Você está na página 1de 15

TUGAS 2

Menangani Tanya Jawab dalam Public Speaking

Kelompok 3
Arief Ilham Arifin

(210110110525)

Dini Hanifah

(210110110725)

Irish Yushina

(210110110708)

Lidia
Oktapriyadi Pratama

(210110110734)

Widiani Ingrid Permata (210110110720)

Humas C 2011
Drs. Hadi Suprapto Arifin, M.Si

RETORIKA
Public Relations Fikom Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikator yang baik yaitu apabila ia berkomunikasi sesuai dengan motivasi
dari dalam dirinya yakni motivasi untuk memberikan pengetahuan baru bagi audiencenya.
Namun, permasalahannya yaitu tidak semua orang mampu berbicara dengan baik dan
benar di depan banyak orang. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman saya dan sebagian
teman saya, bahwa untuk berbicara di depan banyak orang terdapat beberapa halangan
yang terkadang tidak bisa diidentifikasikan alasannya.
Setiap orang pasti merasa tidak percaya diri untuk berbicara di depan umum.
Akibatnya, muncullah suatu persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaker
haruslah memiliki kemampuan mendasar yang dinamakan softskill. Akan tetapi, masih
banyak pula public speaker ternama yang berkata bahwa dirinya selalu mengalami grogi
sesaat sebelum berbicara di depan para calon audiencenya. Hal ini berarti keterbatasan
softskill bukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbicara di depan
orang banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang
mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik pembicaraan,
fisik, maupun mental.
Kecemasan lain yang sering dialami seorang public speaker (pembicara) yaitu
ketika sesi tanya jawab dimulai. Seorang pembicara selalu berharap mendapatkan banyak
dukungan terhadap pendapat dan materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, kadangkala
seorang pembicara terkadang menyampaikan materi secara berbelit - belit sehingga
membuat audience tidak memahami pembahasan yang sedang disampaikan.
1.2 Rumusan permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tanya jawab dalam public speaking?
2. Bagaimana teknik dalam menjawab pertanyaan dalam public speaking?
3. Bagaimana cara agar audience memahami public speaker (pembicara)?
4. Bagaimana cara mengatasi pertanyaan dari audience?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu :
1. Untuk mengetahui

pengertian tentang tanya jawab dan pentingnya

kemampuan tersebut dalam public speaking.


2. Untuk membantu mengurangi rasa cemas atau takut dalam menghadapi tanya
jawab dari audience
3. Untuk mengetahui strategi dan persiapan dalam menghadapi sesi tanya jawab
dalam public speaking.
4. Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman teknik-teknik menghadapi
tanya jawab dalam public speaking sehingga terjadi komunikasi efektif antara
public speaker dan audience.

BAB II
PEMBAHASAN

Seorang public speaker (pembicara) harus selalu siap dalam kondisi apapun ketika ia
diminta untuk berbicara di depan umum. Salah satu sesi yang menakutkan bagi seorang
pembicara adalah ketika sesi presentasi selesai dan kemudian memasuki sesi menjawab
pertanyaan. Ketakutan ketakutan seperti bagaimana kalau kita tidak bisa menjawab
pertanyaan, bagaimana kalau jawaban kita tidak memuaskan, sering menghantui dan
membuat kecemasan dalam public speaking.
Ketika kita dihadapkan dalam suatu presentasi, sering kali kita mengalami kecemasan
dalam public speaking sehingga timbul kegugupan yang membuat isi pembicaraan menjadi
tidak jelas dan ngalor ngidul. Agar pembahasan kita dapat dicerna oleh audience dengan baik
untuk meminimalisir timbulnya pertanyaan dari audience yang keluar dari konteks bahasan
maka seorang pembicara harus benar benar mempersiapkan materi dengan baik.
Nick Morgan, ahli public speaking, memiliki tips menulis dan berbicara dengan
ide/konsep yang jelas. Ia mengatakan agar sebelum tampil berbicara, sebaiknya menuliskan
apa yang akan dibicarakan, mulai dengan ide/konsep yang familiar yang dikenal oleh
audience dan kita sendiri. Saat bicara di depan umum, mulailah dengan menjawab pertanyaan
"why" alias "mengapa". Audience Anda datang untuk mendengarkan Anda bicara sambil
bertanya pada diri mereka sendiri "Kenapa saya harus ada disini?" "Kenapa hal ini penting
buat saya?". Kalau Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan "kenapa" itu dalam 3 menit
pertama, presentasi Anda menyenangkan penonton karena mereka pasti tidak akan jadi
bingung dan Anda akan dipuji. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan pertanyaan "why"
audience, cukup singkat saja. Misalnya: "Hari ini saya menjelaskan dan membeberkan rahasia
mendapatkan 10.000 ribu pelanggan TV berbayar produk perusahaan kita hanya dalam waktu
2 minggu dengan menggunakan media sosial".
Saat bicara pastikan Anda beri solusi. Cari tahu apa yang jadi problem audience Anda
dan paparkan solusinya. Kalau Anda punya 30 menit, alokasikan 2 menit untuk
memperkenalkan ide atau konsep serta maksud Anda bicara. Lalu 10 menit untuk bicara
tentang problem atau inti permasalahannya dan 10 menit untuk solusi. Sisanya 8 menit bisa
untuk tanya jawab. Selesai! Anda menggunakan waktu dengan efisien dan efektif. Awali
presentasi dengan sebuah pernyataan untuk menjawab pertanyaan, beri solusi lalu ulangi lagi
pernyataan awal untuk penegasan akhir. Itulah kiat-kiat berbicara secara jelas dan terstruktur
sehingga tidak ngalor ngidul tidak jelas arah tujuan pembicaraannya.

