Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANDRAGOGI
RINAWATI RAFIAH
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH |
Universitas Negeri Surabaya
Soal
1. Analisis 5W+1H Pendidikan Orang Dewasa
A. Siapa Orang Dewasa ?
B. Apa Misi Pendidikan Orang Dewasa ?
C. Bagaimana Implementasi dalam pembelajaran orang dewasa ?
D. Dimana perbedaan orang dewasa dan anak-anak ?
E. Mengapa orang dewasa bersemangat dalam belajar ?
F. Kapan pendidikan orang dewasa dilakukan ?
2. Analisis
SWOT
Threat/ancaman)
(Strenght/kekuatan,
Weakness/kelemahan,
Opportunity/peluang,
Jawaban
1. Pendidikan orang dewasa adalah kegiatan terencana dan terorganisasikan yang dilakukan
seseorang, lembaga atau instrumen lain yang dimaksudkan untuk membantu orang dewasa
belajar dan yang berada di bawah supervisi terus-menerus suatu lembaga pengajaran yang
memimpin dan yang mengatur kondisi-kondisi belajar begitu rupa untuk memperlancar
berhasilnya pencapaian tujuan belajar.
Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa. Kemudian agogos
bararti memipin. Andragogi berarti memimpin orang dewasa. Dari segi definisi andragogi
adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa (Knowles, 1980). Sebagai ilmu, tidak ubannya
seperti ilmu yang lain, tentunya andragogi dapat dipelajari oleh siapa saja karena ia mengkuti
hukum-hukum keilmuan pada umumnya yang bersifat objektif. Sebagai seni atau kiat, adragogi
adalah aktifitas yang merupakan hasil dari kecapan kreatif dan keliahaian seseorang yang terkait
dengan rasa estetika, terkait dengan kepribadian, karakter atau watak si pendidik. Ada pendidik
yang sangat piawai dalam mempengaruhi dan memperlakukan anak-anak didiknya yang
berdampak rasa senang dan simpati kepada si pendidik. Dengan kesabarannya ketelatennanya
dan rasa humornya, seorang pendidik lebih memikat hati anak lebih dari yang lain. Begitu
sebaliknya, ada pendidik yang kurang dapat melakukan hal-hal seperti dilakukan tadi walaupun
dia sangat menguasai dan pandai secara keilmuan. Tampakanya ilmu mendidik saja belum
cukup dan harus dipadukan dengan seni. Demikianlah, sebenarnya mendidik merupakan
perpaduan antara ilmu dan seni dalam membantu orang lain, baik anak ataupun orang dewasa,
dalam belajar.
Ada juga yang mendefinisikan andragogi sebagai ilmu tetang orang dewasa belajar atau the
science of adulf learning (Laird, 1981), yang dalam hal ini lebih merupakan psikologi belajar.
Disamping itu ada juga yang menitikbertakan pada pemberian bantuan, yang mendefinisikan
adragogi sebagai seni dan ilmu tentang bagaimana membantu orang dewasa belajar (Brundage,
1981). Di Indonesia Direktorat Pendidikan Masyarakat telah mulai mengadopsi ide ini sejak
tahun 1970-an dengan mengunakan istilah membelajarkan dan juga pembelajaran orang
dewasa. Jadi, ringkasnya adragogi adalah seni dan ilmu tentang bagaimana membantu orang
dewasa belajar. Dalam hal ini si pendidik harus berusaha bagaimana membantu mempermudah
atau memfasilitasi orang dewasa belajar. Dalam hubungan ini, diyakini bahwa wujud
bantuannya pasti berbeda dengan anak karena karakteristik yang berbeda antara keduanya.
(Marzuki, Saleh. 2010:166-167).
Kebutuhan dan tujuan perorangan dapat dijelaskan bahwa misi utama setiap pendidikan orang
dewasa adalah menolong individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya..
Biasanya jika kita bertanya apakah tujuan dan kebutuhan anda, maka dia akan menjawab bahwa
kebutuhan dan tujuan dia antara lain adalah dierolehnya beberapa kompetensi atau kemampuan
seperti berbicara dengan lancar didepan umum, dapat mengerjakan matematika, atau dapat juga
dalam bentuk lebih abstrak seperti begaiman dia dapat mengumpukan uang sebanyakbanyaknya atau dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain secara lebih baik.
