Você está na página 1de 22
n Relasi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal yang Menjadi Fans Korean Pop(K-Pop) di Indonesia Tekstidinegari Thaufik Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (korespondensi: Tekstidinegari Thaufik, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjarany Il, Raya Bandung —Sumedang Km 21 Jatinangor 45363, email tekstidinevari@email com / adik_tidv@vahoo com) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan berdasarkan fenomena bahwa masih banyak perempuan dewasa awal di Indonesia yang, masih mengidolakan Kpop lol dan hal tersebut memengaruh: tugas perkembangan mereka, Penelitian int dilakukan terhadap 309 perempuan dewasa awal yang menjadi fans Kpop di Indonesia Proses pengambilan data menggunakan kuesioner dengan menggunakan teknik purposive sampling Kuesioner disebarkan secara online dan secara lanysung melalui acara garherig fans. Hasil_ penelitian menunjukkan bahwa 67.6% responden mengalami relasi_ parasosial dengan 56,5% di antaranya mengalami kedua tipe relasi parasosial (persahabatan parasosial dan cinta parasosial), Terdapat tiga fakior yang memengaruhi_ munculnya relasi parasosial pada responden, yaitu intensitas mencari informast mengenai idola, keterlibatan dalam kelompok fans (fandom), dan kesamaan dengan idola, Selain itu, responden juga merasakan adanya dampak positif dan negatif dari relast parasosial yang dialaminya Penelitian ini memberikan informasi bagi orangtua pada umumnya bhwa pengidolaan dapat memberikan dampak positif serta diperlukan pendampingan dan pengarahan yang tepat agar anak mewaspadai dampak negatif yang mungkin terjadi Kata Kunci: Relasi Parasosial, Persahabatan Parasosial, Cinta Parasosial, Dewasa Awal ABSTRACT This research isa descriptive study, which based on the phenomenon ther is sila for of carly autult women in Indonesia who stil idolize Korean Pop (K-Pop) Idol and it affects sheir development tasks. This research was conducted on 309 early audi women who are K-Pop fans in Indonesia Data obtained through a questionnaire by purposive sampling technique Questionnaires distribuied online and directly through gathering fans The results showed thar 67.6% of subjects experienced parasocial relationships, with of wham had both types of parasocial relationships (parasacial friendship and parasocial Jove). There are three factors thar influence the emergence of subjeet's parasacial relationships ie. the intensity of search for information about the idol, involvement in a group of fans (landom). and similarity with the idol tn addition, subjects also felt the posisive and negative impacts of the parasocial relationships experienced SO. This sandy provides information for parems in general that idolatry can have a positive impact, but necded assistance and proper guidance so that children be aware of the negative impacts that may occur: Keyword Parasocial relationships, Parasocial Friendship, Parasosial Love. Karly Adult PENDAHULUAN Dalam kehidupannya, manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bergantung pada manusia lainnya, Setiap individu memerlukan sosok yang, dapat dijadikan tuntunan atau model dalam menjalani tuntutan yang terus berkembang di setiap jenjang kehidupannya, Dalam rangka mencari sosok yang, dapat dyadikan tuntunan atau model tersebut, terjadilah pengidolaan (idolizaton), Menurut Levique (2011, dalam Stever, 2015), pengidolaan ditandai dengan adanya perasaan kagum dan hormat terhadap seseorang, Orang yang menjadi idola tersebut dapat menjadi rofe mode! dalam menjalani tahapan perkembangan kehidupan berikutnya Pengidolaan sangat terlihat ketika masa remaja dan masa transisi menuju dewasa awal (Levique, 2011 dalam Stever, 2013), Pada masa ini, individu membutuhkan idola dalam rangka pencarian identitas dirinya, Ketika memasuki masa remaja, individu mulai mengidolakan orangsorang yang berada di luar lingkungan terdekatnya (keluargs, guru dan teman), Pada masa ini idola dapat berasal dari kalangan selebritis, Berdasarkan studi yang telah dilakukan (Roberts, 2007; Raviv, 1996), selebritis dapat berasal dari berbagai bidang dalam kehidupan sosial, seperti olahraga (atlit olahraga), emertainnent (aktorvaktris, penyiar berita), musik (penyanyi solo, hand, pemusik), politik (tokoh-tokoh, dalam dunia polink), dan agama (para pemuka agama, seperti ustad, pendeta, dsb) Pengidolaan erat Kaitannya dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat seperti televisi, media cetak, dan intemet, sehingga melalui media inilah individu dapat melihat dan mengenal lebih banyak orang di luar diriny. Melalui media fans dapat ictal informasi terbaru mengenai idolanya kapan saja dan di mana saja Fans menjadi merasa dekat dan mengenal idolanya dengan baik, meskipun hanya melihat idolanya melalui media Akibainya, fans dapat mengalami ketergantungan terhadap media karena ia merasa perlu meneari informasi atau kabar terbaru idolanya setiap hari Pengidolaan terhadap selebritis ditandai dengan dua karakteristik, yaitu worshiping dan modeling (Raviv, 1996), Worshiping ditandai denyan adanya kekaguman a kepada idola, dapat terlihat dari perilaku seperti nformasi secara aktif mengenai idola, membeli pernak-pemnik yang berkaitan dengan idola, dan mencoba untuk bertemu secara personal dengan idola Modeling merupakan keinginan individu untuk menjadi seperti idola yang, melibatkan imitasi terhadap idola, misalnya mengikuti cara berpakaian, gaya rambut, cara berbicara aktivitas, dan perilaku yang dilakukan oleh idola(Raviv, 1996) Ketika individu mengidolakan seseorang, ia merasa bewitu dekat de meng dan penghormatan yang luar bias mengumpulkan n idolanya meskipun mereka belum per ah bertemu secara langsung. Individu dapat merasa sudah bogitu mengenal idolanya dengan baik, padahal idolanya tersebut tidak mengetahui apa- apa tentangnya, Interaksi yang terjadi antara fans dengan idolanya merupakan salah satu bentuk interaksi parasosial (parasocial interaction), yaitu interaksi di mana salah satu pihak mengetahui banyak hal mengenai pihak lainnya, sementara pihak lainnya tidak mengetahui, atau bahkan sama sekali tidak menyadari keberadaan pihak tersebut (Stever 2013). Jadi, interaksi yang teriadi hanya satu arah, di mana seorang fans mengenal banyak hal tentang idolanya, namun idola tersebur tidak mengenal fansnya, atau bahkan sama sekali tidak tahu keberadaan fansnya tersebut (Stever, 2013), Menurut Stever, interaksi parasosial ini terjadi selama fans “bertemu” dengan idolanya, baik melalui media perantara (menonton idola di televisi/video atau mendengar suaranya di radio) maupun tidak (menonton konser idolanya secara langsung), Menurut Rubin & McHugh (1997) dalam (Sari, 2013), dalam interaksi parasosial, fans merasa bahwa mereka mengenal dekat sang idola hanya dengan melihat penampilan, gestur, perkataan dan perbuatannya Setelah fans merase sudah mengenal dekat idola dengan melihat penampilan gestur, perkataan atau perilaku idola mereka, terbentuklah suatu tkatan afekti? antara mereka, Mereka mulai melibatkan perasaan dan emosi mereka ke dalam interaksi mereka dengan idola, inilah yang disebut sebagai relasi parasosial. Menurut Tukachinsky (2010), relasi parasosial merupakan pengalaman akan pertemanan, persahabatan, dan keterlibatan afoktif yang kuat yang