Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
RAWAT GABUNG
Mengingat
Nomor
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
PEDOMAN
Penulis
Tanggal
:............................2014
Jumlah Halaman
: Halaman
PEDOMAN
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.................................................................................
II
STANDAR KETENAGAAN.................................................................
III
STANDAR FASILITAS.........................................................................
IV
LOGISTIK..............................................................................................
VI
KESELAMATAN PASIEN..................................................................
VII
KESELAMATAN KERJA....................................................................
VIII
PENGENDALIAN MUTU...................................................................
IX
PENUTUP.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama belum ada Rawat Gabung (RG) kita mengenal Rawat Pisah (RP). Ibu dan anak
tidur di ruang yang berbeda. Hanya pada jam tertentu untuk menyusu, bayi diantar kepada ibunya
sekitar 20 30 menit. Sebelum dan sesudah menyusu bayi ditimbang dulu, bila timbangan tidak
naik sesuai dengan kebutuhan bayi, otomatis ditambah dengan susu formula pakai botol dan dot.
Hal ini membuat bayi malas untuk mengisap pada buah dada ibu karena bayi harus kerja lebih
keras. Akibatnya pada waktu menyusu bayi sering kali malah tidur. Demikian seterusnya sehingga
produksi ASI semakin berkurang karena tidak ada rangsangan. Pada malam hari biasanya bayi
tidak disusui. Kalau menangis, diberi susu formula maka buah dada juga sering bengkak dan
panas. Hal ini menambah problem tersendiri. Lama kelamaan ibu jadi yakin bahwa ASI-nya tidak
mencukupi, maka memberi susu formula dengan segala akibat yang kurang menguntungkan
daripada pemberian ASI.
Tahun 1978 Perdhaki bersama The United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaksanakan seminar memperkenalkan RG.
Direksi PKSC menugaskan saya, Sr. Arnolfine Simamora, CB, untuk mengikuti seminar itu yang
diadakan di Auditorium Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (PKSC). Dari berbagai negara
UNICEF memperlihatkan foto foto balita yang kekurangan gizi terutama karena kurang
pengertian akan usaha usaha untuk memperbanyak produksi ASI. Foto foto itu sangat
memilukan hatiku, sehingga saya berniat untuk memulai RG. Ditambah lagi dengan penelitian
yang dilakukan YLKI bahwa dari Sembilan merk susu bayi yang beredar, hanya dua merk yang
bebas hama. Tentunya hama hama itu membuat bayi mudah mencret.\
Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama terus menerus.
Pada rawat gabung / rooming-in bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat
ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain, bedding-in, yaitu bayi
dan ibu berada bersama-sama di ranjang ibu
Rawat Gabung selama di rumah-sakit merupakan perlakuan yang mutlak
dilakukan jika ingin sukses menyusui. Rawat gabung adalah kegiatan perawatan yang
membiarkan ibu dan bayinya bersama secara terus menerus selama dirumah sakit.
Pelayanan yang ini berupa peletakan bayi pada box bayi yang berada di dekat
ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain darirooming
in yakni, bedding in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama diranjang ibu.
Secara teori rawat gabung dibedakan dalam dua dua jenis, yakni :
Rawat gabung penuh. Prosedur ini dilakukan jika ibu dan bayi bersama terus
menerus selama 24 jam sehari.
Rawat gabung parsial. Pelayanan ini dijalankan saat ibu dan bayi kadang perlu
dipisahkan untuk alasan tertentu.
Selama lebih dari 30 tahun, RS Bunda Jakarta tidak mengenal istilah rawat gabung
(rooming in) untuk ibu dan bayi. Dahulu, ruang bayi (tempat berkumpulnya semua bayi)
diadakan untuk membantu agar ibu dapat beristirahat dengan baik selama dalam
perawatan pasca melahirkan di rumah-sakit.
