Você está na página 1de 6

Makalah Seminar Kerja Praktek

Analisa Sistem Kontrol Pressure pada Reheating Furnace Wire Rod Mill
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk
Kevin Adelin (L2F009059)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Jln. Prof. Soedharto, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
e-mail: kevinadelin.hsputr@gmail.com
Abstrak
Reheating Furnace merupakan tempat untuk memanaskan billet dengan temperature yang tinggi agar billet
menjadi bersih dari kerak dan kotoran serta mudah untuk direduksi menjadi bentuk batang kawat. Pada proses
pemanasan billet, dibutuhkan tekanan yang sesuai dan temperatur yang tinggi pada furnace. Temperatur yang terjadi
pada furnace selalu tinggi karena billet harus direduksi sedangkan untuk tekanan yang masuk berubah-ubah
bergantung pada tekanan gas. Oleh karena itu, damper yang dikendalikan oleh PIC 912. Tekanan yang dideteksi oleh
sensor diterima transmitter kemudian dikirimkan ke PIC 912 untuk dibandingkan tekanannya dengan set point
sehingga didapat pengaturan bukaan damper.
Kata kunci: control valve, sistem kontrol, tekanan

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak
pernah lepas dari penggunaan baja seperti kaleng
makanan dan minuman, pipa, rangka rangka dan
komponen otomotif, rangka dan komponen kapal,
perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Baja
banyak digunakan dalam industri kecil, menengah,
maupun industri besar untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang semakin meningkat. Salah satu
industri besar yang membuat baja adalah PT.
Krakatau Steel.
PT. Krakatau Steel Cilegon merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan
besi baja di Indonesia. Dalam perkembangannya,
PT Krakatau Steel Cilegon terus berusaha
meningkatkan produktivitas, efiensi serta kinerja
perusahaan dengan mengutamakan faktor keamanan
dan keselamatan kerja bagi karyawan dalam proses
kegiatannya. PT. Krakatau Steel juga telah
memanfaatkan dan mengembangkan sistem kontrol
otomatis (automatic control system) dalam proses
produksinya.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis melakukan Kerja Praktek ini
adalah :
1. Mempelajari proses produksi baja secara
umum dari proses awal hingga produk akhir
berupa batang kawat.

2. Mengenal alat dengan sistem otomatisasi


modern yang dipakai di PT. Krakatau Steel
Divisi Wire Rod Mill Cilegon.
3. Mengetahui sistem Reheating Furnace yang
digunakan di PT. Krakatau Steel Divisi
Wire Rod Mill Cilegon
4. Mempelajari serta memahami pengontrolan
tekanan yang terjadi pada Furnace.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penyusunan laporan kerja
praktek ini, agar pembahasan menjadi terarah dan
tidak meluas maka penulis membatasi permasalahan
yang dibahas. Adapun pembatasan masalahnya
yaitu laporan ini hanya membahas sistem kontrol

pressure pada Reheating Furnace Wire Rod


Mill. Adapun hal yang tidak dibahas seperti
pemodelan sistem secara matematis, program logika
untuk pengontrolan serta proses kimia yang terjadi.
II. DASAR TEORI
2.1 Sistem Instrumentasi
Di PT. Krakatau Steel Cilegon parameter
utama yang selalu diukur antara lain: suhu
(temperature), aliran (flow), tekanan (pressure),
tinggi permukaan (level). Gabungan serta kerja alatalat pengendalian otomatis ini dinamakan sistem
pengendalian, sedangkan semua peralatan yang
membentuk
sistem
pengendalian
disebut
instrumentasi sistem kendali. Fungsi instrumentasi

