Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFERAT
OKTOBER 2013
Oleh :
Indah Triayu Irianti
(110 207 018)
Pembimbing
dr. Sarkiah Huseng
Supervisor :
dr. A. Muhammad Ichsan,Sp.M, Ph.D
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn V
Tgl Lahir
: 31 Desember 1996
Umur
: 17 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Nasrani
Suku/Bangsa
: Maluku/Indonesia
Pekerjaan
MRS
: 18 Oktober 2013
RM
: 633078
Rumah Sakit
Pemeriksa
: dr. D
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih satu jam yang lalu
sebelum masuk UGD RS Wahidin Sudirohusodo akibat terkena lemparan
botol. Botol yang terlempar tersebut berisi kapur tiba-tiba meledak
kearahnya karena dilempar oleh temannya. Mata merah (+), Penglihatan
menurun (+) Kotoran mata berlebihan (-) air mata berlebih (-). Riwayat
keluar cairan seperti gel dari mata kanan tidak diketahui, Riwayat keluar
darah (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Diabetes Millitus (-), Riwayat
pengobatan sebelumnya (-)
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 110/70 mmHg
: 88x/m, reguler
: 20x/m, reguler
: 36,7o C (per aksilla)
Pemeriksaan
Palpebra
OD
Edema (+),Ekskoriasi
OS
Edema (-)
Silia
Apparatus lakrimalis
Konjungtiva
(+)
Normal
Lakrimasi (+)
Hiperemis(+),kemosis
Normal
Lakrimasi (-)
Hiperemis (-)
(+)
Normal
Agak terlambat ke
muscular
segala arah,kemosis
Normal
Ke segala arah
konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
III.2 Palpasi
Jernih
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral,
Jernih
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
middilatasi, RC (-)
Jernih
Jernih
OD
Tn
(+)
(-)
Tidak ada pembesaran
Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula pre-
OS
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
Aurikuler
III.3 Visus
VOD
6/30
VOS
6/6
III.4 Tonometri
Oculus Dextra
Hiperemis (+), injeksi
Oculus sinistra
Hiperemis (-)
konjungtiva (+)
Kornea
Jernih
(+) di inferior
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, Middilatasi,
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral,RC (+)
Lensa
RC (-)
Jernih
Jernih
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Methylprednisolon 3 x 12 mg
Ranitidin 2 x 1 tab
Polygran ED 6X1 tts OD
Reepitel EDMD 6x1 tts OD
VII. PROGNOSIS
Quo ad visam
: Bonam
Quo ad sanationem
: Dubia et Bonam
Quo ad vitam
: Dubia et Bonam
Quo ad kosmeticum
: Bonam
VIII. DISKUSI
Dari anamnesis diperoleh pasien mengeluh nyeri pada mata kanan
akibat terkena ledakan dari lemparan botol yang berisi kapur. Nyeri ini
disebabkan oleh adanya tiga kemungkinan, yaitu pertama karena adanya
dilatasi pembuluh darah perifer dan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah yang mengakibatkan pelepasan substansi peradangan akibat refleks
akson saraf yang cedera. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
tersebut
diikuti
mast yang
Peningkatan
oleh
akan
pelepasan
menimbulkan
permeabilitas
mediator-mediator
peradangan
pembuluh
darah
vasoaktif dari
(edema
juga
sel
neurogenik).
mengakibatkan
PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan
penglihatan dan kebutaan pada mata yang dapat dicegah. Trauma okuli dapat
dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal,
trauma fisik, extraocular foreign body, dan trauma tembus berdasarkan
mekanisme trauma. Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah
tangga, ditempat kerja, maupun dijalan raya. Nirmalan dan Vats mendapatkan
angka kejadian trauma okuli terbesar terjadi di rumah. 1
Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan
sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kirakira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami
penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan
fungsi penglihatan unilateral akibat trauma okuli. Berdasarkan jenis kelamin,
beberapa penelitian yang menggunakan data dasar rumah sakit maupun data
populasi, menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai prevalensi lebih tinggi.
Wong mendapatkan angka insiden trauma pada laki-laki sebesar 20 per
10
Selain bola mata (bulbus oculi), organ visual terdiri dari : pelindung struktur
mata (orbita, palpebra, konjungtiva, dan aparatus lakrimal), adanya gerakan
dari apparatus dipengaruhi oleh otot-otot okular ekstrinsik dan kapsul Tenon.
Saraf optik menghubungkan epitel sensorik (retina) dengan otak. Bola mata
dikelilingi oleh jaringan lemak orbita.
