Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DEFINISI :
Audiologi adalah ilmu tentang pendengaran, meliputi :
1. Penilaian derajat pendengaran, dan
2. Rehabilitasi pendenderita dengan problem komunikasi akibat gangguan
pendengaran.
PENGENALAN AUDIOMETER
Audiometer terbagi menjadi:
1. Audiometer Skrening (fasilitas hanya AC intensitas per 20 dB)
2. Audometer klinik (fasilitas AC dan BC)
3. Audiometer diagnotik (fasilitas lengkap, AC, BC, Speech, Supra treshold)
Macam-macam Audiometer :
1.
2.
Play Audiometer
3.
Bekesy Audiometer
4.
Impedance Audiometer
5.
BERA
Atenator
Ocilator
Interuptor
Masking
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Macam masking :
1. NB Noise (untuk masking tutur).
2. White noise (untuk masking nada murni).
Head Phone : Warna merah untuk kanan, warna biru untuk kiri.
Vibrator
Masking :
AC kiri
Masking :
Masking :
BC kiri :
Masking :
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Hz 125 250 500 1000 2000 4000 8000 10000
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
500Hz
50dB
1000Hz
40dB
Masking BC
2000Hz
40dB
4000Hz
40dB
250Hz
70dB
500Hz
60dB
1000Hz
50dB
2000Hz
45dB
4000Hz
40dB
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
I (+10 dB)
70
II (+10 dB)
80
90
100
Hz 125 250 500 1000 2000 4000 8000 10000
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Hz 125
Hz 125
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Stifness (kekakuan)
Pada frekuensi rendah jelek kemudian menaik pada frekuensi yang lebih tinggi
(BC dbn, AC di bawah normal).
B.
Massa bertambah
Pada frekuensi rendah baik, pada frekuensi tinggi jelek.
(BC dbn, AC di bawah normal).
C.
D.
Otosklerosis ringan
BC dbn, AC dibawah garis normal, adanya fenomena Carharts Notch; yaitu adanya
takik di 2.000 Hz (pertemuan AC dan BC).
dB
dB
0
10
20
30
40
50
0
10
20
30
40
50
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
60
70
80
90
100
60
70
80
90
100
Hz 125
Hz 125
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
10
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
diperlukan atau dengan kata lain semakin banyak oksigen dan glukosa yang
dibutuhkan.
Gejala klinis :
1. Mengeluh setelah mendapat kebisingan selama 5 tahun.
2. Penderita kalau bicara cukup keras, menghidupkan radio, kaset selalu keras.
3. Tinitus.
4. Pada yang hobi musik tidak bisa membedakan 2 frekuensi nada.
5. Pada Audiogram mempunyai bentuk khusus yaitu C5-Dip atau ToehanC5
pada 4.000 Hz.
Macam-macam kebisingan :
a)
b)
Tabel Kalkulasi Kesetaraan Resiko Pajanan Bising sesuai dengan Hukum 5-dB
untuk Steady State Noise
HCP
PEL
Lama Pajanan/hari
80
85
16
85
90
8
88
93
6
90
95
4
93
98
3
95
100
2
98
103
1,5
100
105
1
105
110
0,5
110
115
0,25
HCP Hearing Conservation Progam, PEL = Permissible Exposure Level
11
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Tuli akibat kebisingan yang melebihi ambang batas secara terus-menerus (lebih 5
tahun)
Biasanya yang lebih dahulu curiga akan ketulian ini adalah dari pihak orang lain,
sedang yang bersangkutan hanya mengeluh Tinitus frekuensi tinggi.
Gambaran Audiogram pada awal Noise Enduced ada penurunan di 4.000 dan 8.000
Hz. Bila kebisingan melebihi 5 tahun biasanya sudah ada penurunan juga di 2.000
Hz.
E.
F.
Meniere Disease
Adalah tuli SNHL yang disertai Vertigo dan Tinitus.
Gambaran pada Audiogram pada frekuensi rendah jelek kemudian frekuensi
berikutnya membaik.
Pada Miniare Disease disamping dilakukan Vestibulometri juga dilakukan Tes
Gliserol.
