Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
31101200266
C. Apeksifikasi
Apeksifikasi adalah suatu cara menginduksi perkembangan apeks akar suatu
gigi immature, tanpa pulpa, dengan pembentukan osteosementum atau jaringan
menerupai tulang lainnya. Berbeda dengan apeksogenesis, karena
apeksogenesis merupakan proses fisiologis.
Tujuannya adalah untuk menginduksi penutupan sepertiga apical saluran akar
yang terbuka.
(source : Ilmu Endodonsia dalam Praktik, Louis I Grossman)
Indikasi:
a. Penutupan akar yang belum sempurna pada gigi nekrosis agar dapat
dilakukan restorasi
b. Gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum
c.
d.
e.
f.
g.
sempurna tertutup
Korona dapat direstorasi
Pulpa nekrosis
Gigi nonvital
Usia pasien tua/muda
Apeksterbuka
(Dharsono,2006)
Kontaindikasi:
a. Semua fraktur akar baik vertical maupun horizontal
b. Resopsi penggantian (ankilosis)
c. Akar yang sangat pendek
d. Kerusakan pada tep periodontium
e. Pulpa yang masih vital
(source indikasi dan kontra indikasi : Prinsip dan praktik Ilmu
Endodonsia, Richard E Walton)
Cara kerja:
Pada tahapan apeksifikasi tiap prosedur harus diupaykan untuk
memepretahankan jaringan pulpa apical vital yang dapat membantu penutupan
apeks immature.
1. Lakukan rontgen untuk mengetahui panjang gigi
2. Isolasi wilayah kerja dengan rubber dam
3. Lakukan pembukaan akses ke kamar pulpa dan saluran akar
4. Panjang kerjanya lebih pendek dari apeks gigi (2mm dari apeks)
5. Irigasi dengan dengan aquades setril, untuk mencegah iritasi lebih lanjut ke
jaringan periapikal
6. Keringkan dengan poin absorber tumpul, jangan sampai melukai jaringan
apical
Abses dento alveolar mmerupakan kumpulan pus pada tulang alveolar di sekitar
akar gigi karean kematian pulpa. Dento alveolar abses dibagi menjadi 2, akut dan kronis.
Pada Dento alveolar abses akut pasien mengeluhkan rasa sakit yang tidak tertahankan dan
adanya demam. Sedagkan pada Dento alveolar abses biasanya pasien mengeluh karena
adanya fistula.
Perawatannya pada Dento alveolar abses biasanya ada rasa sakit sehingga saat
drainase sebelumnya dilakukan anastesi. Setelah di drainase dilakukan perwatan pulpa.
Tujuannya untuk mempertahan kan gigi hingga waktu erupsinya. Perawatan saluran pulpa
menggunak farmokresol dan Kri+ .
Cara kerja:
1. Isolasi menggunakan rubber dam
2. Drainase saluran akar dengan mebuka kamar pulpa. Jika ada fistula lakukan insisi.
Beri antibiotic untuk membunuh bakteri, hindari pemakaian antibiotic mengandung
tetrasiklin katena dapat mengakibatkan diskolorisasi gigi.
3. Pada kunjungan berikutnya lakukan pembersihan dan preparasi saluran akar.
Bersihkan kamr pulpa dengan ekskavator, saluran akar dibersihkan dengan reamer.
4. Lakukan irigasi dengan perhidrol 3%, aqudes atau Na hipoklorit untuk membuang
sisa dentin.
5. Sterilisasi dengan kapas yang telah diberi farmokresol lalu tambal sementara
6. Pada kunjungan berikutnya, bongkar tambalan sementara lalu bersihkan dengan
paper point steril. Masukkan kedalam saluran akar, apabila paper point tidak basah
berarti saluran akar telah terbebas dari pus dan siap di isi.
7. Campurkan Zinc oxide eugenol dan farmokresol dengan perbandingan 1:1 hingga
menjadi pasta, masukkan pada saluran akar, buat opak agar terlihat pada radiograf
untuk mengetahui apakah saluran akar sudah terisi dengan baik. Lakukan tumpatan
sementara
8. Pada kunungan berikutnya dapat dilakuka restorasi permannen pada gigi ulung.
(source : Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton dalam
Nuraisiah Aditia, USU 2008)
3. Mekanisme apeksifikasi
Penggunaan kalsium hidroksida untuk menciptakan suatu lingkunagn di dalam
saluran akar dan jaringan sekitar apeks setelah kemtia pulpa sehingga terbentuk
barrier terkalsifikasi yang membentang enutup apeks yang terbuka. Barrier ini
teridentifikasi sebagai dentin, tulang, sementum atau osteodentin. Hasilnya adalah
akar yang tumpul, dan jika ada perpanjangan akar, itu sangat sedikit.
(source: Prinsip dan praktik Ilmu Endodonsia, Richard E Walton)