Você está na página 1de 6

PENDAHULUAN

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad


sebelum masehi. Pada Papyrus Ebers di Mesir kurang
lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan
tanda-tanda banyak kencing. Kemudian Celsus atau
Paracelsus kurang lebih 30 tahun SM juga
menemukan penyakit itu, tetapi baru 200 tahun
kemudian, Aretaeus menyebutnya sebagai penyakit
aneh dan menamai penyakit itu diabetes dari kata
diabere yang berarti shipon atau tabung untuk
mengalirkan cairan dari satu tempat ketempat yang
lain. Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar
belakangi oleh resistensi insulin (Suyono, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian WHO pada tahun
2001 jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia
mencapai 17 juta orang atau 8,6% dari 220 juta
populasi penduduk negeri ini dan menurut penelitian
Departemen Kesehatan pada tahun 2001 penyakit
Diabetes mellitus menempati urutan ke empat dunia
setelah India, China dan Amerika Serikat. Pada tahun
2001 tercatat 7.5% penduduk Jawa dan Bali baik pria
maupun wanita menderita Diabetes mellitus
(Wikipidia Indonesia).
Tingkat prevalensi diabetes mellitus adalah
tinggi, diduga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes
mellitus di Amerika Serikat dan setiap tahunnya
didiagnosis 600.000 kasus baru. Diabetes mellitus
merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika
Serikat dan merupakan penyebab pertama kebutaan
pada orang dewasa akibat retinopati diabetik pada
usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2,5
kali lebih sering terkena serangan jantung
dibandingkan dari mereka yang tidak menderita
diabetes. 75% penderita diabetes mellitus akhirnya
meninggal karena penyakit vaskuler (Price. S, 2005).
Prevalensi diabetes mellitus tergantung
insulin (DMTI) dinegara barat 10% dari diabetes
mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI). Di Negara
tropik jauh lebih sedikit lagi. DMTTI yang meliputi
dari semua populasi diabetes, faktor lingkungan
sangat berperan. Prevalensi DMTTI pada bangsa kulit
putih berkisar antara 3-6% dari orang dewasanya. Di
Wadena Amerika Serikat mendapatkan prevalensi
sangat tinggi dibandingkan dengan Eropa sebesar
23,2% untuk semua gangguan toleransi terdiri dari
15,1% toleransi glukosa terganggu (TGT) dan 8,1%
DMTTI. Secara genetik mereka sama-sama kulit putih
tetapi di Eropa prevalensinya lebih rendah. Disini
jelas karena orang-orang di Wedena lebih gemuk dan
hidupnya lebih santai, hal ini akan berlaku bagi
bangsa-bangsa lain terutama dinegara yang tergolong