Gliserol Tes pada penyakit meniere :
Tujuan : membedakan reversibel / ireversibel
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Konginental
Adalah tuli SNHL karena faktor keturunan.
I.
Ototoxic
Adalah SNHL karena pemberian obat-obatan Kanamycin, Streptomycin, Kina,dll.
Dengan gambaran Audiogram yang ada penurunan tajam dimulai dari 2000 Hz di
sertai vertigo hebat dan tinitus.
SNHL : Otosklerosis Berat
SNHL : Presbycosis
dB
dB
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
13
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
100
100
Hz 125
Hz 125
dB
dB
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Hz 125
Hz 125
Speech Audiometri
Akustik Neuroma
% 100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
dB
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Hz 125
10 20
30 40
50 60 70
80 90 100 110
SNHL : Konginental
dB
dB
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Hz 125
Hz 125
SNHL : Ototoxic
dB
0
10
20
30
40
50
60
14
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
70
80
90
100
Hz 125
A. Nada Murni AC
1.
CH. Amplifier Ext Gain : Tape on, Lain-lain Off, vol monitor off, monitor selector
posisi CH1 out put. On/Off switch posisi off.
Channel Satu ( CH1 )
Modulation increment posisi 1dB, CH1 out put posisi R/L. Pulse rate posisi
off semua, signal mode continua on lain-lain off. CH 1 frequency 1000 Hz,
CH1 HTL.0 dB, CH1 input pada OSC CH1, manual interuptor posisi normal,
slide for selecting R/L posisi phone.
Channel Dua ( CH2 )
CH2 out posisi kebalikan CH1 out put, modulation increment posisi 1dB, CH 2
HTL 0 dB, CH2 frequency posisi 1000 Hz, reverse posisi continua, CH 2 input
posisi NB noise.
2. AUDIOMETER Dihidupkan
3. CH1 HTL 40 db interuptor terputus-putus. dB diturunkan setiap 10 dB hingga
tidak ada respon,
kemudian
frequency
6. Apabila salah satu frequency hingga 100 dB tidak ada respon, maka diberi kode
7. Bila menjumpai Gap AC, R dan AC, L lebih dari 40 dB, maka lakukan tes weber
lewat Vibrator BC
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
untuk
gambaran
500Hz
50dB
1000Hz
40dB
Masking BC
2000Hz
40dB
4000Hz
40dB
250Hz
70dB
500Hz
60dB
1000Hz
50dB
2000Hz
45dB
4000Hz
40dB
Nilai ambang AC yang baik + rumus masking. Kalau dB sebelum dimasking dan
sesudah dimasking tetap, maka sudah benar.
Tetapi bila dB semula berubah/hilang setelah dimasking, maka dB CH 1
HTL dinaikkan 10dB, bila masking
maka dB CH1 HTL naikkan 10 dB lagi, hingga didapatkan hasil yang akurat
(waspada dengan shadow curve).
9. Kode : AC kanan :
AC kiri
Masking :
:
Masking :
B. NADA MURNI BC
Teknik manual sama dengan AC, hanya 8000 Hz dan 250 Hz tidak dilakukan.
Code BC AS
masking
BC AD
masking
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Channel Amplifier
Tombol Talk-Back
Tombol monitor
: untuk operator.
Channel 1 Input
: 0 (nol) dB.
Tombol phone RL
: posisi naik.
Channel 2 HTL
: 0 (nol) dB.
1. S.I.S.I. Tes adalah 20 dB di atas nilai ambang 1.000 dan 4.000 Hz disajikan
nada murni continue yang setiap 5 detik ada kenaikan 1 dB.
17
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
1.000 Hz
NA
1 dB
1 dB
+ 20 dB
4.000 Hz
Sisi tes dikerjakan pada Audiogram SNHL atau MHL dengan Audiometri
Tutur, SDS tidak bisa mencapai 100 % baik ada roll over maupun tidak.
Apabila selama 2 menit (20 kali) bisa mendengar kenaikan 1 dB maka hasil
100%.
