Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sistem renal
Regenerasi Bikarbonat
Sekresi ion Hidrogen
Produksi dan eksresi NH+4
ONTRIBUSI
UNTUK
PERNAPASAN
2. Di badan karotis dan aorta terletak di percabangan dari arteri karotis dan
arkus aorta, masing-masing. Penurunan pH meningkatkan aktivitas reseptor
ini untuk meningkatkan ventilasi alveolar.
Stimulus CO2
Stimulus C02 terhadapventilasi terjadi pada daerah kemosensitif di daerah pusat
pernafasan di medula oblongata. Karbondioksida merupakan stimulus utama
pernafasan yang dapat terjadi walaupun hanya terdapat sedikit peningkatan
PaCO2. Pada kebanyakan orang normal, setiap peningkatan 1 mmHg PaCO2
terjadi peningkatan pernapasan sebesar 1-4 L/m. apabila terjadi peningkatan
PaCO2 arteri sperti pada kelainan paru instinsik dan penurunan pH akan
merangsang pernapasan yang bertujuan untuk menurunkan PaCO2.
Peningkatan PaCO2 adalah akibat penurunan ventilasi alveolar seperti yang
terjadi pada kelainan paru obstruktif, bukan akibat pningkatan produksi CO2.
Kegagalan dalam mempertahankan kadar CO2 akan mengakibatkan akumulasi
(alkalosis respiratorik).
Hipoksemia
Hipoksemia adalah terjadinya penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) <80
mmHg pada orang dewasa yang menghirup udara suhu ruangan. Hipoksemia
terbagi atas : a) Hipoksemia ringan (PaO2 60-80mmHg). b) hipoksemia sedang
(PaCO2 40-60 mmHg), c) hipoksemia berat ( PaO2 < 40 mmHg)
Dalam
kondisi
basal
produksi
asam
volatil
atau
CO2
oleh paru-paru.
Mekanisme dari stimulasi pusat pernapasan dalam menanggapi peninggian CO2 adalah
topik perdebatan sengit dan tidak akan berfokus pada pada bagian ini . Namun,
penyesuaian intrakranial terhadap pH telah secara konsisten diamati dan memiliki
kesamaan menarik untuk efek asidosis pada sel tubular proksimal pada ginjal.
Peningkatan konsentrasi CO2 dalam cairan cerebrospinal ( CSF ) menghasilkan asidosis
intraseluler, peningkatan konsentrasi bikarbonat CSF , dan pengurangan equimolar
konsentrasi klorida CSF . Saat sel-sel otak meningkatkan konsentrasi bikarbonat mereka,
juga terjadi peningkatan penyangga, dan pH di intraseluler otak kembali menuju normal.
Kelompok utama dari sel-sel di dalam pusat sistem saraf ( CNS ) bertanggung jawab
untuk regulasi asam-basa adalah sel-sel glial dan sel-sel pleksus koroid . Sel-sel ini
mengandung karbonat anhidrase yang mengubah CO2 H2O intraseluler ke H+ dan
HCO3-. Ion H+ dipertukarkan untuk na+ pada bagian darah , yang memungkinkan pH
intraselular meningkat. Pemberian acetazolamide ke dalam ventrikel serebral memblok
peningkatan yang diharapkan dalam bikarbonat CSF dalam respon untuk hiperkapnia .
Selain untuk merubah dalam konsentrasi bikarbonat dalam CSF dalam menanggapi
hiperkapnia , ada juga perubahan tingkat ammonia . amonia Otak dan CSF meningkat
pada hiperkapnia ; amonia bereaksi untuk meningkatkan penyangga H +, sehingga
mencegah penurunan konsentrasi bikarbonat .
Gangguan keseimbangan asam-basa serius biasanya menunjukkan fase akut,
ditandai dengan pergeseran pH menjauhi batas nilai normal. Nilai pH abnormal meskipun
salah satu nilai komponen gas darah lainnya (PCO2 , HCO3-) masih berada dalam batas
normal. Bila kondisi tersebut berlanjut, terjadi reaksi penyesuaian yang bersifat fisiologik
dan ini disebut fase kompensasi. Jika kondisi penyebab tidak diatasi , maka mekanisme
kompensasi tidak mampu mengatasi perubahan yang terjadi, hal ini disebut fase tidak
kompensasi.
Klasifikasi yang umum terjadi umumnya menggambarkan masalah dan kelainan
yang terjadi, sesuai dengan namanya.
-
konsentrasi CO2.
Gangguan kseimabangan asam basa metabolik
Terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan asam organik yang
menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer.
Pada sari pustaka ini hanya membahas gangguan keseimbangan asam-basa respiratorik,
khususnya asidosis respiratorik.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Asidosis Respiratorik terjadi apabila terdapat gangguan ventilasi alveolar yang
mengganggu eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi peningkatan PaCO2 (hiperkapnia).
Awalnya sistem bufer dapat mengatasi namun akhirnya terjadi penurunan pH.
Kemoreseptor yang terletak pada medula dan badan karotis akan memberi respon
terhadap perubahan PCO2. Pada beberapa keadaan respons reseptor kemoreseptor di
medula akan menyebabkan peningkatan ventilasi paru.
Pada keadaan normal perubahan PCO2 dikendalikan oleh kemoreseptor pusat
(medula). Bila terdapat hipoksia atau hiperkapnia kronik, maka kmungkinan terjadi
supresi kemoreseptor pusat seperti dijumpai pada penderita Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Pada keadaan tersebut, ventilasi akan dipertahankan oleh kemoreseptor
pada bahan karotis sebagai respons terhadap perubahan PO2 dan perubahan pH. Bila
keadaan ini berlanjut kemoreseptor gagal memberkan respon atau pada keadaan idimana
sirkulasi paru inadekuat, maka pH akan turun dan timbul asidosis respiratorik akut.
