Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MENGENAL ICC
Mahkamah Pidana International
2009
Diterbitkan oleh:
Koalisi Masyarakat Sipil untuk
Mahkamah Pidana Internasional
Sekretariat pusat:
IKOHI
Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia
Jl. Kalasan Dalam No. 5
Menteng, Jakarta Pusat
Telp: +62 21 315 79 15
Email : kembalikan@yahoo.com
Penyusun
Tata Letak
Percetakan
: Simon, SH
: Didie P
: Sentralisme Production
KATA PENGANTAR
BAB I
MENGENAL MAHKAMAH
PIDANA INTERNASIONAL (ICC)
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
BAB II
INDONESIA DAN RATIFIKASI STATUTA
ROMA UNTUK MAHKAMAH PIDANA
INTERNASIONAL
24
25
26
27
28
29
30
31
32
f. Posisi Diplomatik
33
34
35
36
37
38
Daluwarsa
Kejahatan-kejahatan yang diatur dalam Statuta Roma
tidak mengenal daluwarsa yakni jangka waktu atau
masa dimana suatu tindak pidana tidak dapat diadili
atau diajukan ke pengadilan. KUHP Indonesia
memang menganut asas ini sebagai sebuah asas dalam
hukum pidana. Namun, ketentuan ini telah disimpangi
berdasarkan ketentuan pasal 46 dalam UU Pengadilan
HAM yang menyatakan bahwa untuk pelanggaran
hak asasi manusia yang berat tidak berlaku ketentuan
mengenai kadaluwarsa.
39
40
Undang-Undang
ini merupakan awal tonggak
pengaturan HAM karena Undang Undang ini
mengatur mengenai hak-hak mendasar yang wajib
mendapat perlindungan diantaranya yang termasuk
dalam hak-hak sipil dan politik serta yang termasuk
dalam hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. UndangUndang ini mengatur tentang KOMNAS HAM sebagai
lembaga yang independen. Lembaga independen ini
diantaranya memiliki fungsi pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantuan dan meditasi tentang hak
asasi manusia.
41
42
43
PERJALANAN WAKTU
PEMBENTUKAN MAHKAMAH
PIDANA INTERNASIONAL (ICC)
Oktober 1946
Setelah Keputusan Pengadilan Nuremberg, kongres internasional mengadakan pertemuan di Paris dan menyerukan
pengadopsian undang-undang kejahatan internasional yang
melarang kejahatan kemanusiaan, dan penetapan Mahkamah
Pidana Internasional (ICC).
9 Desember 1948
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB)
mengadopsi Konvensi tentang Larangan dan Hukuman
Kejahatan Genosida Konvensi ini menyerukan para
penjahat untuk diadili oleh pengadilan akhir internasional
seperti halnyayang dilakukan yuridiksi. Secara terpisah,
para anggota meminta Komisi Hukum Internasional
(International Law Commission) untuk mengkaji
kemungkinan dibentuknya ICC.
10 Desember 1984
Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Universal
tentang Hak-Hak Asasi Manusia berisi tentang rincian hakhak asasi manusia dan kebebasan fundamental
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
STATUTA ROMA
YANG DISEDERHANAKAN
Statuta ICC yang disetujui di Roma pada tanggal 17 Juli
1998 terdiri dari 13 bagian dan 128 pasal. Berikut ini
adalah garis-garis besar singkat dari bagian dan masalah
dalam Statuta Roma. Teks penuh Statuta Roma dapat
dilihat di situs CICC di www. iccnow.org.
BAGIAN 1: Pembentukan Pengadilan
Bagian 1 dimuali dari pasal 1 hingga 4. Bagian ini berisi
tentang pembentukan Pengadilan dan hubungannya
dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengadilan akan
dibentuk oleh perjanjian dan berbasis di Den Haag,
Belanda. Hubungan Pengadilan dengan PBB akan
ditentukan oleh kesepakatan menurut perundingan di
Komisi Persiapan.
BAGIAN 2: Yuridiksi, Pengakuan dan Hukum Terapan
Bagian 2 dimulai dari pasal 5 hingga 21. Bagian ini berisi
tentang kejahatan yang masuk dalam yuridiksi Pengadilan,
peran Dewan Keamanan, pengakuan kasus, dan penerapan
hukum untuk kasus-kasus yang masuk ke Pengadilan.
Awalnya Pengadilan akan menetapkan yuridiksi atas
kejahatan perang, genosida serta kejahatan kemanusiaan.
Tambahan lagi, Pengadilan akan menerapkan yuridiksi
atas kejahatan agresi begitu definisi tentang kejahatan
disepakati. Pengadilan juga menetapkan prinsip saling
melengkapi dengan yuridiksi nasional, dengan alasan
bahwa Pengadilan hanya akan melaksanakan yuridiksinya
ketika Negara dengan yuridiksi nasional tidak mampu atau
tidak mau melaksanakannya.
67
68
69
70
71
PROFIL
KOALISI MASYARAKAT SIPIL
UNTUK MAHKAMAH PIDANA
INTERNASIONAL
Tentang Koalisi
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana
Internasional, merupakan kumpulan organisasi masyarakat
sipil yang mengkampanyekan ratifikasi dan implementasi
Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court). Dalam pandangan Koalisi,
kampanye dan penggalangan dukungan bagi Indonesia
untuk ratifikasi Statuta Roma sangat penting. Selain karena
sudah dicanangkan dalam Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia (RANHAM) 2004-2009, ratifikasi Statuta
Roma ini akan menjadi ukuran keseriusan Indonesia dalam
rejim keadilan internasional dan menghentikan impunitas.
Mahkamah Pidana Internasional yang merupakan
mekanisme sistem keadilan internasional menjadi satu
kebutuhan untuk menghentikan impunitas bagi berbagai
kasus pelanggaran HAM yang berat yang tidak tuntas
dan mencegah terjadinya kasus pelanggaran HAM yang
berat di kemudian hari. Sampai hari ini, 108 negara telah
meratifikasi Statuta Roma dan hanya 7 diantaranya dari Asia
yaitu Afghanistan, Tajikistan, Mongolia, Kamboja, Timor
Leste, Jepang dan Korea Selatan. Ratifikasi oleh Indonesia
akan memberi contoh dan dorongan bagi negara-negara
lain di wilayah Asia.
73
74
75
76
Didukung oleh :
ld f
INDONESIA AUSTRALIA
ISBN : 978-979-16587-0-6