Você está na página 1de 10

BAB I

Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang
Filsafat Hindu bukan hanya spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang

amat luhur, mulia, khas, dan sistematis yang didasarkan oleh pengalaman spiritual mistis. Hindu
tidak hanya kaya akan konsep ketuhaan tetapi konsep filsafat yang dikenal sebagai Sad Darsana
atau enam cabang filsafat dimana, masing-masing filsafat memberikan penggambaran akan
Tuhan yang pada akhirnya bertujuan untuk mengajarkan bagaimana mencapai Brahman atau
Tuhan. Darsana identik dengan visi kebenaran yang satu dengan yang lainnya berikatan. Kata
Darsana berasal dari kata drs yang artinya melihat, menjadi Darsana (kata benda) yang berarti
pandangan. Sad darsana dikenal dengan aliran orthodox karena menerima otoritas dari kitabkitab Weda.

1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Sad Darsana?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Nyaya Darsana dan bagian-bagiannya?

1.3.

Tujuan
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Sad Darsana
Untuk mengetahui salah satu bagian dari Sad Darsana yaitu Nyaya Darsana dan ajaran yang
terkandung didalamnya.

BAB II
A. Pengertian Sad Darsana
Kata Darsana berasal dari urat kata drs yang artinya melihat, menjadi kata Darsana (kata
benda) yang berarti pandangan. Kata Darsana dalam hubungan ini berarti pandangan terhadap

kebenaran (filsafat). Sad Darsana dikenal dengan aliran orthodox karena menerima otoritas dari
kitab-kitab Veda sebagai sumber ajaran tertinggi. Sad Darsana adalah sistem filsafat Hindu yang
patut dipedomi umat manusia guna dapat mengamalkan, memahami, dan juga mendalami ajaran
agama Hindu secara baik dan benar. Adapun bagian-bagian dari Sad Darsana adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nyaya Darsana
Vaiseka Darsana
Samkhya Darsana
Yoga Darsana
Mimamsa Darsana
Vedanta Darsana.

B. Nyaya Darsana
a. Filsafat Nyaya
Jika ke empat system pemikiran india lainnya (samkhya,yoga,purva- mimamsa dan vedanta)
adalah bersifat spekulatif, Dalam arti bahwa mereka menjelaskan alam-semesta sebagai satu
kesatuan menyeluruh, maka sistem nyaya-vaishenhika mewakili tipe filasafat analisis serta
menjungjung tinggi akal sehat dan sains. Ciri khas system nyaya adalah penggunaan metode
sebagai sains,yakni pemeriksaan logis dan kritis, mereka mencoba untuk mengembalikan
subtansi-subtansi tradisional, jiwa di dalam diri dan alam (nature) di luar diri, tanpa semata-mata
berdasarkan otoritas. Kaum nyaya mengakui kebenaran segala sesuatu berdasarkan akal-budi
(reason). Yang membedakan system nyaya dari system lainnya adalah perlakuan kritis terhadap
masalah metafisika. Vacaspati mendefinisikan tujuan nyaya sebagai pemeriksaan kritis atas objek
pengetahuan melalui pembuktian logis. Sistem nyaya sebenarnya juga menjelaskan mekanisme
pengetahuan secara mendetail serta beragumen melawan skeptisisme yang menyatakan bahwa
tidak ada yang pasti.
Sistem ini sejak lama diperlakukan sebagai bagian dari satu keseluruhan, system
vaisheshika dipakai untuk melengkapi system nyaya,dan banyak sutras dalam sistem nyaya

mengandaikan system vasheshika.Menurut Jacobi, penyatuan kedua system ini sudah mulai
sejak awal dan mencapai puncaknya pada saat nyayavarttika ditulis.
Sejak dahulu kala, filsafat nyaya sudah mendapat penghormatan besar.Bahkan Manu
sendiri memasukkannya dalam katagori surti. Yajnavalkya menganggapnya sebagai salah satu
dari ke-empat ruas weda. Dalam studi klasik tentang hinduisme, terdapat lima subjek, yakni
sastra

