

terhadap teridentifikasi

dan

cedera kelahiran pada

teratasi

dokter

Kriteria :

Dokumentasikan tujuan
pengkajian pada catatan

Bayi
mengalami

Laporkan gejala-gejala

tidak

perawatan dan perbaiki

cedera

pada setiap pergantian

yang

tak

teridentifikasi

/tak

shift

Ubah posisi dari satu

teratasi atau gejala

sisi ke sisi lain setiap 2

sisa neurologis

jam

Implementasikan
pertahankan
popok

khusus,

sesuai pesanan

dan
bebat,
dll

Resiko cedera berhubungan dengan Tidak terjadi cedera

perubahan glukosa darah, cairan dan


elektrolit

Lakukan

pemantauan

glukosa darah heelstik,


Kriteria :

Bayi

setiap 1 jam 3 kali,


mampu

laporkan nilai-nilai di

mempertahan-

bawah 45 mg% dan

kan cairan dan

lakukan

elektrolit dalam

serum

rentang normal

pesanan

Bayi

mampu

mencapai

dan

kadar

glukosa

darah

normal

glukosa

segera

Observasi

sesuai

terhadap

tanda dan gejala distres

mempertahankan

tes

pernafasan

Pantau kadar elektrolit


dan Ht sesuai pesanan

Lakukan

pemberian

makanan pada 2 sampai


3

jam

formula

usia

dengan

atau

air

dextrose 5 % sampai 10
% sesuai pesanan, ikuti
jadual

pemberian

makan

Kaji perubahan tingkat


kesadaran setiap 4 jam

Kaji tanda vital setiap 4


jam

Observasi
gejala

terhadap
perdarahan

intrakranial dan kejang

Pertahankan pemberian

glukosa

parenteral

sesuai pesanan

Kolaborasi

pemberian

hidrokortison
pemberian

bila
glukosa

tidak efektif

Berikan

suhu

lingkungan normal

Pertahankan suhu pada


36,5 C

Berikan

suplemen

elektrolit

sesuai

pesanan

Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

orang

tua Pengetahuan orang

kurang tua meningkat

Kriteria:

dan

gejala

hipoglikemia

untuk

Orang tua dan

dilaporkan

orang terdekat

perawat atau dokter

mampu

kepada

Tekankan

pentingnya

mengungkapka

pemberian

makan

n gejala

teratur

hipoglikemia

dengan

orang tua tentang tanda

informasi tentang perawatan bayi


dengan ibu diabetes

Diskusikan

Tekankan

pentingnya

pada bayi

perawatan prenatal dini

Orang tua/orang

dan

terdekat mampu

kehamilan selanjutnya

memenuhi
kebutuhan

baik

Ajarkan
obat-obatan

untuk

pemberian
bila

khusus bayi

diindikasikan termasuk
nama,

tujuan,

dosis,

waktu pemberian, dan


efek samping

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Diabetes mellitus dalam kehamilan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal. Dengan pengawasan maternal yang baik. Khususnya dalam mengotrol glukosa
darah ibu, morbiditas dan mortalitas perinatal makin rendah.

Walaupun penyebab

morbiditas dan mortalitas perinatal adalah multifaktorial, tetapi hiperglikemia dan


hiperinsulinemia disebutkan merupakan faktor penyebab yang utama. Akibat hiperglikemia
dan hiperinsulinemia bisa terjadi janin mati dalam rahim, kelahiran prematur, makrosomia,
malformasi kongenital dengan segala akibat selanjutnya. Dengan surveilans janin antenatal
dan postatal yang baik, hiperglikemia dan hiperinsulinemia itu bisa dikurangi dan dicegah
pengaruh buruknya pada bayi yang dilahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Sechneider JM. Pregnancy Complicated bu Diabetes Mellitus. In : Pernoll ML, ed.


th

Curremt Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 7 ed. Norwalk Connecticut
: Appleton & Lange, 1991 ; 364-327
th

2.

Kundus S. An essential guide to obstetric and gynaecology. Volume 1 : obstetrics. 4


ed. Calcutta : Swapha Printing, 1989 : 278-284

3.

Prawirohardjo S, ed. Ilmu Kebidanan. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka,
1981 : 480-488
th

4.

Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. William Obstetrics 18 ed. London :
Prentice Hall International Inc, 1989 : 816-822
nd

5.

OSullivan MJ, Skyler JS, Raimer KA, Abu-Hamad A. Diabetes and Pregnancy. 2 ed.
Norwalk Connectocut : Appleton & Lange, 1992 : 357-375

6.

Lin CC, Hibbard J. Current Consept and Practice in Improving Fetal Outcome in
Diabetic Prenancies. In : RATHI M, ed. Cureent Perinatology. New York Berlin
Heidelberg : Springer Verlag, 1989 : 99-141

7.

Abdi A, Hermanto. Hasil akhir Pernatal dan kadar gula post partum penderita diabetes
mellitus gestasi . Majalah Obstet Ginekol, 1992 : 2 : 250-262

8.

Tudehope DI, Thearle MJ. A Primer of Neonatal Medicine. Queensland : William


Brooks, 1985 : 125-127

9.

London MB, Gabbe SG. Fetal Surveillance Mellitus. Clinical Obstet Gynecol, 1991 :
535-543

10. Staf Pengajar IKA, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian IKA FKUI,
1985 : 1067-1119
11. Cousin L.Etiology and Prevention of Cengentital Anomalies among Infants of Overt
Diabetic Women. Clinical Obstet Gynecol 1991 : 481-493
12. Hollingsworth DR. Maternal Metabolism in Normal Pregnancy and Pregnancy
Complicated by Diabetes Mellitus. Clinical Obstet Gynecol, 1985 : 28 : 457-472

13. Combs CA, Kitzmiller JL. Diabetic Nephropathy and Pregnancy. Clinical Obstet
Gynecol, 1991 : 34 : 505-515
14. Hay Jr WW, Sparks JW. Pacental, Fetal and Neonatal Carbohydrate Metabolism.
Clinical Obstet Gynaecol, 1985 : 28 : 473-485
15. Gold S, Platt L. Antepartum Testing in Diabetes. Clinical Obstet Gynecol, 1985 : 28 :
516-527

Você também pode gostar