dialami oleh sescorang dalam interaksinya dengan figur media Relasi parasosial dialami oleh fans di luar waktu mereka “bertemu” dengan idola mereka (Stever, 2013), Perilaku idola dan peristiwa yang teriadi dalam kehidupan sang idola juga dapat memengaruhi perasaan dan emosi penonton, seolalmolah mereka memiliki interak yang dekat dengan sang idola di dunia nyata (Roberts, 2007 dalam Sani, 2013) Penalitian mengenai relasi parasosial dilakukan Karena peneliti_menemukan bahwa terdapat banyak fans di Indonesia yang mengalami relasi parasosial dalam perilaku pengidolaannya Padahal, mayoritas dari mereka sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal dimana seharusnya relasi parasosial sudah tidak dialami lagi oleh orang dewasa, Menurut McCutcheon, Lange, & Houran (2002), relasi parasosial waiar terjadi pada remaja, berkaitan der as perkembangan mereka untuk mencari sosok idola sebayai upaya pencarian identitas dirt, Namun, hal int akan menjadi abnormal secara psikologis jika terus terjadi pada masa dewasa, apalagi jika mereka sampai mengabaikan tugastugas mereka (MeCutcheon, 2002, dalam Cashmore, 2006), Peneliti melakukan penelitian terhadap fans Korean Pop (K-Pop) karena selain jumlah fans Kpop di Indonesia semakin betambah dari tahun ke tahun, dampak dari relasi parasosial yang dialami oleh para fans Kpop ini pun sangat kuat dan dapat memengaruhi tuyas perkembangan mereka sebagai dewasa awal. Menurut RJ. Havighurst (1953, dalam Hurlock, 2001), salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah memilih teman sebagai calon istri atau suami, Munculnya relasi parasosial ini dapat_menghambat pemenuhan tugas perkembangan tersebut, Berdasarkan data awal yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Dita Darfiyanti (Juni 2012) terhadap 4 orang fans Kpop, 3 orang di antara mereka memilih untuk tidak menjalin relasi dengan lawan jenis karena p lebih baik mencintai idola daripada berpacaran. Mereka baru mau mereka mengan, in idola menjalin relasi pacaran jika mereka menemukan lakisaki yan mereka, Ada j menyatakan bahwa kriteria suami ideal b: seperti idolanya Selain itu, pada masa dewasa awel, individu scharusnya sudah mampu mengarahkan dirinya untuk mempersiapkan masa depan, misalnya dengan menabung untuk keperluan menikah atau berkeluarga nantinya, Namun, fans Kpop rela menabung atau menggunakan uang hasil kerjanya untuk menonton konser demi bertemu dengan idola mereka, dibandingkan mengumpulkan uang untuk keperluan masa depan mereka. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti teshadap 3 orang fans Kpop pada bulan April 2013, mereka menyatakan bahwa mereka menjadi lebih boros setelah menjadi fans Kpop. Mercka rela menghabiskan uang mereka untuk membeli album original dari idola mereka, kaos-kaos replika yang pernah digunakan oleh idola mereka, dan membelitiket konser ketika idola mereka mengadakan konser di Indonesia, Mereka. menyatakan bahwa mereka rela membeli album original idola mereka dalam rangka mendukung idola mereka untuk memenangkan suatu penghargaan inward. Menurut Rosen n dan Windahl (dalam Giles, 2002), relasi parasosial menycbabkan ketervantungan individu pada televisi‘media Hal ini dikhawatirkan dapat menghambat tugas perkembangan individu dewasa awal, di mana sehiarusnya mereka produkt! bekeria Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui kuesioner onfine pada bulan September 2013, 75% respondent menyatakan bahwa mereka tidak dapat lepas dari media untuk meneari informasi terbaru mengenai idola mereka. selain itu, mereka nnirip der mereka adalah yang yan menjadi sering menunda pekerjaan mereka dan-merasa bahwa produktivitas mereka menurun karena mereka terlalu banyak menggunakan wakiu untuk melakukan aktivites yang berkaitan dengan idola mereka Mayoritas fans Kpop di Indonesia berjenis kelamin perempuan dan beberapa hasil dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa relasi parasosial lebih kuat terjadi pada perempuan (MeCutcheon, 2003; Maltby, 2005), Oleh karena itu, penlitian int dilakukan terhadap perempuan dewasa awal yang menjadi fans Kpop di Indonesia Berdasarkan uraian fenomena di atas, rumusan permasalahan yang. diajukan dalam penclitian ini adalah “Bagaimana gambaran relasi parasosial pada perempuan dewasa awal yang menjadi fans Kpop di Indonesia?” Penelitian ini menggunakan konsep relasi parasosial dari Tukachinsky (2010) Menurut Tukachinsky, relasi parasosial merupakan pengalaman akan kesetiakawanan, persahabatan, dan keterlibatan afektif yang kuat yang dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan figur media, Relasi parasosial yang dialami seseorang dapat berupa cinta parasosial (parasocial love) dan persahabatan parasosial (parasociat friendship) Dalam konteks parasosial, persahabatan didefinisikan sebagai perasaan menyukai figur media, merasakan kesetiakawanan (solidaritas) dari figur media, percaya terhadap penelitian yan; dan lebih serin, figur media, dan menginginkan adanya sali dengan figur media (Tukachinsky, 2010) Dalam konteks parasosial, cinta berdasarkan pada keinginan yang kuat akan kehadiran figur media, merasa rindu untuk berada dekat secara fisik dengan figur media serta kebutuhan untuk diterima dan diperhatikan (Rubin, 1973 dalam Tukachinsky. 2010), Keterbukaan serta dapat berkomunikasi Menurut Tukachinsky (2010), cinta parasosial memiliki 2 dimensi, yaitu ketertarikan secara fisik (physical attraction) dan respon emosional terhadap figur media (emononal response to the character). Physical attraction metupakan derajat ketertanikan secara fisik individu tethadap figur media, sedangkan emosional response merupakan derajat_ respon emosional individu terhadap figur media. Semakin besar physical dirasakan individu, semakin kuat pula cinta parasosial yang dialami individu (Tukachinsky, 2010) Sementara itu, persahabatan parasosial juga memiliki 2 dimensi, yaitu komunikasi (communication) serta dukungan dan kesetiakawanan (support and companionship). Communication merupakan derajat keinginan individu untuk menjalin komunikasi yang. terbuka dengan figur media, sedangkan support and companionship merupakan derajat Keinginan individu untuk mempercayai, mendukung, dan berbagi dengan figur media Semakin besar communication dan support and companionship yang dirasakan individu. semakin kual pula cinta parasosial yang dialamt individu (Tukachinsky, 2010) Menurut Tukachinsky (2010), seseorang dapat mengalam: hanya salah satu pe relasi parasosial (persahabatan parasosial saja atau cinta parasosial saja) atau mengalami keduanya (persahabatan dan cinta parasosial) Orang yang hanya mengalami salah satu tipe berarti memiliki derajat yang lebih tinggi di suatu tipe sementara tipe lainnya rendab sedangkan orang yang mengalami keduanya memiliki derajat yang tinggi di kedua tipe relasi parasosial (Tukachinsky, 2010). Untuk memecahkan permasalahan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, dibuatlah gambaran kerangka pemikiran secara skematis melalui bagan bertkut autraction dan emotional response yer aao7 pojvosnsng dsyspuayy porsosvang Teysoseaeg IEPA “121940 af) OF asuodsoy pouorous, uoyanuty poo1sdye, diysuojunduio.y pun uoding uojpojunumo) c Il Epa andi, reynduayy 48 I yey Bueao yedepuag SIP anSiy reyncuayy, moans i) ' ) ' It 1 1 t 1 1 1 I I It \ anynip yepn : anynip : anSuq depeysoy uereyoag ‘ SIP ' ' ' , ms umpequdayneyig- wsly (erp andi eUNOTA)) apostdey 3uiaot, wediuei9195) METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penclitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memuat gambaran mengenai situasi alau kejadian, Metode ini merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran laupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, Tujuan dari metode penelitian deksmptif int adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakiefakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005) Metode ini digunakan untuk menggambarkan relasi parasosial pada perempuan dewasa awal yang menjadi fans Korean Pop (Kpop Penelitian ini juga menggunakan metode kuantitatif yang. menerapkan metode survei yaitu metode yang secara Juss digunakan dalam penelitian deskriptif, Metode ini digunakan untuk memperoleh faktarfakta dari gejalargejala yang ada dan mencari keterangansketerangan secara faktual (Nazir, 2005) Survei yang, dilakukan dalam penelitian ini_meng wgunaka kuesioner Subjek penelitian ini adalah perempuan dewasa awal (berusia 2010 tahun) yang menjadi fans Korean Pop (Kpop) di Indonesia Penelitian ini menggunakan nomprobabiliny sampling dimana tiap individu dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama dan bebas untuk dipilih (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011). Pertimbangan peneliti menggunakan nonprobability sampling adalah karena sampai saat ini tidak ada data yang menunjukkan berape jumlal fans Korean Pop (Kpop) di Indonesia secara pasts Lebih Khususnya, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana setiap nivindividy yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja oleh penelitt berdasarkan pertimbangan tertentu (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011) Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu secara online dan secara langsung, Pengambilan data secara online dilakuke dengan cara menyebarkan fink kuesioner online melalui fanbase-fanbase yang terdapat di media sosial, seperti Zwiter dan Macchook Sementara itu, pengambilan data secara langsung dilakukan hadiri acara gashering fans dan meminta para peserta untuk mengisi kuesioner s pada mahasiswa yang merupakan fans dengan cara mer Selain itu, peneliti juga mengambil data secara lan: Kpop di tiga universitas di kota Bandung Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh Tukachinsky (2010) dan telah direrjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh peneliti melalui tahapan penerjemahan alat ukur (Chavez & Canino, 2005), Alat ukur ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang mengukur persahabatan parasosial dan cinta parasosial Uji coba alat ukur ini dilakukan kepada 28 orang perempuan dewasa awal (berusia 2040 tahun) yang merupakan fans Kpop. Hasil uji coba reliabilitasnya yaitu sebagai berikut Reliabilitas Koclisien Kat alpha Pigsical attraction 738 Tinggi Emotional responses To ? 816 Tinsel Sug 0.890 Tinggi Comm 917 Sagat unger Selain uji reliabilitas, juga dilakukan uji validitas terhadap alat ukur tersebut melalui expert review yang dilakukan oleh Est Wungu, S.Psi, M.Ed, Selain uji reliabilitas dan validitas, dilakukan juga analisis item untuk menentukan apakab alat ukur relasi parasosial yang dibuat oleh Tukachinsky (2010) telah memiliki temeitem yang sesuai untuk digunakan di Indonesia, Tyjuan dati analisis item ini adalah untuk menentukan item mana yang, dapat dipertahankan dan item mana yang perlu direvisi Metode yang digunakan untuk melakukan analisis item pada penelitian ini adalah metode item discrimmation atau item fora! correlation, Metode ini digunakan agar alat ukur dapat benarebenar mengukur relasi parasosial Berdasarkan hasil analisis item yang dilakukan, terlihat bahwa ada satu item dari alat ukur cinta parasosial yang memiliki skor corrected item: correlation di bawah 0,3, yaitu item “X sangat terlihat seksi” dengan skor corrected item correla 18, Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan revisi terhadap item tersebut, Berdasarkan diskusi dengan dosen pembimbin, ‘item tersebut direvisi menjadi “X memiliki bentuk badan yang menarik”. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data hasil penelitian mengensi relasi parasosial diperoleh dan subjek penelitian berjumlah 309 orang, Berdasarkan perhitungan skor total persahabatan parasosial (PSF) dan cinta parasosial (PSL), responden dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan upe relasi parasosial yang dialaminya, yaitu kelompok responden yang mengalam: PSF dan PSL, PSP saja, PSLsaja, dan tidak mengalami keduanya (tidak mengalam relasi parasosial). Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan pengelompokkan relasi parasosial pada responden Kategorisasi Jumlah | Prosentase Mengalami PSF dan PSI 113 [38.19% Mengalami PSF saia fl 16.50% Mengalami PSE saja 40 1.95% Tidak mengalami relasi parasosial [100 32.30) TOTAL 309 100% Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden (38.19%) mengalami PSF dan PSL. Ini ditunjukkan oleh skor total dari dimensilimensi yang menunjukkan cinta parasosial dan persahabatan parasosial berada pada katevori ti Terdapat 100 orang (32.36%) yang tidek mengalami relasi parasosial, Ini ditunjukkan oleh skor total dari dimensi-dimensi yang menunjukkan cinta parasosial dan_persahabatan parasosial berada pada kategori rendah Sementara itu, 51 orang (16,50%) mengalami PSF saja, yang ditunjukkan oleh skor total dari dimensiedimensi persahabatan parasosial berada pada Kategori tinggi dan cinta parasosial berada pada kategori rendah. Selain itu, terdapat 40 orang (12.95%) yani mengalami PSL saja Ini ditunjukkan oleh skor total dari dimensisdimensi yang menunjukkan cinta parasosial berada pada kategori tinggi dan persahabatan parasosial berada pada kategori rendah, Selain itu, peneliti juga ingin melihat apakah terdapat perbedaan skor relasi parasosial pada responden berdasarkan beberapa faktor yang dapat_memeng parasosial seseorang, Terdapat 8 faktor yang dapat memengaruhi munculnya relast parasosial seseorang, yaitu usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin idola, lamanya menyukai idola, intensitas meneari informasi mengenai idola, keterlibatan dalam kelompok fans (fandom), interaksi sosial yang dilakukan di luar kegiatan yang bethubungan dengan idola, dan kesamaan dengan idola. Berdasarkan u)i statistik yang, telah dilakukan oleh peneliti terhadap 8 Faktor tersebut terdapat 3 faktor yang memperlihatkan adanya perbedaan skor relasi parasosial pada responden Ketiga fektor tersebut adalah intensitas mencari informasi mengenai idola (dengan P-value ~ 0.001; ttabel sebesar 1,968 dengan a=5%), dan kesamaan dengan idola (dengan Pevalue = 0,025; < a= 0.05). Faktorfaktor lainnya, yaitu usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin idola, lamanya mengidolakan, dan interaksi sosial tidak menunjukkan adanya perbedaan skor relasi parasosial ruhi_ munculnya rela: Pembahasan Penelitian Dalam penelitian ini, responden dikategorisasikan ke dalam 4 kategori berdasarkan tipe parasosial yang dialami, yaitu kelompok responden yang mengslami PSF dan PSL, hanya mengalami PSF, hanya mengalami PSL, can tidak mengalami relasi parasosial * Gambaran Responden yang Mengalami