Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LANDASAN TEORI
3.1
TINJAUAN UMUM
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan urutan
10
11
kegiatannya,
sehingga
biaya
dapat
diminimalkan
dari
rencana
awal.
PROYEK
Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai
sasaran yang dinyatakan secara konkret serta harus diselesaikan dalam suatu
periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas
sehingga dbutuhkan pengelolaan dan kerja sama yang berbeda dari yang biasanya
digunakan (Karaini, 2011). Sedangkan menurut Cleland dan King (1988) proyek
merupakan gabungan dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi
sementara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Ciri-ciri pokok proyek diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
memiliki tujuan yang khusus, produk akhir, atau hasil kerja akhir;
b.
jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai
tujuan di atas telah ditentukan;
c.
bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan akhir ditentukan denga jelas;
d.
12
Selain proyek dikenal juga program yang mempunyai sifat sama dengan
proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu pelaksanaannya dan besarnya
sumber daya yang dibutuhkan. Program memiliki skala yang lebih besar
dibandingkan dengan proyek. Umumnya, program dapat dipecah menjadi lebih
dari satu proyek, atau suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam
proyek. Berikut ini adalah beberapa perbedaan lain antara proyek dengan program
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Perbedaan Proyek dengan Program
No
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Proyek
Bersifat dinamis
Berlangsung dalam kurun waktu
terbatas
Intensitas kegiatan berbeda-beda
Kegiatan harus selesai sesuai dana
dan waktu tertentu
Menyangkut kegiatan yang
beragam dan perlu klarifikasi
tenaga kerja yang bermacammacam
Guna memperoleh hasil yang
efektif perlu diatur jalur
komunikasi dan tanggung jawab
baik vertikal maupun horizontal
Program
Bersifat rutin
Berlangsung kontinu/jangka panjang
Intensitas kegiatan relatif sama
Batasan tidak setajam proyek, hanya
diatur dalam anggaran tahunan
Tidak terlalu banyak macam-macam
kegiatan
Proyek Engineering-Konstruksi
Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan
konstruksi.
b.
Proyek Engineering-Manufaktur
Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk,
manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.
c.
13
d.
e.
Proyek Kapital
Proyek kapital merupakan proyek yang berhubungan dengan penggunaan
dana kapital untuk investasi.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa proyek konstruksi adalah suatu
usaha untuk mendirikan sebuah bangunan dengan biaya, mutu, jangka waktu
tertentu dan sumber daya yang terbatas.
3.2.1 Sasaran Proyek
Pada poin diatas sudah disebutkan bahwa proyek mempunyai sasaran yang
jelas, misalnya rumah tinggal, jembatan atau gedung perkantoran. Didalam proses
mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan yaitu besaran biaya (anggaran)
yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan itu biasa
disebut sebagai tiga kendala (triple constrain) yang saling berhubungan seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3.1.
BIAYA
MUTU
WAKTU
Gambar 3.1 Hubungan Biaya, Mutu dan Waktu
(Sumber : Karaini, 2011)
Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek
yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek yang mempunyai sifat saling
tarik-menarik. Artinya, semakin kompleks dan unik suatu bangunan, maka
umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada
naiknya anggaran biaya. Sebaliknya jika ingin menekan biaya, maka harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal.
14
3.2.2 Tahapan Proyek Konstruksi
Tahapan proyek konstruksi terdiri dari :
1.
Tahap perencanaan
a. Gagasan dan ide.
b. Studi kelayakan : Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis,
ekonomi, lingkungan, dan lain-lain.
2.
Tahap perancangan
a. Tahap prarancangan : Mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi
biaya konseptual.
b. Tahap pengembangan rancangan : Merupakan pengembangan dari tahap
pra rancangan dan estimasi lebih terperinci.
c. Tahap desain akhir : Hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume, RAB,
syarat-syarat administrasi dan peraturan-peraturan umum.
3.
Tahap pengadaan/pelelangan
a. Pengadaan jasa konstruksi.
b. Pengadaan material dan peralatan.
4.
Tahap pelaksanaan
a. Merupakan hasil perancangan, dengan SPK dan kontrak.
b. Perlu manajemen proyek.
3.3
Proyek merupakan suatu kegiatan yang sifatnya sementara dengan tujuan dan
memanfaatkan sumber daya tertentu.
15
b.
c.
d.
Kendala atau hambatan proyek adalah biaya, spesifikasi kerja (mutu), dan
waktu.
Beberapa alasan kenapa dalam sebuah pembangunan proyek konstruksi harus
b.
Cepatnya
c.
