Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok 3
Arief Ilham Arifin
(210110110525)
Dini Hanifah
(210110110725)
Irish Yushina
(210110110708)
Lidia
Oktapriyadi Pratama
(210110110734)
Humas C 2011
Drs. Hadi Suprapto Arifin, M.Si
RETORIKA
Public Relations Fikom Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu :
1. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang public speaker (pembicara) harus selalu siap dalam kondisi apapun ketika ia
diminta untuk berbicara di depan umum. Salah satu sesi yang menakutkan bagi seorang
pembicara adalah ketika sesi presentasi selesai dan kemudian memasuki sesi menjawab
pertanyaan. Ketakutan ketakutan seperti bagaimana kalau kita tidak bisa menjawab
pertanyaan, bagaimana kalau jawaban kita tidak memuaskan, sering menghantui dan
membuat kecemasan dalam public speaking.
Ketika kita dihadapkan dalam suatu presentasi, sering kali kita mengalami kecemasan
dalam public speaking sehingga timbul kegugupan yang membuat isi pembicaraan menjadi
tidak jelas dan ngalor ngidul. Agar pembahasan kita dapat dicerna oleh audience dengan baik
untuk meminimalisir timbulnya pertanyaan dari audience yang keluar dari konteks bahasan
maka seorang pembicara harus benar benar mempersiapkan materi dengan baik.
Nick Morgan, ahli public speaking, memiliki tips menulis dan berbicara dengan
ide/konsep yang jelas. Ia mengatakan agar sebelum tampil berbicara, sebaiknya menuliskan
apa yang akan dibicarakan, mulai dengan ide/konsep yang familiar yang dikenal oleh
audience dan kita sendiri. Saat bicara di depan umum, mulailah dengan menjawab pertanyaan
"why" alias "mengapa". Audience Anda datang untuk mendengarkan Anda bicara sambil
bertanya pada diri mereka sendiri "Kenapa saya harus ada disini?" "Kenapa hal ini penting
buat saya?". Kalau Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan "kenapa" itu dalam 3 menit
pertama, presentasi Anda menyenangkan penonton karena mereka pasti tidak akan jadi
bingung dan Anda akan dipuji. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan pertanyaan "why"
audience, cukup singkat saja. Misalnya: "Hari ini saya menjelaskan dan membeberkan rahasia
mendapatkan 10.000 ribu pelanggan TV berbayar produk perusahaan kita hanya dalam waktu
2 minggu dengan menggunakan media sosial".
Saat bicara pastikan Anda beri solusi. Cari tahu apa yang jadi problem audience Anda
dan paparkan solusinya. Kalau Anda punya 30 menit, alokasikan 2 menit untuk
memperkenalkan ide atau konsep serta maksud Anda bicara. Lalu 10 menit untuk bicara
tentang problem atau inti permasalahannya dan 10 menit untuk solusi. Sisanya 8 menit bisa
untuk tanya jawab. Selesai! Anda menggunakan waktu dengan efisien dan efektif. Awali
presentasi dengan sebuah pernyataan untuk menjawab pertanyaan, beri solusi lalu ulangi lagi
pernyataan awal untuk penegasan akhir. Itulah kiat-kiat berbicara secara jelas dan terstruktur
sehingga tidak ngalor ngidul tidak jelas arah tujuan pembicaraannya.
George J. Kops dalam bukunya yang berjudul Ten Minute Guide Business
Presentations menjelaskan beberapa hal tentang pentingnya mempelajari cara menghadapi
sesi tanya jawab. Adapun kiat kiat mengahadapi sesi tanya jawab agar dapat mengesankan
audience dalam sebuah presentasi, yaitu:
Mengantisipasi Pertanyaan
Sesi tanya jawab yang menyertai sebuah presentasi dapat membuat sukses atau
bahkan menghancurkan seluruh performansi. Jika kita belum siap untuk pertanyaan
tersebut, maka kita akan kelihatan bodoh. Kita dapat kehilangan kendali pembicaraan,
yang berpindah ke tangan seseorang dalam kelompok audience yang mencoba untuk
lebih baik dari kita.