(kavya),drama

(namaka),retorika

(alamkara),logika

(tarka),

dan

tata

bahasa

(uyakarana).Setiap system filsafat hindu menerima prinsip dasar logika nyaya.Jadi,system nyaya
berfungsi sebagai sebuah pengantar bagi semua filsafat sistematis.
b. Pendiri dan Sumber Ajaran
Pendiri ajaran ini adalah Rsi Gautaman yang juga dienal dengan nama Aksapada dan
Dirghatapas,yang menulis Nyayasastra atau Nyaya Darsana yang secara umum juga dikenal
sebagai Tarka Vada atau diskusi dan perdebatan tentang suatu Darsana atau pandangan filsafat
kurang lebih pada abad ke-4 SM, karena Nyaya mengandung Tarka Vada (ilmu perdebatan) dan
Vada-Vidya (ilmu diskusi). Sistem filsafat Nyaya membicarakan bagian umum Darsana (filsafat)
dan metoda (cara) untuk melakukan pengamatan yang kritis. Sistem ini timbul karena adanya
pembicaraan oleh para rsi atau pemikir, dalam usaha mereka mencari arti yang benar dari sloka
sloka Veda Sruti, guna dipakai dalam penyelenggaraan upacara-upacara Yajna.
Objek Utamanya adalah untuk menetapkan dengan cara perdebatan, bahwa Parameswara
merupakan pencipta dari alam semesta ini. Nyaya menegakkan keberadaan Iswara dengan cara
penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa Nyaya Darsana merupakan sebuah sastra atau ilmu
pengetahuan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini kita harus mau menerima pembantahan
apapun macam apapun, tetapi asalkan berdasarkan pada otoritas yang dapat diterima akal.
Pembatahan demi untuk adu argumentasi dan bukan bersilat lidah atau berdalih.
c. Sifat Ajaran
Pandangan filsafat Nyaya menyatakan bahwa dunia di luar manusia ini terlepas dari
pikiran. Kita dapat memiliki pengetahuan tentang dunia ini dengan melalui pikiran yang dibantu
oleh indra. Pengetahuan ini dapat disebut benar atau salah, tergantung daripada alat-alat yang

dipergunakan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, dimana secara sistematik semua


pengetahuan menyatakan 4 keadaan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Subjek atau si pengamat (pramata)


Objek yang diamati (prameya)
Keadaan hasil dari pengamatan (pramiti)
Cara untuk mengamati atau pengamatan (pramana)

Prameya atau objek yang diamati, dengan nama pengetahuan yang benar dapat diperoleh,
ada 12 banyaknya, yaitu Roh (Atman), Badan (sarira), indriya, objek indriya (artha), kecerdasan
(buddhi), pikiran (manas), kegiatan (pravrtti), kesalahan (dosa), perpindahan (pretyabhava),
buah atau hasil (phala), penderitaan (duhkha), dan pembebasan (apavarga).
Kita membuat perbedaan pada suatu benda karena adanya beberapa ciri-ciri pada kedua
benda tersebut yang masing-masing memiliki beberapa atribut yang tak didapati pada bagian
lainnya. Karena kekhususan atribut (visesa) merupakan dasar utama dai pengamatan, maka
sistem lanjutan dari filsafat ini disebut sebagai Vaisesika.
Nyaya Darsana, yang utamanya bertindak pada garis ilmu pengetahuan atau ilmiah
menghubungkan Vaisesika pada tahapan, di mana materi-materi adhyatmika (spiritual)
terkandung di dalamnya, yang keduanya ini mempergunakan Tarka (logika) dan Tattva (filsafat)
dimana filsafat dinyatakan melalui media logika.
d. Ruang lingkup Nyaya Darsana
Secara harfiah, kata Nyaya berarti sarana yang membimbing pikiran untuk mencapai
suatu kesimpulan. Kata Nyayalantas menjadi setara dengan Argumen,karena itu system filsafat
yang menggunakan argument secara menyeluruh disebut filsafat nyaya. Secara popular, nyaya
berarti benar atau lurus,sehingga nyaya menjadi sains tentang penalaran yang benar.Dalam
arti sempit, nyaya berarti penalaran silogistis,sedangkan dalam arti yang luas , nyaya berarti
peme-riksaan objek melalui bukti-bukti dan menjadi sebuah sains pembuktian atau pengetahuan
yang benar.Semua pengetahuan mengimplikasikan empat kondisi :
1.