PSF dan PSL Berdasarkan hasil penelitian, 118 orang dari 309 responden (38,19) termasuk ke dalam Kelompok yang mengalami PSF dan PSL. Responden yang termasuk kategori ini merasakan adanya rasa persababatan dan keterlibatan afektif yang kuat antara dirinya dengan idola. Mereka merasa bahwa dirinya dan idola dapat menjadi teman serta wn yany hangal, Mereka ingin dapat menceritakan banyak hal mengenai nemintasaran kepada idola mereka, seperti halnya kepada sahabat menjalin hubu dint mereka atau Mereka juga memiliki keinginan yang besar untuk membuat idol mereka lebih bahagia, Mereka bersedia untuk memberikan dukungan kepada idola mereka, Hal ini juga terlihat dari pemyataan responden bahwa mereka rela mengeluarkan uang mereka untuk membeli CD original, tiket konser, atau memberikan sumbangan dalam rangka membuat project untuk mendukung idola mereka Selain adanya Keinginan untuk menjalin komunikasi dan mendukung. idola, responden dalam kelompok ini juga mengalami ketertarikan secara fisik dan respon emosional yang kuat terhadap idola. Bagi mereka, idola mereka menarik secara fisik dan ‘memenuhi standar ideal akan ketampanan/kecantikan nosi_ mereka Berdasarkan pernyataan responden, ketika idola jatuh sakit, mereka merasa cemas dan Khawatir Bagi responden yang memiliki idola lakielaki, Ketika idola mereka dikabarkan dekat dengan lawan jenis, mereka merasa cemburu, iri, atau marah Ketika ada orang Selain itu, kehidupan idola dapat memengeruhi perasaan dan ei 10 nai idola, mereka merasa kesal a, maka mereka j merasakan hal yang sama, Begitu juga sebaliknya, ketika idola mereka sedih, mereka juga merasakannya Bagi responden yang memiliki idola perempuan, mereka sangat menyukai dan mengidealkan idola mereka, Bagi mereka, idola dapat menjadi role model mereka ingin menjadi seperti idola mereka responden yang, memiliki idola lakiaki, mercka juga merasa bahwa idola mereka merupakan sosok yang ideal untuk dijadikan sebagai kekasih, Mereka juga berpikir bahwa mereka dan idola dapat ditakdirkan untuk bersama, Mereka berharap bahwa idole mereka dapat mengetahui perasaan, pemikiran, dan harapan mereka Menurut Tukachinsky (2010), orang yang mengalami cinta parasosial memiliki Keinginan yang kuat akan kehadiran figur media, merasa rindu untuk berada dekat secara fisik dengan figur media, seria memiliki kebutuhan untuk diterima dan diperhatikan oleh figur media. 4 orang responden kelompok ini mengaku bahwa mereka ingin pergi ke Luar 1, terutama ke Korea Selatan (baik untuk melanjutkan studi maupun untuk berlibur 1 dapat bertemu langsung dengan idola mereka, Ada ji mengaku bahwa mereka akan nekat melakukan apapun agar bisa menonton konser untuk bertemu dengan idola mereka, Ini memperlihatkan bahwa mereka yang mengejek atau mengatakan hal yang negatif' me atau marah, Bagi mereka, jika idola merasa senang atau bahag sehin: n atau menonton konser), responden_ yang memiliki keinginan yang kuat akan kehadiran idola mereka secara langsung, winan yang Kuat akan Kehadiran idola alnya dengan menanti kehadiran idola Responden lainnya juga memilik kei mereka, meskipun secara tidak langs mereka di media sosial untuk memberikan kabar terbaru}, 63% responden dalam kelompok ini mengaku bahwa mereka mencari informasi terbaru mengenai idola mereka setiap hari dalam seminggu Setiap hari mereka menunggu waktu dimana idola mereka muncul di media sosial untuk mengnpdate status ataupun mengypload foto. Tika idola mereka tidak memiliki akun media sosial, mereka meneari kabar terbarumengenai idolanya melalui. fanbase yang, terdapat di media sosial. Mereka mengaku bahwa mereka merasa ada yang kurang atau hampa jika sehari saja tidak mencari informasi mengenai idola, Hal ini memperlihatkan bahwa mereka merasakan adanya kerinduan terhadap idola dan menginginkan kehadiran mereka, meskipun hanya melalui dunia maya Selurub responden kelompok ini menyatakan bahwa idole mereka merupakan role model atau motivator bagi mereka Dari Kjpop idol, mereka menjadi termotivasi untuk selalu bekerja keras dalam mencapai citercita dan pantang menyerah ketika menemukan kesulitan, Bagi responden yang masih kuliah, idela mereka juga merupakan motivator bai mereka untuk cepat menyelesaikan studi, Menurut mereka, idola mereka yang sibuk saja dapat tetap mengutamakan pendidikan, maka scharusnya mereka juga seperti itu Menurut Susan Boon dan Christine Lomore (2001, dalam Cashmore, 2006), selebriti dapat memengaruhi sikap dan nilai individu, termasuk di dalamnya sikap kerja, etos kerja, dan hathal yang berhubungan dengan moralitas, Hal ini juga terlihat pada kelompok responden int a lain menjadi rofe model atau motivator, para responden juga mengaku bahwa interaksi dengan idola mereka selalu dapat membuat mood mereka menjadi lebih baik Ketika mereka merasa lelah atau kesal dan kemudian mereka melihat idola mereka (misalnya dengan menonton tavan; g dibintangi idola), maka perasaan tersebut dapat berkurang atau bahkan menghilany begitu saa nan, Berdasarkan hasil data penunjang, mayoritas responden yar ermasuk ke dalam Kategori responden ini adalah responden yan selalu mencari informasi mengenai idola bergabung dalam kelompok fans (fandom), merasa memiliki kesamaan dengan idola, tidak melakukan interaksi sosial di luar aktivitas yang berhubungan dengan idola da sudah menyukai idola selama 1-3 tahun Gambaran Responden yang Mengalami PSF Saja Berdasarkan tabel 4.2., 51 orang dari 309 responclen (16.5%) termasuk ke dalam kelompok yang hanya mengalami persahabatan parasosial, Seperti-halnya responden yang mengalami PSF dan PSL, responden kategori ini merasakan adanya rasa persahabatan yang kuat antara dirinya dengan idola. Mereka merasa bahwe dirinys dapat berteman baik dan menjalin hubungan yang, hangat dengan idola. Mereka ingin dapat meneeritakan banyak hal mengenai diri mereka atau meminta saran kepada idole mereka Mereka juga i ahui apa yang akan idola mereka lakukan dalam situasi terventu yang mereka alami, seperti halnya kepada sahabat esponden kelompok ini memiliki kein idola mereka lebih bahagia Mercka bersedia untuk memberikan dukungan kepada idola mereka dalam bentuk apapun. Hal int juga terlihat dari peryataan responden bahiwa mereka rela mengeluarkan uang mereka untuk membeli CD original, tiket konser, atau memberikan sumbangan dalam rangka membuat project untuk mendukung idola mereka Yang membedakan dengan kelompok responden yang mengalami PSF dan PSL y menyalami PSF saja tidak mengalami respon emosional yang kuat terhadap idola mereka. Keterlibatan emosi mereka tethadap idola hanya sebatas mereka menyukai dan mengagumi idol, Kehidupan idola mereka tidak sampai_ memengaruhi perasaan dan emosi mereka, sebagaimana yang terjadi pada kelompok responden yang mi PSF dan PSL, Bagi responden yang memiliki idola lakidaki, mereke tidak merasa marah atau cemburu ketika idola mereka dikabarkan dekat dengan lawan jenis Bagi mereka, idola tidak mengetahui keberadaan mereka bukanlah merupakan suatu masalah, Mereka juga tidak berharap idola mereka mengetahui pemikiran atau perasaan mereka, Bagi mereka yang terpenting adalah idola dapat meraih kesuksesan, Mereka akan mendukung dan melkukan apapun yang mereka bisa agar idola mercka dapat in men. inan yang, sangat besar untuk membuat adalah responden ya meng: memperoleh