Você está na página 1de 6

Analisis Beberapa Prinsip Variasi Untuk Sistem Statistika Klasik dan Kuantum

Intan Fitriani
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia
(Dated: 27 April 2012)
Dalam penelitian ini akan ditunjukkan analisis persamaan awal prinsip variasi Rayleigh-Ritz,
prinsip variasi Gibbs, dan prinsip variasi Peierls. Selanjutnya, untuk prinsip variasi Rayleigh-Ritz
akan diberi contoh aplikasi dalam menyelesaikan permasalahan sistem kuantum secara analisis
teoritik. Sedangkan untuk prinsip variasi Gibbs dan prinsip variasi Peierls, masing-masing akan
diberi kendala distribusi canonical ensemble dan grand-canonical ensemble. Keterkaitan antara
prinsip variasi Gibbs dan Peierls yang telah diberi kendala ini akan menghasilkan teorema baru
berdasarkan fungsi partisinya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa prinsip variasi
merupakan alternatif solusi permasalahan sistem statistika klasik dan kuantum. Dari keterkaitan
prinsip variasi dengan kendala distribusi berupa ensemble, dapat dihasilkan suatu teorema baru.

Kata kunci: Prinsip variasi Rayleigh-Ritz, prinsip variasi Gibbs, prinsip variasi Peierls,
canonical ensemble, grand-canonical ensemble dan fungsi partisi.

2
I. PENDAHULUAN

Prinsip variasi merupakan salah satu metode pendekatan alternatif untuk menentukan keadaan dasar suatu material
(partikel), yakni dengan meminimalkan atau memaksimalkan fungsional energinya. Dalam penelitian ini, akan dianalisis beberapa prinsip variasi yakni prinsip variasi Rayleight-Ritz, prinsip variasi Gibbs, dan prinsip variasi Peierls.
Akan dibahas pula keterkaitan antara beberapa prinsip variasi tersebut dengan berbagai kendala (constraints) berupa
distribusi (ensemble), yakni distribusi kanonik dan distribusi grand-kanonik. Distribusi kanonik membahas kesetimbangan termal sebuah sistem dengan lingkungannya, dan pertukaran energi dalam bentuk panas. Sedangkan distribusi
grand-kanonik digunakan dalam sistem terbuka yang memungkinkan adanya pertukaran energi dan massa dengan
lingkungan (Ebeling, Werner; Sokolov, Igor M. (2005): pp. 3-12.). Dalam penggunaan distribusi inilah akan dikaji
teorema baru yang diperoleh dari prinsip variasi yang telah disebutkan diatas. Tiap-tiap distribusi ini terkait dengan fungsi partisi. Fungsi partisi merupakan suatu fungsi yang menjelaskan sifat-sifat statistika suatu sistem dalam
kesetimbangan termodinamika (A. Isihara.1971).
II. PRINSIP VARIASI RAYLEIGH-RITZ

Metode Rayleigh-Ritz merupakan metode yang banyak digunakan dalam sistem kuantum maupun klasik. Metode
variasional Rayleigh-Ritz ini dimulai dengan meminimalisasi suatu fungsional yang kemudian akan menghasilkan solusi
ketika sebuah bentuk analisis untuk solusi yang benar mungkin sulit diselesaikan.
Metode Rayleigh-Ritz dengan minimalisasi fungsi sebagai berikut:
E0 = minN = E,
sehingga

yang memenuhi persamaan swa-nilai HE = EE ,

(1)

E HE dx
.
E = E0 =
E E dx

(2)

Nilai harap pada persamaan (2) merupakan nilai harap energi pada keadaan dasar (ground state). Menggunakan
turunan fungsional E
= 0, maka nilai akan menjadi:
= E + a E .

(3)

Variabel a termasuk ke dalam bilangan real, sedangkan merupakan suatu gangguan dalam bentuk fungsi. Oleh
karena itu, nilai E akan menjadi
E =

E + a|H|E + a
,
E + a|E + a

(4)

dimana E +a| merupakan salah satu contoh notasi diract, dan nilai H merupakan operator Hamiltonian. Metode
ini juga dapat diterapkan pada sistem osilator harmonik satu dimensi, yakni
a. Misal fungsi gelombang yang digunakan adalah: = (a2 x2 )2 , dan dengan ketentuan |x| a, yakni:
2 2

h
1
2 2
(a2 x2 )2
+
m
x
(a2 x2 )
2
2m x
2

E =
.
(a2 x2 |(a2 x2 )2

(5)

Untuk mendapatkan nilai E , maka perlu dicari nilai a dan kemudian dimasukkan kembali kedalam persamaan
(5), maka akan didapat
E = 0.52h.

