Você está na página 1de 43

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU

KEKERASAN)

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi

................. 1

.......................... 2

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

........................ 3

B. Tujuan Penulisan

........................ 4

C. Ruang Lingkup

............ 4

D. Metode Penulisan ........................ 4


E. Sistematika Penulisan

........................................................................... 4

Bab II
Tinjauan Teoritis
A. Definisi

.......................................................... 6

B. Etiologi

....................................................................................................... 6

C. Faktor Predisposisi .................................................................................... 7


D. Rentang Respon Marah
E. Faktor Presipitasi

.......................................................................... 8

.................................................................................... 8

F. Manifestasi Klinis .................................................................................... 8


G. Asuhan Keperawatan

.......................................................................... 9

H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prikalu Kekerasan

18

Bab III
Tinjauan kasus

............................................................................................. 22

Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

.......... 43

........... 43

Daftar Pustaka

.. 44

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marahmarah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang
bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat
dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta
penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami
gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006
mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum

Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan Keperawatan


jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan.
Tujuan Khusus

1.Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang


keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian,
etiologi, hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang sesuai.
2.Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN JIWA I.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Prilaku Kekerasan.

D. Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data
dan informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber
internet.

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan teori terdiri dari

A. Definisi
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
D. Rentang Respon Marah
E. Faktor Presipitasi
F. Manifestasi Klinis
G. Asuhan Keperawatan
H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prilaku Kekerasan
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Penutup terdiri dari
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan,
dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,
2008).
Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan
secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis
(emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya
sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.

B. ETIOLOGI
Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang

sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1.

Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian


dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

2.

Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering


mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3.

Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

4.

Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus


temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.

D. RENTANG RESPON MARAH


Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang
lain dan merasa lega. ( ADAPTIF )
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.

Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
( MALADAPTIF )

E. FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) ,
keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan
cara:

Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.

Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda


marah yang dirasakan klien.

Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu


terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi), rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri), gangguan hubungan sosial (menarik diri), percaya diri kurang (sukar
mengambil keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
c.

Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

d. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
e.

Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

f.

Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdos

2. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
PK

Harga Diri Rendah (HDR)

3. Diagnosa Keperawatan
o RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya

:Klien mengatakan marah dan jengkel kepada

orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak


lingkungannya.
Dengan data objektifnya

:Klien mengamuk, merusak dan melempar

barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.


o Perilaku kekerasan / amuk
Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Dengan data Objektifnya

: Mata merah, wajah agak merah, Nada suara

tinggi dan keras, bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.
o Gangguan konsep diri: HDR
Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan
dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.
Dengan data objektifnya
4.

: terlihat tidak menerima keadaannya.

Intervensi Keperawatan

N
O.

DX
KEP.

PERENCANAAN
TUJUAN

INTERVENSI

1.

Perila

TUM:

KRITERIA
EVALUASI
Setelah dilakukan

ku

- Pasien dapat

...x20 menit

keker

melanjutkan

interaksi

asan

hubungan peran

diharapkan klien

sesuai tanggung

menunjukkan

jawab.

tanda-tanda

membalas

Hubungan

salam.

saling percaya

Sebut nama perawat


sambil Salaman

Jelaskan maksud
hubungan Interaksi

a. Pasien mau

Membina

Beri salam / panggil


nama pasien.

TUK:
1. PPasien dapat

Beri rasa nyaman dan


sikap Empatis

Lakukan kontrak
singkat tapi sering

b. Pasien mau
jabatan
c. Pasien
menyebutkan
Nama
d. Pasien
tersenyum
e. Pasien ada
kontak Mata
f. Pasien tahu
nama Perawat
Pasien
menyediakan
waktu untuk

TUK:
2. PPasien dapat

kontrak
a. Pasien dapat

Beri kesempatan untuk

Mengungkapk

Mengungkapkan

mengidentifikas

an

perasaannya.

i penyebab

perasaannya.

marah / amuk

Bantu pasien untuk

b. Pasien dapat

mengungkapkan marah

menyebutkan

atau jengkel.

perasaan
marah /
TUK:
3. PPasien dapat

jengkel
a. Pasien dapat

Anjurkan pasien

mengungkap

mengungkapkan

mengidentifikas

kan perasaan

perasaan

i tanda marah

saat marah

saat marah /jengkel.

/jengkel.