kesuksesan Sama seperti responden yang mengalami PSF dan PSL, responden kelompok ini menyatakan bahwa idola mereka merupakan motivator bagi mereka, dimana mereka 12 menjadi termotivasi untuk selalu bekerja keras dalam mencapai citercita dan pantang menyerah ketika menemukan kesulitan Selain itu, ada juga beberapa responden yang mengadaptasi penilaku, sikap, atau nilai yang dimiliki idola mereka ke dalam kehidupan mereka seharichari Ada responden yang menyatakan bahwa setelah menyukal idolanya, ia menjadi orang yang, lebih supel aiau lebih disiplin karena ia melihat idolanya pun seperti itu Gambaran Responden yang Mengalami PSL Saja Berdasarkan hasil penelitian, 41 orang dari 309 responden (12,95%) termasuk ke dalam kelompok yang mengalami PSL saja, Responden yang termasuk Kategori ini merasakan adanya ketertarikan secara fisik yang sangat kuat terhadap idola mereka Bahkan, ketertarikan secara fisik pada kelompok ini lebih kuat daripada kelompok responden yang mengalam: PSF dan PSL, In ditunjukkan oleh skor dimensi physical asiraction responden kelompok ini lebih tinggi daripada kelompok responden yang mengalami PSF dan PSL Bagi mereka, idola mereka menarik secara fisik dan sangat memenuhi standar ideal mereka akan ketampanan/kecantikan, Mereka juga menunjukkan adanya respon emosional, namun tidak sekuat responden yang mengalami PSE dan PSL. Ini terlihat dari skor dimensi emotional response responden pada kelompok ini lebih rendah daripada responden yang mengalami PSF dan PSL. Keterlibatan afektif' mereka hanya sebatas menyukai dan-mengagumi idolanya. Kehidupan idola tidak memengaruhi_ pers mereka sebagaimana yang dirasakan oleh responden yang mengalami PSF dan PSL Mereka sangat menyukai dan menginginkan idolanya secara fisik. Bagi responden yang memiliki idola perempuan, ia sangat_menyukai fisik idolanya, bahkan sampai mengidealkannya la sangat ingin memiliki fisik yang sempuma, seperti idolanya Mereka memiliki keinginan untuk bertemu idola, tapi bukan karena merindukan idolanya. Mereka ingin bertemu karena ing dekat 1 menikmati ketampanan/kecantikan idolanya dari Yang membedakan responden Kategori ini dengan responden yang mengalamt F dan PSL adalah mereka tidak memiliki Keinginan yang kuat untuk mendukung idola mereka dan respon emosional yang mereka rasakan pun tidak sekuat responden yan mengalami PSF dan PSL, Mereka juga tidak terlalu mempedulikan kesuksesan karir idola mereka dan tidak tertarik untuk memberikan dukungan kepada idolanya. Yang terpenting adalah mereka memperoleh kesenangan/kepuasan ketika melihat fisik dari idola mereka Bagi responden kelompok ini yang memiliki idola lakidaki, mereka melihat idola mereka sebagai sosok yang sempuma dan mereka menjadikan kriteria fisik idola mereka sebagai standar ideal, Hal ini mengakibatkan standar mereka akan ketampanan terlalu tinggi. berdasarkan peryataan responden kelompok ini, standar yang, terlalw tin mengakibatkan mereka kesulitan untuk menjalin relasi dengan lawan jenis karena mereka Kesulitan menemukan sosok yang sesuat dengan standar mereka, Bagi responden i ini 13 kelompok ini yang memiliki idola perempuan, idola merupakan sosok yang sempurna sehingga ia ingin memiliki fisik yang seperti idolanya la menyatakan bahwa ia melakukan pola hidup sehat yang dilakukan idolanya agar ia memuiliki fistk seperti idolanya * Gambaran Responden yang Tidak Mengalami Relasi Parasosial Berdasarkan tabel 4.2., 100 orang dari 309 responden (32.36%) termasuk ke dalam kelompok yang tidak mengalami relasi_ parasosial, Artinya, mereka tidak melibatkan perasaan dan emosi mereka dalam interaksinya dengan idola mereka, Mereka tidak memiliki keinginan untuk mendukung idolanya, Kehidupan idola juga tidak ap bahwa idola mereka menarik secara i standar yang, ideal memengaruhi emosi mereka, Mereka mengang fisik Namun, mereka tidak sampai menjadikan idola mereka sebag seperti halnya pada responden yang mengalami PSL Berdasarkan pemyataan responden kelompok ini, mereka menjadikan idola mereka hanya sebagai hiburan, Mereka merasa senang menonton realiny show dan tayangan lain yang ada idolanya hanya sebagai hiburan atau untuk membuat suasana hati mereka menjadi lebih baik. Hanya dengan mebhat idola melalui video dan foto atau hanya sekedar mendengar lagu yang dinyanyikan idola ketika mereka sedang merasa siress atau lelah, scakarakan membuat perasaan tersebut berkurang, Berdasarkan hasil data penunjang, mayoritas responden yang tidak pernah meneari informasi mengenai idola, tidak bergabung, dalam kelompok fans (fandom) dan tidak merasa memiliki kesamaan dengan idola termasuk ke dalam responden kategori ini Pembaha an Data Penunjang Bordasarkan pengambilan data yang dilakukan terhadap 309 responden fans Kpop, seluruh responden menyatakan bahwa mereka pertama kali mengetahui idola mereka dari media, seperti televist (melalui tayangan drama, reality show. ataupun iklan) majalah, dan internet (melalui blog yang memust berita terbaru mengenai Kpop dol, situs Younbe dan media sosial, seperti Hwitter atau Macehook) Berdasarkan pemyataan 185 orang dari 309 responden terhadap_pertanyaan terbuka yang digjukan peneliti, faktor yang membuat mereka menyukai idola mereka pertama kali adalah faktor fisik (Karena tampan/cantik, memilikibentuk tubuly yang menarik), dan 147 orang menyukai idola pertama kali karena fakior skill (Karena suaranya bagus, pandai melakukan dance, acringnya bagus, dsb) Hal ini sejalan dengan pendapat Gil dari figur media berperan penting terhadap penilaian penonion, apakah mereka akan menyukai figur tersebut atau tidak. Mereka juga menyatakan bahwa orang lain, seperti teman, keluarga, dan pacar, memberikan penilaian mengenai idola mereka. Namun, apapun penilaian orang terdekat, mereka tetap memilih untuk menyukai idola mereka Bordasarkan pernyataan responden terhadap pertanyaan terbuka yang diajukan peneliti, semakin lama menyukai idola, mereka semakin merasa perlu mengenal dan jes (2003), bahwa saat pertama kali melihat figur media, faktor fisik dan skid? 14 mengetahui lebih banyak hal mengenai idola mereka Mereka rela begadang untuk nenonton dramaireality show yang dibintangi idolanya, terus mencari tayangantayangan yang melibatkan idolanya (berupa drama, variety show realy show. iklaniCF, music ‘ena idola mereka. Inilah saat dimana mereka mengalami apa yang disebut Giles (2003) sebagai interaksi parasosial Berdasarkan pernyataan 16 orang responden dalam pertanyaan terbuka yang, digjukan pencliti, semakin lama berinteraksi dengan idola, mereka merasa bahwa kehidupan idola semakin memengaruhi mood mereka. Misalnya, ketika idola (lakidaki) dekat dengan lawan jenis, mereka merase cemburu atau tidak suka, Atau mereka marah jika ada orang yang mengatakan hal yang negatif mengenai idola mereka Mereka juga video), dan terus mencari informasi terbaru meng merasa khawatir jika idola mereka mengalami cedera atau jatuh sakit. Mereka tidak lagi hanya menyukai idola karena faktor fisik atau skill, tapi juga sifatnya, kepribadiannya, dan semua yang ada pada diri idolanya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Giles (2003) bahwa semakin sering interaksi dilakukan, fans semakin melibatkan perasaan dan aspek emosional ke dalam interaksi tersebut, 1 mula merasa bahwa apa yai (Giles, 2003) Relasi parasosial int