Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEKERASAN)
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
................. 1
.......................... 2
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
........................ 3
B. Tujuan Penulisan
........................ 4
C. Ruang Lingkup
............ 4
........................................................................... 4
Bab II
Tinjauan Teoritis
A. Definisi
.......................................................... 6
B. Etiologi
....................................................................................................... 6
.......................................................................... 8
.................................................................................... 8
.......................................................................... 9
18
Bab III
Tinjauan kasus
............................................................................................. 22
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
.......... 43
........... 43
Daftar Pustaka
.. 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marahmarah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang
bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat
dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta
penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami
gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006
mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
D. Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data
dan informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber
internet.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Ruang Lingkup Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan teori terdiri dari
A. Definisi
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
D. Rentang Respon Marah
E. Faktor Presipitasi
F. Manifestasi Klinis
G. Asuhan Keperawatan
H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prilaku Kekerasan
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Penutup terdiri dari
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan,
dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,
2008).
Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan
secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis
(emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya
sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
B. ETIOLOGI
Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1.
2.
3.
Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
( MALADAPTIF )
E. FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) ,
keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan
cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
c.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
d. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
e.
Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
f.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdos
2. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
PK
3. Diagnosa Keperawatan
o RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya
tinggi dan keras, bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.
o Gangguan konsep diri: HDR
Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan
dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.
Dengan data objektifnya
4.
Intervensi Keperawatan
N
O.
DX
KEP.
PERENCANAAN
TUJUAN
INTERVENSI
1.
Perila
TUM:
KRITERIA
EVALUASI
Setelah dilakukan
ku
- Pasien dapat
...x20 menit
keker
melanjutkan
interaksi
asan
hubungan peran
diharapkan klien
sesuai tanggung
menunjukkan
jawab.
tanda-tanda
membalas
Hubungan
salam.
saling percaya
Jelaskan maksud
hubungan Interaksi
a. Pasien mau
Membina
TUK:
1. PPasien dapat
Lakukan kontrak
singkat tapi sering
b. Pasien mau
jabatan
c. Pasien
menyebutkan
Nama
d. Pasien
tersenyum
e. Pasien ada
kontak Mata
f. Pasien tahu
nama Perawat
Pasien
menyediakan
waktu untuk
TUK:
2. PPasien dapat
kontrak
a. Pasien dapat
Mengungkapk
Mengungkapkan
mengidentifikas
an
perasaannya.
i penyebab
perasaannya.
marah / amuk
b. Pasien dapat
mengungkapkan marah
menyebutkan
atau jengkel.
perasaan
marah /
TUK:
3. PPasien dapat
jengkel
a. Pasien dapat
Anjurkan pasien
mengungkap
mengungkapkan
mengidentifikas
kan perasaan
perasaan
i tanda marah
saat marah
/jengkel.
Observasi tanda
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan
tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang
biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan
Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan
keperawatan yang diperlukan.
Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri
atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.
Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan
bukan hukuman.
Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan
Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan
ikatan tidak terjangkau klien.
Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.
Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
Perawatan pada daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
(dua) jam. Dan perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah
ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan
pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn.B masuk RSMM 2 hari yang lalu. Diantar keluarga karena mengamuk dan memukul. Saat
dikaji tentang perilaku amuk, klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk
dan memukul. Pandangan mata klien tampak tajam dan wajah tampak tegang. Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat.
Klien mengatakan kesal karena sering dibentak-bentak dan sering kesal jika mengingat
peristiwa perceraian dengan istrinya 1 tahun lalu. Klien mengatakan malu karena istrinya
selingkuh dan tak tahu harus bagaimana lagi membimbing istrinya hingga akhirnya kami
bercerai. Klien mengatakan saya melempar barang-barang milik mantan istri saya keluar
rumah dan menyobek-nyobek semua kenangan yang ada tentang istri saya.
Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering
membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 April 2012 di ruang Beo, Pasien bernama
Tn.B, berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMA, pasien tinggal
di kampung kramat bersama keluarganya dan pasien dibawa ke RSMM oleh keluaraganya
pasien masuk pada tanggal 22 April 2012.[1]
2. Riwayat keperawatan
a.
Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga klien marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien
sering membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah
b. Faktor predisposisi
Riwayat pengobatan
Klien belum pernah mendapatkan pengobatan yang berhubungan dengan kejiwaan
hanya saja sering mengkonsumsi obat tidur dengan aturannya sendiri.