George J. Kops dalam bukunya yang berjudul Ten Minute Guide Business
Presentations menjelaskan beberapa hal tentang pentingnya mempelajari cara menghadapi
sesi tanya jawab. Adapun kiat kiat mengahadapi sesi tanya jawab agar dapat mengesankan
audience dalam sebuah presentasi, yaitu:
Mengantisipasi Pertanyaan
Sesi tanya jawab yang menyertai sebuah presentasi dapat membuat sukses atau
bahkan menghancurkan seluruh performansi. Jika kita belum siap untuk pertanyaan
tersebut, maka kita akan kelihatan bodoh. Kita dapat kehilangan kendali pembicaraan,
yang berpindah ke tangan seseorang dalam kelompok audience yang mencoba untuk
lebih baik dari kita.
Saat mempersiapkan sebuah presentasi, jangan lupa untuk berlatih sesi tanya
jawab, artinya mencoba untuk mengantisipasi pertanyaan dan mengembangkan
jawaban yang tepat untuk mereka. Biasanya kita dapat menduga beberapa pertanyaan
dan tidak ada alasan untuk mengatakan belum siap untuk menjawab. Kita dapat
melakukan hal hal sederhana seperti menulis daftar pertanyaan yang mungkin akan
dilemparkan dan menyusun jawaban kita. Kita juga dapat melatih sesi tanya jawab
denga anggota keluarga atau rekan kerja. Kesan paling akhir adalah bahwa audience
akan mengingat presentasi kita seperti sesi tanya jawab yang ada di akhir
pembicaraan. Sesi tersebut hendaknya sebaik performansi kita.
Melatih sesi tanya jawab akan membuat kita merasa lebih nyaman saat berdiri
di depan audience. Ada pendekatan yag dapat dilakukan untuk mensukseskan sesi
tanya jawab dalam public speaking yaitu:
1. Pembukaan
Mulailah sesi tersebut dengan mengatakan pada audience bahwa ada
sejumlah waktu yang tersedia untuk menjawab pertanyaan, misalnya 5 menit,
15 menit, atau berapapun waktu yang ada, kemudian mintalah audience
mengajukan pertanyaan. Setelah itu angkatlah tangan. Hal ini menunjukkan
pada audience bahwa kita ingin mereka mengangkat tangan seperti kita jika
ingin mengajukan pertanyaan, bukan berteriak. Teknik ini memberikan kendali
kepada kita saat sesi tersebut.
2. Mendengarkan
Sesi tanya jawab merupakan salah satu dari sedikit waktu dalam sebuah
presentasi saat kita lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Saat
audience pertama mengajukan pertanyaan, dengarkan dengan baik. Sebagai

seorang pembicara, kecenderungan kita adalah mulai menyusun sebuah


jawaban sebelum audience selesai mengajukan pertanyaan. Mungkin hal ini
berasal dari hari hari kita di sekolah dasar dulu, kita mengangkat tangan
untuk menjawab pertanyaan sebelum guru selesai menanyakannya. Jika
pertanyaan tersebut bukan yang kita maksudkan dan guru menegur kita, maka
sangat memalukan jika kita tidak mengetahui jawabannya.
Jangan