Audiometer Amplaid 300 :
Channel (Ch) 1 Ocilator pada posisi 1.000 / 4.000 Hz
Ch 1 HTL : nilai ambang 1.000 / 4.000 Hz + 20 dB
Ch 1 + dB Vernier Cont mode : tombol diputar ke angka 4 dB jika ada
respon dari pasien (nada naik) tombol diturunkan dari 4 dB 3 dB 2
dB 1 dB. Pada 1 dB ini disajikan selama 20 kali.
Signal Mode ditekan pada posisi sisi
Pulse Rate ditekan pada angka 2 (dua).
Kemudian hasil dicatat pada formulir Audiogram.
2. Tone Decay :
Tes ini dilakukan pada Audiometri Nada Murni SNHL atau MHL dengan
Audiometri Tutur gambaran SNHL tipe Kokhlea atau Retro Kokhlea.
Tone Decay untuk mencari kelainan di N.VIII (kelelahan).
Disajikan Nada Murni Continue 10 dB di atas NA 1.000 / 4.000 Hz selama 1
(satu) menit. Apabila pada detik tertentu Nada Murni hilang, dB kita naikkan 5
dB sehingga pasien mendengar nada continue tersebut. Dalam satu menit
dihitung berapa kali suara tersebut hilang (contoh : 5 kali hilang berarti Tone
Decay 5 x 5 = 25 dB).
Interpretasi : 0 15 dB
15 ke atas
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Audiometer Amplaid 300 (semua Audiometer bisa untuk tes Tone Decay)
Ch 1 Oscilator :1.000 Hz / 4.000 Hz
Ch 1 HTL : Nilai ambang nada murni 1.000 / 4.000 Hz + 5 dB
Ch Interuptor pada posisi cotinue
Perhatikan lampu menyala tanda respon pasien
3. A.B.L.B. tes (Alteurnator binaural logness balance)
Tes ini harus menggunakan Audiometer Diagnotik yang stereo. Untuk
Audiometer Maico 21, Maico 42, Peters 771, Kamplek ini semua tidak bisa
untuk tes A.B.L.B. karena Audiometer mono.
Indikasi tes A.B.L.B. adalah SNHL Kokhlea satu telinga. Telinga yang normal
sebagai pembanding. Tes ini disajikan nada murni 1.000 4.000 Hz.
Interpretasi : Recruitmen positif apabila gambaran A.B.L.B. pada telinga yang
sakit ke telinga yang sehat tidak membentuk garis sejajar.
Berarti kelainan ada di Kokhlea.
Rekritmen negatif apabila gambaran A.B.L.B membentuk garis
jajaran genjang.
1.000 Hz
AD
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
dB
1.000 Hz
1.000 Hz
AS
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
dB
AD
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
dB
1.000 Hz
Keterangan Gambar ;
A : A.B.L.B. rekruitmen positif, SNHL tipe Kokhlea kiri
B : A.B.L.B rekruitmen negatif, SNHL tipe Retro kokhlea
19
AS
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
dB
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
20
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
SDS
SRT
NAT
21
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
0
dB
10 20
30
40
50 60 70
80 90 100 110
Keterangan gambar :
6
10 20
30
40
50 60 70
80 90 100 110
22
1 = DBN
2 = CHL ringan
3 = CHL sedang
4 = CHL berat
5 = SNHL tipe kokhlea
6 = SNHL tipe Retro Kokhlea
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
VESTIBULOLOGI
(Ilmu Terapan Tes Keseimbangan)
Tes keseimbangan di lakukan di Klinik THT untuk mencari kelainan keseimbangan
tubuh, terutama pada yang lesi Perifer.
Ketentuan Tes Keseimbangan Di Klinik THT:
1.
2.
Tidak
di
ketemukan
tanda-tanda
NISTAGMUS
SPONTAN yang tipe rotari atau semi rotari atau vertikal (Nistagmus Patologis).
3.
4.
5.
6.
7.
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
B. Babinski Tes.
C. Barani Tes.
D. Posisi Hallpike Tes.
E. Nistagmus Provokasi :
1> Kobrak Tes.
2> Kalori Metri.
3> Elektro Nistagmogarafi (E.N.G.).
2.