pada suatu proses industri dapat diklasifikasikan ke


dalam 4 bagian yaitu :
1. Sebagai Alat Ukur
Instrument mendeteksi dan memberikan
informasi tentang besarnya nilai proses
variabel yang diukur dari suatu proses industri
sehingga
dapat
dipahami
(mempunyai
informasi) oleh pengamat.
2. Sebagai Alat Kontrol/Pengendali
Instrument berfungsi untuk mengendalikan
jalannya operasi agar variabel proses yang
diukur dapat diatur dan dikendalikan, tetap
pada nilai yang ditentukan (set point).
3. Sebagai Alat Safety
Instrument memberikan tanda bahaya atau
tanda gangguan apabila terjadi trouble atau
kondisi tidak normal yang diakibatkan tidak
berfungsinya suatu peralatan pada proses, serta
berfungsi untuk mentripkan suatu proses
apabila gangguan tersebut tidak teratasi dalam
jangka waktu tertentu.
4. Sebagai Alat Analisa
Instrument berfungsi sebagai alat untuk
menganalisa produk yang dikelola, apakah
sudah memenuhi spesifikasi yang diinginkan
sesuai dengan standar mengetahui polusi dari
hasil buangan sisa produksi yang diproses agar
tidak membahayakan dan merusak lingkungan.
2.2

Instrumentasi Pengukuran
Transmitter adalah individual instrument
yang berfungsi mengukur nilai flow, level, pressure
untuk selanjutnya mengubah sinyal pengukuran
standar yang sebanding dengan arus listrik searah 420 mA, tegangan 1-5 V atau sinyal pneumatic 3-15
psi atau 0,2-1 kg/cm.

pengukur tekanan dapat dianggap sama dengan


tekanan atmosfir sebagai referensi.
2.3

Kontrol Valve
Valve adalah suatu peralatan mekanis yang
melaksanakan suatu aksi untuk mengontrol atau
memberikan efek terhadap suatu aliran fluida di
dalam suatu sistem perpipaan atau peralatan.
Fungsi valve dapat dibedakan menjadi :
1. Mengalirkan atau menghentikan aliran (on-off)
2. Mengatur variasi kecepatan aliran (regulating)
3. Mengatur aliran hanya pada suatu aliran saja
(checking)
4. Merubah/memindahkan aliran pada line pipa
yang berbeda (switching)
5. Melepas aliran dari system ke atmosfer
(discharging)
Control valve adalah jenis final control
element yang paling umum dipakai untuk sistem
pengendalian proses, sehingga orang cenderung
mengartikan final control element sebagai control
valve. Aksi kontrol pada control valve ini dibedakan
menjadi 2, yaitu :
Air To Close / ATC: apabila mendapat signal
input, maka control valve akan menutup.
Semakin besar signalinput yang diterima maka
semakin besar pula gerakan stem kebawah.
Air To Open / ATO: apabila mendapat signal
input, maka controlvalve akan membuka.
Semakin besar signal input yang diterima maka
semakin besar pula gerakan stem keatas.

Gambar 2.2
Gambar 2.1 Pressure Transmitter Yamatake ST 3000

(a)
(b)
(a) Control Valve aksi ATO
(b) Control Valve aksi ATC

Smart Tranmitter

Kontrol valve yang digunakan adalah tipe butterfly


valve.

Transmiter yang digunakan adalah


Pressure
Transmitter Yamatake ST 3000 Smart Tranmitter.
Prinsip kerjanya yaitu perbedaan nilai antara
beberapa nilai tekanan dan beberapa tekanan
referensi. Dalam artian tekanan absolut dapat
dianggap sebagai tekanan differensial dengan
vakum atau zero absolut sebagai referensi. Jadi

