Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bad Habit
Definisi
Kebiasaan buruk pada anak-anak (oral habits) merupakan suatu kebiasaan yang tidak
normal yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan wajah. Kebiasaan ini
pada umumnya tidak disadari oleh yang bersangkutan, dapat terjadi berulang-ulang atau hanya
pada waktu-waktu tertentu.
Menurut seorang ahli psikologi, Sigmund Freud pada usia 0-18 bulan secara
psikoseksual (biologis) seorang anak akan mengalami fase oral. Dimana pada fase ini, anak
merasakan tempat paling nikmat adalah mulutnya. Jadi secara naluri seorang anak akan
cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Diharapkan, seiring pertambahan
usia, kebiasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi karena sesuatu hal, maka
kebiasaan buruk tersebut berlanjut hingga tahap usia selanjutnya. Menurut sifatnya, kebiasaan
buruk pada anak-anak dibagi menjadi dua, yaitu non compulsive : dapat dihentikan seiring
pertambahan usia dan compulsive : kebiasaan berulang, berhubungan dengan keadaan emosi.
(source: USU)
Macam Bad Habit
1. Digit-sucking
Definisi:
Digit-sucking habit merupakan kebiasaan menghisap jari (satu atau
beberapa jari) dengan mulut yang umum terjadi pada anak-anak karena
memberikan efek ketenangan (Shelov dan Hannemann, 1997).
Etiologi:
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebiasaan ini seperti jenis
kelamin bayi, tipe pemberian makanan (ASI atau mengedot botol susu), lamanya
pemberian makanan, faktor sosial-ekonomi, terpisah oleh orangtua, kesehatan
umum dan psiko logis.
Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa
diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi
posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus
buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada
sudut mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung
maksila cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus
daripada molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang
2. Tongue Thrusting
Definisi:
Tongue thrusting adalah suatu kondisi lidah berkontak dengan gigi saat proses
menelan. Tulley (1969) mengatakan bahwa keadaan tongue thrusting adalah
gerakan maju dari ujung lidah di antara gigi untuk memenuhi bibir bawah
selama menelan dan berbicara. Tongue thrusting adalah pola oral habits terkait
dengan bertahannya pola menelan yang salah selama masa kanak-kanak dan
ujung lidah di posisi ini dan menelan. Latihan ini dilakukan terusmenerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah dan lebih
alamiah.
3. Mouth Breathing
Definisi:
Chopra (1951) mendefinisikan mouth breathing sebagai kebiasaan
bernapas melalui mulut daripada hidung. Chacker (1961) mendefinisikan
mouth breathing sebagai perpanjangan atau kelanjutan terpaparnya jaringan
mulut terhadap efek pengeringan dari udara inspirasi. Sassouni (1971)
mendefinisikannya sebagai kebiasaan bernapas melalui mulut daripada hidung
(Singh, 2007).
Etiologi:
Mouth breathing dapat disebabkan secara fisiologis maupun kondisi
anatomis, dapat juga bersifat transisi ketika disebabkan karena obstruksi nasal.
Truemouth breathing terjadi ketika kebiasaan tetap berlanjut ketika obstruksi
telah dihilangkan (Kohli, 2010).
Pernafasan mulut menghasilkan suatu model aktivitas otot wajah dan otot
lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut menyebabkan mulut sering
terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan
terbentuklah openbite anterior
Beberapa tipe mouth breathing dalam tiga kategori menurut Finn (1962):
a. Tipe Obstruktif Tipe ini adalah anak yang bernafas melalui mulut karena
adanya hambatan, seperti (a) rinitis alergi, (b) polip hidung, (c) deviasi atau
penyimpangan septum nasal, dan (d) pembesaran adenoid.
b. Tipe Habitual. Tipe habitual adalah anak yang terus menerus bernafas
melalui mulutnya karena kebiasaan, walupun obstruksi sudah dihilangkan.
c. Tipe Anatomis. Tipe anatomi merupakan anak yang mempunyai bibir atas
yang pendek atau lips incompetent sehingga tidak memungkinkan menutup
bibir dengan sempurna tanpa adanya tekanan
(Foster, 1993; Houston, 1990)
Etiologi Mouth Breathing
Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan
menyebabkan tubuh secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut
sebagai saluran untuk bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena
adanya hambatan atau obstruksi pada saluran pernafasan atas. Obstruksi pada
saluran pernafasan atas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan,
rasa sakit dan frustasi, anak-anak dengan retardasi mental, anakanak yang mengalami trauma kecelakaan.
gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam
waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal, terjadi
pada pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada periodonsium, pulpitis,
kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang terlibat,
maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada
sendi temporomandibular joint.