Ini semua tentu merupakan daya tarik bagi seseorang untuk belajar, dan karena itu kadangkadang lebih mendekati pada minat daripada kebutuhan. Minat biasanya merupakan sesuatu
yang disadari dibandingkan dengan kebutuhan yang agak kurang disadari. Salah satu kebutuhan
yang dapat sinyatakan disini adalah menghindari keabsolutan; maksudnya adalah apa yang
kita pelajari pada masa lalu, ternyata tidak mampu lagi mengatasi kesulitan masa kini.
(Marzuki, Saleh. 2009: 32-33).
Orang dewasa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari bermanfaat bagi
dirinya.
2. Sesuai dengan pengalaman
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
3. Masalah sehari-hari
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari berpusat pada
masalah yang dihadapi sehari-hari.
4. Praktis
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari bersifat praktis
dan mudah diterapkan.
5. Sesuai kebutuhan
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari sesuai dengan
kebutuhannya
6. Menarik
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari menarik baginya.
7.
Berfarisipasi aktif
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari ia mengambil
bagian atau berperan aktif dalam pembelajaran.
8. Kerja sama
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila terdapat kerjasama dan saling
menghargai antara pemateri dan peserta.
9. Lakukan perhatian dalam suasana informal
Orang dewasa suka pelatihan yang akrap, santai, dan tidak kaku. Suasana yang nyaman
perlu diciptakan dalam pelatihan.
10. Variasikan metode pembelajaran
Lakukan perubahan pada kecepatan dan teknik pelatihan dari waktu ke waktu. Gunakan
variasi metode pembelajaran dan penyampaian.
11. Hilangkan factor ketakutan
Setiap orang akan mencapai kesuksesan belajar bila factor ketakutan dapat dihilangkan
atau dikurangi seminimal mungkin.
Weakness/kelemahan
Menurut Verner & Davison ada enam faktor yang secara fisiologik dapat menghambat
keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
1. Dengan bertambahnya usia, titik-dekat penglihatan, atau titik terdekat yang dapat dilihat
secara jelas, mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat
jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik-dekat
penglihatan sudah menjauh sampai 23 cm.
2. Dengan bertambahnya usia, titik-jauh penglihatan, atau titik terjauh yang dapat dilihat
secara jelas, mulai berkurang, makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam
pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan.
3. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu
situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya, maka
pada usia 40 tahun memerlukan 145 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
4. Makin bertambahnya usia, persepsi kontras warna cebderung ke arah merah daripada
spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya
yang masuk akan tesaring. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna
lembut.
5. Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia.
Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan
nada secara tajam pada setiap dasawarsa dalam hidupnya.
6. Perbedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan
melanjutnya usia.
Opportunity/peluang
Menurut Knowles (1998) perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar
didasarkan pada asumsi tentang peserta didik orang dewasa, yakni:
mempunyai kesiapan belajar untuk belajar jika kebutuhan dan minatnya dapat terpenuhi, (2)
Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan, sehingga unit pembelajarannya adalah
situasi kehidupan, bukan sekedar subyek atau materi pembelajaran, (3) Pengalaman merupakan
sumber terkaya bagi orang dewasa, oleh karena itu metodologi dasar bagi pendidikan orang
dewasa adalah menganalisis pengalaman, (4) Orang dewasa memiliki kebutuhan mendalam
untuk mengarahkan dirinya sendiri (konsep diri), sehingga peran guru adalah menjalankan
proses untuk sama-sama menjajaki dan mencari daripada mengalihkan pengetahuan tutor
kepada peserta didik oang dewasa, (5) Perbedaan individual meningkat dengan meningkatnya
usia, sehingga pendidikan orang dewasa harus memperhitungkan perbedaan dalam gaya, waktu,
tempat dan kecepatan belajar (Hatimah,. 2007).