(6)

Nilai E yang dimaksud adalah nilai energi pada keadaan dasar yakni sebesar 0.52 h
. Untuk lebih mengetahui
lebih jauh mengenai metode Rayleigh-Ritz ini, berikut contoh permasalahan kedua.
b. Osilator harmonik
dimensi dengan fungsi gelombang eksponensial.
)
( 2 satu
ax
2
b = h2 22 + 1 m 2 x2 , maka
, dengan H
Yakni: e
2m x
2
]
[ h 2 2 1
2m x2 + 2 m 2 x2 dx

E =
.
dx

(7)

3
Persamaan (7) ini diberi perlakuan yang sama dengan contoh pertama, dan diperoleh
E =

1
h.
2

(8)

Nilai E pada persamaan (8) menghasilkan nilai yang mendekati dengan hasil nilai E pada persamaan (6)
yakni sebesar 0.5 h. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode Rayleigh-Ritz tiap solusi
permasalahan gelombang yang dihasilkan akan mendekati hasil yang sama.
III. PRINSIP VARIASI GIBBS

Dalam prinsip variasi Gibbs, diperlukan variabel f sebagai fungsi distribusi ternormalisasi pada sistem kuantum
maupun klasik. Normalisasi fungsi distribusi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Trf = 1.

(9)

Dalam sistem klasik, operator Tr (trace) ini adalah dpdr, dengan dpdr adalah elemen dierensial dari momentum
dan posisi di ruang fase. Didenisikan suatu fungsional sebagai berikut:
F [f ] Tr(Hf ) + Tr 1 (f ln f ),

(10)

1
), k adalah konstanta Boltzmann
dimana H merupakan operator Hamiltonian sedangkan adalah konstanta (= kT
dan T adalah suhu. Suku pertama dari fungsional (10) merupakan nilai harap dari energi. Sedangkan suku kedua
merupakan bentuk Shannon entropi (Shannon, Claude E.1951: pp. 50-64.) yang dapat dituliskan sebagai berikut:
(
)
F
S[f ] =
= kTrf ln f.
(11)
T V

Untuk selanjutnya, prinsip variasi Gibbs dapat dinyatakan sebagai berikut:


1. Minimalisasi F [f ] dengan memvariasikan f yang memenuhi syarat normalisasi. Fungsi f0 yang telah meminimalisasi F [f ] merupakan fungsi distribusi kanonik (the canonical ensemble).
2. Energi bebas Helmholtz diberikan oleh A = F [f0 ].
Pernyataan prinsip variasi Gibbs di atas perlu dibuktikan. Pembuktian pertama yakni dengan mendierensialkan
F terhadap f , menjadi
dan

F = Hf + 1 f ln f + 1 f,
2 F = (f )1 (f )2 .

(12)

Setelah didapat hasil seperti pada persamaan (12), dapat dilihat bahwa variabel yang tersisa berupa konstanta dan
f yang memenuhi
(f )1 > 0.

(13)

Karena turunan kedua dari fungsional (10) lebih besar dari nol, maka fungsional tersebut memiliki titik minimum.
Untuk mencari nilai minimum dari fungsional (13), diperlukan pengali Lagrangian , sehingga
f0 = eH .e(+1) .

(14)

Nilai f0 pada persamaan (14) merupakan fungsi distribusi kanonik setimbang yang meminimalisasi F . Hanya saja,
f0 ini masih mengandung pengali Lagrangian . Untuk mengeliminasi , digunakan persamaan normalisasi (9),
kemudian mengoperasikan kedua ruas persamaan (14) dengan Tr, dan diperoleh
e(+1) = TreH .

(15)

Kemudian mensubstitusi persamaan (15) ke (14), diperoleh


f0 =

eH
.
TreH

(16)

4
Persamaan (16) tidak lain merupakan fungsi distribusi kanonik. Hal ini sekaligus membuktikan prinsip variasi Gibbs
yang pertama.
Dengan memberi ln pada kedua ruas persamaan (15), maka pengali Lagrangian didapat
= 1 (A 1).

(17)

Untuk membuktikan prinsip variasi Gibbs yang kedua, disubstitusikan persamaan (16) ke dalam fungsional (10),
sehingga
F [f0 ] = F [f] = 1 ln TreH .