sangat berkembang seperti Singapura, Korea, dan


barang kali di Indonesia. Prevalensi diabetes mellitus
Filipina sekitar 8,4%-12% di daerah urban dan
3,85%-9,7% di daerah rural (Sjaifoelah, 2004).
Indonesia adalah salah satu Negara dengan
penderita diabetes terbanyak di dunia. Jumlah
penderita diabetes di sini pun semakin meningkat.
Mengingat penyakit ini dapat dilanjutkan ke
keturunan, kesadaran dan deteksi dini perlu dilakukan.
Badan Kesehatan Dunia World Healt Organization
(WHO) memperkirakan jumlah penderita Diabetes
mellitus tipe 2 di Indonesia akan meningkat hingga
tiga kali lipat dan pada 2030 mencapai 21,3 juta
orang. Diabetes mellitus tipe dua dikenal juga dengan
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM.
Tanda-tandanya adalah kadar gula yang tinggi dalam
darah (Cahyafitri, 2010).
Prevalensi 8,6 dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 12,4 juta
penderita, sedangkan dari data Depkes jumlah pasien
diabetes mellitus rawat inap maupun rawat jalan
dirumah sakit Jakarta menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit endokrin (Puji Rahardjo, 2008).
Menurut catatan Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu pada tahun 2010 menunjukan bahwa
penderita Diabetes mellitus di Bengkulu sebanyak
1.753 penderita dengan rincian lima daerah terbesar
adalah Kota Bengkulu 1.376 orang penderita Diabetes
mellitus diikuti Kabupaten Kaur terbanyak kedua
dengan 128 penderita, Kabupaten Bengkulu Tengah
dengan 82 penderita, Kabupaten Bengkulu Utara 58
penderita dan Kabupaten Lebong dengan 44 penderita
(Dinkes Bengkulu, 2011).
Berdasarkan data statistik yang diperoleh
sementara dari medical record RSUD Hasanuddin
Damrah Manna Bengkulu Selatan pada tahun 2011
terdapat 50 kasus diabetes mellitus. Sedangkan
ditahun 2012 terdapat 37 orang penderita diabetes
mellitus (RSUD Hasanuddin Damrah Bengkulu
Selatan).
Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi
merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan gula
darah melebihi 120 mg/100 ml. ini terjadi karena gula
tidak bisa ditransportasikan ke sel-sel akibat
kurangnya insulin, ditandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue),
dan pandangan kabur (Atun, 2010).
Kadar gula darah tinggi ini menyebabkan
berbagai komplikasi seperti hiperglikemia atau
hipoglikemia,
meningkatnya
resiko
infeksi,
komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati,
komplikasi neurofatik, komplikasi makrovaskuler
seperti penyakit jantung koroner dan stoke (Tarwoto
dkk, 2012).

Hipoglikemia merupakan gejala yang timbul


akibat tubuh kekurangan glukosa , kadar gula darah
turun drastis sehingga kurang dari 60 mg/ 100 ml, ini
bisa disebabkan oleh konsumsi obat antidiabetes
dalam dosis tinggi baik dalam bentuk tablet maupun
dengan suntikan insulin (overdosis obat antidiabetes),
makan terlalu sedikit (asupan kalori tidak memadai),
atau terlambat makan, olahraga atau latihan fisik yang
berlebihan (Atun .2010). Kadar gula darah yang
rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi, kerusakan otak, koma dan
kematian. Otak merupakan organ yang sangat peka
terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa
merupakan sumber energi otak yang utama. Otak
memberikan respon terhadap kadar gula darah yang
rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar
adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal
ini akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar
kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadar gula
turun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
Hipoglikemia dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan dan latihan jasmani
serta obat yang digunakan. Pengobatan terbaik
hipoglikemia
adalah
mencegah
terjadinya
hipoglikemia (Diposkan oleh Yuflihul Khair, 12
Oktober 2012).
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian dan Sampel
Tempat penelitian dilakukan di Ruang
Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasanuddin Damrah
Bengkulu Selatan. Objek penelitian adalah seluruh
pasien yang menderita Diabetes Mellitus yang kadar
glukosa darahnya tidak normal selama tahun 2012.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cross sectional, variabel independen (kadar
glukosa darah tidak normal) dan variabel dependen
(syok) diukur atau dikumpulkan sekaligus dalam
waktu yang bersamaan, (Notoatmojo, 1993).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien Diabetes mellitus yang kadar glukosa darah
tidak normal yang berkunjung ke RSUD Hasanuddin
Damrah Bengkulu Selatan Tahun 2012. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling yaitu
seluruh populasi dijadikan sampel. Dalam proses
pengumpulan data ini adalah memakai dokumentasi
mengambil data dari dokumen berupa rekam medik
pasien yang menderita Diabetes mellitus selama tahun
2012.
Jenis data yang dipakai adalah jenis data
sekunder yaitu data yang tidak diperoleh langsung
dari pasien, tetapi diperoleh dari hasil rekam medik
RSUD. Hasanuddin Damrah Bengkulu Selatan Tahun
2012.