Biaya meningkat, umur dan nilai ekonomis alat/barang yang selalu menurun
perkembangan
teknik
baik
teori
maupun
praktik.
Resiko dan biaya proyek di masa mendatang dapat berubah diluar perkiraan.
Adapun fungsi dari manajemen proyek konstruksi itu sendiri adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu
dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.
d.
e.
3.4
BIAYA PROYEK
Biaya merupakan uang yang dikeluarkan untuk (menghasilkan, mendirikan,
membuat, dsb) sesuatu. Sedangkan biaya proyek adalah sejumlah biaya atau modal
yang diperlukan untuk melakukan seluruh kegiatan dari awal pembangunan proyek
sampai selesai, dan siap untuk dioperasikan (Soeharto, 1997).
16
Perkiraan biaya merupakan unsur penting dalam pengelolaaan biaya proyek
secara keseluruhan. Perkiraan biaya memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu
merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja,
ataupun waktu. Tahap pertama adalah tahap konseptual yang dipergunakan untuk
mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut.
Meskipun hasil output biaya proyek ini mempunyai fungsi yang sama yaitu
untuk menyelesaikan proyek sesuai rencana awal, tapi maksud dan tujuannya bisa
saja berbeda tergantung dari sudut pandangnya. Misalanya saja bagi pemilik
proyek, besarnya biaya proyek yang dikeluarkan menunjukkan jumlah perkiraan
biaya yang dijadikan sebagai patokan untuk menentukan kelayakan berinvestasi.
Sedangkan bagi kontraktor, besarnya keuntungan finansial yang diperoleh
tergantung seberapa jauh ketelitian dan kecakapan seseorang (estimator) dalam
menentukan perkiraan biaya. Tapi pengertian biaya proyek ini tentu akan berbeda
lagi bagi konsultan yang menjadikan perkiraan biaya yang ditawarkan oleh
kontraktor kepada pemilik untuk dilakukan pengkajian ulang agar mendapatkan
biaya
terbaik
yang
realistis
sesuai
mutu
yang
telah
disepakati.
Biaya proyek dikelompokkan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost).
1.
17
mengukur dan menetapkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Untuk
mendapatkan nilai koefisien produktivitas tenaga kerja tidak cukup hanya
berdasarkan pada ketelitian dan kecermatan dalam mencatat pekerjaan
yang dihasilkan terhadap waktu yang dibutuhkan, akan tetapi juga
diperlukan pula pengalaman kerja dan pemahaman matang tentang
perilaku kehidupan tenaga kerja.
c. Biaya peralatan
Biaya peralatan terdiri dari pembelian atau penyewaan, mobilisasi dan
demobilisasi,
dan
pengoperasian
peralatan
sebagai
pendukung
kerja pada saat proyek konstruksi tersebut berlangsung. Biaya yang mahal
menjadikan kita harus cermat dalam memilih dan menggunakan peralatan
sesuai kebutuhan kita di lapangan. Selain itu juga perlu beberapa aspek
yang
perlu
diperhatikan
mendatangkan
alat
di
ketika
lapangan,
kita
ingin
yaitu
menggunakan
kapasitas,
atau
kemampuan,
diperlukan
dalam
rangka
proses
pembangunan
proyek.
Biaya tidak langsung pada pelaksanaan proyek terdiri dari (Soeharto, 1997) :
a. Gaji tetap dan tunjangan bagi manajemen, tenaga engineering, dll.
b. Biaya
untuk
kendaraan
dan
peralatan
konstruksi
seperti
biaya
18
f. Overhead yang meliputi biaya operasional perusahaan terlepas dari ada
atau tidaknya kontrak yang sedang dijalani, seperti biaya pemasaran,
advertensi (iklan), telepon, komputer, printer, dll.
g. Pajak, pungutan, sumbangan, biaya izin dan asuransi.
3.
19
20
3.5
PENJADWALAN PROYEK
Penjadwalan adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan
urutan kerja atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang
terperinci. Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah
perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan
berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir hingga diketahui durasi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Dengan adanya penjadwalan
proyek, maka kita dapat mengetahui urutan pekerjaan serta rencana pengendalian
pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Metode penjadwalan proyek sangat beragam, namun yang sering dipakai di
lapangan adalah diagram batang beserta kurva S (bar chart) dan jaringan kerja
(network diagram). Metode penjadwalan dibuat untuk mencapai efektifitas dan
efesiensi yang tinggi dari sumber daya yang digunakan selama masa pelaksanaan
proyek konstruksi. Komponen yang digunakan untuk perencanaan waktu
produktivitas dan biaya adalah tenaga kerja , material, dan peralatan.