Faktor prespitasi
Kurang lebih satu tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan merasa
kesal jika mengingat peristiwa itu.
d.
3.
Psikososial
a.
Genogram
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah
bekerja dan yang 2 lagi perempuan, keduanya SMA. Klien tinggal bersama keluarganya
karena sudah bercerai dengan istrinya sekitar 1 tahun lalu, kemudian klien tidak mempunyai
anak dari istrinya.[3]
b. Konsep Diri
Gambaran Diri
Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki berumur 35 tahun dan pasien
Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa mempunyai keluarga yang kurang harmonis
Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin memiliki keluarga yang bahagia lagi seperti dulu
Harga Diri
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus
Spiritual
Dulu pasien selalu taat beribadah namun, sekarang tidak.
4.
Status Mental
a.
Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi
b. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien nada suara meninggi , terlihat tegang dan
gelisah.
c.
Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, gelisah dan mondar-mandir di ruangan.
d. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya dan
menolak jika dia mengamuk dan memukul.
e. Alam Perasaan
Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana.
f. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan.
g. Persepsi
Klien tidak berpersepsi negatif, hanya dia merasa dirinya gagal sebagai suami.
h. Proses Fikir
Klien mengalami pengulangan pembicaraan walaupun pembicaraan klien bisa
dimengerti, klien mampu serius dan mampu berkonsentrasi.[4]
i.
Isi Fikir
Pasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali mengamuk,
menyobek-nyobek barang-barang mantan istrinya.
j.
Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien teratur, namun intonasinya keras.
k. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang.
l.
Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di RSMM pasien makan teratur.
b. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSMM pasien juga selalu BAK/ BAB
di tempatnya.
c.
Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.
d. Berpakaian
Selama dirumah peduli cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian rapi, namun di
RSMM pakaiannya juga tidak rapi.[5]
e.
Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi
di Rumah Sakit juga.[6]
f.
g. Penggunaan Obat
Mekanisme Koping
Klien cara mengatasinya dengan displacement atau tidak tau tempatnya ketika ingin
marah mengamuk begitu saja namun klien mengatakan ingin melupakan masa lalu nya,
pasien mengatakan saat di rumah karena ditinggal istrinya, pasien kesal dan marahmarah.[8]
7.
Data Fokus
DS
Klien mengatakan
kesal, karena sering
dibentak-bentak
Klien sering kesal,
DO
Pandangan klien tampak tajam dan wajah
tampak tegang
Klien tampak gelisah dan selalu mondarmandir diruang rawat
perceraian dengan
istrinya
Klien mengatakan
bahwa saya melempar
barang-barang milik
selingkuh
dan menyobek-nyobek
kenangan yang ada
tentang istri saya
Klien menolak
dengan mengatakan
bahwa dia tidak
mengamuk dan
memukul
Analisa Data
No
Tgl/jam
Symptom
Problem
24 April 2012
Ds :
Perilaku kekerasan
Klien
mengatakan kesal,
karena sering
dibentak-bentak
Klien sering
kesal, jika ingat
peristiwa
perceraian dengan
istrinya
Klien
mengatakan
bahwa klien
melempar barangbarang milik
mantan istri saya
keluar dan
menyobek-nyobek
kenangan yang
ada tentang istri
saya
Do :
Pandangan klien
tampak tajam dan
wajah tampak
tegang
Klien tampak
gelisah dan selalu
mondar-mandir
diruang rawat
Klien marahmarah [DA1] sejak
1,5 tahun lalu
2
24 April 2012
Ds :
Klien menolak
dengan
mengatakan
bahwa dia tidak
mengamuk dan
memukul
Klien malu
karena istrinya
selingkuh dan tak
tahu harus
bagaimana lagi
membimbing
istrinya
Do :
Klien sudah
bercerai 1 tahun
lalu
Klien gelisah
dan terlihat
bingung sudah
tidak berharga
lagi setelah
kejadian istrinya
selingkuh
3
24 April 2012
Ds :
RPK
Klien
mengamuk dan
memukul
Klien sering
kesal, jika ingat
peristiwa
perceraian dengan
istrinya dan
melempar barangbarang ke luar
Do :
Pandangan klien
tampak tajam dan
wajah tampak
tegang
Klien tampak
gelisah dan selalu
mondar-mandir
diruang rawat
Rekam medis :
klien dirawat
karena marahmarah sejak 1,5
tahun yang lalu.
Klien sering
B. POHON MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan
D. PERENCANAAN
NO.