Observasi tanda

H. PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU


KEKERASAN
1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (leader) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab shif perawat
primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan
tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yang telah
terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai
berikut (Stuart & Laraia,1998):

Aktivitas ketua tim krisis

Susun anggota tim krisis

Beritahu petugas keamanan jika perlu

Pindahkan klien lain dari area penanganan

Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)

Uraikan perencanaan penanganan pada tim

Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien

Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif

Ikat klien dengan petunjuk ketua tim

Berikan obat sesuai program terapi dokter

Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien

Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim

Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan

Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan
tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang
biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan

pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998). Langkah-langkah


pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:

Tunjuk ketua tim krisis

Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.

Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan
keperawatan yang diperlukan.
Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri
atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.
Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan
bukan hukuman.
Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan
Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan
ikatan tidak terjangkau klien.
Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.

Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
Perawatan pada daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
(dua) jam. Dan perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah
ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan
pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.

Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn.B masuk RSMM 2 hari yang lalu. Diantar keluarga karena mengamuk dan memukul. Saat
dikaji tentang perilaku amuk, klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk
dan memukul. Pandangan mata klien tampak tajam dan wajah tampak tegang. Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat.

Klien mengatakan kesal karena sering dibentak-bentak dan sering kesal jika mengingat
peristiwa perceraian dengan istrinya 1 tahun lalu. Klien mengatakan malu karena istrinya
selingkuh dan tak tahu harus bagaimana lagi membimbing istrinya hingga akhirnya kami
bercerai. Klien mengatakan saya melempar barang-barang milik mantan istri saya keluar
rumah dan menyobek-nyobek semua kenangan yang ada tentang istri saya.
Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering
membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 April 2012 di ruang Beo, Pasien bernama
Tn.B, berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMA, pasien tinggal
di kampung kramat bersama keluarganya dan pasien dibawa ke RSMM oleh keluaraganya
pasien masuk pada tanggal 22 April 2012.[1]
2. Riwayat keperawatan
a.

Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga klien marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien
sering membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah

b. Faktor predisposisi

Riwayat sakit jiwa


Klien tidak punya riwayat sakit jiwa dan dalam keluarga sebelumnya tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa, sehingga klien belum pernah masuk RSJ.

Riwayat pengobatan
Klien belum pernah mendapatkan pengobatan yang berhubungan dengan kejiwaan
hanya saja sering mengkonsumsi obat tidur dengan aturannya sendiri.

Riwayat perilaku kekerasan

Klien suka dibentak-bentak sehingga membuatnya kesal ditambah dengan


istrinya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana membimbing istrinya klien
merasa malu.
c.

Faktor prespitasi
Kurang lebih satu tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan merasa
kesal jika mengingat peristiwa itu.

d.

Riwayat penyakit sekarang (tanggal)


Pasien mengatakan kesal dan marah-marah jika ingat masa lalunya yang bercerai
dengan istrinya dan ingin membuang semua kenangan dan barang-barang istrinya.
1) Tanda vital : tekana darah : 130/80 mmHg, nadi : 88 kali/menit
2) Ukur : tinggi badan : 172 cm, berat badan : 68 kg.[2]

3.

Psikososial
a.

Genogram

Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah
bekerja dan yang 2 lagi perempuan, keduanya SMA. Klien tinggal bersama keluarganya
karena sudah bercerai dengan istrinya sekitar 1 tahun lalu, kemudian klien tidak mempunyai
anak dari istrinya.[3]

b. Konsep Diri

Gambaran Diri

Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi matanya, ia


mengatakan sangat bangga dengan keadaan klien saat ini.

Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki berumur 35 tahun dan pasien

adalah anak pertama dari 5 bersaudara.

Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa mempunyai keluarga yang kurang harmonis

dan bercerai dengan istrinya 1 tahun yang lalu.

Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin memiliki keluarga yang bahagia lagi seperti dulu

dan melupakan masa lalunya.

Harga Diri
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus

bagaimana sehingga merasa gagal menjadi seorang suami.


Masalah Keperawatan: gangguan konsep diri : HDR
c. Hubungan Sosial
Pasien jika ada masalah lebih memilih diam dan tiba tiba bisa mengamuk dan memukul
pada orang orang yang ada disekitarnya. Dalam berhubungan dengan oranglain
sebelum mengalami peristiwa perceraian dengan istrinya klien tampak bersahabat dan
mudah bergaul, namun setelah peristiwa perceraian terjadi klien mengamuk.
d.