Gamba
r 1. Potongan Melintang Bola Mata.
A. Orbita
Tulang frontal (atap dari orbita), tulang zygomatikum (dinding lateral dan
lantainya), rahang (lantai) , tulang lakrimal dan ethmoidalis (dinding medial),
dan juga tulang palatina dan sphenoid (ujung tumpul yang terlibat dalam
struktur orbita). Terdapat suatu lubang di orbita yang dinamakan kanalis optik
(yang berisi saraf optik), fissura orbita superior dan inferior, infraorbital
ethmoidalis, foramen zygomatico - orbital ,dan kanal nasolacrimalis. 2
11
12
Gambar 3. Palpebra.2
C. Konjungtiva
Konjungtiva menutupi permukaan posterior atas dan bawah sebagai
konjungtiva palpebra. Pada bagian atas dan bawah forniks berubah menjadi
konjungtiva bulbar. Konjungtiva terdiri dari epitel berlapis non keratin. 2
D. Apparatus Lakrimalis
Kelenjar lakrimalis (glandula lakrimalis ) terletak di atas sudut luar mata . Ini
adalah kelenjar alveolar yang mempunyai 6-12 saluran ekskresi yang berakhir
pada
bagian
lateral
forniks
konjungtiva
atas.
Persarafan
sekretorik
parasimpatis yaitu nervus fasialis dan innervasi simpatik. Melalui berkedip, air
mata mencapai medial sudut tutup dan cairan ditarik ke dalam punctum
lakrimalis kemudian ke kanalis lacrimalis (kanaliculi lakrimalis) kemudian
menu (saccus lacrimalis) dan dari sana air mata mengalir keluar melalui
saluran nasolakrimal ke bawah hidung bagian.
13
E. Otot-otot Ekstraokular
Otot-otot okular ekstrinsik (2 horisontal , 2 vertikal, dan 2 posisi oblik )
terletak pada jaringan lemak orbita dan berfungsi untuk memindahkan bola
mata. Otot bagian superior, inferior, medial, dan otot rektus lateral berasal dari
cincin tendinous, yang membentuk ujung piramida otot pada puncak orbital,
dan melewati khatulistiwa bola mata . dengan pengecualian dari otot rektus
lateral, yaitu dipersarafi oleh nervus abdusen (CN VI), dan otot oblik superior
dipersarafi oleh saraf trochlear (CN IV), selain darin itu, otot yang lainnya
dipersarafi oleh saraf oculomotor (CN III). 2
14
15
16
Sklera yang berwarna putih pada orang dewasa, terdiri dari lamellae yang
terbentuk dari serat kolagen yang meliputi 5/6 posterior mata. Pada kornea
limbus itu menjadi substantia propria kornea (stroma). 2
I. Kornea
Diameter kornea sekitar 12 mm pada orang dewasa. Bagian luar kornea
terdiri dari epitel stratified squamous non keratin, yang berubah pada epitel
bulbar konjungtiva di limbus kornean dan dibentuk oleh satu lapisan sel
endothelial. Membran Bowman berada antara epitel dan stroma dan membran
descemet berada antara endothelium dan stroma. Kekuatan bias kornea
adalah sekitar 42 dioptri. Ketebalan sentral sekitar 500m . 2
Gambar 7. Kornea. 2
J. Lensa
Diameter lensa horizontal sekitar 10 mm, terletak di ruang posterior mata,
sekitar 3-4 mm di pusat. Ini adalah lensa cembung ganda, dengan permukaan
anterior kurang melengkung dari permukaan posterior. Lensa shell, yang
mengelilingi inti konsentris terletak di bawah kapsul lensa. 2
17
Gambar 8. Lensa2
K. Korpus Vitreus
Corpus vitreus terdiri atas 95 % air yang mengisi ruang vitreus dan terletak
di belakang lensa. Dengan konsistensi gelatin karena adanya asam
hyaluronic, mucopolysaccharides, dan kolagen fibril.2
L. Koroid
Koroid menempati bagian utama dari lapisan pertengahan mata. Selain
arteri dan vena, juga membawa sekitar 15-20 saraf siliar. Hal ini dipisahkan
dari retina oleh Membran Bruch , yang mempunyai ketebalan 2 pM. 2
M. Badan siliar
Badan siliar memanjang dari ora serata sejauh dasar iris dan mengelilingi
iris seperti cincin. Badan siliar ditutupi oleh bilaminar epithelium yang
bertanggung jawab untuk produksi aqueous humor. Ruang Anterior dan
posterior bersama-sama mengandung sekitar 0,2-0,3 ml aqueous humor, yang
sebagian besar mengalir keluar di sudut iridocorneal . Bagian dari badan siliar
18
adalah otot siliar , yang merupakan serat otot polos yang diatur secara
meridional, sirkuler, dan radial (diatur oleh persarafan parasimpatis melalui
saraf
oculomotorius
yang
dominan).