Penanganan Bruxism
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism
pada anak-anak adalah
a. Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat
tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan
gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat
tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigigigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling
beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih
jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan
kebiasaan buruknya.
Beberapa penyebab cheek biting menurut Anonim (2011), yaitu: (a) gigi
yang tajam atau runcing, (b) erupsi gigi bungsu, (c) iatrogenic, dan (d)
penyebab lain seperti stress (kecemasan), efek samping dari teeth grinding,
kelainan TMJ, kelainan penutupan rahang, dan disfungsi otot.
7. Masochitic Habit
Definisi:
Masochitic habit atau sering juga disebut self-injurious behaviour adalah
kebiasaan yang menyebabkan penderita akan memperoleh kesenangan dari
rasa sakit yang dialaminya. Hal ini mungkin menyenangkan bagi penderita,
namun dapat dirasakan sebagai rasa sakit bagi orang lain (Singh, 2007).
Masoschitic habit adalah semua kebiasaan yang dapat membahayakan fisik
seseorang serta dilakukan dengan sengaja dan hanya melibatkan dirinya sendiri.
Masoscitic habit yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan dan
pertumbuhan oklusi adalah kebiasaan menggigit kuku (nail biting).
Etiologi:
Kebiasaan ini lebih sering dilakukan dalam keadaan sadar. Masoscitic habit
sering dilakukan lebih dari satu kali (multipel). Hal yang mendorong pelaku
masoschitic habit sangatlah tidak masuk akal dan terkadang aneh, perilaku ini
terkadang sangat berbahaya dan harus segera membutuhkan pertolongan
(Simeon dan Favazza, 2001).
8. Postural Habit
Definisi: Postural habit adalah kebiasaan yang dilakukan secara tidak sengaja
dan bersifat konstan (Yamaguchi dan Sueishi, 2003). Kebiasaan seperti chin
propping dan menggigit-gigit pensil dapat menimbulkan temporo-mandibular
dysfunction (TMD). Kebiasaan tersebut mengakibatkan beban pengunyahan
pada gigi yang terlalu besar, hiperaktivitas otot, ketegangan otot-otot
pendukung sendi temporomandibula, pengecilan otot rahang, dan rasa sakit di
sekitar rahang (Ofceson, 1998).
9. Pacifier
Pacifier atau sering disebut empeng sampai saat ini masih menjadi kontroversi dan
perdebatan di kalangan dokter dan dokter gigi anak. Pemakaian empeng yang
berkepanjangan hingga anak berusia diatas 4 tahun dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi tetap pada anak sehingga untuk
mengoreksinya kadang diperlukan perawatan gigi orthodontik.