mulai

memikirkan

jawaban

kita

sampai

audience

menyelesaikan pertanyaannya. Mungkin saja pertanyaan itu bukanlah


pertanyaan yang sudah kita perkirakan, atau kita tidak memahaminya,
khususnya jika sang audience tidak fasih berbicara. Jika kita tidak yakin akan
pertanyaan tersebut, katakan saja dan kemudian mintalah audience untuk
mengulanginya.
3. Menyusun Kembali Pertanyaan
Sebelum menjawab pertanyaan, susun kembali pertanyaan tersebut. Ini
akan memudahkan orang lain yang ada di dalam ruangan yang mungkin tidak
mendengar pertanyaan tersebut agar dapat memahaminya. Tak ada salahnya
bagi audience daripada mereka mendengarkan jawaban dari kita tanpa
mengetahui apa yang sebenarnya ditanyakan. Jawaban saja jarang bias
membuat orang paham. Menyusun kembali pertanyaan akan memberika kita
jeda tambahan untuk menyusun jawaban. Hal ini akan membantu kita tampak
lebih berpengetahuan.
Menyusun kembali pertanyaan tidak sama dengan pengulangan.
Contohnya, jika kita menyampaikan sebuah program baru, seseorang mungkin
akan menanyakan: Anda belum menyusun perkiraan biaya yang Anda
butuhkan. Apakah perkiraan tersebut tinggi atau rendah? Akan membutuhkan
banyak waktu untuk mengulang keseluruhan pertanyaan. Namun, kita dapat
mengatakannya dengan: Anda menanyakan tentang biaya, atau, Mengenai
biaya program saya, atau katakana saja Biayanya. Hal ini akan merangkum
pertanyaan dalam beberapa kata kunci saja kepada audience kita. Misalkan
saja seorang audience telah mengajukan pertanyaan yang provokatif kepada
kita, kemudian kita harus menetralisir pertanyaan itu. Menetralisir sebuah
pertanyaan bukan berarti mengubahnya karena audience akan menyadari apa
yang sedang kita lakukan dan akibatnya kita menjadi kehilangan kredibilitas.

Namun, gantilah istilah yang keras/negatif, netralisirlah, kemudian jawab


pertanyaan dengan cara yang sesuai dengan tujuan kita.
4. Menjawab Pertanyaan
Mulailah menjawab pertanyaan audience dengan melakukan kontak
mata dengan si penanya, kemudian libatkanlah audience lainnya dengan
melakukan kontak mata dengan mereka. Sambil menyelesaikan jawaban,
jangan melihat kembali kepada si penanya. Selesaikan jawaban dengan
melakukan kontak mata dengan peserta lainnya. Mungkin teknik ini sulit untuk
diingat tetapi sebenarnya teknik ini amat sangat berguna.
Hal ini karena, jika seseorang penanya mengajukan pertanyaan yang
provokatif dan kita memberikan jawaban sambil melakukan kontak mata
dengannya, maka ini merupakan suatu undangan terbuka bagi si penanya untuk
lebih jauh lagi mempermalukan kita. Taktik terbaik adalah dengan tidak
mengindahkan si penanya. Taktik ini lebih mudah dilakukan jika kita
memandang pada orang lain pada saat kita menyelesaikan jawaban kita. Jika
kita melakukan yang sebaliknya, maka keseluruhan sesi hanya akan menjadi
sebuah acara tanya jawab antara kita dan si penanya. Ia pada akhirnya akan
menjadi orang yang mengendalikan acara. Jika pengambil keputusan kunci
terus mengajukan pertannyaan kepada kita, kita mungkin tidak mempunyai
pilihan lain kecuali terus menjawab pertanyaannya orang tersebut dan harus
sepenuhnya puas dengan presentasi kita, jika tidak itu berarti presentasi kita
gagal.
5. Menyelesaikan Sesi
Begitu kita sampai pada akhir sesi dan menjawab pertanyaan terakhir,
kita bisa saja berkata, Hanya sampai disini saja waktu yang saya miliki hari
ini. Pada titik tersebut kita seharusnya melakuka satu hal lagi: mengulangi
pesan utama serta permintaan untuk pelaksanaan jika kita memang
mempunyainya. Audience hanya mengingat sebagian kecil dari presentasi kita.
Kita harus memastikan bahwa mereka tidak melupakan ide terpenting kita.
Daripada menutupnya dengan jawaban terakhir untuk pertanyaan terakhir,
tutup saja acara dengan pesan utama dan permintaan untuk bertindak.