Subjek pengenal (pramatr)

2.

Objek (prameya)

3.

Kondisi hasil dari pengenalan (pramiti)

4.

Sarana pengetahuan (pramana)

Setiap tindakan sah atau tidak sah, melibatkan tiga unsure, yakni : subjek pengenal,isi apa
yang disadari oleh subjek,dan hubungan pengetahuan antara keduanya,yang dapat dibedakan
walaupun tidak dapat di pisahkan.Hakikat pengetahuan sebagai sah atau tidak sah tergantung
pada unsure ke-empat yakni pramana.
Filsafat nyaya bukan hanya mempertanyakan cara serta sarana yang dipakai oleh pikiran
manusia untuk mengerti dan mengembangkan pengetahuan,tetapi juga menafsirkan fakta-fakta
logis dan mengungkapkannya dalam rumusan yang logis. Pramana lantas menjadi ukuran
pengetahuan melalui mana kita dapat memeriksa dan mengevaluasi pengetahuan yang sudah ada
di dalam diri kita. Karenanya, logika adalah sains pembuktian atau pengukuran bukti.Masalah
kebenaran memiliki dampak penting bagi teori metafisika. Sistem nyaya merupakan sebuah
metafisika tentang realitas.Jadi, ia bukan hanya merupakn logika formal semata, tetapi juga
sebagai sebuah epistemology penuh,yang menggabungkan diskusi tentang psikologi,metafieika
gan teologi.

C. Catur Pramana
Nyaya Darsana dalam memecahkan ilmu pengetahuan menggunakan 4 metode
pemecahan yang disebut Catur Pramana, dengan bagian-bagian sebagai beirkut :
1. Pratyaksa Pramana, yaitu pengamatan langsung

Pada Pratyaksa Pramana atau pengamatan secara langsung memberikan pengetahuan


kepada kita tentang objek-objek menurut keadaannya masing-masing yang disebabkan
hubungan panca indra dengan objek yang diamati dimana hubungan itu sangat nyata.
Adakalanya terjadi pengamatan yang tidak perlu menggunakan panca indra dan
pengamatan yang luar biasa ini disebutsebagai pengamatan transcendental, yang jarang
terjaid pada pengamatan orang-orang biasa yang sering pula ditunjang oleh adanya
kekuatan supra normal yang dimiliki seseorang.
Dalam Pratyaksa Pramana ada dua tingkat pengamatan, yaitu:
a. Nirvikalpa yaitu pengamatan yang tidak menentukan. Pengamatan suatu objek adalah
sebagai objek saja tanpa adanya suatu penilaian,tanpa hubungan (asosiasi) dengan
suatu subjek. Sehingga apa ytang dilihat hanyalah objek itu saja yang dianggap benar
dan nyata.
b. Sarvikalpa yaitu pengamatan yang menentukan. Pengamatan terhadap suatu objek
yang dibarengi dengan pengenalan terhadap ciri-ciri, sifat0sifat dan juga subjeknya
sehingga pengamatan ini sifatnya menyeluruh.
2. Anumana Pramana yaitu pengetahuan yang diperoleh dari suatu objek dengan menarik
pengertian dari tanda-tamda yang diperoleh (linga) yang merupakan suatu kesimpulan
dari objek yang ditentukan, disebut juga Sadya. Hubungan kedua hal tersebut diatas
disebut dengan nama Wyapi. Selanjutnya Anumana Pramana, yang sangat penting dalam
suatu proses pengamatan dalam Nyaya Darsana ini. Dalam pengamatan dengan Anumana
Pramana terdapat suatu perantara diantara subjek dan objek, dimana pengmatan langsung
dengan indra saj tidak dapat secara langsung menyimpulkan hasil dari pengamatan, tetapi
melalui beberpa tahapan (avayaya).
Proses penyimpulan dalam Anumana Pramana melalui bebrapa tahapn seperti dibawah
ini:
a. Pratijna, yaitu prises pertama, memperkenalkan objek permasalahan tentang
kebenaran pengamatan misalnya gunung api itu berapi.
b. Hetu, yaitu proses kedua, alas an penyimpulan, dimana dalam hal ini adalah adanya
terlihat asap yang keluar dari gunung tersebut.
c. Udaharana, yaitu proses ketiga, menghubungkan dengan aturan umum tentang suatu
masalah, yang dalam hal ini adalah bahwa segala yang berasap tentu ada apinya.
d. Upanaya, yaitu proses keempat, pemakaian aturan umum itu pada kenyataan yang
dilihat, bahwa jelas gunung itu berapi.