Berikut adalah manfaat penggunaan pacifier :
1) Memenuhi kebutuhan non-nutritive sucking. Bayi mendapatkan
kenyamanan dengan menghisap. Sejak di dalam kandungan, bayi
menghisap jarinya. Bayi selalu ingin menghisap sesuatu seperti ibu
jari, pacifier atau benda-benda lainnya diluar saat minum atau makan;
kondisi ini disebut non-nutritive sucking. Ada bayi yang memiliki
kebutuhan sucking tinggi sehingga pacifier dapat memuaskan
keinginan suckingnya, namun ada juga bayi yang tidak
membutuhkanpacifier untuk menenangkan dirinya
Oral
Habit
Klasifikasi
Dampak
Digit sucking
Open
bite
anterior, (1) Thumb splint
peningkatan overjet,
(2) sarung tangan
ra anterior protrusif, RB (3) palatal crib
anterior retrusif,
crossbite
anterior,
lengkung maksila
bentuk v
- Tongue
thrusting
Mouth
breathing
1. tipe fisiologis
2. tipe habitual
3. Fungsional
4. Anatomis
(1) obstruktif
(2) habitual
(3) anatomis
Open bite
Manajemen alat
1. Tongue trainer
crib
2. Rakes
3. Oral screen
1. anterior
open Oral screen
bite,
2. erupsi
gigi
posterior
yang
berlebihan,
3. arkus
maksila
yang sempit,
4. overjet
yang
berlebihan,
5. pertumbuhan
mandibula yang
buruk
6. palatum sempit
dan
tinggi
dengan bentuk
huruf v
7. insisivus
yang
protrusif ,
8. oklusi
Angle
kelas II divisi 1,
9. gigi berjejal pada
lengkung rahang
bawah dan atas,
10. gangguan
pertumbuhan
vertikal,
11. posisi lidah yang
rendah
yang
menganggu
fungsi
4
Bruxism
(1) lokal
(2) sistemik
(3) psiko logis
(4) pekerjaan
(1)
menurunnya
petumbuhan vertikal
dari maksila posterior,
(2) deep overbite
gigi anterior.
Lip
Sucking
Nail
Biting
Chin
Propping
Face
Leaning
(1) memberikan
perasa tertentu pada
kuku
(2) sarung tangan
Edukasi
Klasifikasi maloklusi
yang sering digunakan hingga saat ini adalah sistem Angle. Klasifikasi Angle didasarkan
pada hubungan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah, dengan gigi molar
permanen pertama sebagai kunci oklusi nya (Moyers, 1969). Pembagian maloklusi
berdasarkan klasifikasi Angle yaitu:
1) Maloklusi Angle Kelas I
Maloklusi Angle Kelas I disebut juga Neutroklusi dan ditandai dengan hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah. Tonjol
mesiobukal gigi molar permanen pertama atas terletak pada celah bukal gigi molar
permanen pertama bawah, sedangkan gigi kaninus atas terletak pada ru- ang
antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial gigi premolar pertama bawah
(Moyers, 1969).
Maloklusi kelas I Angle dibagi atas lima tipe ( Dewey ), yaitu :
Tipe 1 : Gigi anterior berjejal (crowding) dengan kaninus terletak lebih ke
labial (ektopik).
Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau
protrusif.
Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karena
inklinasi gigi atas ke palatinal.
Tipe 4 : Terdapat gigitan bersilang posterior.
Tipe 5 : Gigi posterior mengalami pergeseran ke mesial (mesial drifting) .
2) Maloklusi Angle Kelas II
Maloklusi Angle Kelas II disebut juga Distoklusi. Ditandai dengan celah bukal gigi
molar permanen pertama bawah yang terletak lebih posterior dari tonjol
mesiobukal gigi molar permanen pertama atas. Kelas II Angle dikelompokkan lagi
dalam 3 golongan, yaitu :
I.
Divisi 1 : hubungan molar distoklusi dan inklinasi gigi-gigi insisivus rahang
atas ke labial (extreme labioversion).
II.
Divisi 2 : hubungan molar distoklusi dan gigi insisivus sentral rahang atas
dalam hubungan anteroposterior yang mendekati normal atau sedikit
linguoversi, sementara gigi insisivus lateral bergeser ke labial dan mesial.
III.
Subdivisi : hubungan molar distoklusi hanya terjadi pada salah satu sisi
lengkung gigi (Moyers, 1969).
3) Maloklusi Angle Kelas III
Maloklusi Angle Kelas III ditandai dengan hubungan mesial antara rahang atas dan
rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah terletak dalam hubungan yang lebih
mesial terhadap lengkung gigi rahang atas. Celah bukal gigi molar per- manen
pertama bawah terletaklebih anterior dari tonjol mesiobukal gigi molar permanen
pertama atas (Moyers, 1969).
(source : BERNAFAS LEWAT MULUT SEBAGAI FAKTOR EKSTRINSIK ETIOLOGI
MALOKLUSI (Studi Pustaka)Andina Rizkia Putri Kusuma)
Menurut relasi C