Jangan Pernah Berpura pura


Persiapan yang cukup dan pendekatan efektif terhadap pertanyaan
pertanyaan yang diajukan memang akan menjadikan kita bintang pada setiap acara
tanya jawab, akan tetapi akan ada pertanyaan yang mungkin tidak dapat kita jawab.
Jika kita tidak tahu jawabannya katakanlah sejujurnya. Jangan pernah berpura pura
mempunyai informasinya. Salah seorang audience mungkin ada yang tahu bahwa
jawaban kita tidak benar.
Jika ternyata dia adalah si pembuat keputusan kunci maka kredibilitas
keseluruhan presentasi kita akan menjadi buruk. Katakana saja kepada audience
bahwa kita memang tidak mengetahui jawabannya, tetapi kita akan mencari
jawabannya dan dalam suatu periode waktu tertentu kita akan menemui si penanya
untuk memberikan informasi tersebut. Dalam posisi ini kita harus seresponsf mungkin.
Jika kita perlu melakukan riset yang lebih jauh untuk menjawab suatu pertanyaan,
maka jangan tunda tunda. Sesegera mungkin berikanlah data itu kepada audience,
bahkan lebih cepat dari waktu yang kita janjikan. Hal ini akan menunjukkan bahwa
kita berusaha untuk responsive.
Menetralkan Pertanyaan Yang Mengandung Permusuhan
Terkadang salah seorang dari audience mencoba untuk menjatuhkan kita
dengan mengajukan pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pesan utama kita.
Pertanyaannya memang sengaja diajukan untuk membuat kita merasa tidak nyaman
sehingga membuat dia menang beberapa skor, atau ia melakukannya untuk mengejar
kepentingannya sendiri.
Audience lainnya biasanya mengetahui apa yang sedang terjadi dan mereka
menantikan kita untuk menghadapi situasi tersebut. Tanpa merasa tidak suka, kita
tinggal mengatakan kepada audience lainnya bahwa kita akan senang membahas
permasalahan tersebut pada waktu yang lain setelah presentasi kita selesai, bahwa sesi
tersebut bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk menjawab pertanyaannya.
Sambil menyelesaikan pernyataan kita ini, jangan pernah melakukan kontak mata
dengan si penanya karena ia akan mencoba untuk terus berbicara.
Pada beberapa sesi tanya jawab yang sengit, mungkin si penanya
melakukannya sambil berdiri ketika sedang mengajukan pertanyaannya dn mungkin
bahkan sambil berjalan mendekati si pembicara. Yang seperti ini jelas merupakan
upaya untuk mengambil alih acara presentasi. Jika ini terjadi pada kita, segra angkat
tangan kita selajutnya mintalah ia untuk kembali ke tempat duduknya. Jika tampak