Keadaan hiperkapnia juga dapat disebabkan oleh karena produksi CO2 yang
berlebihan; salah satu penyebabnya adalah overfeeding proses oksidasi karbohidrat,
lemak protein dalam menghasilkan energi mmbutuhkan oksigan (O2) dan menghasilkan
CO2 dan H2O yang dapat digambarkan dengan respiratory quotient (RQ). RQ merupakan
perbandingan antara CO2 yang dihasilkan dengan kebutuhan O2 dari masing-masing
substrat. RQ untuk karbohidrat adalah 1, protein 0,8 dan lemak 0,7. Lipogenesis akan
menghasilkan RQ lebih besar dari1. Pemberian diet tinggi karbohidrat akan dapat
meningkatkan produksi CO2 sementara diet tinggi lemak dapat meningkatkan oksidasi
asam lemak yang berakibat konsumsi O2 dan produksi CO2 meningkat. Hal ini
menjelaskan bahwa pemberian kalori secara berlebihan, baik yang berasal dari
karbohidrat maupun lemak, akan meningkatkan konsumsi O2 dan produksi CO2.
ETIOLOGI :
Beberapa faktor dibawah ini dapat menimbulkan asidosis respiratorik, antara lain :
a. Inhibisi pusat pernafasan di medula oblongata
- Obat yang mendepresi pusat pernapasan : sedatif, anastetikum.
- Central Sleep Apnea
- Kelebihan O2 pada hiperkapnia atau hipoksemia kronik
- Henti jantung (akut)
b. Penyakit Neuromuskular
- Neurologis : poliomielitis, sindrom Guilain Barre
- Muskular : hipoksemia, muskular distrophy
c. Obstruksi jalan napas
- Asma Bronkial
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
- Spasme laring
- Aspirasi benda asing atau muntah
- Obstructive Sleep Apnea
d. Kelainan restriktif
- Penyakit pleura : efusi pleura, empiema, pneumotoraks, fibrotoraks.
- Kelainan dinding dada : obesitas, kifoskoliosis
- Kelainanrestriktif paru : fibrosis pulmoner, pneumonia, edema paru.
e. Mechanical underventilation
f. Overfeeding.
AKUT
DAN
TO asidosis PERNAPASAN
KRONIS
ADAPTASI
Gambar
14-3
Konsentrasi
menggambarkan
bikarbonat
konsentrasi
selama
Observasi
ini
unanesthetized
konsentrasi
terkait
PCO2
derajat
sukarelawan
dioksida
.
dengan
plasma
dan
steady-state
plasma
hiperkapnia
dengan
hidrogen
akut
mengekspos
meningkatkan
normal
untuk
terinspirasi
dalam
lingkungan
lengkung
akut
berurutan
manusia
Meningkatkan
kenaikan
among
bergradasi
diperoleh
karbon
chamber
relationships
yang
derajat
hiperkapnia
konsentrasi
bikarbonat
besar
adalah
plasma
dengan tingkat yang lebih tinggi dari PCO2 , sehingga kurang tambahan
perubahan
konsentrasi
bikarbonat
Kenaikan
akut
ini
atas
Sebagai
hasil
dari
kenaikan
sederhana
di
bikarbonat
kenaikan
PCO2
terjadi
daripada
jika
kenaikan
konsentrasi
neq
bikarbonat
mmHg
yang
plasma
tidak berubah.
Aspek kuantitatif dari respon adaptif terhadap hiperkapnia akut dipengaruhi nyata
oleh status keseimbangan asam basa . Hiperkapnia akut menginduksi kenaikan yang lebih
besar baik plasma bikarbonat dan konsentrasi ion H+ pada hewan dengan
hypobicarbonatemia yang sudah ada sebelumnya ( apakah dari asidosis metabolik atau
dari alkalosis pernapasan kronis ) dari pada hewan dengan yang sudah ada
hyperbicarbonatemia ( baik dari alkalosis metabolik atau dari asidosis pernafasan kronis
). Hal ini menunjukkan bahwa faktor pengendali jumlah bikarbonat yang dihasilkan dari
kenaikan akut di PCO2 tidak hanya pH awal tetapi juga konsentrasi bikarbonat awal.
Meskipun kenaikan bikarbonat dalam menanggapi hiperkapnia membatasi penurunan pH
akut , untuk mengekskresikan hasil dari H + yang dihasilkan dari kenaikan PCO2
membutuhkan mekanisme kompensasi ginjal.
Selama periode awal asidosis pernapasan , kompensasi ginjal memakan waktu
sekitar 3-5 hari , selama waktu tersebut ada peningkatan reabsorpsi dari bikarbonat
tubular proksimal, meningkatkan sekresi H + , dan peningkatan produksi ammonia.
Proses ini akan menyebabkan peningkatan serum konsentrasi bikarbonat dan peningkatan
pH
sistemik
menuju
normal.
Namun,
ketika
keseimbangan
dicapai
dan
PCO2 stabil didapatkan, tidak ada lagi peningkatan produksi amonia: Seperti bikarbonat
Gambar 14-3 Sembilan puluh lima persen band kepercayaan untuk plasma
ion
pada
hidrogen
dan
manusia
konsentrasi
normal.
SchwartzWB:
Karbon
meningkatkan
derajat
(Dari
dioksida
hiperkapnia
bikarbonat
Brackett
titrationcurve
akut
pada
selama
NC
hiperkapnia
Jr,
Cohen
ofnormalman:
asam-basa
equfl
akut
JJ,
Pengaruh
ibrium.