Você está na página 1de 5

1.

Pengertian Diare
Penyakit Diare biasa disebut dengan kata "mencret" atau diarrhea dalam bahasa
inggris, Diare adalah sebuah gangguan pada pencernaan di mana tinja atau feses berubah
menjadi lembek atau cair dan terjadi dalam 24 jam sedikitnya 3-7 kali.
Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi
lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah
defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
2. Etiologi / Faktor Penyebab
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologi
1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis
infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
Infeksi oleh bakteri :Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholera (kolera),
dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihandan patogenik seperti
pseudomonas.
Infeksi basil (disentri),
Infeksi virus rotavirus,
Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
Infeksi jamur (Candida albicans)
Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan diare karena faktor infeksi misalnya ketersediaan
sumber air bersih, ketersediaan jamban, dan kebiasaan tidak mencuci tangan.
1)Sumber Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan untuk minum merupakan salah satu sarana sanitasi
yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan ke dalam mulut, cairan atau bendayang tercemar oleh tinja, misalnya air
minum, jari-jari tangan makanan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci
dengan air yang tercemar (Depkes RI, 2000). Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu
diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah :
a) Mengambil air dari sumber air yang bersih.
b) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan
sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
d) Mengunakan air yang direbus.
e) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup
2)Ketersediaan Jamban Keluarga Ketersediaan jamban atau pembuangan tinja merupakan
bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan

memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara
lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vector penyakit lainnya
e) Tidak menimbulkan bau
f) Pembuatannya murah, penggunaanya mudah dan mudah dipelihara.
3)Kebiasaan Mencuci Tangan Beberapa perilaku yang tidak sehat dalam keluarga adalah
kebiasaan tidak mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik sebaiknya menggunakan sabun
sebagai desifektan atau pembersih kuman yang melekat pada tangan, kebiasaan mencuci
tangan dapat dilakukan pada saat sesudah membuang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyuapi makanan pada anak, dan sesudah makan mempunyai dampak
terhadap diare. Kemudian kebiasaan membaung tinja juga dapat beresiko terhadap diare
misalnya membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar.
Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja pada bayi tidaklah berbahaya, padahal
esungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat
menimbulkan diare pada anak.
Diare pada anak seringkali terjadi karena salah makan atau akibat jajan
makanan yang kurang sehat dan higienis. Diare pada anak terjadi karena diare
ditularkan dengan berbagai cara yang biasa disebut 5F:

Finger (jari) : Sudah jamak jika balita atau anak-anak kecil sangat suka
memasukkan jarinya kedalam mulut dan atau mengisap jempol. Pada saat
itulah kemungkinan besar dapat terjadinaya kontaminasi virus , kuman ,
bakteri , parasit dan micro-organisme lainnya.

Food (makanan) : Makanan atau susu yang sudah terlalu lama terkena
udara , makanan yang dimasak tidak matang , makanan yang berada di
tempat yg tidak higienis adalah tersangka terjadinya diare pada anak.

Feces (fasesan/tinja) : Feces adalah kotoran yang berisi penyakit , oleh


sebab itu wajib dibersihkan dengan benar-benar bersih karena menjadi
sumber penyakit.

Fly (lalat) : Lalat banyak hinggap ditempat-tempat kotor seperti tempat


sampah , makanan yang tidak ditutup rapat sangat mudah dihinggapi oleh
lalat sehingga terjadi perpindahan sumber penyakit dari sampah ke

makanan. Dan ini perlu diwaspadai dan diperhatikan karena menjadi


sumber terjadinya diare kepada anak.

Fomiting (muntahan)

2. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat,pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di
daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang
disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi
micelles yang siap diabsorpsi usus.Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus,
diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh
lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
4. Faktor psikologis
Rasa takut , cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi pada anak bisa menyebabkan
diare. Tetapi jarang terjadi pada balita umumnya pada anak yang lebih besar.

3. Jenis dan Klasifikasi Diare Menurut Depkes RI (2000)


diare menurut jenisnya dibagi :
a.Diare Akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari atau dua
minggu.Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi adalah penyebab utama kematian
pada penderita diare.
b.Diare Disentri
Diare disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinjanya.Akibat diare disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
c.Diare Persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari atau dua minggu dan
terjadi secara terus-menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
d.Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya.

4. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam ronggausus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu(misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan
motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbuldiare sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganismetersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare (Latief, Abdul dkk, 2007)

5. Komplikasi dehidrasi
Komplikasi terkait dehidrasi dapat berbeda-beda dan bersifat progesif, hal ini
tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Karena dehidrasi dapat
disebabkan oleh penyakit serius, tidak adanya pengobatan akan mengakibatkan
komplikasi menjadi lebih serius dan menyebabkan kerusakan permanen. Jadi
sangat penting bagi penderita dehidrasi sedang hingga berat untuk
mendapatkan bantuan medis. Setelah penyebab dehidrasi yang mendasarinya
sudah ditemukan, taati rencana pengobatannya demi menurunkan risiko
komplikasi potensial seperti di bawah ini:

Dehidrasi

Kerusakan otak

Aritmia jantung (irama jantung abnormal)

Koma

Ketidakseimbangan elektrolit

Gagal ginjal

Syok

Derajad dehidrasi
Penilaian

ringan

sedang

Berat

Keadaan umum

Baik

Gelisah rewel

Lesuh,lunglai,
tidak sadar

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung,
kering

Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Rasa haus

Minum biasa, tidak


haus

Haus , ingin
minum banyak

Malas minum atau


tidak bisa minum

Turgor kulit

Kembali cepat < 2


detik

Kembali lambat >


2 detik

Kembali sangat
lambat

Terapi

Rencana terapi A

Rencana terapi B

Rencana terapi C

Kehilangan bb bayi

5 % (50 ml/kg)

5 10 % (50-100
ml/kg)

10-15 % ( 100-150
ml/kg )

Kehilangan bb
anak

3 % 30 ml/kg

6 % (60 ml/kg)

9 % ( 90 ml/kg)

Você também pode gostar