Mata
Tertutup
(Pejam)
kedua
tangan
diangkat
(Horisontal) Kedua kaki berdiri dalam satu garis dan berimpit antara tungkai dan
jempol kaki.
3.
4.
sesuai ketentuan.
24
tes = 60 x 4
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
20 th 30 th = 161 detik
31 th 40 th = 104 detik
41 th 45 th = 68 detik
46 th 50 th = 48 detik
50 th ke atas = 28 detik
Untuk kelainan Vertigo Sentral, Romberg Tes akan jatuh kearah Lesi, nilai
di bawah standar katagori di atas.
B. Babinski Tes :
Berjalan lurus ke depan dengan mata tertutup sebanyak 5 langkah per 30
detik, kemudian cepat berbalik.
Kalau ini di kerjakan beberapa kali maka jalannya kalau di lihat dari atas
seperti bintang, hal ini bagi yang kelainan Vertigo sentral (MARCHE EN ETOILE)
C. Barany Tes
Penderita duduk di dingklik (kursi tanpa sandaran) denga mata tertutup, di
suruh menunjuk sesuatu sebanyak 20 kali.
Modifikasinya :
o Penderita duduk di dingklik dengan mata tertutup di suruh mempertemukan
telunjuk tangan kanan dan kiri dengan terlentang.
o Penderita duduk di dingklik dengan mata tertutup disuruh anggat lengan
kanan dan kiri secara bergantian
Pada penderita yang normal akan mampu melakukan tes ini dengan benar.
25
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
2.
3.
Sentral
rotari / vertikal, dan berubahubah arah dan tidak ada gejala Kardio Vaskuler.
E. Nistakmus Profokasi
1.
Kobrak Tes :
Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es sebanyak 5 cc selama
20 detik. Nilai di hitung dengan menghitung lamanya Nistagmus sejak irigasi di
mulai sampai Nistagmus berhenti. Nilai normal apabila 120 - 150 detik. Kurang
dari 120 detik disebut Parisis Kanal.
26
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
2.
Kalorimetri :
Tes irigasi telinga menggunakan air dingin / hangat, sebanyak 250 hingga
400 cc per telinga, dengan suhu 70C di atas / di bawah suhu tubuh normal ( 300
C/440C ). Posisi penderita duduk dengan posisi kepala 45 0 , posisi irigator 1
meter diatas kepala. Pemberian irigasi diberi waktu senggang 5 menit untuk
istirahat. Mulai timbul Nistagmus hingga selesai di ukur dan di catat pada rumus
dibawah ini:
1. ki
300 C
2. ka
300 C
3. ki
440 C
4. ka
440 C
Interpretasi Kalorimetri
Contoh:
1. ki
300 C
70
2. ka
300 C
150
3. ki
440 C
75
4. ka
440 C
145
27
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
EL = 150 detik, jumlah ini ini lebih dari 40 detik, apabila melebihi 40
detik maka ada kelainan. Di keseimbangan tubuh. Dari kedua jumlah kanan dan
kiri, yang sedikit, adalah yang Lesi. Jadi contoh tsb diatas : Lesi Perifer
vestibularis kiri ( 145 - 295 )
ki
ka
Setiap di ketemukan hasil min(-) dan melebihi 40 detik maka kelainan ada
di vestibularis kiri.
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
3.
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
menerima stimulus dan satu elektroda lagi di belakang telinga sebagai ground.
Adapun ketentuan untuk tes ini sama dengan tes kalorimetri manual.
Setelah telinga dialiri air dingin/hangat, lewat elektroda tersebut akan
tergambar grafik seperti E.K.G. Di grafik tersebut terbagi 3 segmen, yang
masing-masing 30detik (30 detik, 60 detik, 90 detik). Per30detik dicari dari
banyak grafik yang tergambar yang sama dan sejajar, kemudian ditarik garis
lurus. Pada kedua garis lurus tersebut dibuat segitiga siku-siku, di garis tegak
lurus tersebut diukur berapa milimeter panjangnya, kemudian dicatat.
Contoh Hasil tes kalorimetri E.N.G.