Gambar 2.3 Butterfly Valve

Sesuai dengan namanya, valve tipe ini cara kerjanya


adalah dengan memutar piringan (disk) pada sumbu
utamanya untuk membuka atau menutup jalan
fluida. Gerakan memutar ini mirip dengan gerakan
mengepak
pada
kupu-kupu,
sehingga
dinamakan butterfly valve, atau katup tipe kupukupu. Butterfly valve banyak dipakai dalam prosesproses yang membutuhkan flow yang besar serta
fluida-fluida yang banyak mengandung partikel.
Cara kerjanya : Gerakannya berputar membentuk
sudut 0o sampai 90o

dalam furnace. Selain itu, aliran laju kalor dalam


reheating furnace tipe walking beam lebih baik
dibanding tipe lain.
3.2

Analisa Sistem Kontrol Pressure pada


Reheating furnace

Pada kontrol tekanan Reheating furnace,


digunakan konfigurasi kontrol single control. Single
control adalah loop instrumen yang terdiri dari satu
transmitter, satu controller, dan sebuah final control
element. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
stabilitas dari output proses yang dikontrol.
Contohnya pada furnace seperti digambarkan di
bawah ini:

Gambar 2.4 Gerakan putaran butterfly valve

Kontrol valve yang digunakan bertipe ATO (Air To


Open). Ketika kontrol valve ini mendapatkan sinyal
kontrol maka valve akan membuka dan jika tidak
ada sinyal kontrol maka valve akan menutup
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Umum Reheating Furnace


Gambar 3.2 Furnace Pressure Control Flow Sheet

Gambar 3.1 Reheating furnace tipe walking beam

Reheating Furnace merupakan tempat


untuk memanaskan billet dengan temperature yang
tinggi agar billet menjadi bersih dari kerak dan
kotoran serta mudah untuk direduksi menjadi
bentuk batang kawat.
Divisi Wire Rod Mill
menggunakan Reheating Furnace bertipe walking
beam. Karakteristik reheating furnace tipe walking
beam yaitu stok (billet) diposisikan pada daerah
stasioner. Walking beam kemudian akan menaikkan
stok dari bawah untuk digerakkan maju. Setelah
bergerak maju, walking beam akan menurunkan
kembali stok pada daerah stasioner untuk kemudian
dikeluarkan dari furnace. Kelebihan reheating
furnace tipe walking beam yaitu dapat memecahkan
permasalahan yang terdapat pada reheating furnace
tipe pusher seperti skid mark dan penumpukan stok

Pada pengukuran tekanan dilakukan oleh


pressure transmitter (PT), selnjutnya output PT
dikirim ke pressure indicator controller (PIC)
sebagai measured variable. Harga tekanan yang
dikehendaki dinyatakan sebagai set point pada
kontroler PIC. Dari perbandingan kedua harga
tersebut, PIC mengeluarkan sinyal output untuk
mengatur bukaan damper sehingga didapatkan
tekanan yang diinginkan.
Dari gambar 3.2 dapat diamati bahwa damper
yang terletak pada pipa dan digerakkan oleh motor
listrik. Motor listrik inilah yang mengatur bukaan
damper. Kontrol motor ini didasarkan pada
pembacaan sebuah sensor tekanan di dalam furnace
pada zona soaking yaitu DP transmitter. Sinyal
transmisi akan dikirim ke PIC sebagai kontroler
tekanan yang akan mengatur daya motor listrik
sehingga damper akan bergerak untuk membuka
atau menutup.
Pengontrolan pressure pada Reheating
furnace memiliki masukan dari feed gas yang
berasal dari natural gas. Pada sisi inlet furnace, feed
gas ini akan dibaca nilai tekanannya. Hasil
pembacaan tekanan yang dilakukan oleh pressure
transmitter (PT 912) akan memberikan sinyal hasil
pembacaan pressure yang kemudian di ubah oleh
3