Saat mempersiapkan sebuah presentasi, jangan lupa untuk berlatih sesi tanya
jawab, artinya mencoba untuk mengantisipasi pertanyaan dan mengembangkan
jawaban yang tepat untuk mereka. Biasanya kita dapat menduga beberapa pertanyaan
dan tidak ada alasan untuk mengatakan belum siap untuk menjawab. Kita dapat
melakukan hal hal sederhana seperti menulis daftar pertanyaan yang mungkin akan
dilemparkan dan menyusun jawaban kita. Kita juga dapat melatih sesi tanya jawab
denga anggota keluarga atau rekan kerja. Kesan paling akhir adalah bahwa audience
akan mengingat presentasi kita seperti sesi tanya jawab yang ada di akhir
pembicaraan. Sesi tersebut hendaknya sebaik performansi kita.
Melatih sesi tanya jawab akan membuat kita merasa lebih nyaman saat berdiri
di depan audience. Ada pendekatan yag dapat dilakukan untuk mensukseskan sesi
tanya jawab dalam public speaking yaitu:
1. Pembukaan
Mulailah sesi tersebut dengan mengatakan pada audience bahwa ada
sejumlah waktu yang tersedia untuk menjawab pertanyaan, misalnya 5 menit,
15 menit, atau berapapun waktu yang ada, kemudian mintalah audience
mengajukan pertanyaan. Setelah itu angkatlah tangan. Hal ini menunjukkan
pada audience bahwa kita ingin mereka mengangkat tangan seperti kita jika
ingin mengajukan pertanyaan, bukan berteriak. Teknik ini memberikan kendali
kepada kita saat sesi tersebut.
2. Mendengarkan
Sesi tanya jawab merupakan salah satu dari sedikit waktu dalam sebuah
presentasi saat kita lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Saat
audience pertama mengajukan pertanyaan, dengarkan dengan baik. Sebagai
mulai
memikirkan
jawaban
kita
sampai
audience
bahwa kita tidak akan menyerahkan kendali padanya, maka biasanya itu cukup untuk
membuat ia duduk kembali. Selanjutnya, audience akan berpihak pada kita. Misalnya
saja seorang penanya mengajukan pertanyaan yang memalukan yang belum dpat kita
jawab dan ia mengumpulkan dukungan dari audience lainnya untuk memperkuat
posisinya. Ia mungkin akan berkata, Saya tahu bahwa semua orang di sini pasti setuju
dengan saya, atau secara khusus ia menyebutkan beberapa nama orang dan
mengatakan, Silakan katakana kepada semua semua orang di sini, bagaimana
pendapat kita. Yang seperti ini jelas merupakan upayannya untuk mengambil alih
presentasi kita. Sebelum orang tersebut berrtindak lebih jauh, jelaskan bahwa kita
hanya akan menangani bahasan yang sedang kita bicarakan.
Ada banyak norma dalam public speaking yaitu semacam etika yang menjaga aliran
ilmu agar tidak melenceng dari jalurnya. Salah satunya adalah aturan yang mengatakan; lebih
baik menjawab dengan tidak tahu daripada mengarang jawaban. Terkadang seorang
pembicara dapat bertemu dengan audience yang mengajukan pertanyaan mematikan yang
sulit kita jawab. Langkah paling mudah yang terbayang oleh kita adalah menjawabnya dengan
tiga kata, saya tidak tahu. Bisa juga ditambahkan, nanti saya cari tahu dulu ya. Jawaban
ini merupakan jawaban yang sangat dapat mengecewakan bagi penanya dan sebagai seorang
pembicara hal itu haruslah sangat dihindarkan.