e. Nigaman, yaitu proses kelima, berupa penyimpulan yang benardan pasti dari seluruh
proses sebelumnya, dengan pernyataan bahwa gunugn tersebut berapi.
3. Upamana Pramana yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui perbandingan.
Upamana pramana merupakan cara pengamatan dengan membandignkan kesamaankesamaan yang mungkin terjadi atau terjadi didalam objek yang diamati dengan objek
yang sudah ada atau pernah diketahui. Misalnya seorang anak yang diberitahu ibunya
abhwa binatang yang namanya komodo tiu rupanyamirip dengan biawak tetapi lebih
besar, bahkan bisa sebesar seekor buaya. Dalam hal ini si anak telah mengetahui rupa
buaya dan biawak , maka ketika si anak pergike kebun binatang dan melihat seekor
binatang sebesar buaya yang rupanya mirip dengan biawak, ia segera menyimpulkan
bahwa binatang tersebut adalah komodo. Inilah yang disebut dengan Upamana Pramana.
4. Sabda Pramana yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan mendengarkan melalui
penjelasab dari sumber yang patut dipercaya. Sabda Pramana adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui kesaksian (sabda) dari seseorang yang dapat dipercaya kata-katanya
ataupun dari naskah yang diakui kebenarannnya, dalam hal ini yerdapat 2 jenis
kessaksian, yaitu:
a. Laukika sabda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang yang dapat dipercaya
dan kesaksiannya dapat diterima menurut logika atau akal sehat.
b. Vaidika sabda, yaitu bentuk kesaksian yang didasari pada naskah0naskah suci Veda
Sruti, yang merupakan sabda Brahman yang tak mungkin salah.

D. Pokok- Pokok Ajaran Nyaya


Dalam sistem Nyaya ada dua pemikiran tentang penyebarluasan cita-cita yang ada dalam
kitab Nyaya-sutra yang berasal dari dua sekolah yang berbeda, yaitu sekolah kuno dan modern
dari Nyaya. Sekolah kuno dari Nyaya mengajarkan tentang cara mengembangkan cita-cita yang
ada dalam Nyaya sutra. Gotama itu melalui beberapa proses yaitu : menyerang, membalas
serangan, dan bertahan disebut pula dengan nama pracina-nyaya.
Sedangkan dalam sekolah modern dari Nyaya yang juga dusebut dengan NawyaNyaya,menyebarkan cara penyebarluasan cita-cita yang ada dalam Nyaya-sutra itu melalui

bentuk pemikiran yang logis yaitu perpaduan antara konsep, waktu dan cara pemecahannya.
Dalam perkembangannya kedua ajaran dari sekolah Nyaya yang berbeda itu dipadukan menjadi
satu sistem yang disebut Nyaya-Waisasika.
Selanjutnya sistem Nyaya mengemukakan ada 16 pokok pembicaraan (padartha) yang
perlu diamati dengan teliti, yaitu : pramana, prameya, samsaya, prayojana, drstanta, siddhanta,
awayaya, tarka, nirnaya, wada, jalpa, witanda, hetwabhawa, chala, jati, dan nigrahastana.
Penjelasan singkat dari setiap padartha ini adalah sebagai berikut :
1. Pramana adalah suatu jalan untuk mengetahui sesuatu secara benar.
2. Prameya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan yang benar atau obyek dari
pengetahuan yang benar, yaitu kenyataan.
3. Samsaya atau keragu-raguan terhadap suatu pernyataan yang tidak pasti. Keragu-raguan ini
terjadi karena pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek, sehingga pikiran tidak dapat
memutuskan tentang wujud obyek itu dengan jelas.
4. Prayojana yaitu akhir penglihatan seseorang terhadap suatu benda yang menyebabkan
kegagalan aktivitasnya untuk mendapatkan benda tersebut.
5. Drstanta atau suatu contoh yang berasal dari fakta yang berbeda sebagai gambaran yang
umum. Hal ini biasa digunakan dan diperlukan dalam suatu diskusi untuk mendapatkan
kesamaan pandangan.
6. Siddhanta atau cara mengajarkan sesuatu melalui satu sistem pengetahuan yang benar. Sistem
pengetahuan yang benar adalah sistem Nyaya yang mengajarkan bahwa Atman atau jiwa itu
adalah substansi yang memiliki kesadaran yang berbeda dengan hal-hal yang bersifat
keduniawian.
7. Awaya atau berfikir yang sistematis melalui metode-metode ilmu pengetahuan. Berfikir yang
sistematis akan melahirkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh rasio dan mendekati
kenyataan.