transducer menjadi sinyal elektrik. Sinyal elektrik


ini menjadi inputan dari controller PIC 912.
Kontroler PIC 912 ini kemudian diteruskan ke
transducer untuk diubah menjadi sinyal pneumatic.
Sinyal pneumatic inilah yang berfungsi untuk
mengatur perubahan bukaan damper.
Misalnya tekanan pada reheating furnace
kurang dari set point yang telah ditentukan maka PT
912 akan memberikan sinyal turun yang
sebelumnya sinyal akan diubah dari sinyal fisis
menjadi sinyal elektrik. Damper yang digunakan
bertipe ATO (Air To Open), sehingga proses yang
dikontrol memiliki sifat reverse (semakin kecil
sinyal kontrol, bukaan valve output semakin kecil
sehingga tekanan pada furnace naik mendekati set
point). Karena proses yang dikontrol memiliki sifat
reverse, maka mode aksi kontroler yang digunakan
adalah mode direct ( e = PV- SP ). Dengan aksi
kontrol direct pada transmitter, jika transmitter
memberi sinyal turun (PV) maka output dari PIC
912 akan turun. Perubahan output akan merubah
bukaan damper, sehingga bukaan akan menjadi
lebih kecil dari posisi normal dan tekanan menjadi
lebih besar. Di bawah ini merupakan diagram blok
sistem kontrol tekanan pada reheating furnace.

3.3 Tampilan Human Machine Interface (HMI)


Di bawah ini adalah tampilan Human
Machine Interface (HMI) pada Reheating furnace:

Gambar 3.4 Tampilan HMI

Gambar 3.3 Diagram Blok Sistem Kontrol Pressure


pada Reheating furnace

Keterangan :
PI
: metode kontrol yang digunakan pada
kontroler (PIC 1101)
Transmitter : transmitter yang digunakan (PT 1101)
CO
: output dari kontroler
PV
: output dari proses
Pada intinya kontrol pressure ini bertujuan

Pada gambar 5.8 terlihat gambar Reheating


furnace dan Damper. Pada Reheating furnace,
terdapat 2 input yaitu gas dengan jalur berwarna
kuning, combustion dengan jalur berwarna biru.
Output Reheating furnace yaitu Combustion Air.
Pada tampilan HMI terdapat berbagai alat
instrumen, namun alat untuk pengontrolan pressure
Reheating furnace yaitu PIC 912 pada gas
Reheating furnace dan damper pada stack.
Pada sistem ini, metode kontrol yang
digunakan adalah metode kontrol PID. Hal ini
dikarenakan tuning parameter pada metode kontrol
PID lebih mudah dibandingkan dengan metode
kontrol yang lain. Pada kontrol PID, yang harus
disetting adalah nilai Kp, Ki, dan Kd.

untuk menjaga tekanan dalam Reheating furnace


yang sesuai dengan set point yang diinginkan.

Gambar 3.5 Tampilan HMI kontrol damper PIC 912

Dari gambar 3.5, terlihat bahwa unit kontrol


PID yang digunakan hanyalah unit Proposional dan
Integral. Hal ini ditunjukan pada pengisian Tuning,
yaitu unit Proposional yang ditunjukan dengan
pengisian nilai Gain dan unit Time Integral yang
ditunjukan dengan pengisian nilai Reset. Sedangkan
nilai unit Time Derivative yang ditunjukan oleh
pengisian Rate di isi nilai nol. Hal ini menunjukan
bahwa kontrol yang dipakai dalam PIC 912 adalah
kontrol Proposional dan Integral (PI). Sedangkan
untuk unit Derivative tidak digunakan karena jika
dipakai dalam proses produksi maka akan
menimbulkan derau. Derau yang terjadi ini sangat
berbahaya dalam proses produksi
Pengendali PI merupakan gabungan dua
unit kontrol yaitu P dan I. Sehingga semua
kelebihan dan kekurangan yang ada pada
pengendali P dan I juga ada padanya. Sifat
pengendali P yang selalu meninggalkan offset dapat
ditutupi oleh kelebihan pengendali I, sedangkan
sifat pengendali I yang lambat dapat ditutupi oleh
kelebihan pengendali P. Sehingga pengendali PI
memiliki response yang lebih cepat dari pengendali
I tetapi mampu menghilangkan offset yang
ditinggalkan pengendali P. Berikut adalah rumus
nya :

O Gc e e.dt
Ti
dimana O adalah output, e adalah error (input dari
unit kontrol), Ti adalah integral time (waktu
integral) dan Gc atau biasanya disebut Kp adalah
gain
controller
(penguatan
proporsional).