DX KEP.
RPK (Resiko
PERENCANAAN
TUJUAN
TUM:
1.
INTERVENSI
KRITERIA EVALUASI
Setelah dilakukan 3x20 menit
Perilaku
- Pasien dapat
salam /
Kekerasan)
melanjutkan
menunjukkan tanda-tanda
panggil nama
hubungan peran
Beri
pasien.
sesuai tanggung
jawab.
perawat
TUK:
sambil
d. Pasien tersenyum
Salaman
1. PPasien dapat
Sebut nama
Membina
Hubungan saling
maksud
percaya
hubungan
kontrak
Interaksi
Jelaskan
Beri rasa
nyaman dan
sikap
Empatis
Lakukan
kontrak
singkat tapi
TUK:
2. PPasien dapat
sering
Beri
perasaannya.
mengidentifikasi
penyebab marah /
kesempatan
untuk
Mengungkapk
amuk
an
perasaannya.
Bantu pasien
untuk
mengungkapk
an marah atau
TUK:
c.
3. PPasien dapat
mengidentifikasi
tanda marah
Pasien dapat
jengkel.
Anjurkan
mengungkapkan perasaan
pasien
mengungkapk
an perasaan
saat marah
/jengkel.
Observasi
tanda
perilaku
kekerasan
pada pasien
TUK:
d. Pasien mengungkapkan
4. PPasien dapat
Anjurkan
pasien
mengungkapk
perilaku marah
an marah yang
yang sering
dilakukan
biasa
dilakukan
mengungkapkan
dilakukan
e.
f.
Bantu pasien
bermain peran
tidak
sesuai perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan.
Bicarakan
dengan pasien
apa dengan cara
itu bisa
menyelesaikan
masalah
Bicarakan
TUK:
5. PPasien dapat
akibat /
mengidentifikasi
kerugian cara
akibat perilaku
digunakan
yang
Kekerasan
dilakukan
Bersama
pasien
menyimpulkan
cara yang
digunkana
pasien.
Tanyakan pasien
apakah mau tahu
cara marah yang
TUK:
6. PPasien
mengidentifikasi
a.
Pasien dapat
sehat
Tanyakan
pada pasien
apakah pasien
cara construksi
dalam berespon
baru yang
terhadap perilaku
sehat
kekerasan
Beri pujian
jika pasien
engetahui cara
a.
Pasien dapat
marah
Pasien
mendemonstrasikan
dapat
mendemonstrasika
cara mengontrol
memilih cara
n cara mengontrol
perilaku kekerasan
yang paling
marah
tepat.
Pasien
dapat
mengidentifi
kasi manfaat
yang terpilih
Bantu
pasien
menstimulasi
cara tersebut.
Beri
reinforcemen
t positif atas
keberhasilan.
Anjurkan
pasien
menggunaka
n cara yang
telah
TUK:
8. PPasien dapat
Menyebutkan cara
dipelajari.
Identifikasi
kemampuan
dukungan keluarga
keluarga
mengontrol marah
perilaku kekerasan.
merawat
Mengungkapkan rasa
pasien dari
sikap apa
pasien
yang telah
dilakukan
Jelaskan
peran serta
keluarga
dalam
merawat
pasien.
Jelaskan
cara-cara
merawat
pasien.
Bantu
keluarga
mendemonstr
asikan cara
merawat
pasien.
Bantu
keluarga
mengungkap
kan
perasaannya
setelah
melakukan
TUK:
demonstrasi.
Jelaskan
9. PPasien dapat
menggunakan obat
dengan benar
jenis-jenis
dengan kegunaannya.
b. Pasien dapat minum obat sesuai
obat yang
diminum
program pengobatan
pasien dan
oeluarga.
.1
Diskusika
n manfaat
minum
obat.
.2 Jelaskan
prinsip 5
benar
minum
obat
.3 Anjurkan
pasien
minum
obat tepat
TUK:
10. PPasien dapat
a. Lingkungan
waktu
Jelaskan
peran serta
dukungan dari
mengetahui
lingkungan
lingkungan untuk
bagaimana cara
terhadap
mengontrol
menyikapi pasien
kondisi
marah
dengan perilaku
pasien
kekerasan.
Beri
penjelasan
bagaimana
cara
menyikapi
pasien dengan
perilaku
kekerasan
Diskusikan
cara -cara
yang
dilakukan
untuk
menyikapi
pasien dengan
perilaku
2.