Spiritual
Dulu pasien selalu taat beribadah namun, sekarang tidak.

4.

Status Mental

a.

Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi

b. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien nada suara meninggi , terlihat tegang dan
gelisah.
c.

Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, gelisah dan mondar-mandir di ruangan.

d. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya dan
menolak jika dia mengamuk dan memukul.
e. Alam Perasaan
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana.
f. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan.
g. Persepsi
Klien tidak berpersepsi negatif, hanya dia merasa dirinya gagal sebagai suami.
h. Proses Fikir
Klien mengalami pengulangan pembicaraan walaupun pembicaraan klien bisa
dimengerti, klien mampu serius dan mampu berkonsentrasi.[4]

i.

Isi Fikir
Pasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali mengamuk,
menyobek-nyobek barang-barang mantan istrinya.

j.

Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien teratur, namun intonasinya keras.

k. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang.
l.

Tingkat konsentrasi berhitung


Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu
berhitung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 35 th.

5. Kebutuhan persiapan pulang


a.

Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di RSMM pasien makan teratur.

b. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSMM pasien juga selalu BAK/ BAB
di tempatnya.
c.

Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.

d. Berpakaian
Selama dirumah peduli cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian rapi, namun di
RSMM pakaiannya juga tidak rapi.[5]
e.

Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi
di Rumah Sakit juga.[6]

f.

Istirahat dan Tidur


Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien gelisah
dan selalu mondar mandir di dalam ruang rawat.

g. Penggunaan Obat

Dirumah klien tidak mengkonsumsi obat, di RSMM di beri obat penenang.[7]


6.

Mekanisme Koping
Klien cara mengatasinya dengan displacement atau tidak tau tempatnya ketika ingin
marah mengamuk begitu saja namun klien mengatakan ingin melupakan masa lalu nya,
pasien mengatakan saat di rumah karena ditinggal istrinya, pasien kesal dan marahmarah.[8]

7.

Masalah Psikososial dan Lingkungan


Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain .[9]

Data Fokus
DS
Klien mengatakan
kesal, karena sering
dibentak-bentak
Klien sering kesal,

DO
Pandangan klien tampak tajam dan wajah
tampak tegang
Klien tampak gelisah dan selalu mondarmandir diruang rawat

jika ingat peristiwa

Klien marah-marah sejak 1,5 tahun lalu

perceraian dengan

Klien sudah bercerai 1 tahun lalu

istrinya

Klien mengamuk, merusak dan

Klien mengatakan
bahwa saya melempar

membanting alat keperluan rumah tangga


Klien gelisah dan terlihat bingung sudah

barang-barang milik

tidak berharga lagi setelah kejadian istrinya

mantan istri saya keluar

selingkuh

dan menyobek-nyobek
kenangan yang ada
tentang istri saya
Klien menolak
dengan mengatakan
bahwa dia tidak
mengamuk dan
memukul

Klien malu karena


istrinya selingkuh dan
tak tahu harus
bagaimana lagi
membimbing istrinya
Klien mengamuk dan
memukul

Analisa Data
No

Tgl/jam

Symptom

Problem

24 April 2012

Ds :

Perilaku kekerasan

Klien
mengatakan kesal,
karena sering
dibentak-bentak
Klien sering
kesal, jika ingat
peristiwa
perceraian dengan
istrinya
Klien
mengatakan
bahwa klien
melempar barangbarang milik
mantan istri saya

keluar dan
menyobek-nyobek
kenangan yang
ada tentang istri
saya
Do :
Pandangan klien
tampak tajam dan
wajah tampak
tegang
Klien tampak
gelisah dan selalu
mondar-mandir
diruang rawat
Klien marahmarah [DA1] sejak
1,5 tahun lalu
2

24 April 2012

Ds :

Harga Diri Rendah (HDR)

Klien menolak
dengan
mengatakan
bahwa dia tidak
mengamuk dan
memukul
Klien malu
karena istrinya
selingkuh dan tak
tahu harus
bagaimana lagi
membimbing
istrinya
Do :
Klien sudah
bercerai 1 tahun

lalu
Klien gelisah
dan terlihat
bingung sudah
tidak berharga
lagi setelah
kejadian istrinya
selingkuh
3

24 April 2012

Ds :

RPK

Klien
mengamuk dan
memukul
Klien sering
kesal, jika ingat
peristiwa
perceraian dengan
istrinya dan
melempar barangbarang ke luar
Do :
Pandangan klien
tampak tajam dan
wajah tampak
tegang
Klien tampak
gelisah dan selalu
mondar-mandir
diruang rawat
Rekam medis :
klien dirawat
karena marahmarah sejak 1,5
tahun yang lalu.
Klien sering

membanting alatalat keperluan


rumah tangga
yang ada dirumah.

