Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian
Indonesia (KODEKI),
telah
dalam
menerima Kode
relevansi
hubungan
Etik
dengan
tempat
bekerja
dokter
belum/tidak
optimal
melaksanakan/mempertahankan standar profesi yang tertinggi sematamata sebagai wujud keberpihakan/toleransinya bagi kepentingan terbaik
pasien. Kewajiban ini sebagai jaminan terlayaninya pasien dimanapun
berada,
siapapun
dirinya,
bagaimanapun
kondisinya
dan
situasi
manapun
sehingga
dokter
dapat melaksanakan
memerlukan pertolongannya.
Pasal 3 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Penjelasan : Walaupun hubungan antara dokter dengan industri
farmasi atau alat kesehatan dan
dirasakan
pelbagai
jasa
ikutannya
sudah
kode etik kedua pihak harus diakhiri, karena ibarat lereng yang licin (the
slippery slope), dokter tergelincir menjadi pedagang yang menganggap
sah komisi, diskon dan lain lain, padahal itu semua pasti memberatkan
pasien/keluarganya yang tengah menderita atau pihak ketiga yang
menanggungnya. Dokter memiliki kekuasaan besar untuk menentukan
pilihan
produk/barang/jasa
tersebut,
sehingga
sepantasnya
etika
kedokteranlah yang menjadi rem kekuasaan ini. Pada diri dokter terlebih
dahulu muncul tanggungjawab daripada kebebasannya. Uraian tersebut
menggambarkan
bahwa
pasal
luhur.
Pasal 6 : Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan
atau
menerapkan
setiap
penemuan
teknik
atau
terhadap hal-hal
kedokteran
Oleh
karena
itu
dokter
harus
hati-hati
dalam
kepada
diri
kebebasan
sendiri
(responsibility)
dalam
rangka
menjalankan
(b)
serta
berusaha
menjadi
pendidik
dan
pengabdi
sejati
masyarakat.
Penjelasan : Tanggung jawab pekerjaan dokter mencakup manusia
sehat dan/atau sakit yang dimulai dari masa pra-patogenesa hingga ke
paliatif, secara individu atau komunitas/masyarakat yang memerlukan
tindakan medik, baik yang jenis biasa maupun intervensif maupun
tindakan
bimbingan/penasehatan
individual
hingga
ke
pendidikan
defnisi
(wellbeing),
sehat
kebugaran,
berindikator
keindahan,
positif
kedamaian
seperti
hidup
sosial
dokter.
Karenanya
dokter
seyogyanya
mampu
seluruh
keilmuan
dan
ketrampilannya
untuk
terpuji
seorang
dokter
yang
ditandai
oleh
ramah
menolong
materi
atau
dapat merugikan pasien. Rawat bersama adalah bekerja dalam tim yang
saling berkonsultasi
tentang penyakit-penyakit yang diderita satu penderita.
II.II Batasan obat Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
HK.02.02/MENKES/068/I/2010
Names
(INN)
yang
ditetapkan
dalam
Farmakope
Dinas
Kesehatan
Provinsi
dan
Dinas
Kesehatan
yang
bertugas
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
dapat
tersebut
tidak
dipatuhi,
Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
Pemerintah
dapat
dan
menjatuhkan
Penggunaan
obat
dapat
diidentifikasi
rasionalitasnya
dengan
obat
melalui
bantuan
tenaga
kesehatan
maupun
Tepat Diagnosis
Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis
Tepat indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai
Tepat pasien
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan
misalnya
hamil,
laktasi,
balita,
dan
lansia
harus
Tepat dosis
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat
6.
pemberian
yang
tepat
harus
mempertimbangkan
Tepat harga
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk
Tepat informasi
Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau
obat
puyer
racikan),
polifarmasi
yang
berisiko
tinggi,
penggunaan obat mahal sementara masih banyak obat sejenis yang lebih
murah & penggunaan jenis obat suntik & infus yang tidak perlu.
Dalam praktik sehari-hari yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
maka tujuan pengobatan sering tidak tercapai. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pemberian obat irrasional antara lain:
1. Faktor internal
a. Knowledge deficit: kurangnya pengetahuan secara umum dari
seorang
dokter
terhadap
pengetahuan
ilmu
kedokteran
suatu
instansi
atau
lembaga
kesehatan
untuk
dapat
dikategorikan
melanggar
hukum.
bagi
pengguna.
Pemakaian obat puyer, suntik, & infus yang irrasional juga banyak
ditemukan di lapangan, terutama pada sarana kesehatan tingkat dasar
seperti puskesmas ataupun dokter praktik swasta di daerah dengan ruang
lingkup komunitas masyarakat menengah ke bawah. Adanya kepercayaan
yang berakar pada masyarakat berpendidikan rendah yang merasa belum
diobati apabila belum diberikan obat suntik.
Jenis infus yang jenisnya terbatas & tersedia pada sarana kesehatan
seperti puskesmas juga menyebabkan penggunaan infus menjadi tidak
tepat.
Adanya berbagai media informasi (media cetak, televisi, radio, internet,
dst) juga memberikan efek kurang baik yang menyebabkan masyarakat
menggampangkan
memakai
obat
seperti
obat
pengurang
nyeri
nyeri kepala. Begitupun bagi para ibu rumah tangga yang cepat merasa
khawatir apabila ada anaknya yang demam, maka dengan cepat mereka
diberikan
obat
Penggunaan
obat
antibiotik
digolongkan
menjadi
pada
beberapa
antipiretik.
praktik
jenis
pelayanan
yaitu
terapi
medis
dapat
definitif,
yaitu