Analisis untuk mendapatkan gambaran dari


variabel independen (kadar glukosa darah tidak
normal) dan variabel dependen (syok). Analisis yang
digunakan untuk melihat hubungan antara kadar
glukosa darah tidak normal dengan syok pada
penderita diabetes mellitus dengan menggunakan uji
statistik chi-square (X). Untuk mengetahui keeratan
hubungan digunakan uji contingency coefficient (C).
Untuk mengetahui resiko syok digunakan Odd Ratio
(OR).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

1.

Kadar gula darah tidak normal pada pasien


diabetes mellitus yang dirawat inap di ruang
penyakit dalam RSUD Hasanuddin Damrah
Manna Bengkulu Selatan.
Menurut Guyton (2007), pada orang
normal kadar glukosa darah biasanya antara 80
dan 90 mg/100 ml darah pada orang yang sedang
berpuasa yang diukur sebelum makan pagi.
Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai
140 mg/100 ml selama kira-kira satu jam pertama
setalah makan. Kadar glukosa darah puasa
dikatakan di atas ambang batas normal jika kadar
glukosa darah puasa antara 100-125 mg/100 ml
dan antara > 140-199 mg/100 ml untuk glukosa
darah sewaktu dan 2 jam setelah makan.
Sedangkan dikatakan sebagai diabetes mellitus
jika kadar glukosa darah puasa 126 mg/100 ml
dan antara 200 mg/100 ml untuk glukosa darah
sewaktu dan 2 jam setelah makan.
Kondisi dimana kadar glukosa darah
meningkat melebihi nilai ambang batas disebut
sebagai hiperglikemia. Hiperglikemia adalah
kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl dan
kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl (Sudoyo,
2006). Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah
(gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar
gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula
darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl
(Misnadiarly). Apabila kadar gula darah rendah
atau sampai di bawah 55 mg/dL ini disebut
dengan hipoglikemia yang biasanya disebabkan
oleh pengobatan diabetes dengan obat-obat anti
diabetik (Kristiana Fransisca, 2012).
Hipoglikemia merupakan salah satu
komplikasi akut diabetes mellitus. Hipoglikemia
adalah menurunya kadar gula dalam darah.
Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar
gula dalam darah < 60 mg/dL dan gejala yang
muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah,
lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan

kesadaran sampai koma (Hasdianah H.R, 2012).


Gejala-gejala hipoglikemia antara lain gelisah,
gemetar, banyak berkeringat, lapar, pucat, sering
menguap karena merasa ngantuk, lemas, sakit
kepala, keringat dingin, jantung berdebar-debar,
rasa kesemutan pada lidah, jari-jari tangan dan
bibir, penglihatan kabur atau ganda serta tidak
dapat berkonsentrasi. Pemeriksaan fisik khusus
yang dilakukan untuk mengenali adanya
hipoglikemia antara lain : pucat, tekanan darah,
frekuensi denyut jantung, dan penurunan
kesadaran (Kristiana Fransisca, 2012).
Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl Dan kadar glukosa darah
puasa 126 mg/dl (Sudoyo, 2006). Hiperglikemia
dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pankreas
yang berlebih, dan herediter. Insulin yang
menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang
masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas dengan kadar glukosa dalam darah
meningkat.
Kompensasi
tubuh
dengan
meningkatkan glukagon sehingga terjadi proses
glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak
dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh
hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan
sel. Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah
urin yang mengakibatkan dehidrasi apabila
keadaan ini memberat pasien bisa mengalami
syok, sehingga tubuh akan meningkatkan rasa
haus (polydipsi) untuk mengimbangi keadaan
yang
terjadi.
Pengunaan
lemak
untuk
menghasilkan glukosa memproduksi badan keton
yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu
makan), nafas bau keton dan mual (nausea)
hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah
asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat
kelaparan sel. Menurunnya glukosa intra sel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah
yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan
glukosa pada dinding pembuluh darah yang
membentuk plak sehingga pembuluh darah
menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu
terlepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain
(tergantung letak tersumbatnya, misal cerebral
dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat
menyebabkan miokard infark, mata dapat
menyebabkan retinopati) bahkan kematian
(Hariss, 2011).

