Você está na página 1de 6

NAMA : MUTIA MANDALLASSARI

NIM : 31101200266
SGD : 3
STAINLESS STEEL CROWN
Stainless Steel Crown (SSC) adalah tumpatan sementara berbentuk anatomi gigi,
terbuat dari paduan logam (alloy) nirkarat yang mudah dibentuk untuk diadaptasikan pada
gigi sulung posterior. SSC merupakan paduan austenitik Stainless Steel 18/8 dari
kelompok AISI 304 yang meng andung Chrome 18% dan Ni kel 8%, dapat digunakan
untuk bahan tambal sementara maupun tetap pada gigi yang mengalami kerusakan yang
luas karena karies, fraktur ma hkota, hipoplasia email, atau restorasi setelah perawatan
saraf.
(source: Mathewson, Richard J. et al. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3 rd ed.
Wellburry,Richard R. Paediatri c Dentistry. 2nd ed dalam Ratna Indriyanti MAHKOTA BAJA
NIRKARAT (STAINLESS STEEL CROWN) PADA GIGI SULUNG; TINJAUAN KOROSI DAN INFLAMASI)
StanIess Steel Crown atau yang sering disingkat SSC, merupakan restorasi untuk
gigi molar desidui atau permanen muda yang sudah tidak memungkinkan dirawat dengan
restorasi amalgam.
(Source: Konservasi Anak, Universitas Gadjah Mada)
Macam mahkota tiruan:

Berdasarkan permukaan gigi yang di restorasi mahkota tiruan di bagi menjadi:


1. Mahkota tiruan penuh
2. Mahkota tiruan pasak
3. Mahkota tiruan sebagian
Berdasarkan bahan yang digunakan mahkota tiruan penuh di bagi menjadi:
1. Mahkota tiruan penuh metal
2. Mahkota tiruan penuh porselen
3. Mahkota tiruan penuh metal_porselen
4. Mahkota tiruan penuh metal-akrilik
Berdasarkan bahan yang digunakan mahkota sebagian dibagi menjadi:
1. Mahkota tiruan sebagian (untuk gigi posterior)
2. Mahkota tiruan sebagian 4/5 (untuk gigi posterior)
Berdasarkan bahan yang digunakan mahkota pasak dibagi menjadi:
1. Mahkota tiruan pasak tipe detached
2. Mahkota tiruan pasak tipe attached
(source: Universitas Indonesia)

indikasi dan konraindikasi penggunaan SSC :


Indikasi :

1. Gigi molar desidui atau permanen muda yang sudah mengalami karies yang
luas.
2. Karies proksimal yang memerlukan preparasi sampai permukaan bukal
dan atau atau lingual
3. Gigi yang sudah mengalami perawatan endodontik misalnya pulpotomy atau
pulpectomy.
4. Karena gigi yang sudah mengalami perawatan endodontik, struktumya
menjadi rapuh, mudah patah sehingga perlu dilindungi.
5. Gigi yang mengalami malformasi, mIsalnya hipoplasia, hipokalsifikasi,
dentinogenesis/amelogenesis imperfekta.
6. Gigi molar yang fraktur
7. Pasien-pasien yang tidak dapat mengontrol kebersihan mulut, misalnya
pasien disable (handicaped).
(source: : Konservasi Gigi Pada Anak, Universitas Gadjah Mada)
1.
2.
3.
4.
5.

Kerusakan luas pada permukaan gigi


Gigi yang tidak membutuhkan estetik, biasanya pada gigi molar
Gigi yang menanggung beban kunyah besar
Sebagai retainer GTJ atau penjangkar GTSL
Gigi yang telah dirawat saluran akarnya
(source: Universitas Indonesia)

Kontraindikasi :
1. Gigi yang membutuhkan estetik yang baik (gigi anterior)
2. Gigi dengan beban kunyah yang tidak besar.
(source: Universitas Indonesia)