menimbulkan berbagai dampak bagi fans, baik dampak yang dirasakan positi? maupun negatif. Berdasarkan peryataan responden, dampak positif yang dirasakan antara lain idola mereka dapat menjadi role model, motivator, inspirator atau mood boovter (hiburan) bagi mereka. Hal int sejalan dengan hasil penelitian dari Ih yang disebut sebagai relasi parasosial, Fans terjadi pada idola dapat memengaruhi perasaan mereka Fiser dan Brown (dalam Cashmore, 2006) bahwa salah satu dampak dari relasi parasosial adalah fans menjadikan idola mereka sebagai role model. \dola sebagai role model di sini artinya fans menjadikan perilaku, sikap, atau nilai yang dimiliki idola sebagai acuan mereka, Misalnya, fans melihat idola mereka bekerja keras dan pantang menyerah untuk mereka pun meraih kesuksesan seperti sekarang. Ini menjadi contoh bagi fans seh akan bekeria keras dan pantang menyerah dalam meneapai eitaecita mereka Fans yang memiliki idola perempuan juga menjadikan idolanya sebay model secara fisik (misalnya, bentuk tubuh, tinggi badan, kulit yang putih, dsb) sehingga mereka berusaha untuk memiliki penampilan seperti idolanya Ada juga fans yang menjadikan idolanya sebagai motivator agar mereka cepat lulus kuliah Idole juga dapat memberikan inspirasi bagi fansnya, misalnya seorang fans yang juga merupakan penulis seringkali mendapatkan inspirasi untuk menulis setelah mengingat idolanya. Idola juga dapat menjadi mood booster (hiburan) bagi fans dimana hanya dengan melihat idola melalui dramaireatity show atau mendengarkan lagu yang dinyanyikan idola dapat membuat mood yang pada awalnya kurang baik menjadi lebih baik, Dampak positif lain yang dirasakan oleh fans antara lain kemampuan berbahasa asing semakin meningkat menambah pengetahuan mengenai budaya lain, dan menambah teman, baik sesama fans Kpop di Indonesia maupun dengan fans Kpop di luar negeri 15, tif yang dirasakan oleh fans paling banyak dirasakan mereka adalah mereka menjadi lebih Selain dampak positif, ada juga dampak n Dampak negatif ya boros setelah menjadi fans Kpop mereka habis terpakai untuk membeli tiket konser, CD original, atau pernak-pernik yang dimiliki oleh idola, Selain menjadi lebih boros, dampak negatif lainnya yang dirasakan oleh fans adalah waktu mereka terbuang untuk berinteraksi dengan idol (menonton drama, reality show. atau menean informasi mengenai idola). Tidak jarang pekeriaan atau tugas mereka menjadi tertunda, bahkan tidak selesai dikerjakan, Karena mereka terlalu banyak menggunakan waktu untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan idola mereka Dampak negatif lain yang dirasakan antara lain kriteria ideal untuk mencari pasangan menjadi terlalu tinggi sehi romantis dengan lawan jenis, menjadi malas untuk melakukan apapunitidak produktif n terhadap media karena ingin selalu mengetahui berita terbaru mengenai berkhayal, Kurang berinteraksi dengan orang lain (keluarga dan feman yang merasa obsesif dan frvak, Ini sejalan dengan temuan dari Rosengren dan Windahl (dalam Giles, 2002) dimana relasi parasosial juga dapat menghasilkan_ketergantun: tingkat produktivitas pada individu dewasa awal. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Darfiyanti (2012) bahwa relast parasosial dan pemuygan terhadap idola dapat memengaruhi ketertarikan perempuan dewasa awa untuk menjalin rela romantis dengan lawan jenis karena mereka menjadikan idola sebagai standar ideal ketika melihat lawan jenis 224 orang dari 309 responden menyatakan baliwa vang aga memengaruhi ketertarikan untuk menjalin relasi ketergantung idola, sering di luar fans Kpop), serta ada pula fans ya gan pada televisi‘media sehingga dapat menurunkan Pembahasan FaktorFaktor yang Memenga entuknya Relasi Parasosial Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan tethadap 8 faktor yang memengaruhi relasi parasosial, dalam penelitian ini terdapat 3 faktor yang menunjukkan adanya perbedaan skor relasi parasosial, yaitu intensitas mencari informasi: mengent idola, keterlibatan dalam kelompok fans (fandom), dan kesamaan dengan idola * Intensitas Mencari Informasi Mengenai Idola Berdasarkan hasil penelitian, responden yang selalu mencari informasi mengen idola memiliki rata-rata skor relasi parasosial yang lebih tinggi daripada responden yang tidak perah, jarang, atau sering meneari informasi mengenai idola Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akiman dan Taylor (dalam Camella, 2003, dalam Sekarsari, 2009), dimana semakin lama waktu yang dihabiskan individu untuk menggunakan media (dalam penelitian tersebut menonton televisi), semakin kuat pula rolasi parasosial yang terbentuknya, Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu yang dihabiskan individu untuk menggunakan media, semakin intim pula individu dengan figur media sehingga relasi parasosialnya akan semakin kuat 16 Terdapat § orang yang tidak pemah meneari informasi mengenai idola, tapi tetap mengalami PSF dan PSL, Berdasarkan data yang diperoleh pencliti, kelima orang tersebut sudah menyukai idola selama 13 tahun, dan 4 orang di antaranya tidak melakukan relasi sosial di luar aktivitas yang berhubungan dengan idola, Berdasarkan nai aktivitas yang dilakukan yang berhubungan dengan idola, keempatnya oleh idolanya, data mer menuliskan aktivitas menonton realisy show atau drama yang dibinta Mal i dalam interaksi dengan idola, meskipun tidak melakukan penearian informasi Berdasarkan data, hanya dengan melihat idola melalui tayangan reatizy show atau drama, individu dapat melibatkan emosinya ke dalam interaksinya dengan idola Terdapat 1 berarti bagi kelima responden tersebut afekti? dan emosi mereka dapat terlibat tidak pernah mencari informasi mengenai idola dan juga orang responden_yau melakukan interaksi sosial di luar aktivitas pengidolaan (mengikuti organisasi di Kampus), tapi tetap mengalami relasi parasosial, Berdasarkan data yang. diperoleh peneliti, responden tersebut bergabung dalam kelompok fans (fandom), Meskipun ia tidak berniat meneari informasi mengenai idola, tapi Karena ia bergabung, dalam fandom dan di sana selalu tersedia informasi mengenai idola, maka ia dapat tetap mengalami relasi parasosial Terdapat 43 orang yang tidak mengalami relasi parasosial, padahal selalu meneart informasi mengenai idola. Berdasarkan data penunjang yang dimiliki oleh peneliti, tidak ditemukan penyebab mengapa mereka tidak mengalami relasi parasosial padahal selalu meneari informasi mengenai idola, Hal int kemungkinan disebabkan oleh adanya fektor= faktor Iain yang tidak divkur dalam penelitian int, tapi dapat memengaruhi: muneulnya relasi parasosial, seperti kepribadian seseorang, selfesicen kemampuan empati antachmem, dan motivast Keterlibatan dalam Kelompok Fans (Fandom), Berdasarkan hasil penelitian, responden yang bergabung dalam kelompok fans nemiliki raterata skor relasi parasosial yang lebih tin: daripada responden yang udak bergabung dalam Kelompok fans. Hel ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hoffer terhadap penonton televisi (2002, dalam Sekarsari, 2009), Menurutnya. Komunikasi antara pemirsa televisi dengan pemirsa televisi lainnya dapat memunculkan relasi parasosial. Sama halnya dengan fans Kpop, dimana antara satu orang fans dengan fans lainny@ terikat dalam kelompok yang dinamakan fandom, Di dalam fandom, para fans