Sebagai awalan tentang bagaimana cara menjawab sebuah pertanyaan, ada baiknya
kita mengetahui jenis pertanyaan yang diajukan oleh audience. Ada dua jenis pertanyaan
audience yang perlu kita sikapi dengan bijaksana:
1. Pertanyaan yang sulit dan tidak bisa kita jawab.
2. Pertanyaan yang mudah dan bisa kita jawab.
Mari kita menempatkan diri kita pada posisi si penanya. Penanya berpendapat bahwa
pembicara memiliki pengetahuan yang merupakan solusi atas masalahnya. Lalu, untuk lebih
menjelaskan kondisi masalah tersebut, penanya bertanya pada pembicara. Apabila si penanya
langsung mendapat jawaban saya tidak tahu, maka si penanya akan merasa pembicara tidak
kredibel, dan tidak berusaha mencarikan solusi untuk masalah yang ia tanyakan. Akan tetapi,
ketika memang kita tidak mengetahui dan tidak bisa menjawabnya kita memang lebih baik
mengatakan saya tidak tahu daripada harus berbohong dan memberikan jawaban yang
berbelit belit. Namun, sebagai pembicara yang baik, kita harus memiliki alternatif lain yang
bisa kita gunakan sebelum kita mengatakan saya tidak tahu.
Adanya pertanyaan dari audience yang tidak bisa kita jawab, bisa jadi karena memang
pertanyaannya tidak tersusun dengan baik, dan tidak jelas arahnya. Ada pepatah yang
mengatakan bahwa pertanyaan yang benar adalah separuh jawaban, sehingga ketika kita
bingung untuk menjawab pertanyaan audience, maka cobalah untuk memperjelas terlebih
dahulu apa yang dimaksudkan oleh penanya.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengulang pertanyaan audience dengan bahasa kita
sendiri, lalu kemudian kita klarifikasi. Misalnya: Pak, kenapa Indonesia miskin banget ya
negaranya? Jawaban polos yang bisa kita berikan antara lain Waduh, ngga tau ya pak, udah
kehendak Tuhan tampaknya. Akan tetapi ada jawaban yang mencoba untuk memperjelas
maksud dari pertanyaan tersebut seperti Maksud bapak, apakah bapak penasaran, kenapa di
Negara yang kaya sumber daya alam ini, koq rakyatnya miskin?. Adanya pengklarifikasian
ini membuat pertanyaan yang diajukan menjadi semakin jelas, ketika pertanyaan jelas maka
kita akan bisa mengerti maksud dari pertanyaan tersebut dan akhirnya bisa memberikan
jawaban yang tepat.
Taktik ini baik digunakan karena kita menjadi lebih mengerti kemana arah dari
pertanyaan tersebut. Selain itu, dengan memperjelas pertanyaan, audience yang lain juga
dapat lebih mengerti tentang hal apa yang sedang dibicarakan, sehingga bukan hanya kita dan
si penanya saja yang mengetahui isi tanya jawab. Hal ini juga dapat membuat audience lain
tidak tidur saat kita menjawab pertanyaan.
Alternatif kedua selain memperjelas adalah dengan melibatkan audience lain. Kita
tidak perlu menjadi super human yang tahu segala hal. Adanya kemungkinan bahwa diantara
audience kita mungkin ada orang-orang yang memiliki pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang lebih daripada kita dan mereka tentu saja bisa menjadi solusi bagi masalah
yang sedang ditanyakan. Jadi, jika ada audience yang bertanya tentang hal yang tidak kita
ketahui, ada baiknya kita membuka forum untuk membahasnya secara bersama dengan
audience yang lain.
Setelah ada beberapa audience yang berpendapat, tugas pembicara selanjutnya adalah
menyimpulkannya. Biasanya penanya puas dengan kesimpulan yang diberikan. Lalu
bagaimana jika penanya tidak puas? Saat inilah seorang pembicara diizinkan untuk menjawab
dengan saya tidak tahu, nanti saya cari lagi jawaban yang lebih memuaskan.
Saat sesi tanya jawab merupakan saat dimana kredibilitas seorang pembicara benar
benar diuji. Oleh karena itu, tampilah sebaik mungkin. Pertanyaan pertanyaan dari audience
memberikan kesempatan kepada kita untuk memperjelas dan mempertegas informasi yang
baru saja selesai di persentasikan. Disinilah kita benar benar diuji sebagai seorang
pembicara, apakah kita berkompeten atau tidak. Yang harus dilakukan adalah tetaplah tenang
saat menghadapi pertanyaan meskipun terkadang pertanyan tersebut menyakitkan.