Kontraksi
otot
menyebabkan
peningkatan kelengkungan
19
O. Retina
Retina membentuk lapisan dalam mata. Bagian anterior tidak memiliki
epitel sensorik dan mencakup badan siliar dan iris sebagai epitel bilaminar.
Pusat arteri retina dan vena bersatu di pintu masuk saraf optikus ( disc optik
atau papilla ). Macula lutea ( titik kuning ) terdapat pada bagian lateral dengan
fovea centralis di pusatnya yang merupakan situs maksimum ketajaman vi
sual. Lapisan pigmen terdiri dari satu lapisan epitel isoprismatic (retinal
pigmen epitel ). Retina terdiri dari sel fotoreseptor dan sembilan lapisan yang
diidentifikasi dari lapisan otak. Mereka adalah sel epitel sensorik primer
Sekitar 120 juta batang dan sel kerucut 6-7 juta. Hanya ada sel kerucut dalam
fovea centralis. Terdapat sel bipolar yang merupakan neuron kedua saraf optik
yang berada di lapisan nukleus dalam yang berfungsi untuk mempertahankan
kontak sinaptik dengan sel sensorik di lapisan plexiform luar dengan sel
ganglion multipolar dari lapisan ganglion ( neuron ketiga ) di lapisan plexiform,
dimana impuls sensorik disalurkan dalam serabut saraf unmyelinated ke disk
optic.2
20
Gambar 8. Retina.2
III. ETIO-PATOGENESIS
Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma okular terbagi atas : 3
1. Benda asing ekstraokuler yang tertinggal (Retained extraocular
foreign bodies).
2. Trauma tumpul (contusional injuries)
3. Trauma penetrasi dan perforasi
4. Trauma penetrasi dengan benda asing intraokuler yang tertinggal
(Penetrating injuries with retained intraocular foreign bodies).
TRAUMA TUMPUL
21
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau
lunak, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang)
ataupun lambat. Berdasarkan letaknya, trauma tumpul dapat menyebabkan : 4
1. Perdarahan palpebra
2. Laserasi palpebra
3. Hiperemis konjungtiva dan perdarahan subkonjungtiva
4. Edema kornea
5. Hifema
6. Iridoplegi dan iridodialisis
7. Kelainan lensa berupa : subluksasi, luksasi, maupun katarak traumatic
8. Kelainan retina berupa : edema retina, maupun perdarahan retina
9. Laserasi sklera
10. Glaukoma sekunder
Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan tekanan
yang sangat tinggi dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi
penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak
elastis sehingga terjadi perenggangan dan robekan pada kornea, sklera,
sudut iridokornea, badan siliaris yang dapat menimbulkan perdarahan.
Mekanisme trauma pada bola mata akibat benda tumpul:3
1. Dampak langsung (Direct impact on the globe). Menghasilkan
kerusakan maksimum.
2. Compression wave force. Ditransmisi melalui cairan ke seluruh arah
dan menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke
belakang, dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang- kadang
gelombang penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera
pada tempat yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter
coup.
3. Reflected compression wave force. Setelah mengenai dinding luar,
maka gelombang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat
merusak fovea.
4. Rebound compression wave forcer. Setelah mengenai dinding
belakang, gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang
22
23
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi trauma okular berdasarkan mekanisme trauma berdasarkan
definisi American Ocular Trauma Society :3
1. Close Globe Injury :
Keadaan dimana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliki cedera
pada keseluruhan dindingnya tetapi ada kerusakan intraokuler. Terbagi
menjadi 2 yaitu:3
a. Kontusio
Mengarah pada trauma non-perforans yang diakibatkan dari trauma
benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat trauma atau
tempat yang jauh.
b. Laserasi lamellar
Mengarah pada trauma non-perforans yang mengenai hingga sebagian
ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam atau benda
tumpul.3
2. Open Globe Injury :
Keadaan dimana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan
pada sklera atau kornea atau keduanya. Terdiri atas : 3
a. Ruptur dimana kerusakan pada bola mata yang disebabkan oleh benda
tumpul.
b. Laserasi dimana kerusakan pada bola mata disebabkan oleh benda
-
24
25
Open-Globe
Closed-Globe
Ruptur
luka memar
Tembus
laserasi pipih
26
Perforasi
Campuran
Campur
N/A
Ketajaman Visual
Grade
20/40
20/50 to 20/100
19/100 to 5/200
Respon
Positif
Negatif
27
28
Trauma pada mata yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu :
3,7,8
i. Hematom palpebra
Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra
merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak.