2.

kejadian syok pada pasien diabetes mellitus yang


dirawat inap di ruang penyakit dalam RSUD
Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan
Dari 41 orang yang mengalami diabetes
mellitus di ruang penyakit dalam RSUD
Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan
tahun 2012. Sebagian besar yaitu 22 orang (53,7
%) tidak mengalami syok, sebanyak 19 orang
(46,3%) mengalami syok.
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat
kegagalan
akut
fungsi
sirkulasi
yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan
dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian
Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan
syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak
cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan.
Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan
oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta
membuang zat-zat sisa yang sudah tidak
diperlukan (Brunner & Suddart, 2002).
Menurut Kristina, (2012) Syok dapat
disebabkan oleh kegagalan jantung dalam
memompa darah (serangan jantung atau gagal
jantung), pelebaran pembuluh darah yang
abnormal (reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan
volume darah dalam jumlah besar (perdarahan
hebat). Keadaan syok akan melalui tiga tahapan
mulai dari tahap kompensasi (masih dapat
ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak
dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel
(tidak dapat pulih).
Setelah dilakukan penelitian di RSUD
Hasanudin Damrah Bengkulu Selatan, peneliti
menyimpulkan bahwa Penderita diabetes berat
menahun sangat peka terhadap hipoglikemia
berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau
pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal
dan
kelanjar adrenalnya
tidak
menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal
kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama
tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang
rendah. Puasa yang lama bisa menyebabkan
hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain
(terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar
adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar
alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa
menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak
dapat mempertahankan kadar gula darah yang
adekuat. Pada orang-orang yang memiliki
kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa
menyebabkan hipoglikemia, Bayi dan anak-anak
yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang
memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya. sehingga timbul

3.

syok hipoglikemi yang terjadi akibat jaringan


kekurangan asupan glukosa dalam darah
sehingga otang kekurangan O2 dan nutrisi,
sehingga menimbulkan gejala akral dingin,
penurunan kesadaran, napas kusmaul, nadi
lambat.
Hubungan antara kadar gula darah tidak normal
dengan kejadian syok pada pasien diabetes
mellitus yang dirawat inap di ruang penyakit
dalam RSUD Hasanuddin Damrah Manna
Bengkulu Selatan
Dari 25 orang pasien yang mengalami
hipoglikemi sebagian besar sebanyak 17 orang
(68,0%) mengalami syok, sebanyak 8 orang
(32,0%) tidak mengalami syok. Sedangkan dari
16 orang pasien yang mengalami hiperglikemi
sebagian besar 14 orang (87,5%) tidak
mengalami syok, sebanyak 2 orang pasien
(12,5%) mengalami syok.
Hasil
uji
Chi-square
(continuity
correction) diperoleh nilai X2 = 9,956 dengan p
= 0,002 < = 0,05, jadi signifikan, sehingga bisa
dikatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya ada hubungan antara kadar gula darah
tidak normal dengan kejadian syok pada pasien
diabetes mellitus yang dirawat inap di ruang
penyakit dalam RSUD Hasanuddin Damrah
Manna Bengkulu Selatan tahun 2012. Hasil uji
Contingency Coefficient didapat nilai C = 0,477
dengan approx. Sig.= 0,000 < = 0,05 berarti
signifikan. Nilai C tersebut dibandingkan dengan
nilai Cmax =

m 1
dimana m adalah nilai
m

terkecil dari baris atau kolom, nilai Cmax

m 1
2 1
1

= 0,707. Karena nilai C


m
2
2
= 0,477 tidak terlalu jauh dengan nilai Cmax =
0,707 maka kategori hubungan sedang.
Dari hasil uji Risk Estimate diperoleh
nilai Odds Ratio (OR) = 14,875, artinya orang
yang kadar gula darahnya hipoglikemia (< 60
mg/dl) lebih berisiko mengalami syok sebesar
14,875 kali lipat jika dibandingkan dengan orang
yang kadar gula darahnya hiperglikemia (> 120
mg/dl).
Sehingga dapat disimpulkan dari 25
orang pasien dengan hipoglikemi sebagian besar
sebanyak 17 orang (68,0%) mengalami Syok.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Gaffar, (2008) Hipoglikemia merupakan keadaan
dimana kadar gula dalam darah itu dibawah
normal. Hal ini diakibatkan pelepasan berlebihan
insulin oleh pankreas serta kelainan pembentukan