B. POHON MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: HDR

RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan

D. PERENCANAAN
NO.

DX KEP.
RPK (Resiko

PERENCANAAN
TUJUAN
TUM:

1.

INTERVENSI
KRITERIA EVALUASI
Setelah dilakukan 3x20 menit

Perilaku

- Pasien dapat

interaksi diharapkan klien

salam /

Kekerasan)

melanjutkan

menunjukkan tanda-tanda

panggil nama

hubungan peran

Beri

pasien.

sesuai tanggung

a. Pasien mau membalas salam.

jawab.

b. Pasien mau jabatan

perawat

TUK:

c. Pasien menyebutkan Nama

sambil

d. Pasien tersenyum

Salaman

1. PPasien dapat

Sebut nama

Membina

e. Pasien ada kontak Mata

Hubungan saling

f. Pasien tahu nama Perawat

maksud

percaya

Pasien menyediakan waktu untuk

hubungan

kontrak

Interaksi

Jelaskan

Beri rasa
nyaman dan
sikap
Empatis

Lakukan

kontrak
singkat tapi
TUK:

e. Pasien dapat Mengungkapkan

2. PPasien dapat

sering
Beri

perasaannya.

mengidentifikasi

f. Pasien dapat menyebutkan

penyebab marah /

perasaan marah / jengkel

kesempatan
untuk
Mengungkapk

amuk

an
perasaannya.
Bantu pasien
untuk
mengungkapk
an marah atau

TUK:

c.

3. PPasien dapat

mengidentifikasi
tanda marah

Pasien dapat

jengkel.
Anjurkan

mengungkapkan perasaan

pasien

saat marah /jengkel.

mengungkapk

d. Pasien dapat menyimpulkan

an perasaan

tanda-tanda jengkel / kesal

saat marah
/jengkel.

Observasi
tanda
perilaku
kekerasan
pada pasien

TUK:

d. Pasien mengungkapkan

4. PPasien dapat

Anjurkan

marah yang biasa dilakukan

pasien

Pasien dapat bermain peran

mengungkapk

perilaku marah

dengan perilaku marah yang

an marah yang

yang sering

dilakukan

biasa

Pasien dapat mengetahui cara

dilakukan

mengungkapkan

dilakukan

e.

f.

marah yang dilakukan


menyelesaikan masalah atau

Bantu pasien
bermain peran

tidak

sesuai perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan.
Bicarakan
dengan pasien
apa dengan cara
itu bisa
menyelesaikan
masalah
Bicarakan

TUK:
5. PPasien dapat

a. Pasien dapat menjelaskan

akibat /

mengidentifikasi

akibat dari cara yang

kerugian cara

akibat perilaku

digunakan

yang

Kekerasan

dilakukan
Bersama
pasien
menyimpulkan
cara yang
digunkana
pasien.
Tanyakan pasien
apakah mau tahu
cara marah yang

TUK:
6. PPasien

mengidentifikasi

a.

Pasien dapat

sehat
Tanyakan

melakukan berespon terhadap

pada pasien

kemarahan secara konstruktif.

apakah pasien

cara construksi

mau tahu cara

dalam berespon

baru yang

terhadap perilaku

sehat

kekerasan

Beri pujian
jika pasien
engetahui cara

lain yang ehat


Diskusikan
cara marah
yang sehat
dengan pasien.
d) Pukul
bantal
untuk
melampia
skan
TUK:
7. PPasien dapat

a.

Pasien dapat

marah
Pasien

mendemonstrasikan

dapat

mendemonstrasika

cara mengontrol

memilih cara

n cara mengontrol

perilaku kekerasan

yang paling

marah

tepat.

