Você está na página 1de 2

Banyak pro dan kontra tentang dilegalkannya Aborsi pada PP nomor 61 tahun 2014 terutama

pada BAB IV pasal 31. Di dalam PP tersebut juga dijelaskan dengan gamblangnya syarat-syarat
(yang benar-benar) dibolehkan melakukan aborsi.
a. indikasi kedaruratan medis; atau
b. kehamilan akibat perkosaan.
Dalam hal medis, tentu saja ada indikasi tertentu sehingga si janin perlu untuk diaborsi agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ibu dan/atau calon bayi akan terancam
keselamatannya. Atau jika si bayi mengalami kecacatan sehingga dapat menyulitkan si bayi jika
telah dilahirkan nanti. Tentu saja prosesnya tidak mudah, banyak prosedur-prosedur yang harus
diproses agar benar-benar dapat dinyatakan layak aborsi.
Begitu pula dengan aborsi karena pemerkosaan atau kehamilan yang tidak diinginkan
oleh pihak perempuan. Boleh diaborsi asalkan umur janin dibawah 40 hari, dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Pihak penyidik, atau psikolog akan menyampaikan hasil jika memang ada
indikasi pemerkosaan. Karena bisa saja alasan pemerkosaan hanya diada-adakan agar
mendapatkan legalisasi untuk melakukan aborsi.Melihat ketentuan itu, Imam khawatir ada
pihak yang me-manfaatkan ke-beradaan PP ter-sebut sebagai celah untuk me-lakukan
aborsi.Jika korban sangat membenci dan tak menginginkan calon bayi dalam kandungannya, ini
bisa berdampak buruk bagi keduanya (ibu dan calon bayi)," Usia kandungan pun ditentukan
dari surat keterangan dokter yang memeriksa.
Ahli kesehatan secara mutlak belum memberikan tanggapan yang pasti, secara samar-samar
terlihat adanya kesepakatan bahwa aborsi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
penyebab, masa depan anak serta alasan psikologis keluarga terutama ibu, asal
dilakukandengan cara-cara yang memenuhi kondisi dan syarat-syarat tertentu. Begitu juga
dengan ahlisosial kemasyarakatan yang mempunyai pandangan yang tidak berbeda jauh
dengan ahlikesehatan.

Kontra
Karena ternyata menurut survei PKBI tahun 2012, aborsi yang dilakukan tahun 2007-2011,
sebagian besarnya (83%) dilakukan oleh ibu rumah tangga. Alasannya karena kegagalan alat
kontrasepsi sebagai pengatur (pencegah) kehamilan dan anak yang sudah terlalu banyak. Anak
yang banyak inilah yang menyebabkan kehawatiran orangtua dalam mengurusi anak karena
kendala ekonomi Bukankah Allah telah menjamin bahwa anak itu yang akan menambah rejeki .
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar. (Qs. al-Israa: 31). Bahkan telah disebutkan juga dalam surah Q.S. Al
Isra:33 Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan
yang benar. Jadi, mengapa harus khawatir jika Tuhan saja sudah menjamin, kehadiran anak
justru akan mengundang rejeki tentunya dengan berikhtiar dan doa. So, jangan takut miskin
gara-gara punya anak.
Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati pun menilai, PP ini hanya
mele-galkan aborsi dan tidak bisa men-jadi solusi untuk membantu kor-ban perkosaan.
Menurutnya, yang dibutuhkan oleh korban adalah pendampingan, konseling, bukannya aturan
yang memper-bolehkan aborsi.Dia mengingatkan, dalam UU Perlindungan Anak disebutkan,
anak yang berusia sejak dalam kan-dungan hingga usia 18 tahun wajib dilindungi negara.
Para ahli agama memandang bahwa apapun alasannya aborsi merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan agama karena bersifat menghilangkan nyawa janin yang
berartimelakukan pembunuhan, walaupun ada yang berpendapat bahwa nyawa janin belum
adasebelum 90 hari.

Você também pode gostar