Você está na página 1de 6

Mutia Mandallassari

31101200266

1. Perawatan pulpa pada anak


A. Pulp Capping
Pulp capping meripakan suatu tindakan endodontic yang bertujuan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa dengan meletakkan selapis Ca(OH)2 (bahan terapetik)
baik langsung pada terbuka dengan diameter kurang dari 1mm maupun pada lapisan dentin
yang tipis dan rapuh.
Pemberian Ca(OH)2 pada gigi sulung akan merangsang pembentukan odontoblas
membentuk dentin reparatif. Namun pada pemebrian yang berlebih dapat memacu
terjadinya resopsi interna.
Ada 2 teknik pulp Capping:
1. Pulp Capping Indirect
Pemberian bahan terapetik pada dentin yang terinfeksi pada kavitas yang dalam
dan pulpa belum belum terbuka.
Indikasi
a. Karies yang dalam dengan keadaan pulpa yang tipis
b. Tidak adanya inflamasi
Kontraindikasi
a. Ada rasa sakit spontan
b. Adanya gejala patologis baik klinis maupun radiografis
Riwayat sakit pulpa:
- Rasa sakit spontan dan berdenyut
- Rasa sakit karena rangsangan
Gambaran Patologis:
- Resobsi interna
- Kalsifikasi pada pulpa
- Tapilan radiolusen pada daeran furkasi
- Resobso pada gigi sulung mencapai 2/3 atau lebih
Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan gigi:
- Kegoyahan gigi
- Perdarahan pada gingival
Cara kerja
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui kedalaman karies
2. Lakukan isolasi daerah kerja
3. Gunak round bur untuk mebuka kavitas

4. Gunakan ekskavator atau round bur diamond low speed untuk


mebuang dentin karies
5. Aliri dengan aquades kemudian keringkan
6. Tempatkan basis kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 pada selapis tipis
dentin yang tersisa. Kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai
tumpatan.
7. Lakukan restorasi. Bias menggunakan amalgam atau dengan
pembuatan stainless steel crown.
2. Pulp Capping Direct
Pemberian bahan terapetik pada dentin yang telah terbuka untuk merangsang
terbentuknya dentin reparative yaitu dentin barrier atau calcific barrier.
Indikasi
- Terbukanya pulpa hanya pin point berdiameter kurang dari 1
mm
- Belum terbentuk dengan sempurnanya akar dan apeks pada gigi
permanen muda
Kontraindikasi
a. Ada rasa sakit spontan
b. Adanya gejala patologis baik klinis maupun radiografis
Riwayat sakit pulpa:
- Rasa sakit spontan dan berdenyut
- Rasa sakit karena rangsangan
Gambaran Patologis:
- Resobsi interna
- Kalsifikasi pada pulpa
- Tapilan radiolusen pada daeran furkasi
- Resobso pada gigi sulung mencapai 2/3 atau lebih
Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan gigi:
- Kegoyahan gigi
- Perdarahan pada gingival
Cara kerja
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui kedalam karies
2. Lakukan isolasi pada gigi yang akan dikerjakan
3. Hentika perdarahan dengan farnokesol. Lakukan pada dengan cotton
pellet selama 3 sampai 4 menit hingga perdarahan selesai.
4. Irigasi dengan aquades steril dan keringkan
5. Beri kalsium hidrokoksi dan tunggu hingga kering
6. Lakukan tumpatan sementara dengan semen fosfat
7. Setelah 6 minggu jika rangsang terhadap panas sudah normal bias
dilakukan restorasi tetap.
(source: pedodonsi terapan USU)
B. Pulpotomy

Pulpotomy adalah pembuamg jaringan pada daerah korona.


(source: Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton dan Mahmoud
Torabinejad)

C. Apeksifikasi
Apeksifikasi adalah suatu cara menginduksi perkembangan apeks akar suatu
gigi immature, tanpa pulpa, dengan pembentukan osteosementum atau jaringan
menerupai tulang lainnya. Berbeda dengan apeksogenesis, karena
apeksogenesis merupakan proses fisiologis.
Tujuannya adalah untuk menginduksi penutupan sepertiga apical saluran akar
yang terbuka.
(source : Ilmu Endodonsia dalam Praktik, Louis I Grossman)
Indikasi:
a. Penutupan akar yang belum sempurna pada gigi nekrosis agar dapat
dilakukan restorasi
b. Gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum
c.
d.
e.
f.
g.

sempurna tertutup
Korona dapat direstorasi
Pulpa nekrosis
Gigi nonvital
Usia pasien tua/muda
Apeksterbuka

(Dharsono,2006)

Kontaindikasi:
a. Semua fraktur akar baik vertical maupun horizontal
b. Resopsi penggantian (ankilosis)
c. Akar yang sangat pendek
d. Kerusakan pada tep periodontium
e. Pulpa yang masih vital
(source indikasi dan kontra indikasi : Prinsip dan praktik Ilmu
Endodonsia, Richard E Walton)
Cara kerja:
Pada tahapan apeksifikasi tiap prosedur harus diupaykan untuk
memepretahankan jaringan pulpa apical vital yang dapat membantu penutupan
apeks immature.
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui panjang gigi
2. Isolasi wilayah kerja dengan rubber dam
3. Lakukan pembukaan akses ke kamar pulpa dan saluran akar
4. Panjang kerjanya lebih pendek dari apeks gigi (2mm dari apeks)
5. Irigasi dengan dengan aquades setril, untuk mencegah iritasi lebih lanjut ke
jaringan periapikal
6. Keringkan dengan poin absorber tumpul, jangan sampai melukai jaringan
apical