glukosa di hati. Jadi, hipoglikemia ini berkaitan


dengan mekanisme glikogenesis pada tubuh.
Tahap glikogenesis yaitu pembentukan
glikogen dari glukosa. Tahap pertama yaitu alfaD-glukosa dengan ATP melalui enzim
glukokinase dan heksokinase, akan menghasilkan
glukosa 6 fosfat dan ADP. Tahap kedua glukosa
6 fosfat ini melalui proses dengan enzim
fosfoglukomutase akan menjadi glukosa 1 fosfat.
Tahap ketiga glukosa 1 fosfat dan UTP (Uridin
Tri Pospat) akan menghasilkan UTP-glukosa dan
piroposfat (Ppi). Tahap empat UDP glukosa dan
glikogen primer akan menghasilkan glikogen
tidak bercabang. Tahap lima enzim glikogen
sintetase membentuk ikatan alfa 1,4 glikosidik
(rantai lurus) dari glikogen. Tahap terakhir enzim
pencabang (branching enzyme) akan membentuk
ikatan alfa 1,6 (rantai cabang) dari glikogen.
Glikogenesis merupakan pembentukan glikogen
dari glukosa yang dikonversi. Glikogen bisa
menjadi sumber energi dan sangat erat kaitannya
dengan kondisi fisik dan emosional. Insulin
glikogen disintesis melalui stimulus defosforilas
dari sintesis glikogen. Terjadinya hipoglikemia
adalah ketika pembentukan glukosa atau
glikogen yang (glikogenesis) tanpa disertai
dengan proses glikogenolisis yang merombak
glukosa. Akibatknya, insulin terus terpacu untuk
bertambah stimulusnya sehingga mengakibatkan
penderita hipoglikemia mengalami gula darah
rendah. Hipoglikemia terjadi karena gula sangat
cepat diserap sehingga merangsang pembentukan
insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang
tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah
yang
cepat.
Keadaan
hipoglikemi
ini
menyebabkan seluruh jaringan dan otak
kekurangan glukosa untuk proses metabolisme
sehingga terjadilah syok yang disebakan akibat
gangguan sirkulasi syok menunjukkan perfusi
jaringan yang tidak adekuat.
Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran
darah yang merupakan petunjuk yang umum,
walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok
dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang
terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung,
volume darah, resistensi arteriol (beban akhir),
dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini
kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya
tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah
jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung
menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.
Menurut (Harris, 2011) manifestasi yang
timbul pada pasien yang mengalami syok

hipopolemik adalah sebagai berikut : Tekanan


darah. Perubahan awal dari tekanan darah akibat
hipovolemia adalah adanya pengurangan selisih
antara tekanan siastolik dan sistolik. Ini
merupakan akibat adanya peningkatan tekanan
diastolik yang disebabkan oleh vasokontraksi
atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik
dipertahankan pada batas normal sampai
terjadinya kehilangan darah 15-25 %. Takikardi
postural dan bahkan dalam keadaan berbaring
adalah karakteristik untuk syok. Takikardi dapat
tidak ditemukan pada pasien yang diobati dengan
beta bloker. Takipneu adalah karakteristik, dan
alkalosis respiratorius sering ditemukan pada
tahap awal syok, napas cepat dan dangkal. Kulit
dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik.
Secara keseluruhan mudah berubah menjadi
pucat. Vena-vena ekstremitas menunjukkan
tekanan yang rendah ini yang dinamakan vena
perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya
distensi vena jugularis., Penurunan kesadaran
hingga terjadi hipoksia jantung, serta kelemahan.
Sedangkan dari 16 orang pasien yang
mengalami hiperglikemi sebagian besar sebanyak
14 (87,5%) pasien tidak mengalami syok.
Menurut
Brunner
&
Suddart,
(2002),
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula
darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya
akan menjadi penyakit yang disebut diabetes
Mellitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi
akibat tubuh kekurangan hormon insulin,
akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran
darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan
ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan
poliphagia, serta kelelahan yang parah dan
pandangan yang kabur. Hiperglikemia dapat
disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pankreas
yang berlebih, dan herediter. Insulin yang
menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang
masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas dengan kadar glukosa dalam darah
meningkat.
Kompensasi
tubuh
dengan
meningkatkan glukagon sehingga terjadi proses
glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot,
lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak
terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat
meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan
dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa
haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk
menghasilkan glukosa memproduksi badan keton

yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu


makan), nafas bau keton dan mual (nausea)
hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah
asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat
kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah
yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan
glukosa pada dinding pembuluh darah yang
membentuk plak sehingga pembuluh darah
menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu
telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain
(tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral
dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat
menyebabkan miokard infark, mata dapat
menyebabkan retinopati) bahkan kematian.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Kadar
Glukosa Darah Tidak Normal Dengan Syok Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Penyakit Dalam
RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan
2012. terhadap 41 orang Pasien dibetes melitus dapat
disimpulkan :Ada 25 orang atau (61%) pasien
mengalami hipoglikemi, sedangkan sebagian kecil 16
atau (39%) mengalami hiperglikemi, Ada 22 atau
(53,7%) tidak mengalami syok, dan sebanyak 19 atau
(46,3%) pasien mengalami syok., Ada hubungan
antara kadar gula darah tidak normal dengan kejadian
syok pada Pasien Diabetes Mellitus, dengan kategori
hubungan sedang. , Orang yang kadar gula darah < 60
mg.dl (hipoglikemi) beresiko untuk mengalami syok
sebesar 14,875 kali lipat dibandingkan dengan kadar
gula darah hiperglikemi.
SARAN
Diharapakan Skripsi ini dapat menambah
materi dan pengetahuan tim medis khususnya
perawat. Yang berguna dalam peningkatan ilmu
pengetahuan tentang kadar gula tidak normal dapat
menyebabkan kejadian syok pada pasien dengan
diabetes mellitus. Sehingga sebagai seorang perawat
kita mampu memberikan perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien sehingga, perawat dapat
mengontrol kadar gula pasien dengan baik, serta
memberikan obat sesuai dengan dosis yg diberikan
untuk mengurangi faktor resiko terjadinya syok pada
pasien dibetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), 2004. Standar
of medical care in diabetes.Diabetes Care.
27(suppl. 1): 15-35.
Baradero, Mary.et.al. 2009. Klien Dengan Gangguan
Endokrin. Jakarta : EGC.
Black, M.J, Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing
Clinical Management for Positive
Outcomes, 7 th Edition, Elseveir Saunders.
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Alih Bahasa :
Kuncara dkk, Jakarta, EGC.
Carpenito, Lynda Juall, (2000). Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Jakarta, Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: buku saku.
Jakarta : EGC.
Hudak, Gallo, 1997, Keperawatan Kritis: Pendekatan
Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC
Rismawati. 2011. Syok dan kegagalan dalam situs :
http://rismawatimaulani.blogspot.com/2011/01/syok-dankegagalan
multisistem.html
diakses
november 2011
Yuflihul. 2011. Keperawatan gawat darurat. Dalam
situs:
http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/asuha
n-keperawatan-gawat-darurat.
diakses
bulan januari 2011
Hariss. 2011. Asuhan pada pasien syok hipoglikemi
dalam
situs
http://askepmedia.blogspot.com/2012/06/a
suhan-keperawatan-pada-pasien
dengan.htmldiakses juni 2012.
M, Atun. 2010. Diabetes Mellitus. Bantul : Kreasi
Wacana.

Você também pode gostar