Mereka tidak mau mengambil resiko untuk bertanya karena takut dilecehkan
atau pertanyaan mereka dianggap tidak berbobot.
Jika tiga hal tersebut terjadi, maka perlu sekali bagi kita untuk memancing pertanyaan
dengan langkah-langkah berikut :
1.
Berikan waktu selama 10 detik setelah anda mengajukan pertanyaan ada yang
2.
3.
4.
Si Strike
Sama halnya dengan striker dalam permainan sepak bola yang bertugas
sebagai penyerang. Kepuasaannya adalah bila berhasil menyarangkan gol. Tipe itu
biasanya mencari pengakuan diri. Sebenarnya, dia sudah mengetahui jawaban dari
pertanyaannya tersebut, tetapi dia mengharapkan jawaban yang salah dari Anda.
Ketika Anda memberikan jawaban yang salah, maka dengan cepat dia akan mengcounter jawaban Anda tersebut. Cara menghadapi tipe seperti itu adalah :
2.
Si Wasit
Seorang wasit tidak pernah berhenti berlari tetapi jarang mendapatkan bola.
Dia mendapatkan bola hanya ketika terjadi pelanggaran atau saat tendangan pinalti.
Mental penanya sama dengan mental wasit. Dia akan ngalor ngidul menceritakan
pengalamannya sebelum fokus pada inti pertanyaanya. Penanya ini akan sangat
menyita waktu Anda. Dia akan berbicara selama 10 menit, padahal bobot
pertanyaanya hanya 1 menit. Cara menghadapi tipe tersebut adalah:
Ulangi pertanyaannya sehingga dia yakin bahwa Anda sudah mengerti inti
pertanyaanya tersebut
3.
Si Kiper
Si kiper tidak pernah menyia nyiakan waktunya untuk tidak bertanya. Sama
halnya dengan kiper, dia selalu menangkap bola yang datang padanya. Kiper itu sangat
mendominasi kelas. Jika hal itu terjadi, maka tidak terbuka kesempatan bagi audience
yang lain untuk bertanya. Cara menghadapi tipe tersebut adalah:
4.
Si Defender
Defender bertugas mempertahankan teritorinya agar tidak diserang oleh striker
lawan. Defender di dalam public speaking pun memiliki mental yang sama. Orang
dengan tipe ini jarang sekali berbicara. Sepanjang pelatihan, dia hanya diam dan
menyimak. Cara menghadapinya:
Jangan terkesan memaksa, dia akan semakin bersikap defence bila anda
memaksa
5.
Si Midfielder
Tipe ini sangat membantu seorang striker untuk mencetak gol. Tipe tersebut
Berbicaralah dengan penuh energi, penuh semangat dan bergairah. Dengan demikian,
audience akan merasakan hal yang sama. Mereka dengan penuh energi dan
bersemangat saat mendengarkan pembicaraan kita.
4. Rendah hati dan bersahabat
Sebagai seorang pembicara kita harus rendah hati dan bisa bersahabat dengan
komunitas baru, kerendahan hati membuat penampilan dan terlihat ramah, ceria, dan
siap menjadi sahabat teman teman di komunitas yang baru.
5. Memiliki kemampuan networking
Pada pelaksanaannya seorang pembicara tidak bisa bekerja sendiri. Akan selalu ada
pihak lain yang akan membantu, seperti MC(Master of Ceremony) dan para kru, yakni
stage manager, soundman, lightingman, dan lain sebagainya.
6. Percaya diri
Sebagai seorang pembicara, kita tentu harus memiliki sikap percaya diri. Bangunlah
sikap mental positif mengenai diri kita sendiri. Jangan biarkan perasaan takut hadir
dalam diri kita. Kegugupan adalah hal yang normal pada sebagian besar pembicara.
REFERENSI
Kops, George J.Ten Minute Guide Business Presentations. Terjemahan oleh: Niken
Hindreswari. Andi: Yogyakarta. 2002
Wijaya, Johannes Arifin. Buku Public Speaking From Fear to Dare. Andi:
Yogyakarta. 2007
Website:
www.ervanabu.com
www. hbacrjakarta.blogspot.com
www. indosdm.com