Pasien
dapat
mengidentifi
kasi manfaat
yang terpilih

Bantu
pasien
menstimulasi
cara tersebut.

Beri
reinforcemen
t positif atas
keberhasilan.

Anjurkan
pasien
menggunaka
n cara yang
telah

TUK:

a. Keluarga pasien dapat :

8. PPasien dapat

Menyebutkan cara

dipelajari.
Identifikasi
kemampuan

dukungan keluarga

merawat pasien dengan

keluarga

mengontrol marah

perilaku kekerasan.

merawat

Mengungkapkan rasa

pasien dari

puas dalam merawat

sikap apa

pasien

yang telah
dilakukan

Jelaskan
peran serta
keluarga
dalam
merawat
pasien.

Jelaskan
cara-cara
merawat
pasien.

Bantu
keluarga
mendemonstr
asikan cara
merawat
pasien.

Bantu
keluarga
mengungkap
kan
perasaannya
setelah
melakukan

TUK:

a. Pasien dapat menggunakan

demonstrasi.
Jelaskan

9. PPasien dapat

menggunakan obat
dengan benar

obat-obat yang diminum

jenis-jenis

dengan kegunaannya.
b. Pasien dapat minum obat sesuai

obat yang
diminum

program pengobatan

pasien dan
oeluarga.
.1
Diskusika
n manfaat
minum
obat.
.2 Jelaskan
prinsip 5
benar
minum
obat
.3 Anjurkan
pasien
minum
obat tepat

TUK:
10. PPasien dapat

a. Lingkungan

waktu
Jelaskan
peran serta

dukungan dari

mengetahui

lingkungan

lingkungan untuk

bagaimana cara

terhadap

mengontrol

menyikapi pasien

kondisi

marah

dengan perilaku

pasien

kekerasan.

Beri
penjelasan
bagaimana
cara
menyikapi
pasien dengan
perilaku
kekerasan

Diskusikan
cara -cara
yang
dilakukan
untuk
menyikapi
pasien dengan
perilaku

2.

Harga Diri
Rendah
(HDR)

TUK :
2. PPasien dapat

e.

Ekspresi Wajah bersahabat ,

kekerasan
Bina

menunjukkan rasa scaang, ada

hubungan

membina

kontak mata, mau berjabat

saling percaya

hubungan saling

tangan, mau menyebutkan

dengan

percaya

nama, mau menjawab salam,

mengungkapk

klien mau duduk

an prinsip

berdampingan dengan perawat,

komunikasi

mau mengutarakan masalah

tcrapeutik

yang dihadapi

Sapa pasien
dengan ramah
laik verbal
maupun non
verbal
g.Perkenalka
n diri
dengan
sopan
h.Tanyakan
nama
iengkap
pasien dan
nama
panggilan
disukai
pasien

i. Jelaskan
tujuan
pertemuan
j. Jujur dan
menepati
janji
k.Tunjukkan
siknp
empati
dan
menerima
pasien apa
adanya
l. Beri
perhatian
kepada
pasien dan
perhatikan
kebutuhan
dasar
TUK :

a.

7.
Pasien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilik

b.
c.

Daftar kemampuan yang

pasien
Diskusikan

dimiliki pasien di rumah sakit,

kemampua

rumah, sekolah dan tempat

n dan

kerja
Daftar positif keluarga pasien
Daftar positif lingkungan

aspek

pasien

positif
yang
dimiliki
buat
daftarnya
Setiap
bertemu
pasien
dihindarkn

n dari
metnberi
penilni;
negatif
Utamakan
memberi pujian
yang realistic
pada kemampuan
dan aspek positif
TUK

c.

8.

Pasien menilai kemampuan

pasien
Diskusikan

yang digunakan
Pasien dapat

dengan pasien

d. Pasien memiliki kemampuan

menilai

kemampuan

yang dapat digunakan di rumah

yang masih

kemampuan yang

dapat

digunakan

digunakan
selama sakit

Diskusikan
kemampuan
yang dapat
dilanjutkan
pengguna di
rumah sakit

TUK :
9.

c.

Pasien menilai kemampuan


yang akan . dilatih

Pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki

d. Pasien mencoba Susunan


jadwal harian

Berikan pujian
Meminta
pasien
untuk:memilih
satu kcgiatan
yang mau
dilakukan di
rumah sakit
Bantu pasien
melakukannya
jika perlu beri

contoh
Beri pujian
atas
keberhasilan
pasien.
Diskusi kaji
jadwal
kegiatan
harian atas
kegiatan yang
telah dilatih
Catatan : Ulangi
untuk
kemampuan lain
sampai semua
TUK:

c.