bahwa kita tidak akan menyerahkan kendali padanya, maka biasanya itu cukup untuk
membuat ia duduk kembali. Selanjutnya, audience akan berpihak pada kita. Misalnya
saja seorang penanya mengajukan pertanyaan yang memalukan yang belum dpat kita
jawab dan ia mengumpulkan dukungan dari audience lainnya untuk memperkuat
posisinya. Ia mungkin akan berkata, Saya tahu bahwa semua orang di sini pasti setuju
dengan saya, atau secara khusus ia menyebutkan beberapa nama orang dan
mengatakan, Silakan katakana kepada semua semua orang di sini, bagaimana
pendapat kita. Yang seperti ini jelas merupakan upayannya untuk mengambil alih
presentasi kita. Sebelum orang tersebut berrtindak lebih jauh, jelaskan bahwa kita
hanya akan menangani bahasan yang sedang kita bicarakan.
Ada banyak norma dalam public speaking yaitu semacam etika yang menjaga aliran
ilmu agar tidak melenceng dari jalurnya. Salah satunya adalah aturan yang mengatakan; lebih
baik menjawab dengan tidak tahu daripada mengarang jawaban. Terkadang seorang
pembicara dapat bertemu dengan audience yang mengajukan pertanyaan mematikan yang
sulit kita jawab. Langkah paling mudah yang terbayang oleh kita adalah menjawabnya dengan
tiga kata, saya tidak tahu. Bisa juga ditambahkan, nanti saya cari tahu dulu ya. Jawaban
ini merupakan jawaban yang sangat dapat mengecewakan bagi penanya dan sebagai seorang
pembicara hal itu haruslah sangat dihindarkan.
Sebagai awalan tentang bagaimana cara menjawab sebuah pertanyaan, ada baiknya
kita mengetahui jenis pertanyaan yang diajukan oleh audience. Ada dua jenis pertanyaan
audience yang perlu kita sikapi dengan bijaksana:
1. Pertanyaan yang sulit dan tidak bisa kita jawab.
2. Pertanyaan yang mudah dan bisa kita jawab.
Mari kita menempatkan diri kita pada posisi si penanya. Penanya berpendapat bahwa
pembicara memiliki pengetahuan yang merupakan solusi atas masalahnya. Lalu, untuk lebih
menjelaskan kondisi masalah tersebut, penanya bertanya pada pembicara. Apabila si penanya
langsung mendapat jawaban saya tidak tahu, maka si penanya akan merasa pembicara tidak
kredibel, dan tidak berusaha mencarikan solusi untuk masalah yang ia tanyakan. Akan tetapi,
ketika memang kita tidak mengetahui dan tidak bisa menjawabnya kita memang lebih baik
mengatakan saya tidak tahu daripada harus berbohong dan memberikan jawaban yang
berbelit belit. Namun, sebagai pembicara yang baik, kita harus memiliki alternatif lain yang
bisa kita gunakan sebelum kita mengatakan saya tidak tahu.
Adanya pertanyaan dari audience yang tidak bisa kita jawab, bisa jadi karena memang
pertanyaannya tidak tersusun dengan baik, dan tidak jelas arahnya. Ada pepatah yang

mengatakan bahwa pertanyaan yang benar adalah separuh jawaban, sehingga ketika kita
bingung untuk menjawab pertanyaan audience, maka cobalah untuk memperjelas terlebih
dahulu apa yang dimaksudkan oleh penanya.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengulang pertanyaan audience dengan bahasa kita
sendiri, lalu kemudian kita klarifikasi. Misalnya: Pak, kenapa Indonesia miskin banget ya
negaranya? Jawaban polos yang bisa kita berikan antara lain Waduh, ngga tau ya pak, udah
kehendak Tuhan tampaknya. Akan tetapi ada jawaban yang mencoba untuk memperjelas
maksud dari pertanyaan tersebut seperti Maksud bapak, apakah bapak penasaran, kenapa di
Negara yang kaya sumber daya alam ini, koq rakyatnya miskin?. Adanya pengklarifikasian
ini membuat pertanyaan yang diajukan menjadi semakin jelas, ketika pertanyaan jelas maka
kita akan bisa mengerti maksud dari pertanyaan tersebut dan akhirnya bisa memberikan
jawaban yang tepat.
Taktik ini baik digunakan karena kita menjadi lebih mengerti kemana arah dari
pertanyaan tersebut. Selain itu, dengan memperjelas pertanyaan, audience yang lain juga
dapat lebih mengerti tentang hal apa yang sedang dibicarakan, sehingga bukan hanya kita dan
si penanya saja yang mengetahui isi tanya jawab. Hal ini juga dapat membuat audience lain
tidak tidur saat kita menjawab pertanyaan.
Alternatif kedua selain memperjelas adalah dengan melibatkan audience lain. Kita
tidak perlu menjadi super human yang tahu segala hal. Adanya kemungkinan bahwa diantara
audience kita mungkin ada orang-orang yang memiliki pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang lebih daripada kita dan mereka tentu saja bisa menjadi solusi bagi masalah
yang sedang ditanyakan. Jadi, jika ada audience yang bertanya tentang hal yang tidak kita
ketahui, ada baiknya kita membuka forum untuk membahasnya secara bersama dengan
audience yang lain.
Setelah ada beberapa audience yang berpendapat, tugas pembicara selanjutnya adalah
menyimpulkannya. Biasanya penanya puas dengan kesimpulan yang diberikan. Lalu
bagaimana jika penanya tidak puas? Saat inilah seorang pembicara diizinkan untuk menjawab
dengan saya tidak tahu, nanti saya cari lagi jawaban yang lebih memuaskan.
Saat sesi tanya jawab merupakan saat dimana kredibilitas seorang pembicara benar
benar diuji. Oleh karena itu, tampilah sebaik mungkin. Pertanyaan pertanyaan dari audience
memberikan kesempatan kepada kita untuk memperjelas dan mempertegas informasi yang
baru saja selesai di persentasikan. Disinilah kita benar benar diuji sebagai seorang
pembicara, apakah kita berkompeten atau tidak. Yang harus dilakukan adalah tetaplah tenang
saat menghadapi pertanyaan meskipun terkadang pertanyan tersebut menyakitkan.