Harga Diri
Rendah
(HDR)
TUK :
2. PPasien dapat
e.
kekerasan
Bina
hubungan
membina
saling percaya
hubungan saling
dengan
percaya
mengungkapk
an prinsip
komunikasi
tcrapeutik
yang dihadapi
Sapa pasien
dengan ramah
laik verbal
maupun non
verbal
g.Perkenalka
n diri
dengan
sopan
h.Tanyakan
nama
iengkap
pasien dan
nama
panggilan
disukai
pasien
i. Jelaskan
tujuan
pertemuan
j. Jujur dan
menepati
janji
k.Tunjukkan
siknp
empati
dan
menerima
pasien apa
adanya
l. Beri
perhatian
kepada
pasien dan
perhatikan
kebutuhan
dasar
TUK :
a.
7.
Pasien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilik
b.
c.
pasien
Diskusikan
kemampua
n dan
kerja
Daftar positif keluarga pasien
Daftar positif lingkungan
aspek
pasien
positif
yang
dimiliki
buat
daftarnya
Setiap
bertemu
pasien
dihindarkn
n dari
metnberi
penilni;
negatif
Utamakan
memberi pujian
yang realistic
pada kemampuan
dan aspek positif
TUK
c.
8.
pasien
Diskusikan
yang digunakan
Pasien dapat
dengan pasien
menilai
kemampuan
yang masih
kemampuan yang
dapat
digunakan
digunakan
selama sakit
Diskusikan
kemampuan
yang dapat
dilanjutkan
pengguna di
rumah sakit
TUK :
9.
c.
Pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki
Berikan pujian
Meminta
pasien
untuk:memilih
satu kcgiatan
yang mau
dilakukan di
rumah sakit
Bantu pasien
melakukannya
jika perlu beri
contoh
Beri pujian
atas
keberhasilan
pasien.
Diskusi kaji
jadwal
kegiatan
harian atas
kegiatan yang
telah dilatih
Catatan : Ulangi
untuk
kemampuan lain
sampai semua
TUK:
c.
10.
PPasien dapat
melakukan kegiatan
selesai
Beri
kesempatan
pada pasien
tergantung)
untuk
mencoba
dari
kcgiatan yang
kemampuannya
mandiri
telah
direncanakan
Beri pujian
atas
keberhasian
pasien
Diskusikan
kemungkinan
penaksiiran di
TUK :
11.
c.
rumah
Beri
pendidikan
Pasien dapat
memanfatkan
kcschatan
pada keluarga
system
tentang cara
pendukung yang
merawat
ada
pasien dengan
harga diri
rcndah
Bantu
keluarga
memberikan
dukungnn
selama pasien
dirawat.
Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah
Jelaskan cara
pelaksmann
jadwal
kegiatan
pasien di
rumah
Anjurkan
memberi pujian
pada pasien
setiap berhasil
E. IMPLEMENTASI
Tanggal
24 April
2012
( 09.30 )
Diagnosa
Resiko
Perilaku
Kekerasan
Implementasi
TUK : 1.2.3
- mengucap salam
Evaluasi
S: pasien
menjawab : nama
saya B , mau kita
Paraf
(RPK
- memperkenalkan diri
- menanyakan nama dan
panggilan yang disukai
- menjelaskan tujuan
- memberi kesempatan pasien
bicara
- menanyakan penyebab
jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan yang
dialami pasien saat
jengkel.marah
ngomong soal
apa?
- Pasien
mengatakan :
saya marah
karena kesal
dengan istrinya
yang selingkuh
dan tidak tau
caranya
bagaimana
mendidiknya.
- Pasien
mengatakan saat
marah saya kesal
ingin marahmarah dan
meluapkan
dengan
membanting dll
jadi lega.
O: wajah pasien
tegang,
pandangan mata
tajam, nada suara
tinggi.
pasien kooperatif
menjawab
pertanyaan.
A: TUK 1,2,3
tercapai
- pasien mau
menyebutkan
nama
- pasien mau
diajak
berinteraksi/bert
ukar pikiran.
P: - lanjut ke TUK
4,5,6
25 April
2012
(10.00)
Perilaku
Kekerasan
TUK : 4,5,6
- Menanyakan pasien cara
marah yang biasa dilakukan.
- Menanyakan pasien apa
dengan marah yang
dilakukan dapat
menyelesaiakan masalah.
- Menanyakan apa akibat dari
kemarahannya.
- Menanyakan pasien apakah
mau cara yang sehat untuk
mengatasi marah.