Trauma dapat akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya.
Adanya hematom pada satu mata merupakan keadaan yang ringan,
tetapi bila terjadi pada kedua mata, hati-hati kemungkinan adanya fraktur
basis kranii.
29
30
basis cranii, atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah
pecah.
vii. Hifema
Hifema adalah kondisi dimana terjadi akumulasi darah di dalam
kamera okuli anterior. Hifema dapat timbul setelah trauma pada mata
(hifema traumatik), setelah operasi intraokular ataupun spontan (misalnya
akibat
diskrasia
darah
ataupun
pemakaian
obat-obatan
31
retraksi
pembuluh
darah
yang
mengalami
trauma.
Laserasi
32
jarang terjadi setelah timbulnya hifema, namun kondisi ini dapat terjadi
pada hifema totalis dan peningkatan tekanan intraokular.
Pasien dengan hifema dianjurkan untuk bed rest dengan elevasi
kepala 30. Sikloplegik seperti atropin 1% dapat digunakan untuk
mencegah sinekia posterior dan menurunkan fotofobia, spasme
akomodatif dan nyeri. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk terapi
pada
hifema.
Dipostulatkan
bahwa
kortikosteroid
menghambat
33
xiii. Glaukoma
Di sebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut kamera okuli
anterior, yang disebut traumatic angle yang menyebabkan gangguan
aliran aquos humour.
xiv. Ruptur sKlera
Menimbulkan penurunan tekanan intra okuler. Perlu adanya tindakan
operatif segera.
xv. Ruptur retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan
dan harus di lakukan operasi.
VI. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
34
35
berada di tempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan lukasi
lensa.5,7
Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
untuk mengtahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata.
Pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular, juga perlu
dilakukan meskipun tidak ditemukan hifema, karena pada trauma yang
menyebabkan ruptur bola mata dapat menyebabkan tekanan intraokular
yang menurun. Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya sangat sulit
sehingga perlu ditunggu sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi
diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada segmen posterior bola
mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat
darah pada media penglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat
darah dalam badan kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali
bila untuk mencari benda asing pada polus posterior.7
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Slit-lamp dan gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui
pemeriksaan ini yang mengindikasikan adanya benda asing intraokuler
adalah : perdarahan subkonjungtiva, jaringan parut kornea, lubang
pada iris, dan gamabaran opak pada lensa. Dengan medium yang
jernih, seringkali benda asing intraokuler dapat terlihat dengan
oftalmoskopi pada corpus vitreous atau bahkan pada retina. Benda
asing yang terletak pada bilik mata depan dapat terlihat melalui
gonioskopi.3
2. X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat
diperlukan
untuk
menentukan
lokasi
benda
asing
intraokuler
36
dapat
menyebabkan
benda
asing
menjadi
proyektil
VII. PENATALAKSANAAN
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat
dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan
bahaya seperti:5,7
-
Infeksi
Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika
bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi
penglihatan. Bila terdapat benda asing maka sebaiknya dilakukakan usaha
untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Penatalaksanaan pasien dengan
trauma okuli penetrans adalah :5
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit :
a. Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak
b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola
mata
c. Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan
d. Sebaiknya pasien di jelaskan untuk mengantisipasi tindakan operasi
37
toksoid
untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
tetanus
makanan
dan
minum.
Induksi
anastesi
umum
jangan
38
dalam
beberapa
minggu
tergantung
pada
jenis
39
pada
pupil
sehingga
dapat
mengurangi
tajam
40
pada prinsipnya
proses
peradangan jaringan uvea masih tetap jalan terus. Tanda awal dari
mata yang bersimpati adalah hilangnya daya akomodasi serta
terdapatnya sel radang di belakang lensa. Gejala ini akan diikuti oleh
iridosiklitis subakut, serbukan sel radang dalam vitreous dan eskudat
putih kekuningan pada jaringan di bawah retina. 3,9
VIII. PROGNOSIS
Prognosis dari trauma okuli penetrans yang disertai dengan benda asing
intraokuler bergantung pada :11
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
41
42
43