Pertanyaan menandakan peserta memahami serta menyimak persentasi Anda. Ada


beberapa langkah yang perlu Anda perhatikan saat menjawab pertanyaan:
1. Berjalanlah kearah audience yang berrtanya ( bila memungkinkan ), tata letak
ruang perlu juga untuk diperhatikan
2. Pertahankan kontak mata dengan audience yang bertanya
3. Tunjukkan bahasa tubuh yang positif dengan senyum lembut
4. Anggukan kepala untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkannya
5. Pelan pelan, menjauhlah (mundur, jangan membelakangi) dari audience yang
bertanya tersebut
6. Ucapkanlah terima kasih setelah audience yang bertanya selesai mengajukan
pertanyaan
7. Ulangi pertanyaan tersebut agar audience memahami dengan jelas (hal itu
merupakan strategi agar anda memiliki waktu lebih untuk berpikir)
Ada saat dikala presentasi ataupun ketika kita mengakhiri presentasi tidak ada satupun
audience yang bertanya. Ada kemungkinan bahwa mereka sudah merasa sangat jelas dengan
materi kita atau kemungkinan besar peserta:

Tidak paham akan materi presentasi

Tidak tertarik materi presentasi

Mereka tidak mau mengambil resiko untuk bertanya karena takut dilecehkan
atau pertanyaan mereka dianggap tidak berbobot.

Jika tiga hal tersebut terjadi, maka perlu sekali bagi kita untuk memancing pertanyaan
dengan langkah-langkah berikut :
1.

Berikan waktu selama 10 detik setelah anda mengajukan pertanyaan ada yang

2.
3.
4.

ingin ditanyakan seputar materi yang saya berikan?


Tetaplah tersenyum dan pertahankan kontak mata
Sebut salah satu nama audience yang menurut anda paling agresif
Berjalanlah mundur dan lempar kembali ke peserta lain bila orang yang diberi

kesempatan tidak segera mengajukan pertanyaan


5. Rangkum semua materi bila benar-benar tidak ada lagi pertanyaan
Menangani Penanya Yang Sulit
Berikut beberapa tipe penanya yang perlu diperhatikan beserta cara menghadapinya:
1.

Si Strike
Sama halnya dengan striker dalam permainan sepak bola yang bertugas

sebagai penyerang. Kepuasaannya adalah bila berhasil menyarangkan gol. Tipe itu
biasanya mencari pengakuan diri. Sebenarnya, dia sudah mengetahui jawaban dari

pertanyaannya tersebut, tetapi dia mengharapkan jawaban yang salah dari Anda.
Ketika Anda memberikan jawaban yang salah, maka dengan cepat dia akan mengcounter jawaban Anda tersebut. Cara menghadapi tipe seperti itu adalah :

Kembalikan pertanyaannya, Sejauh ini, bagaimana Anda mengahadapi


masalah tersebut?

Lempar ke forum Bagaimana menurut rekan-rekan yang lain? ada yang


memiliki pengalaman yang sama?

2.

Jangan terpancing perdebatan yang dikondisikan si striker

Si Wasit
Seorang wasit tidak pernah berhenti berlari tetapi jarang mendapatkan bola.

Dia mendapatkan bola hanya ketika terjadi pelanggaran atau saat tendangan pinalti.
Mental penanya sama dengan mental wasit. Dia akan ngalor ngidul menceritakan
pengalamannya sebelum fokus pada inti pertanyaanya. Penanya ini akan sangat
menyita waktu Anda. Dia akan berbicara selama 10 menit, padahal bobot
pertanyaanya hanya 1 menit. Cara menghadapi tipe tersebut adalah:

Jangan terlena dengan cerita pengalamannya

Tetap fokus dan berkonsentrasi untuk memahami inti pertanyaan

Potonglah pembicaraan disela sela tarikan nafasnya. Hal itu Anda


lakukan ketika Anda yakin bahwa inti yang akan ditanyakan sudah Anda
pahami dengan benar

Pujilah pertanyaannya meskipun menyebalkan dengan mengucapkan


terima kasih agar dia tidak merasa tersinggung karena pembicaraannya
telah dipotong.