- Mengajarkan pasien cara
sehat mengontrol marah :
1. saat ingin marah / ingin
mukul pasien bisa memukul
bantal.
S:
- Pasien
mengatakan
Kalau saya
marah, ingin
membanting,
menyobeknyobek
kenangan
bersama istrinya
dan alat-alat
rumah tangga
- Pasien
mengatakan
dengan marah
yang saya
lakukan saya
hanya merasa
puas tapi tidak
menyelesaikan
masalah
- pasien
mengatakan
kalau saya
habis marah
(banting dll),
saya capek,
barang-barang
rusak dan
mengganggu
orang lain.
- Pasien
mengatakan
ingin tahu cara
marah sehat
seperti apa.
- Pasien
mengatakan jadi
saya harus
belajar cara
marah yang
seperti yang
ajarkan.
O: tidak ada gerakan
motorik dari
wajah, kaki/
tangan pasien.
pasien kooperatif
menjawab
pertanyaan
A: TUK 4,5,6
tercapai
- pasien mau
mengutarakan
marah yang
biasa dilakukan
- pasien
mengatakan
akibat dari
marahnya.
- Pasien mengerti
dan mau belajar
Perilaku
Kekerasan
TUK 7-9
- Menyuruh pasien memilih
cara yang sehat yang
diajarkan untuk mengontrol
marah.
benar.
S: pasien
mengatakan saya
akan memilih
cara marah yang
sehat dengan
memukul bantal.
O: pasien
mendemonstrasik
an cara marah
dengan memukul
bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien mau
mendemonstrasi
kan salah satu
marah yang
sehat yang telah
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis
dan waktu kapan
pasien harus
minum obat.
P: - Lanjut ke TUK
8
- Pasien dapat
dukungan
keluarga untuk
mengontrol
27 April
2012
(10.15)
Harga Diri
TUK 1,2,3
Rendah (HDR) - membina hubungan saling
percaya
- menanyakan kemampuan
positif yang dimiliki di
rumah
- menanyakan kemampuan
dan mendiskusikan
kemampuan positif yang
dapat digunakan di Rumah
Sakit.
marah.
S: pasien
mengatakan
dirumah suka
nyapu halaman
kadang saya suka
adzan di masjid.
- pasien
mengatakan
dirumah sakit
kadang saya
nyapu, Bantu
mbak perawat
nyapu dan
merapikan
tempat tidur.
O: pasien pagi-pagi
membantu
perawat
merapikan tempat
tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di
rumah
A: TUK 1,2,3
tercapai
- pasien mau
mengungkapka
n kemampuan
yang dapat
digunakan
dirumah dan di
Rumah Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5,
6
- pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
jadwal.
- Pasien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit.
- Pasien dapat
dukungan dari
keluarga
- Mendelegasikan
TUK 4,5,6 pada
28 April
2012
(10.00)
Perilaku
Kekerasan
TUK 8
- menanyakan keluarga
bagaimana kemampuan
keluarga dari sikap yang
telah dilakukan dirumah
Menjelaskan tanda pasien
marah :
1. mata melotot
2. muka merah
3. tangan mengepal/ ada
perawat jaga
S: keluarga
mengatakan saat
pasien marah
sikap keluarga
hanya
mendiamkan,
kadang ikut
memarahi pasien.
- keluarga
mengatakan
menunjukkan permusuhan.
tanda marah
yang mbak
jelaskan tadi
persis dengan
tanda saat anak
saya mau marah,
muka merah,
mata melotot,
suara kasar,
kadang sampai
memukul.
- Keluarga
mengatakan
jadi mbak, kalo
nanti anak saya
marah, saya
tidak boleh
mendiamkan /
marah, tapi
harus mengajari
anak saya marah
yang sehat
seperti yang
mbak ajarkan.
- Keluarga
mengatakan
saya ingin
mencoba
bagaimana cara
menanyakan
sebab anak
marah.
- Keluarga
mengatakan
saya akan
selalu
mengawasi anak
saya rutin
minum obat.
O: keluarga
kooperatif
- keluarga
mendemonstrasi
kan cara
menanyakan
penyebab anak
marah.
A: TUK 8 tercapai
- keluarga
P: lanjut ke-TUK 10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, kami menyimpulkan
bahwa Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak
sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
Terdapat perbedaan antara kasus dan teori karena respon pasien pun berbedabeda sehingga harus benar-benar dan berpikir kritis seorang perawat dalam