(18)

F [f0 ] merupakan energi bebas Helmholtz, dan analisa perhitungan di atas sekaligus membuktikan prinsip variasi
Gibbs kedua.
Dari prinsip variasi Gibbs pertama, f dan f0 meminimalisasi fungsional F . Oleh karena itu, berlaku ketaksamaan
berikut:
maka

F [f ] F [f0 ], f = f0 ,
F [f ] F [f0 ]
1
TreH e{Tr(Hf )+Tr (f ln f )} .

(19)

Dimisalkan dengan Hamiltonian H tertentu dan fungsi partisi Q = TreH maka, persamaan (19) di atas menjadi
Q e{Tr(Hf )+Tr

(f ln f )}

(20)

Persamaan ini merupakan prinsip variasi fungsi partisi canonical ensemble untuk sistem statistik.
Sedangkan untuk analisis persamaan prinsip variasi Gibbs menggunakan kendala distribusi grand-kanonik, yakni
dengan menambahkan variabel (N ) pada fungsional utamanya (10), menjadi
[f ] = Tr(H N )f + Tr 1 f ln f.

(21)

Dimana [f ] merupakan fungsional Gibbs yang telah dikenai kendala distribusi grand-kanonik. Selanjutnya, persamaan (21) akan dianalisis seperti pembahasan prinsip variasi Gibbs sebelumnya. Dan diperoleh prinsip variasi
fungsi partisi grand canonical ensemble untuk sistem statistik, yakni:
Q eN {Tr(HN )f +Tr

f ln f }

(22)

IV. PRINSIP VARIASI PEIERLS

Dimisalkan sistem kuantum dengan Hamiltonian H dan fungsi partisi Q = Tr exp (H). Menggunakan fungsi
partisi kuantum tersebut dapat dirumuskan suatu prinsip variasi yang diperkenalkan oleh Rudolf E. Peierls (19071995) (Lee, S. (2007).53:265.), yakni:

Q
e(n ,Hn ) .
(23)
n

Dimana n merupakan suatu himpunan fungsi gelombang sembarang pada sistem tersebut. Sebagai catatan, bahwa
n tidak harus lengkap. Untuk selanjutnya prinsip variasi di atas harus dibuktikan.
Prinsip variasi Peierls di atas merupakan kasus khusus dari teorema tentang fungsi konveks. Dengan menggunakan
teorema ini, jika f (x) merupakan fungsi konveks real dengan variabel x , dengan adalah kumpulan bilangan
real. Selanjutnya dimisalkan f (x) 0. Jika f didenisikan sebagai rerata dari f (x), maka diperoleh

cn f (xn ),
(24)
f (x)
n

dimana xn merupakan bilangan real, dan cn adalah bilangan real yang menyatakan (koesien) peluang. Besarnya cn
ini selalu lebih besar dari nol, dan apabila dijumlahkan maka akan menghasilkan nilai 1. Sehingga

cn = 1.
(25)
cn 0,
n

5
Kemudian menggunakan mean-value theorem (teorema nilai tengah) dan deret Taylor untuk x1 yang dipenggal
hingga suku kedua, maka diperoleh:
f (x) = f (
x) +

1
2
(x x
) f (x1 ).
2

(26)

Sedangkan rerata untuk kedua ruas pada persamaan (25) adalah


1
2
f (x) = f (
x) + (x x
) f (x1 ).
2

(27)

Pada persamaan (27) di atas nilai f (x1 ) 0. Maka persamaan tersebut dapat diubah menjadi ketaksamaan sebagai
berikut:
f (x) f (
x).

(28)

Dengan {n } fungsi gelombang ke-n yang sembarang, dan S sebagai himpunan matriks penghubung ke dalam suatu
fungsi eigen {n } dari H, sehingga

|Snm |2 = 1.
(29)
Snm m ,
dengan
n =
n

Maka dari persamaan-persamaan di atas, dapat dilihat bahwa

(n , Hn ) = m m Snm
H m Snm |m
2
=
m |Snm | Em .

(30)

Dimana {Em } merupakan nilai eigen dari H. Dengan menggunakan persamaan (29) yang dimasukkan ke dalam
persamaan (23), maka fungsi partisinya dapat ditulis menjadi


Q=
eEn =
{
|Snm |2 eEm }.
(31)
n

Apabila persamaan (30) dimasukkan kedalam persamaan (23), maka akan diperoleh

(n , Hn ) =
|Snm |2 Em
m ( |Snm |2 Em )
Q n e [ m
]
2
Q
m |Snm | Em .
n exp

(32)

Dimisalkan ruas kanan pada persamaan (32) adalah q, maka persamaannya menjadi
Q q.