Ulangi pertanyaannya sehingga dia yakin bahwa Anda sudah mengerti inti
pertanyaanya tersebut

3.

Si Kiper
Si kiper tidak pernah menyia nyiakan waktunya untuk tidak bertanya. Sama

halnya dengan kiper, dia selalu menangkap bola yang datang padanya. Kiper itu sangat
mendominasi kelas. Jika hal itu terjadi, maka tidak terbuka kesempatan bagi audience
yang lain untuk bertanya. Cara menghadapi tipe tersebut adalah:

Tahan dia untuk bertanya dengan mengatakan, Kita berikan kesempatan

yang lain dulu ya pak?


Tetaplah memberikan senyum, jaga intonasi agar tetap ramah
Berikan kesempatan kepada yang lain.

4.

Si Defender
Defender bertugas mempertahankan teritorinya agar tidak diserang oleh striker

lawan. Defender di dalam public speaking pun memiliki mental yang sama. Orang
dengan tipe ini jarang sekali berbicara. Sepanjang pelatihan, dia hanya diam dan
menyimak. Cara menghadapinya:

Panggil dia dengan namanya

Serang dia dengan pertanyaan pertanyaan ringan

Jika dia tiak mau menjawab, lebih baik alihkan saja

Jangan terkesan memaksa, dia akan semakin bersikap defence bila anda
memaksa

5.

Berikan kesempatan bertanya pertama kepada si defender

Si Midfielder
Tipe ini sangat membantu seorang striker untuk mencetak gol. Tipe tersebut

membantu jalannya presentasi anda. Cara menghadapinya:

Gunakan kontribusi positif

Jadikan dia sebagai orang yang dituakan

Hargai dan akui keberadaan dirinya

Jangan menganggapnya sebagai saingan

Sikap Positif Seorang Public Speaker


Selain persiapan yang harus dimiliki seorang public speaker, ada sikap sikap positif
yang juga harus dimiliki oleh seorang public speaker:
1. Pengetahuan dan pengalaman yang luas
Seorang pembicara harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Dengan
demikian, akan terbentuk sikap penuh pengertian terhadap situasi dan kondisi yang
terjadi karena dengan pengetahuan pembicara bisa dengan lebih mudah memberikan
apa yang diinginkan oleh para audience nya. Oleh karena itu seorang pembicara di
tuntut untuk selalu meningkatkan jam terbang yang tentunya akan berdampak pada
pengalamannya.
2. Sabar
3. Antusias

Berbicaralah dengan penuh energi, penuh semangat dan bergairah. Dengan demikian,
audience akan merasakan hal yang sama. Mereka dengan penuh energi dan
bersemangat saat mendengarkan pembicaraan kita.
4. Rendah hati dan bersahabat
Sebagai seorang pembicara kita harus rendah hati dan bisa bersahabat dengan
komunitas baru, kerendahan hati membuat penampilan dan terlihat ramah, ceria, dan
siap menjadi sahabat teman teman di komunitas yang baru.
5. Memiliki kemampuan networking
Pada pelaksanaannya seorang pembicara tidak bisa bekerja sendiri. Akan selalu ada
pihak lain yang akan membantu, seperti MC(Master of Ceremony) dan para kru, yakni
stage manager, soundman, lightingman, dan lain sebagainya.
6. Percaya diri
Sebagai seorang pembicara, kita tentu harus memiliki sikap percaya diri. Bangunlah
sikap mental positif mengenai diri kita sendiri. Jangan biarkan perasaan takut hadir
dalam diri kita. Kegugupan adalah hal yang normal pada sebagian besar pembicara.

REFERENSI

Kops, George J.Ten Minute Guide Business Presentations. Terjemahan oleh: Niken
Hindreswari. Andi: Yogyakarta. 2002
Wijaya, Johannes Arifin. Buku Public Speaking From Fear to Dare. Andi:
Yogyakarta. 2007
Website:
www.ervanabu.com
www. hbacrjakarta.blogspot.com
www. indosdm.com

Você também pode gostar