7. Masukkan pasta kalsium hidroksida radiopak kedalam saluran akar


(kalsium hidroksida dicampur dengan air steril atau larutan anastetik, tidak
diperlukan tambahan antimikroba karena kalsium hidroksida sudah
memiliki sifat antimicrobial)
8. Masukkan kedalam periapikal dengan lentulo spiral
Prognosis:
- Hati hati, karena akar kyrang berkembang dan gigi mudah rusak
dan fraktur karena trauma ringan. (source : Ilmu Endodonsia
dalam Praktik, Louis I Grossman)
Pada umumnya memiliki tingkat keberhasilan yang baik. Meskipun
demikian gigi yangsangat belum sempurna (dinding dentinnya tipis)
mempuyai factor resiko yang sangat tinggibaik Selma maupun setelah
perawatan. Juga pembenukan barrier akan lebih mudah jika lubanya
tidak terlalu besar) (source: Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia,
Richard E Walton)
D. Perawatan Saluran Akar
Adalah mengangkat semua jraungan pulpa yang terinfeksi serta membentuk
saluran akar dengan baik agar dapat di isi dengna baik untuk mencegah
masukknya bakteri kedalam saluran akar.
(source: Pathways of The Pulp 10th edition dalam M Furqon, Tesis UI)
Indikasi
a. Gigi vital normal
b. Gigi vital terinfeksi
c. Gigi non vital
Kontraindikasi
a. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga
panjang akar
b. Foramen apikal terbuka lebar
c. Perforasi permukaan akar
d. Resorbsi yang luas
e. Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi
Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu :
1. preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan
(cleaning and shaping)
2. disinfeksi saluran akar
3. obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan
syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak
mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan
untuk menerima bahan pengisi
(source: okti Witansih, Kebocotran apical pada apical dengan ETDA lebih
kecl dari yang tanpa ETDA. Jurnal PDGI vol 58 no 2, Mei 2008)
2. Perawatan saluran akar pada kasus dentoalveolar abses

Abses dento alveolar mmerupakan kumpulan pus pada tulang alveolar di sekitar
akar gigi karean kematian pulpa. Dento alveolar abses dibagi menjadi 2, akut dan kronis.
Pada Dento alveolar abses akut pasien mengeluhkan rasa sakit yang tidak tertahankan dan
adanya demam. Sedagkan pada Dento alveolar abses biasanya pasien mengeluh karena
adanya fistula.
Perawatannya pada Dento alveolar abses biasanya ada rasa sakit sehingga saat
drainase sebelumnya dilakukan anastesi. Setelah di drainase dilakukan perwatan pulpa.
Tujuannya untuk mempertahan kan gigi hingga waktu erupsinya. Perawatan saluran pulpa
menggunak farmokresol dan Kri+ .
Cara kerja:
1. Isolasi menggunakan rubber dam
2. Drainase saluran akar dengan mebuka kamar pulpa. Jika ada fistula lakukan insisi.
Beri antibiotic untuk membunuh bakteri, hindari pemakaian antibiotic mengandung
tetrasiklin katena dapat mengakibatkan diskolorisasi gigi.
3. Pada kunjungan berikutnya lakukan pembersihan dan preparasi saluran akar.
Bersihkan kamr pulpa dengan ekskavator, saluran akar dibersihkan dengan reamer.
4. Lakukan irigasi dengan perhidrol 3%, aqudes atau Na hipoklorit untuk membuang
sisa dentin.
5. Sterilisasi dengan kapas yang telah diberi farmokresol lalu tambal sementara
6. Pada kunjungan berikutnya, bongkar tambalan sementara lalu bersihkan dengan
paper point steril. Masukkan kedalam saluran akar, apabila paper point tidak basah
berarti saluran akar telah terbebas dari pus dan siap di isi.
7. Campurkan Zinc oxide eugenol dan farmokresol dengan perbandingan 1:1 hingga
menjadi pasta, masukkan pada saluran akar, buat opak agar terlihat pada radiograf
untuk mengetahui apakah saluran akar sudah terisi dengan baik. Lakukan tumpatan
sementara
8. Pada kunungan berikutnya dapat dilakuka restorasi permannen pada gigi ulung.
(source : Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton dalam
Nuraisiah Aditia, USU 2008)

3. Mekanisme apeksifikasi
Penggunaan kalsium hidroksida untuk menciptakan suatu lingkunagn di dalam
saluran akar dan jaringan sekitar apeks setelah kemtia pulpa sehingga terbentuk
barrier terkalsifikasi yang membentang enutup apeks yang terbuka. Barrier ini
teridentifikasi sebagai dentin, tulang, sementum atau osteodentin. Hasilnya adalah
akar yang tumpul, dan jika ada perpanjangan akar, itu sangat sedikit.
(source: Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton)

Você também pode gostar