Você está na página 1de 2

Mobil Hijau Dapat Potongan PPnBM 25-100%

sumber : Investor Daily


JAKARTA - Pemerintah akhirnya memberikan insentif untuk mobil 'hijau' (ramah lingkungan), hemat energi, dan
yang mendukung konversi energi di bidang transportasi. Dengan pemberian potongan PPnBM sebesar 25100%, kebijakan itu juga bertujuan memacu investasi industri otomotif dalam negeri. Pengurangan pajak terkait
program nasional Low Cost and Green Car (LCGC) ini sudah lama ditunggu-tunggu produsen mobil Jepang dan
negara lain.
Insentif tersebut diberikan lewat Peraturan Pemerintah (PP) No 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
PP ini telah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Mei lalu. Pasal 2 PP tersebut
mengatur jenis kendaraan yang ditetapkan sebagai barang kena PPnBM. Tarif yang dikenakan beragam, mulai
dari 10% hingga 75%. Pasal 3 beleid itu kemudian menjelaskan, PPnBM hanya dihitung dengan dasar
pengenaan pajak sebesar 75% dari harga jual untuk kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi advance
diesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit CNG/LGV), biofuel engine, hybrid engine, atau
CNG/LGV dedicated engine, dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) 20-28 kilometer per liter atau bahan
bakar lain yang setara.
Tidak hanya itu. Dasar pengenaan pajak hanya dihitung sebesar 50% dari harga jual untuk kendaraan bermotor
yang menggunakan teknologi advance diesel/petrol engine, biofuel engine, hybrid engine, atau CNG/LGV
dedicated engine, dengan konsumsi BBM lebih dari 28 kilometer per liter atau bahan bakar lain yang setara.
Sedangkan dasar pengenaan pajak 0% dari harga jual diberlakukan untuk kendaraan bermotor yang termasuk
program mobil hemat energi dan harga terjangkau, selain sedan atau station wagon, dengan persyaratan
tertentu. Masuk dalam persyaratan ini adalah motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder hingga 1.200 cc
dan konsumsi BBM
paling sedikit 20 kilometer per liter atau bahan bakar lain yang setara. Selain itu adalah motor nyala kompresi
(diesel atau semidiesel) dengan kapasitas isi silinder hingga 1.500 cc dan konsumsi BBM paling sedikit 20
kilometer per liter atau bahan bakar lain yang setara.
Namun demikian, ketentuan tersebut berlaku efektif untuk kelompok kendaraan bermotor yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan menteri perindustrian dan setelah dikoordinasikan dengan menteri
keuangan.
"PP tersebut akan dilengkapi dengan detail teknis yang diatur dalam peraturan menteri perindustrian
(permenperin). Permenperin ini tengah disusun," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Rabu (5/6).
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi
Darmadi menjelaskan, potongan PPnBM diberikan sesuai aplikasi teknologi ramah lingkungan yang digunakan.
Pada PP tersebut ada program low emission carbon (LEC) dengan berbagai teknologi dan ada LCGC. Syarat
LCGC lebih berat.
"Ada program LEC dengan berbagai aplikasi teknologi, misalnya dengan potongan PPnBM sebesar 25%.
Penghitungannya adalah pajak yang dikenakan sesuai pasal 2 PP dikali 75% dikali harga jual," imbuh Budi.
Budi mengatakan, lima perusahaan asal Jepang telah menyatakan kesediaan untuk memproduksi mobil murah
dan ramah lingkungan (LCGC). Mereka terdiri atas dua anak usaha PT Astra International Tbk, yakni PT Toyota
Astra Motor dan PT Astra Daihatsu Motor. Tiga lainnya adalah PT Honda Prospect Motor, PT Suzuki Indomobil
Sales, dan PT Nissan Motor Indonesia.
"Bahkan sudah ada yang melakukan pretest, yakni Toyota dan Daihatsu yang sudah siap. Sementara itu, Honda,
Suzuki, dan Nissan sudah menyatakan berminat untuk memproduksi LCGC," kata Budi Darmadi.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menanggapi positif diterbitkannya PP No 41 Tahun
2013 tersebut. Ketua Gaikindo Jongkie D Sugiarto berharap, pabrikan yang mau masuk ke segmen mobil ramah
lingkungan segera mulai produksi.
"Syukurlah sudah terbit PP-nya. Jadi, mereka yang mau investasi dan yang mau produksi, silakan. Yang baru

berminat juga dapat segera merealisasikan rencana investasinya," kata Jongkie kepada Investor Daily di Jakarta,
Rabu (5/6).
Terkait harga, lanjut Jongkie, pihaknya masih menunggu diterbitkannya petunjuk teknis (juknis). Sebelumnya,
pelaku industri otomotif telah memberikan masukan kepada pemerintah.
"Soal harga, kalau kemahalan juga tidak dibeli, namanya saja low cost. Kalau low-nya Rp 300 juta, ya tidak
dibeli. Yang pasti, pemerintah sudah tahu dan menyadari. Terserah pemerintah," ujar dia.
Sebelumnya, lanjut dia, Kemenperin mau memproduksi mobil di bawah Rp 100 juta, melalui program LCGC.
Menurut dia, hal itu bisa dilakukan jika pemerintah mengurangi pajak dan pengusaha mengurangi profit.
"Jadi, kami tidak tahu soal harganya nanti. Yang jelas, di industri otomotif tidak ada kartel, karena merek-merek
itu akan bersaing. Serahkan saja pada mekanisme pasar, harga kan dipengaruhi juga fitur-fitur yang
diaplikasikan dan sesuai keinginan konsumen," papar Jongkie.
Komitmen Investasi
Budi Darmadi mengatakan, filosofi program LCGC dan LEC yang didukung PP No 41 Tahun 2013 itu adalah
untuk menarik investasi industri komponen otomotif, dengan memberikan insentif bagi produsen mobil atau
industri komponen di dalam negeri. Saat ini, sudah ada komitmen investasi lima produsen mobil dengan total
nilai US$ 3 miliar dan 100 industri komponen dengan total investasi US$ 3,5 miliar.
"Nantinya, dari sekitar 10 ribu komponen yang terdapat dalam sebuah mobil, minimal sekitar 8.000 komponen
harus dibuat di dalam negeri secara bertahap dalam waktu lima tahun. Ini sesuai persyaratan yang akan
'diletakkan' dalam surat keputusan menteri," kata Budi.
Dia menegaskan, insentif dalam PP No 41 Tahun 2013 untuk program LCGC dan LEC berlaku untuk semua
produsen mobil yang memenuhi persyaratan. Jadi, tidak hanya untuk grup perusahaan otomotif tertentu.
"Program ini mengutamakan masuknya investasi dan kemandirian nasional di teknologi otomotif untuk mesin
1.000-1.200 cc. Kompetensi yang dibangun akan memperkuat struktur industri otomotif nasional.
Untuk itu, teknologi yang dipakai tidak dibatasi, agar bisa ekspor. Harga hanya sebagai referensi dengan
mempertimbangkan inflasi, teknologi transmisi, serta keselamatan," ujar Budi.
Program tersebut tidak dikhawatirkan menyebabkan kemacetan parah di Indonesia. Ia mengatakan, berdasarkan
pengamatan di 564 kabupaten/kota, mayoritas tidak terjadi kemacetan.

Você também pode gostar