Kandungan SSC
Komposisi SSC terdiri dari 18%Chromium, 8% Nikel (disebut alloy18-8) dengan
kandungan karbon sebesar 0,8-20%. 1,2. Paduan logam ini memperlihatkan sifat-sifat yang
menguntungkan yaitu semakin be sar gaya yang menimpa, akan semakin menambah
kekerasan bahan, demikian pula kandungan Chrome yang tinggi akan mengurangi
korosi.
(source: Jones Denny A. Principles and Prevention of Corosion and Smith William F.
Structure and Pro perties of Engineering Alloys. 2nd ed. dalam Ratna Indriyanti
MAHKOTA BAJA NIRKARAT (STAINLESS STEEL CROWN) PADA GIGI SULUNG; TINJAUAN
KOROSI DAN INFLAMASI)
Bahan yang digunakan terdiri dari paduan logam yang mengandung 18%
Chromium, 8% Nikel (disebut alloy 18 -8), dengan kandungan karbon se besar 0,8 20%.
SSC memperlihatkan sifat-sifat sebagai berikut:
1) Pemanasan tidak akan meningkatkan kekuatan
2) Semakin besar gaya yang menimpa, semakin menambah kekerasan

3) Kandungan Chromeyang tinggi akan mengurangi korosi


4) Penyolderan akan mengurangi ketahanan terhadap korosi
Keuntungan dan Kerugian dalam penggunaan SSC:
Keuntungan:
1. Kuat
2. Preparasi lebih minimal disbanding jika menggunakan porselen
3. Pembuatannya paling sederhana dibanding mahkota tiruan lainyya
Kerugian:
1. Bahan metalnya terlihat saat berbicara atau membuka mulut
2. Kondutor termis/elektris
(source: Universitas Indonesia)
Teknik atau cara pemasangan SSC
1. Dilakukan anesthesi lokal, untuk gigi yang masih vital
2. Kurangi permukaan oklusal dengan bur fissure. Pehgurangan dimulai dan daerah
grove 1-1,5 mm. Diratakan, sehinga semua kedatamannya sama (Gbr. 2-17A).
3. Kurangi permukaan proksimal, sehingga tidak ada kontak dengan gigi
sebelahnya. Gunakan fissure bur kecil,. Dinding paralel atau sedikit konvergen
terhadap axis gigi, dimulai dari oklusal ke arah gingival. Jangan sampai ada ledge
(Gbr2-17B).
4. Kurangi permukaan bukal sampai 1 mm subgingival. (Gbr. 2-17C)
5. Tumpulkan sudut-sudut yang tajam (Gbr 2-17D).
6. Ambil jaringan karies dengan round bur kecepatan rendah.

Gambar 2-17. A Pengurangan permukaan okiusal sedalam 1 - 1,5 mm secara merata pada semua
penrnikaan, B. Pengurangan permukaan probimal dengan fissure bur kecil, C.
Pengurangan permukaan buka sampai 1 mm subgingiva, 0 Sudat yang tajam ditumpulkan.

Seleksi dan adaptasi crown :


1. Ukur jarak/ruang mesiodistal gigi dengan caliper
2. Pilih crown dengan lebar mesodistal yang sesuai
3. Letekkan SSC pada preparasi gi. Ben tanda pada permukan bukal dan llngul pada
free gingival margin (Gbr. 2-18A). Kurangi baian dibawah tanda 0,5 1 mm.
Dengan gunting, sehingga crown masuk ke sulcus gingiva 1 mm.
4. Haluskan permukaan crown dengan stone bur dan rubber wheel polish (Gbr. 218B)
5. Crimping pada tepi-tepi SSC (Gbr. 2-18C)
6. Pasang, lihal tepi-tepi gingival, bila sudah pas, ambil SSC dan lakukan sementasi.
7. Cek dengan artikulating paper, untuk belihat bila terdapat traumatik oklusi.
8. Bersihkan ekses/kelebihan semen pada margin dengan sonde dan dental floss (Gbr.
2-18D)

Gambar 2-18. A. Penyesuaian crown . B. penghalusan crown pada bagian bekas pemotongan
menggunakan stone bur dan rubber wheel polish C.Crimping pada tepi gingival. D.
Pengambilan kelebihan/ekses semen pada gingival dengan sonde dan dental floss.
(source: : Konservasi Gigi Pada Anak, Universitas Gadjah Mada)
Sementasi
BAHAN
1. ZINC PHOSPAT
CAMPURAN :
Zinc oxide dengan
asam
fosfor.