Pemikiran banyaknya pengunjung saat besuk, juga menjadi kekhawatiran bayi tertular
penyakit yang berasal dari pengunjung. Sesuai perkembangan tentang fisiologi bayi baru
lahir, para dokter dan paker anak mengubah tata laksana bayi baru lahir yang sehat.
Pemisahan bayi dan ibu justru merugikan bayi dan ibu. Proses pemisahan ini akan
mempersulit ibu dalam menyusui, dan reflex primitive bayi. Misalnya rooting (sucking
reflex) bayi. Kolostrum (ASI awal yang dikeluarkan ibu) menjadi tertunda didapatkan
bayi.
AGuna mendapatkan efek rawat gabung yang optimal, informasi keuntungan
pelayanan ini sebaiknya disampaikan jauh sebelum kelahiran (biasanya disampaikan
dalam kelas antenatal).
Rawat Gabung
Perawatan di rumah-sakit sejak kelahiran bayi merupakan kondisi yang memudahkan
ibu dan bayi kelak menyusui. Perawatan selama 3-4 hari dirumah-sakit pasca melahirkan
sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membimbing ibu menyusui. Pelayanan ini
kelihatannya sederhana. Namun, pelayanan ini sangat membantu ibu dan bayi untuk
sukses melewati masa-masa sulit di awal kelahiran. Pelayanan ini dapat membuat ibu
menjadi lebih percaya diri dalam memulai menyusui. Merombak atau menghilangkan
ruang bayi di sebuah rumah-sakit yang telah bertahun-tahun ada, bukan pekerjaan yang
sederhanan. Beberapa kondisi yang harus dipersiapkan adalah bimbingan tenaga
kesehatan atau konselor laktasi yang dimiliki RS, khususnya RS Bunda Jakarta sangat
berperan dalam kegiatan meyusui dari hari ke hari di RS. Dengan menyiapkan para tenaga
perawat dan menghilangkan pemikiran mereka, rooming in membuat mereka menjadi
lebih repot. karena mesti 'bolak-balik' ke ruang ibu untuk berbagi macam alasan.
Menekankan pada tenaga kesehatan tentang pentingnya edukasi sebelum kelahiran pada
ibu hamil agar proses rawat gabung (rooming in) dapat terselenggara dengan baik. Ibu
mengerti mengapa berada di satu ruangan dengan bayi merupakan hal yang penting dan
sangat diperlukan untuk sebuah proses menyusui. Mengganti popok (diapers),
memandikan bayi sebaiknya dilakukan di ruangan ibu. Bayi tidak perlu di dorong ke
kamar bayi lagi untuk sekedar ganti popok. Jika perlu membimbing orangtua sejak di RS
melakukannya mandiri.
Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi dan ibu yang sehat
karena dapat meningkatkan pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan
ikatan antara ibu dan bayi, dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan rumah
sakit. Mengadakan program rawat gabung di rumah sakit membutuhkan komitmen yang
kuat dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, pengetahuan yang cukup bagi para
petugas kesehatan dan pendampingan bagi para ibu dan keluarganya. Tidak ada kata sulit
untuk memulai, yang dibutuhkan hanya tekad yang kuat. Saat ini Kementerian Kesehatan
telah menentukan bahwa Rawat Gabung menjadi item untuk akreditasi rumah sakit.
B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
RG bertujuan untuk penggalakan ASI. Agar berhasil perlu didukung oleh
usaha usaha lainnya, yang telah dimulai sejak perawatan pre natal, selama
nifas dan dilanjutkan di bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada
penimbangan bayi.
b. Tujuan Khusus
1. Perawatan pra natal
Pada perawatan pra natal, diberikan kursus tentang gizi seimbang
untuk ibu hamil.
Perawatan buah dada, terutama kebersihan sekitar areola mammae dan
putting susu agar terbentuk dan kenyal, sehingga tidak mudah lecet
bila diisap bayi.