proporsional integral atau lebih sering disebut


kontrol PI.
Pada HMI, range PIC 912 antara -5
sampai +5
mmH20 sedangkan untuk kontrol
damper rangenya antara 7% - 90%. Set point untuk
PIC 912 yaitu 2.0 mmH20. Berikut ini adalah
tampilan mengenai pengaturan set point pada PIC
912 yaitu :

Gambar 3.7 Tampilan HMI pengaturan set point

Berdasarkan gambar 3.7, pada suatu


keadaan pressure adalah 1.8 mmH20,
maka
persentase sinyal kontrol dampernya adalah 52%
dan pengaturan untuk kontrol dampernya
menggunakan mode auto.
Setelah tuning PID dan menentukan set
point, grafik respon dari sistem akan terlihat.
Berikut ini adalah tampilan grafik mengenai
pressure pada furnace dan persentase sinyal damper
pada HMI pada hari senin, 23 Juli 2012 pukul
11.47.

Gambar 3.8 Grafik press damper

Keterangan:
Garis merah
Garis hijau

: output tekanan (bukaan damper)


: measured value

Gambar 3.6 Performansi Pengontrol P vs PI

Dari gambar di atas terlihat bahwa kontrol


PI lebih baik daripada kontrol Proporsional. Pada
pengontrolan temperatur diperlukan kontrol

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa set


point tekanan damper furnace pada 2.0 mmH20.
Tekanan damper furnace yang terukur berubah-ubah
besarnya bahkan bisa di atas set point dan juga bisa
dibawah set point. Hal ini disebabkan karena
adanya aktifitas pada combustion air dan gas.
5

Ketika tekanan gas berada diatas set point, maka


sinyal control akan naik dan damper akan terbuka
lebih besar. Begitu juga sebaliknya. Namun, ada
suatu keadaan ketika tekanan furnace turun dan
sinyal kontrol damper naik. Hal ini terjadi karena
ada lag process sehingga kontrol damper telat
mengubah kondisinya. Lag process ini terjadi
karena instrumen pengukur dan akuatornya yaitu
kontrol damper diletakkan berjauhan sehingga
terjadi delay dalam sistem.

IV. Kesimpulan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Reheating Furnace yang digunakan pada


pabrik batang kawat PT. Krakatau Steel
bertipe walking beam.
Semua proses yang berjalan dapat dikontrol
oleh HMI dan hasil proses juga dapat dilihat
pada HMI.
Kontrol tekanan pada furnace mempunyai
satu loop pengontrolan yaitu pengontrolan
damper dengan cara mengatur besar
kecilnya buka tutup damper pada outlet dari
furnace.
Pada pengontrolan tekanan di furnace
memiliki sifat reverse dengan mode aksi
kontrollernya adalah direct.
Jika tekanan meningkat, damper dikontrol
untuk mengurangi combustion air dan gas
karena mempengaruhi besarnya pengapian
pada furnace.
Jika tekanan menurun, damper dikontrol
untuk menutup dan valve dikontrol untuk
menambah gas agar pengapian pada furnace
diperbesar.
Nilai pressure pada furnace yang harus
dicapai adalah sebesar -5 hingga
+5mmH2O.

BIOGRAFI
Kevin Adelin - L2F009059,
dilahirkan di Jakarta, 30 Januari
1991. Jenjang edukasi ditempuh
dari SDN 2 Mranggen, SMP
Negeri 1 Mranggen, SMA
Negeri
2
Semarang
dan
sekarang sedang menempuh
studi S1 di Jurusan Teknik
Elektro
Fakultas
Teknik
Universitas
Diponegoro
Konsentrasi Kontrol dan Instrumentasi.

Semarang, September 2012


Mengetahui dan mengesahkan,
Dosen Pembimbing

Dr. Aris Triwiyatno, ST, MT


NIP. 197509081999031002

Você também pode gostar