Stimulus
Setelah Irigasi
60 detik
90 detik
8
7
9
5
11
7
23
17
30 detik
5
7
6
8
Ka. 30 C
Ka. 440 C
Ki. 300 C
Ki. 440 C
LATERAL WEAKNESS
Ka. 300 C
0
Ki. 44 C
Ka. 300 C
0
Ki. 44 C
36%
64%
100%
Rata-rata
6,66
7,00
8,00
16,00
37,66
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Ada Ni.
Tutup mata
Tak ada Ni.
Normal
Tutup mata
Ada Ni.
Kelainan perofer
31
Ada Ni.
Kelainan sentral
Sentral/perifer
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Kelumpuhan Nervus Fasial (nervus VII) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien tidak
dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga tampak wajah pasien tidak simetris.
Dalam menggerakkan otot ketika menggembungkan pipi dan mengerenyutkan dahi tampak sekali
wajah pasien tidak simetris. Kelumpuhan Nervus Fasial ini merupakan gejala, sehingga harus
ditentukan penyebab dan derajat kelumpuhannya dengan pemeriksaan tertentu untuk menentukan
prognosisnya. Penanganan pasien dengan kelumpuhan nervus parsial secara dini, baik operatif maupun
secara konservatif akan menentukan keberhasilan dalam pengobatan.
ANATOMI
Nervus Fasial merupakan saraf yang terpanjang, berjalan di dalam tulang, sehingga sebagian
besar kelainan nervus fasial terletak di dalam tulang temporal.
Nerves Fasial terdiri dari 3 komponen ; komponen motoris, sensoris, dan parasimpatis.
1. Komponen Motoris mensarafi otot wajah, kecuali M.Levator Palpebra Superior, selain otot
wajah Nerves Fasial juga mensarafi M. Stapedius dan Venter Posterior M. Digastrikus.
2. Komponen Sensoris mensarafi 2/3 anterior lidah untuk mengecap, melalui N. Kordatimpani.
3. Komponen Parasimpatis memberikan persarafan pada Glandula Lakrimalis, Glandula
Submandibula dan Glandula Lingualis.
Nerves fasial mempunyai 2 inti, yaitu ; inti superior dan inti inferior. Inti Superior mendapat
persarafan dari korteks motor secara bilateral, sedangkan inti inferior hanya mendapat persarafan dari
satu sisi. Serabut dari kedua inti berjalan mengelilingi inti(Nukleus)Nervus Abdusen (N. VI). Kemudian
meninggalkan pons bersama-sama dengan nervus VIII (Nervus Kokhlea) dan Nervus Intermedius
(Whrisberg), masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus interus. Setelah masuk ke
dalam tulang temporal, N.VII (Nervus Fasial) akan berjalan dalam suatu saluran tulang yang disebut
Kanal Fallopi.
Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, N.VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu ;
1. Segmen Labirin, terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion genikulatum.
Panjang segmen ini 2 sampai 4 milimeter.
2. Segmen Timpani (Segmen Vertikal), terletak antara bagian distal ganglion genikulatum dan
berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap oval (Fenistra
32
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
Ovalis) dan Stapes, lalu turun dan kemudian terletak sejajar dengan kanal semisirkularis
horisontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.
3. Segmen Mastoid (Segmen Vertikal), mulai dari dinding medial dan superior Kavum
Timpani. Perubahan posisi dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut Segmen
Piramidal atau Genu Eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari N.VII,
sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah
Kaudal menuju Foramen Stilomastoid. Panjang Segmen ini 15-20 milimeter.
Setelah keluar dari tulang mastoid, N.VII menuju ke Glandula Parotis dan membagi diri untuk
mensarafi otot-otot wajah.
Di dalam tulang temporal N. VII memberikan 3 cabang penting, yaitu ;
1.
Nervus Petrosus Superior Mayor yang keluar dari ganglion Genikulatum dan
memberikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis.
2.
Nervus Stapidius yang mensarafi Muskulus Stapidius dan berfungsi sebagai peredam
suara.
3.
Korda Timpani yang memberikan serabut perasa pada 2/3 lidah bagian depan.
33
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
AUDIOVESTIBULOLOGI
By : MEX SUHARTO [2008]
35