Senam kehamilan, yang tujuannya terutama untuk latihan pernafasan
dan agar otot otot pinggul tidak kaku.
2. Di kamar bersalin
Ibu dan bayi segera dibersihkan, kemudian bayi segera menyusu.
Sangat mengagumkan ternyata bayi sangat cekatan, langsung pandai
menghisap. Dengan adanya isapan bayi, rangsangan diteruskan ke
hypophyse sehingga mengeluarkan oxitocyn yang merangsang
kontraksi uterus, dengan demikian pendarahan berkurang.
3. Di ruang perawatan : RG
Dianjurkan agar ibu menyusui setiap kali bayi membutuhkan.
Bagi ibu yang melahirkan anak pertama, masih perlu bantuan dan
bimbingan.
Hari kedua dilakukan perawatan buah dada (breast care), untuk
merangsang keluarnya ASI dan mencegah pembengkakan buah dada.
Senam post partum dimulai pada hari kedua, untuk membantu
kontraksi uterus dan melemaskan otot otot dasar panggul.
Ibu belajar merawat bayinya, sehingga pada waktu pulang sudah
terlatih.
Bila bayi haus, ibu bisa memberikan air putih dengan sendok agar pada
waktu menyusui berikutnya bayi akan menghisap lebih kuat.
4. Tindak lanjut KIA
Setelah ibu pulang, setiap kali datang ke KIA untuk menimbang
bayi, motivasi pemberian ASI tetap dilanjutkan. Sering ibu merasa
ASI-nya kurang, bila bayinya sering menangis. Sering bayi
menangis karena haus, bukan karena lapar terutama di daerah
Lihat kulit
Keadaan normal
Posisi tungkai dan lengan fleksi.
Bayi sehat akan bergerak aktif.
Wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah
muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul.
Frekuensi napas normal 40-60x/mnt
Tidak ada tarikan dinding dada bawah
yang dalam
Lihat mata
Lihat bagian dalam mulut:
Keadaan normal
sudah keluar
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
Keadaan normal
Timbang bayi
Timbang bayi dengan
menggunakan selimut, hasil
penimbangan dikurangi
berat selimut
.
Mengukur panjang dan lingkar
Kepala bayi
RAWAT GABUNG
BAYI
8. Kunjungan
9. Neonatal
10. Adalah pelayanan kesehatan kepada
11. neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
12. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam
13. sampai dengan 48 jam setelah lahir
14. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke
15. 3 s/d 7 hari
16. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke
17. 8 28 hari
18. Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/
19. bidan/perawat, dapat dilaksanakan di
20. puskesmas atau melalui kunjungan rumah.
21. Pelayanan yang diberikan mengacu pada
22. pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
23. (MTBS) pada algoritma bayi muda
24. (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)
25. termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi
26. berupa perawatan mata, perawatan tali
27. pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
28. HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah
29. sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak
30. diberikan pada saat lahir).
31. 28
32. Pencatatan dan
33. Pelaporan
34. Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga
35. kesehatan harus dicatat pada:
36. 1. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)
37. Pencatatan pada ibu meliputi keadaan
38. saat hamil, bersalin dan nifas.
39. Pencatatan pada bayi meliputi
40. identitas bayi, keterangan lahir,
41. imunisasi, pemeriksaan neonatus,
42. catatan penyakit, dan masalah
43. perkembangan serta KMS
44. 2. Formulir Bayi Baru Lahir
45. Pencatatan per individu bayi baru
46. lahir, selain partograph
47. Catatan ini merupakan dokumen
48. tenaga kesehatan
49. 3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
50. Pencatatan per individu bayi
51. Dipergunakan untuk mencatat hasil
52. kunjungan neonatal yang merupakan
53. dokumen tenaga kesehatan
54. puskesmas
55. 4. Register kohort bayi
56. Pencatatan sekelompok bayi di suatu
57. wilayah kerja puskesmas