10.
PPasien dapat
melakukan kegiatan

Pasien melakukan kegiatan

selesai
Beri

yang telah di latih (mandiri,

kesempatan

dengan bantuan atau

pada pasien

tergantung)

untuk

sesuai kondisi sakit d. Pasien mampu melakukan

mencoba

dari

beberapa kegiatan secara

kcgiatan yang

kemampuannya

mandiri

telah
direncanakan

Beri pujian
atas
keberhasian
pasien

Diskusikan
kemungkinan
penaksiiran di
TUK :
11.

c.

Keluarga memberi dakungan


dan pujian

rumah
Beri
pendidikan

Pasien dapat
memanfatkan

d. Keluarga memahami jadwal

kcschatan

kegiatan harian pasien

pada keluarga

system

tentang cara

pendukung yang

merawat

ada

pasien dengan
harga diri
rcndah

Bantu
keluarga
memberikan
dukungnn
selama pasien
dirawat.

Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah

Jelaskan cara
pelaksmann
jadwal
kegiatan
pasien di
rumah

Anjurkan
memberi pujian
pada pasien
setiap berhasil

E. IMPLEMENTASI
Tanggal
24 April
2012
( 09.30 )

Diagnosa
Resiko
Perilaku
Kekerasan

Implementasi
TUK : 1.2.3
- mengucap salam

Evaluasi
S: pasien
menjawab : nama
saya B , mau kita

Paraf

(RPK

- memperkenalkan diri
- menanyakan nama dan
panggilan yang disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan pasien
bicara
- menanyakan penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan yang
dialami pasien saat
jengkel.marah

ngomong soal
apa?
- Pasien
mengatakan :
saya marah
karena kesal
dengan istrinya
yang selingkuh
dan tidak tau
caranya
bagaimana
mendidiknya.
- Pasien
mengatakan saat
marah saya kesal
ingin marahmarah dan
meluapkan
dengan
membanting dll
jadi lega.
O: wajah pasien
tegang,
pandangan mata
tajam, nada suara
tinggi.
pasien kooperatif
menjawab
pertanyaan.
A: TUK 1,2,3
tercapai
- pasien mau
menyebutkan
nama
- pasien mau

diajak
berinteraksi/bert
ukar pikiran.
P: - lanjut ke TUK
4,5,6
25 April
2012
(10.00)

Perilaku
Kekerasan

TUK : 4,5,6
- Menanyakan pasien cara
marah yang biasa dilakukan.
- Menanyakan pasien apa
dengan marah yang
dilakukan dapat
menyelesaiakan masalah.
- Menanyakan apa akibat dari
kemarahannya.
- Menanyakan pasien apakah
mau cara yang sehat untuk
mengatasi marah.
- Mengajarkan pasien cara
sehat mengontrol marah :
1. saat ingin marah / ingin
mukul pasien bisa memukul
bantal.

S:
- Pasien
mengatakan
Kalau saya
marah, ingin
membanting,
menyobeknyobek
kenangan
bersama istrinya
dan alat-alat
rumah tangga
- Pasien
mengatakan
dengan marah
yang saya
lakukan saya
hanya merasa
puas tapi tidak
menyelesaikan
masalah
- pasien
mengatakan
kalau saya
habis marah
(banting dll),
saya capek,
barang-barang

rusak dan
mengganggu
orang lain.
- Pasien
mengatakan
ingin tahu cara
marah sehat
seperti apa.
- Pasien
mengatakan jadi
saya harus
belajar cara
marah yang
seperti yang
ajarkan.
O: tidak ada gerakan
motorik dari
wajah, kaki/
tangan pasien.
pasien kooperatif
menjawab
pertanyaan
A: TUK 4,5,6
tercapai
- pasien mau
mengutarakan
marah yang
biasa dilakukan
- pasien
mengatakan
akibat dari
marahnya.
- Pasien mengerti
dan mau belajar

cara marah yang


sehat.
P: Lanjut ke TUK 79
- Pasien dapat
mendemonstrasi
kan cara
mengontrol
marah.
- Pasien dapat
menggunakan
obat dengan
26 April
2012
(10.00)