akan saling berkomunikasi untuk mengurangi ketidaktentuan akan berita mengenai idola mereka dan juga meningkatkan pengetahuan mengenai kehidupan dan kepribatian idola Semakin sering mereka membiearakan idola dan menambah pengetahuan mengenai idola, maka semakin kuat relasi parasosial yang terbentuknya Kesamaan dengan Idola Berdasarkan hasil penelitian, kelompok responden yang merasa_memiliki kesamaan dengan idola mereka memiliki rataerata skor relasi parasosial yang lebih ting, dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak merasakan adanya kesamaan wv dengan idola, Hal ini sejalan de in penelitian yang dilakukan oleh Hoffer (2002, n Figur media dalam Sckarsari, 2009) dimana semakin individu merasa samaimirip den: baik dalam hal penampilan fisik, tingkah laku, reaksi emosional, maupun kepribadian, maka relasi parasos nya semakin kuat Hal ini dapat disebabkan oleh ketika individu merasa bahwa dirinya mirip dengan idola, akan semakin mudah terjadinya identilikasi tethadap idols. Semakin individu mengidentifikasikan dirinya terhadap figur media, maka semakin kuat pula relasi parasosialnya (Hoffner, 2002, dalam Sekarsari, 2009) KESIMPULAN DAN SARAN jimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, berikut ini terdapat beberapa kesimpulan dari penclitian men Korean Pop (Kpop) 1. Mayoritas fans Kpop dalam penelitian ini men berarti bahwa responden mer nai relasi parasosial pada perempuan dewasa awal yang menjadi fans lami relasi parasosial, yang akan pengalaman akan keramahtamahan, persahabatan, dan keterlibatan afektif yang kuat dalam interaksinya dengan idola mereka Selain itu, dari kelompok yang diteliti juga ditemukan bahwa mayoritas mereka mengalami kedua tipe relasi parasosial (persahabatan parasosial dan cinta parasosial), yang berarti bahwa mereka tidak hanya merasakan adanya keinginan untuk -menjalin komunikast- dan mendukung idola, tapi juga merasakan ketertarikan secara fisik dan respon emosional yang kuat terhadap idola 3. Terdapat tiga fakior yang menunjukkan adanya perbedaan skor relasi parasosial pada responden, yaitu intensitas mencari informasi mengenai idola, keterlibatan dalam kelompok fans (fandom), dan kesamaan dengan idola 4. Relasi parasosial dapat membawa dampak positif dan negatif bagi individu Dampak positif yang dirasakan oleh responden antara lain idola dapat menjadi role model, motivator, inspirator, dan mood booster (hiburan) bag para fans Slain itu, manfaat yang didapatkan dari pengidolaan tethadap Kpop ido! lainnya yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa asi mengenai budaya negara lain, serta menambah teman sesama fans, baik dari memperaleh pengetahuan baru dalam negeri maupun luar negeri Berdasarkan dampak negati dapat memengaruhi ketertarikan individu untuk menjalin relasi romantis deng yang, dirasakan oleh responden, relasi_parasosial lawan jenis Relasi parasosial menyebabkan kriteria responden untuk menceri pasangan menjadi terlalu tinggi schingea mereka cenderung tidak menjalin relasi romantis dengan lawan jenis karena terlalu selektif untuk menemukan orang sesuai, Selain ity, dampak negatif Iainnya yaitu relasi parasosial dapat menurunkan produktivitas responden karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas yang berhubungan dengan idola, menjadi sering berkhayal yang 18 mengenai idole, menjadi lebih boros, dan mengurangi interaksi sosial dengan lingkungan terdekat (keluarga dan teman yang bukan fans Kpop) Saran * Saran Aplikatif Bordasarkan kesimpulan yang telah dibuat, terdapat beberapa saran apliketif yang berkaitan dengan relasi parasosial pada perempuan dewasa awal yang merupakan fans Kpop 1. Fans Kpop sebaiknya tidak terlalu hanyut dalam aktivitas tersebut sehingg embatasi waktu untuk meneati informast mengenai idola pekerjaan menjadi tertunda dan tidak selesai, Fans Kpop sebaiknya melakukan interaksi sosial saat waktu senge: aktivitas yang berhubungan dengan pengidolaan Misalnya, bagi mahasiswa yang merupakan fans Kpop sebaiknya terlibat dalam kegiatan organisasi di Kampus secara aktif Hal ini dimaksudkan agar waktu untuk menghabiska waktu di dalam rumah dan berinteraksi den sehingga relast parasosial yang dialami pun dapat berkurans, 3. Salah satu temuan dari penelitian int adalah pengidolaan terhadap Apop tot juga dapat membawa dampak positif bagi individu dimana idola dapat menjadi role model. motivator, inspirator, dan hiburan bagi penggemamya Oleh karena itu, penelitian ini memberikan masukan bagi para orangtua yang memiliki anak remaja dan menyukai Kpop Idol agar tidak perlu terlalu melarang, anaknya untuk memiliki idola, Dalam hal ini diperlukan pengarahan dan bimbingan dav orangiua agar anak memperoleh dampak posit? dari pengidolaan tersebut Meskipun demikian, dampak negatif dari pengidolaan juga harus tetap diwaspadai oleh para orangtua, 4. Bagi praktisi dalam bidang Psikologi Konsumen (Consumer Psychology), Psikologi Media (Media Psychology), staupun bidang berhubungan an entertainment, penelitian ini memberikan masukan bahwa tampilan fisik berperan penting untuk menarik perhatian fang, selain n- media menjadi berkurang det dan skill merupakan dua Faktor yai penonton (audiens) * Saran Bagi Penelitian Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya 1. Salah satu temuan dalam penelitian ini adalah bahwa responden yang memiliki idola dari lawan jenis (crass sex) cenderung mengalami persahabatan parasosial Temuan ini berdeda dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Tukachinsky 19 (2010), dimana individu yang memiliki idole dari lawan jenis (erass sex) eenderung mengalami cinta parasosial Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebib lanjut mengenai perbandingan relasi parasosial pada fans yang memilikr idola dant kawan jenisdan sesama jents Untuk melitiat hubungan antara interaksi sosial yang dilakukan fans dengan relasi parasosial, peneliti hanya menanyakan mengenai aktivitas apa saia yang, dilakukan fans yang berkaitan dengan pengidolaan dan yang tidak Sebaiknya ditanyakan jug mengenar banyaknya waktu yang dihabiskan oleh fans dalam sehari untuk melakukan interaks! sosial di luar aktivitas yang berkaitan dengan idola Terdapat beberapa faktor psikologis yang dapat memengaruhi terbentuknya relasi parasosial, namun tidak diteliti dalam penelitian ini Oleh Karena itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap faktorfaktor psikologis yang dapat berperan dalam 2, seperti kepribadian, motivasi, se/f esteem terbentuknya relasi parasosial seseoran: atrachovens, dan empati 4. Untuk melihat bagaimana perkembar sebaiknya dilakukan penelitian mer a rela i parasosial div tigp fase usia nai relasi parasosial pada usia remaja dan dowasa madya Selain ity juga dapat dilakukan studi komparatif’ untuk membandingkan relasi parasosial yang terbentuk pada usia remaja, dewase awal dan dewasa madya 5. Penelitian ini menggunakan teknik sampling non probabilitas, yaitu purposive sampling, sebingga terjadi penumpukan'dominasi responden pads satu kal tertentu, Misalnya, 260 orang dari 309 responden berusia 20-23 tahun, Dengan demikian, untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat_menggunakan teknik sampling probabilitas tidak terjadi penumpukan responden dan hasil penelitiannya pun lebih representatif 20 