PENGGUNAAN
KEUNTUNGAN
Terutama untuk
Penanganan dan
menyatukan atau
manipulasi mudah
mengunci restorasi
secara
mekanis
dengan

KERUGIAN
H rendah iritasi
pulpa
Sifat anti bakteri
Daya larut pada
cairan mulut

mengisi
kekosongan
dan cacat yang ada.
Digunakan :
Penanganan dan
manipulasi mudah
pH rendah iritasi
pulpa
Sifat anti bakteri K
Daya larut pada U
cairan mulut R
Daya adhesi A
Pedodonsia Terapan
15
I. Pada SSC
II. Menyemenkan
band stainless steel
untuk space
maintainer.
2. ZINC OXIDE
EUGENOL
CEMENT
CAMPURAN :
Zinc oxide & eugenol

Daya
Kurang

adhesi

Pertama digunakan
sebagai
Basis kavitas lesi
yang dalam yang
memerlukan pulp
capping indirect.
Sub base untuk
pulpotomi dengan
/
tanpa penambahan
formokresol.
3. ZINC OXIDE
penyemenan SSC
EUGENOL /
pada gigi vital
CEMENT YANG

sebagai
liner
DIPERKUAT
kavitas
CAMPURAN :
pada
lesi
yang
penambahan bahan dalam
pada
(prosedur pulp
liquid (eugenol) dan
capping indirect)
powder (zinc oxide).

restorasi
Bahan
tambahan sementara
dapat
pada program
berupa
resin, pencegahan
aselerator
rampan
& mineral.
karies pada anak.

Lesi dalam, dekat ke


jaringan
pulpa
maka
dapat menstimulasi
penyembuhan
dengan
pembentukan
dentin sekunder.

nilai ketahanan
rendah.
Cepat larut dalam
cairan mulut.

pengiritasian
pulpa
minimal.

manipulasi
mudah.

sifat
perlindungan
margin optimal.

memiliki
kekuatan
yang adekuat.

menyemenkan
SSC
pada gigi sulung
vital.

larut
dalam
cairan
mulut
menyebabkan
inflamasi gingiva.
memiliki sifat
larut
secara
mekanis
yang
minimal.

4.POLIKARBOKSILAT
CAMPURAN :
powder zinc oksid &

faktor iritan
terhadap jaringan
mulut rendah.

membutuhkan
proporsi yang tepat
& manipulasi

untuk
membonding
bracket ortodonti

liquid
akrilik
.

asam

poli secara
pada
enamel

5. GLASS IONOMER
CEMENT (GIC).
CAMPURAN :
bubuk ion leachable
glass dengan fluoride
fluse
&
asam
poliakrilik.
Yamage (1983)
menambahkan bahan
(TANIN) mempunyai
sifat anti karies sama
dengan fluor.

langsung kekuatan bonding


yang lebih tinggi
dari zinc phospat
zinc oxide eugenol
yang diperkuat.
adanya adhesi
pada
substansi gigi &
alloy stainless steel.
.

sebagai lining.
sebagai basis
tambahan tetap.

sebagai
sementasi
mahkota logam /
akrilik.
sebagai bahan
restorasi kavitas.

sebagai
pencegahan
karies
seperti
lapisan
penutup pit & fisur.

warna sesuai
warna
gigi.
berikatan secara
kimia.
kandungan fluor
bersifat anti karies
karena
memperkuat
hidroxy apatit.
biocompability
baik.

optimal.
perlu kebersihan
dan
permukaan
gigi
yang
tidak
terkontaminasi

nilai
tensile
strength
rendah
nilai compressive
strength rendah
sehingga
penggunaanya
terbatas
pada
kavitas
dengan tekanan
oklusi yang kecil.
pH kurang dari 3
dalam waktu cukup
lama.

iritasi lebih
rendah.

(source: pedodonsia terapan)


Pertimbangan Keberhasilan Penggunaan SSC :
1. Pembuangan karies dan yang dibutuhkan, tepat untuk terapi pulpa.
2. Pengurangan struktur gigi yang optimal untuk retensi mahkota yang adekuat.
3. Kurangnya kerusakan gigi tetangga setelah pembukaan kontak interproksimal.
4. Pemilihan ukuran mahkota yang tepat untuk menentukan panjang lengkungan.
5. Adaptasi marginal yang akurat dan kesehatan gingiva.
6. Fungsi oklusal yang baik.
7. Prosedur penyemenan yang optimal.
(source: pedodonsia terapan)
Beberapa Faktor yang Dapat Menyebabkan Kegagalan SSC:
1. Preparasi gigi yang tidak baik.
2. Adaptasi mahkota yang tidak baik dan kemudian disertai dengan retensi yang
buruk.
3. Metode sementasi yang tidak tepat dengan mahkota yang lepas atau margin yang
terbuka.
4. Kegagalan perawatan pulpa
(source: pedodonsia terapan)

Você também pode gostar