Perilaku
Kekerasan

TUK 7-9
- Menyuruh pasien memilih
cara yang sehat yang
diajarkan untuk mengontrol
marah.

benar.
S: pasien
mengatakan saya
akan memilih
cara marah yang
sehat dengan
memukul bantal.
O: pasien
mendemonstrasik
an cara marah
dengan memukul
bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien mau
mendemonstrasi
kan salah satu
marah yang
sehat yang telah
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis
dan waktu kapan

pasien harus
minum obat.
P: - Lanjut ke TUK
8
- Pasien dapat
dukungan
keluarga untuk
mengontrol
27 April
2012
(10.15)

Harga Diri
TUK 1,2,3
Rendah (HDR) - membina hubungan saling
percaya
- menanyakan kemampuan
positif yang dimiliki di
rumah
- menanyakan kemampuan
dan mendiskusikan
kemampuan positif yang
dapat digunakan di Rumah
Sakit.

marah.
S: pasien
mengatakan
dirumah suka
nyapu halaman
kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien
mengatakan
dirumah sakit
kadang saya
nyapu, Bantu
mbak perawat
nyapu dan
merapikan
tempat tidur.
O: pasien pagi-pagi
membantu
perawat
merapikan tempat
tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di
rumah
A: TUK 1,2,3

tercapai
- pasien mau
mengungkapka
n kemampuan
yang dapat
digunakan
dirumah dan di
Rumah Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5,
6
- pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
jadwal.
- Pasien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit.
- Pasien dapat
dukungan dari
keluarga
- Mendelegasikan
TUK 4,5,6 pada
28 April
2012
(10.00)

Perilaku
Kekerasan

TUK 8
- menanyakan keluarga
bagaimana kemampuan
keluarga dari sikap yang
telah dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda pasien
marah :
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/ ada

perawat jaga
S: keluarga
mengatakan saat
pasien marah
sikap keluarga
hanya
mendiamkan,
kadang ikut
memarahi pasien.
- keluarga

gerakan pad muka yang

mengatakan

menunjukkan permusuhan.

tanda marah

4. nada suara tinggi

yang mbak
jelaskan tadi

- melatih keluarga cara


mengajari pasien marah yang
sehat dengan :
1. memberikan kegiatan
2. latih untuk ambil nafas
dalam
3. menyuruh pasien
mengutarakan marah dan
apa penyebabnya.
4. menyuruh pasien berdoa
dengan membaca istighfar
5. menyuruh melampiaskan
marah dengan memukul
bantal.
- Menganjurkan pada keluarga
memilih cara melatih anak
marah dan membantu
keluarga mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada keluarga
untuk mengawasi pasien
rutin minum obat.

persis dengan
tanda saat anak
saya mau marah,
muka merah,
mata melotot,
suara kasar,
kadang sampai
memukul.
- Keluarga
mengatakan
jadi mbak, kalo
nanti anak saya
marah, saya
tidak boleh
mendiamkan /
marah, tapi
harus mengajari
anak saya marah
yang sehat
seperti yang
mbak ajarkan.
- Keluarga
mengatakan
saya ingin
mencoba
bagaimana cara
menanyakan
sebab anak
marah.
- Keluarga

mengatakan
saya akan
selalu
mengawasi anak
saya rutin
minum obat.
O: keluarga
kooperatif
- keluarga
mendemonstrasi
kan cara
menanyakan
penyebab anak
marah.
A: TUK 8 tercapai
- keluarga
P: lanjut ke-TUK 10

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, kami menyimpulkan
bahwa Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak
sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
Terdapat perbedaan antara kasus dan teori karena respon pasien pun berbedabeda sehingga harus benar-benar dan berpikir kritis seorang perawat dalam

melakukan tindakan atau strategi pelaksanaannya, dari pengkajian sampai evaluasi


sebagian besar terdapat banyak persamaan
C. SARAN
Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti,
mengetahui tentang ASKEP (Asuhan Keperawatan) Jiwa pada Klien dengan Prilaku
Kekerasan, serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat ASKEP yang
bermutu dan bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara
teori dan kasus yang terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang
ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar. Semoga bermanfaat bagi semua
mahasiswa dan membantu dalam pembuatan ASKEP kelak.

Você também pode gostar