(33)

f (En ) = exp(En )

(34)

Apabila f (x) = exp(x) maka

untuk tiap n, dengan denisinya mengikuti teorema nilai tengah (mean-value theorem), yakni:

En =
|Snm |2 Em .

(35)

Maka untuk nilai f (En ) dan f (E)n menjadi


f (En ) = exp(En )

2
f (En ) = exp(
m |Snm | Em )

2
=
|S | exp(Em )
m nm 2
f (En ) =
|S
nm | f (Em ).
m
Sehingga apabila dianalogikan pada persamaan (33), akan diperoleh

Q = n m |Snm |2 exp(E
m ) = n f (En )
q =
exp(Em ) = n f (E n )
n

Qq =
f (E)n n f (E]n )
n [
=
n f (E)n f (E n ) .

(36)

(37)

6
Sedangkan untuk analisis persamaan prinsip variasi Peierls menggunakan kendala distribusi grand-kanonik, maka
fungsi partisi kuantumnya menjadi Q = Tr exp (H N ). Dan dengan menggunakan fungsi partisi kuantum
tersebut, dapat dirumuskan suatu prinsip variasi Peierls, yakni:

Q
e(n ,HN n ) .
(38)
n

Dimana n merupakan suatu himpunan fungsi gelombang sembarang pada sistem tersebut, dan N sebagai kendala
(konstrain) grand kanoniknya. Selanjutnya, persamaan (38) akan dianalisis seperti pembahasan prinsip variasi Peierls
sebelumnya.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil analisis prinsip variasi Rayleight-Ritz, prinsip variasi Gibbs, dan prinsip variasi Peierls dalam sistem
statistika klasik dan kuantum adalah
a. Prinsip variasi Rayleight-Ritz dapat menjadi solusi dalam permasalahan sistem kuantum, diantaranya
sistem osilator harmonik satu dimensi, dan sistem osilator harmonik dengan fungsi gelombang eksponensial.
b. Prinsip variasi Gibbs dapat digunakan untuk meminimalisasi suatu fungsional dengan memvariasikan suatu
fungsi yang sebelumnya telah memenuhi syarat ternormalisasi, dan menghasilkan energi bebas Helmholtz.
c. Prinsip variasi Peierls dapat digunakan untuk permasalahan fungsi konveks dalam sistem kuantum.
2. Keterkaitan antar prinsip variasi berasal dari penggunaan kendala distribusi (kanonik dan grand kanonik) dengan
fungsi partisinya yang dapat menghasilkan teorema baru.
3. Teorema baru yang diperoleh dengan menggunakan kendala distribusi kanonik dan grand kanonik, yakni
a. Prinsip variasi fungsi partisi canonical ensemble untuk sistem statistik, yakni:
Q e{Tr(Hf )+Tr

(f ln f )}

(39)

b. Prinsip variasi fungsi partisi grand canonical ensemble untuk sistem statistik, yakni:
Q eN {Tr(HN )f +Tr

f ln f }

(40)

VI. DAFTAR PUSTAKA

[1. ] Ebeling, Werner; Sokolov, Igor M. (2005). Statistical Thermodynamics and Stochastic Theory of Nonequilibrium Systems. World Scientic Publishing Co. Pte. Ltd.. pp. 3-12. ISBN 9789027716743.
[2. ] A. Isihara, Statistical Physics, Academic Press, New York, 1971.
[3. ] Shannon, Claude E.: Prediction and entropy of printed English, The Bell System Technical Journal, 30:5064,
January 1951.
[4. ] Lee, S. (2007). Rudolf Ernst Peierls. 5 June 1907 19 September 1995: Elected FRS 1945. Biographical
Memoirs of Fellows of the Royal Society 53: 265. doi:10.1098/rsbm.2007.0003.
[5. ] Huang, Kerson, Statistical Mechanics, John Wiley Sons, New York, 1967.
[6. ] Chandler, David (1987). Introduction to Modern Statistical Mechanics. Oxford University Press. ISBN
0-19-504277-8.
[7. ] W. Kohn,Phys. Rev. 74, 17631772 (1948).
[8. ] Rayleigh, J. W. S. The Theory of Sound, Vol. 1, 2nd ed., rev. and enl. New York: Dover, 1976.
[9. ] Gibbs, J. Willard. (1873). Graphical Methods in the Thermodynamics of Fluids, Transactions of the
Connecticut Academy, I. pp. 309-342.
[10. ] Edwards, S. Rudolph E. PeierlsObituary. Phys. Today 49, 74-75, Feb. 1996.

Você também pode gostar