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang. sebesarbesarnya kepada Esti Wungu S.Psi, M.Ed, selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing pencliti dengan penuh kesabaran, memberikan masukane masukan yang sangat membantu penelitian ini, serta memberikan dukungan dan katarkata positif Ketika peneliti merasa kesulitan dan tidak pereaya dint Laila Qodariah, S Psi, M. Psi, sebagai dosen pembahas yang telah meluat waktunya untuk membimbing, berdiskusi dengan peneliti, serta memberikan dukungan bagi penelitt Para peneliti Relasi Parasosial Mr, David Giles, Ms. Gayle Stever, dan Ms. Riva Tukachinsky yang senantiasa meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan peneliti melalui email, menanyakan kemajuan peneliti, serla membertkan dukungan kepada peneliti Rekarerekan mahasiswa psikologi yang juga tertarik pada perilaku fans Kpop: Chiqi Didin, kak Risin, kak Dita Darfiyanti dari Universitas Airlangga, kak Jessica Stephanie dari Universitas Tarumanegara, kak Stella Prescilia dari Universitas Islam Bandung, dan Evita Puspita Sari dari Universitas Pendidikan Indonesia yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan peneliti serta memberikan dukungan kepada peneliti selama ini Para admin fanbase Kpop di media sosial dan pihak lainnya serta para fans Korean Pop (Kpop) yang telah kooperatif dalam proses pengambilan data untuk skripsi peneliti 21 DAFTAR PUSTAKA. Amett, J.J (2011), Hinman Development. 4 Cultural Approach USA. Pearson Education Asih, W. W. (2011, September 25). Hallyu or Korean Wave: “Penjajahan yang nyata, nyata- nyata membawa perubahan!”. Diunduh pada 20 Juni 2013, dari gitacintanya Wilts hup:'gitacintanyawilis blogspot com/201 1/09/hallywror-korean-wavepenjajahan- yang himl Cashmore, E. (2006) Celebrity Culture. USA Routledge Chavez, L., & Canino, G_ (2005) Toolkit on Translating and Adapring Insiruments. Cambridge Human Services Research Institute Darfiyanti, D. (2012) Pemujaan terhadap Idola Pop sebagai Dasar Intimate Relationship pada Dewasa Awal: Sebuah Studi Kasus. Jina! Psikologs Kepribadican dan Sasial Universitas Airlangga Vol FNo. 2 Dini, Mega, (2013, Maret 23) UMG vy International Kpop Fans, Diunduh pada 27 Mei 2013 dan Petrichoro. http ‘/petrichoro.blogspot.com/2013/03 umg-vseinternational-kpop- fans.html ELF Indonesia (2011), ELF INA List Diunduh pada 20 Mei 2013, dari ELF Indonesia United hup:elfindonesiaunited. wordpress.com/el -ina-list Eyal, K., & Cohen, J, (2006) When Good Friends Say Goodbye: A Parasocial Breakup Stuy Journal of Broadcasting & Electrome Media. Giles, D. (2002), Parasocial tnteraction” A Review of the Litevanire and a Model for Future Research, Journal of Media Psychology Vol. 4, 279305. Giles, D, (2003) Media 'sychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Ine Hurlock, F, (2001) Derelopmemal Psychology: A LifeSpan Approach Sth ed New York McGraw-Hill Indosuara. (2012, Agustus 27) Justin Biebersidola Jutaan Remaja Di Dunia, Diunduh pada 10 April 2013, dari Website Indosuara’ hitp-‘/www.indosuara com/artikel/warta’justin-bieber idoladjutaansremajaedi-dunia ISI Denpasar. (2011, Oktober 2). ‘Gurita’ Budaya Populer Korea Di Indonesia. Diundub pada 16 Juni 2013, dan Institut Semi Indonesia Denpasar: hup.!/www.isie dps ac id berita at 2%80%98gurita® of 2°80%499-budaya-populer-korea-di-indonesia Kerlinger, Fred N. (2004), Asasedsas Penelitian Behavioral Fdist Kenga, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Maltby, J, Me Cutcheon, L., & Lowinger, R. (2011) Brief Report: Celebrity Worshipers and the Fiveefactor Model of Personality, North American Journal of Psychology Vol. 13, No. 2. 3436348 MeCurcheon, L.. Lange, R, & Houran, J (2002) Conceptualization and Measurement of Celebrity Worship. The British Psychological Society, 93, 67-87 Munawwaroh. (2012, November 30). ahah Korea di Indonesia Bisa Awet 10 Tahun. Diundul pada 20 Mei 2013, dari Tempo.Co. http: //edsus tempo co/kontem berita/Selebritas/2012/1 1/50/4451 17/42/DemameKoreaeBertahanel linge] O«Tahunekes Depan Nazir, M. (2005) AMfctode Penelirian Bogor: Ghalia Indonesia Noviasani, G. (2012), Make Up Sebagai Tampilan Maskulin Dalam Video Klip Super Junior “Mr. Simple” dan “No Other”. Surabaya: Dipublikasikan 22 Purwadani, Sekarini QO11). Simi Mengenat Intensi Kerkuseriaan Anggora Dalam Kelas BandungeKorea Community ANSAMO) Raviv, A, Bar Tal, D., Raviv, A., & Ben Horin, A (1996) Adolescent idolization of pop singers Causes, expressions, and reliance Jonnal of Youth and Adolescence. 25, 631650 Roberts, Karl A. (2007). Relationship Attachment and ‘The Behavior of Fans towards Celebrities. Applied Psychology in Criminal Justice, 2007, 3(1) Santrock, J. (2006). LifeSpan Developmen, Tenth Edition New York: McGraw Hill Sari, E. P. (2013). Hubungan antara Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans KePop (Studi pada Fans Super Junior di Kota Bawhmg) Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia . Tidak Dipublikasikan. Schmid, H., & Klimmt, C. (2011), A Magically Nice Guy: Parasocial Relationships with Harry Potter accross Different Cultures. The Inrernasional Communication Gazette . 282-269 Sekarsari, M. (2009) Hubungan amara Loneliness dengan Perilaku Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal Jakarta Universitas Indonesia Dipublikasikan SeoulBeats (2012, Februari) The Road to K-pop Stardom: Training, Diunduh pada 8 Oktober 2013, dari hup.//seoulbeats.com/201 2/02/the-road-to-k-pop-stardomraininy: Sjafar, 1 (2013, Juli 4) fivasi Kpop juga Terasa di tepang Diunduh pada 9 Juli 2013, dari Kompasiana hitp://sosbud kompasiana com/2013 07/04invasiek-pop-iugarterascedi- jepangssebuah-vatatan-570893 html Stever, GS. (2011) Fan Behavior and Lifespan Development Theory’ Explaining Para-Social and Social Attachment to Celebrities. Journal of Adult Development, 1-7. Stever, GS. (2015). Mediated vs, Parasocial Relationships: An Attachment Theory . Journal of Media Psychology. Volume 17, No.3. Winter, 2013, 131 Steviani, A. (2012, Juli 12). Pindah Rumah & Boloy Sekolah Demi Jadi Sasaeng Fans. Diunduh pada 10 April 2013, dari DeukHot up: shot, detik.com/music/read/2012/07/12/183146/196383 1/1 180:pindah-rumah-bolos- sekolaledemi-jadi-sasaensefans Stoviani, A, (2013, Maret 8) Ratusam Fans Menanti Kedatangan Arsis Music Bank di Bandara, Diunduh pada 10 April 2013. dari Detik ot http: hot, detik. com/readfoto!201 3 /03/08/162143/2189750/43 1 2/ratusan-fansemenanti+ kedatangan-artissmusic-bank-di-bandara SuaraMerdeka, (2012, September 23). Kemreguhan K-Pop Fersajt di Konser SM Town Jakarta, diunduh pada 10 Apnl 2013, dari_ Suara Merdeka hup:/'www suaramerdeka com'v L/indes php/read/entertainmen!2012/09'23/7192/Kemegah aneK-Pop+Tersa)edieKonserSMeTownelakarta Sulistyastuti, D, & Purwanto, F, (2011) Metode Penelitian Kuansitatif untuk Administrasi Publik dan Masalal-Masalah Sosial Yogyakarta: Penerbit Gava Media Tukachinsky, R. (2010). Para-Romantic Love and Para-Friendships Development and Assessment of a Multiple Parasocial Relationship Scale. American Journal of Media Psychology Yuniar, Nanien (2013, Maret 10) Music Bank Jakarta, pesona K-Pop huar biasa, Diunduh pada 8 Oktober 2013, dari AntaraNews: http://www antaranews,com berita’362532/musicebanke jakartapesona-k-pop-luarebiasa

Você também pode gostar