Berdasarkan lima asumsi peserta didik orang dewasa tersebut berimplikasi pada penerapan
pembelajaran orang dewasa. Prinsip-prinsip pembelajaran pada peserta didik orang dewasa
antara lain: (1) Pembelajaran merupakan proses untuk menemukan dan memecahkan masalah
pada saat ini, (2) Pembelajaran berusaha menemukan cara yang dapat memperbaiki situasi,
mencapai sasaran yang diinginkan, memperbaiki pengalaman, atau mengembangkan
kemungkinan berdasarkan pada yang dihadapi pada masa sekarang,
(3)
Tutor tidak
mendominasi dalam pembelajaran, tutor dengan peserta didik bersifat sejajar, saling membantu,
(4)
Tutor membimbing peserta didik sampai pada pengetahuan peserta didik, bukan hanya
fakta-fakta yang lemah tingkat kebenarannya, (5) Kesiapan belajar orang dewasa yang berbedabeda, membuat mereka untuk memilih masuk ke dalam kelompok pembelajaran yang sesuai
bagi dirinya. Oleh karena itu mereka perlu dibantu untuk menemukan apa yang menjadi
kebutuhan mereka untuk dipelajari,
terhadap informasi dan atau pengalaman, (2) berpusat pada peserta didik, (3) belajar dengan
mengalami, (4) mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional, (5)
mengembangkan rasa ingin tahu dan imajinasi, (6) belajar sepanjang hayat, (7) mandiri dan
kerjasama. Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, tutor dituntut untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga peserta didik selalu ingin belajar dan
menerapkan materi yang dipelajarinya.
Berdasarkan uraian tersebut maka peran tutor dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan
adalah sangat strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif (Cross, 1981). Untuk
dapat melaksanakan peran-peran strategis tutor dalam pembelajaran kesetaraan tersebut,
langkah-langkah yang dapat ditempuh tutor pada kegiatan pembelajaran adalah: (1) Mengelola
kegiatan pembelajaran, (2) Mengelola lingkungan / tempat belajar, (3) Mengelola peserta didik,
yang perlu diperhitungkan adalah keberagaman peserta didik. (4) Mengelola isi atau materi
pembelajaran. (5) Mengelola evaluasi hasil belajar peserta didik.
Threat/ancaman
Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka perlu
diperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini:
1. Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka
orang dewasa tidak diajar, orang dewasa itu dimotivasi untuk mencari pengetahuan yang
lebih mutakhir, ketrampilan baru, dan sikap lain.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu
mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan. Sebab
belajar adalah perubahan perilaku, sedang perubahan seringkali meningalkan kebiasaan,
norma dan cara berpikir lama yang sudah melekat.
4. Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Sedikit sekali hasil
siperoleh apabila orang tua siceramahi, dikhotbahi, digurui untuk melkukan hal tertentu atau
bersikap tertentu. Ia harus mengalaminya untuk dapat dan mau terus melakukannya.
5. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya
cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah.
6. Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat di dalam diri orang dewasa itu sendiri.
Setumpukan pengalaman masa lampau telah tersimpan di dalam dirinya, perlu digali dan
ditata kembali dengan cara yang lebih berarti.
7. Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Manusia mempunyai
perasaan dan pikiran. Hasil belajar maksimal dicapai apabila orang dapat memperluas
perasaan maupun pikirannya.
8. Belajar adalah hasil kerja sama antara manusia. Dua atau lebih banyak manusia yang saling
memberi dan menerima akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, pertukaran
pengetahuan, saling mengucapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
9. Belajar adalah suatu proses evolusi. Kemampuan orang dewasa untuk mengerti, menerima,
mempercayai, menilai, mendukung, memerlukan suatu proses yang berkembang secara
perlahan. Tidak dapat dipaksakan sekaligus. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi secara
seketika melainkan terjadi pelahan-pelahan melalui percobaan-percobaan. (Lunandi. 1981:
7- 8)
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, Saleh. 2010. Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,
dan Andragogi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Lunandi. 1981. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Marzuki, Saleh. 2009. Pendidikan Nonformal Bukan Residu. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) Universitas Negeri Malang.
Alifuddin. 2011. Menyemai Pendidikan Non Formal. Jakarta: MAGNAScript Publishing.