8. Tarka atau alasan yang dikemukakan berdasarkan suatu hipotesa untuk mendapatkan suatu
kesimpulan yang benar. Ini adalah suatu perkiraan, sehingga kadang kala kesimpulan yang
diperoleh bertentangan atau mendekati kenyataan yang sebenarnya.
9. Nirnaya adalah pengetahuan yang pasti tentang sesuatu yang diperoleh melalui metode ilmiah
pengetahuan yang sah.
10. Wada adalah suatu diskusi yang didasari oleh perilaku yang baik dan garis pemikiran yang
rasio untuk mendapatkan suatu kebenaran.
11. Jalpa adalah suatu diskusi yang dilakukan oleh suatu kelompok yang hanya untuk mencapai
kemenangan atas yang lain, tetapi tidak mencoba untuk mencari kebenaran.
12. Witanda adalah sejenis perdebatan dimana lawan berdebat itu tidak mempertahankan posisi
tetapi hanya melakukan penyangkalan atas apa yang dikatakan oleh lawan debatnya itu.
13. Hetwabhasa adalah suatu alasan yang kelihatannya masuk akal tetapi sebenarnya tidak atau
dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang salah.
14. Chala adalah suatu penjelasan yang tidak adil dalam suatu usaha untuk mempertentangkan
suatu pernyataan antara maksud dan tujuan,jadi sesuatu yang perlu dipertanyakan.
15. Jati adalah suatu jawaban yang tidak adil yang didasarkan pada analogi yang salah.
16. Nigrahasthana adalah sesuatu kekalahan dalam berdebat.
Didalam usahanya untuk mengetahui dunia ini, pikiran dibantu oleh indriya. Karena
pendiriannya yang demikian, maka sistem Nyaya disebut sistem yang realistis. Menurut
Nyaya tujuan hidup tertinggi adalah kelepasan yang akan dicapai melalui pengetahuan
yang benar. Apakah pengetahuan itu benar atau tidak hal itu tergantung dari alat-alat yang
dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tadi.
Obyek yang diamati (Prameya) berjumlah 12, yaitu :
1.Roh (Atman)
2.Badan (Sarira)

3.Indriya
4.Obyek Indriya (Artha)
5.Kecerdasan (Buddhi)
6.Pikiran (Manas)
7.Kegiatan (Pravrrthi)
8.Kesalahan (dosa)
9.Perpindahan (Pretyabhava)
10.Buah atau hasil (Phala)
11.Penderitaan (Duhkha)
12.Pembebasan (Apawarga)
Disamping oleh Rsi Vstsyna yang mengomentar Nyya Stra dengan karyanya yang
berjudul Nyya Bhsya, Srikantha menulis Nyya-lan kara, Jayantha menulis Nyyamajari, Govardhana

menulis Nyya-Bhodhini dan Vcaspati Mira menulis Nyya-

Varttika-Tatparya-Tik.
Selain itu Udayana juga menulis sebuah buku yang disebut Nyya
Kusumjali.
Seperti yang telah diketahui bahwa filsafat Nyaya merupakan dasar dari semua
pengantaran ajaran filsafat Sanskrta. Nyaya juga merupakanrangkaian pendahuluan bagi
seorang pelajar filsafat, karena tanpa pengetahuan tentang filsafat Nyaya, kita tidak akan
dapat memahami Brahma Sutra dari Sri VyaSadeva, karena filsafat Nyayamembantu untuk
mengembangkan daya penalaran ataupun pembantahan, yang membuat kecerdasan
bertambah tajam dan lembut guna pencarian filsafat Vedantik.

Você também pode gostar