Sumber daya tersebut harus direncanakan seefisien mungkin, agar diperoleh
biaya pelaksanaan yang minimum tapi kualitasnya tetap terpenuhi. Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari penjadwalan dan perencanaan proyek :
a. Mengorganisir kegiatan-kegiatan yang terkait dalam proyek.
b. Memperkirakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
c. Menentukan pembagian, waktu dan cara pelaksanaan tugas.
d. Mengalokasikan tanggung jawab pelaksana proyek.
e. Mempermudah dalam pengontrolan dan pengendalian kemajuan atau
keterlambatan proyek.
f. Mengantisipasi kondisi yang tidak diharapkan dalam perubahan rencana
yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung.
Penjadwalan dan perencanaan proyek memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a. Fungsi pengorganisasian (tahap permulaan)
Pada tahap awal sebelum proyek dimulai, penjadwalan dan perencanaan
proyek dibutuhkan dalam pembentukan organisasi proyek serta pembagian
tugas kerja.
21
b. Fungsi pengendalian (tahap pelaksanaan)
Pada tahap pelaksanaan ini penjadwalan dan perencanaan berperan penting
dalam pengalokasian ulang sumber daya yang dipakai, untuk mengambil
keputusan lebih lanjut ataupun mengubah keputusan yang telah dibuat bila
selama proyek berlangsung terjadi kondisi yang tidak diharapkan.
Walaupun unsur utama dalam penjadwalan dan perencanaan adalah sebuah
peramalan kondisi di masa mendatang, tentu hal ini harus diperhatikan dan
dilakukan dengan cermat dengan mempelajari pola-pola yang sudah ada atau
berdasarkan pengalaman kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini
adalah beberapa hal yang harus diperhaitkan dalam membuat penjadwalan dan
perencanaan yang efektif :
a. Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat, dimana perkiraan waktu,
sumber daya, dan biayanya berdasarkan pada proyek-proyek sebelumnya.
c. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.
d. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan.
e. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan pengendalian
proyek.
Dalam proyek konstruksi ada tiga hal yang menjadi penentu keberhasilan
proyek, yaitu biaya , mutu dan waktu. Tapi pengalaman yang ada di lapangan
menunjukkan masih banyaknya kesalahan penjadwalan dan perencanaan yang
berakibat pada membengkaknya biaya ataupun durasi pekerjaan proyek.
Perencanaan biaya dan waktu harus berdasarkan ketersediaan sumber daya dan
material yang selanjutnya dituliskan dalam bentuk gambar, diagram, atau petunjuk
lain sehingga bisa dikomunikasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek
tersebut dan dapat berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian.
3.5.1 Diagram Batang (Bar Chart) dan Kurva S
Bar chart atau diagram batang/balok adalah diagram alur pelaksanaan
pekerjaan yang dibuat untuk menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang
dibutuhkan. Metode ini diperkenalkan oleh H. L. Gant pada tahun 1917.
22
Diagram batang disusun dengan tujuan mengidentifikasi unsur waktu dan urutan
dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai dan berakhirnya.
Sedangkan kurva S adalah grafik yang menunjukkan kemajuan persentase
pada sebuah proyek dalam satuan waktu tertentu, baik dari sisi perencanaannya
maupun relaisasinya. Kurva S merupakan pengembangan dan penggabungan dari
diagram batang dengan Hannum Curve yang dilengkapi bobot tiap pekerjaan yang
dinyatakan dalam %. Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan maka harus dihitung
dahulu volume dan biaya pekerjaannya sehingga didapatkan biaya total proyek.
Selanjutnya agar ukuran yang digunakan setiap pekerjaan dalam menghitung bobot
sama, maka satuan tiap pekerjaan dinyatakan dalam satuan uang. Disebut sebagai
kurva S karena kurva yang terbentuk menyerupai huruf S yang menunjukkan
kegiatan di awal dan akhir proyek berlangsung.
Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi, kontraktor diharuskan untuk
menyerahkan jadwal induk rencana (master schedule) kepada owner yang
memperlihatkan tanggal rencana dimulai dan berakhirnya proyek tersebut.
Biasanya master schedule tersebut berupa perpaduan diagram batang dan kurva S
karena merupakan rencana kerja paling sederhana sehingga mudah dipahami
bahkan oleh orang umum sekalipun.
Dalam rencana kerja ini berturut-turut dari bagian paling kiri merupakan item
pekerjaan, selanjutnya adalah bobot pekerjaan yang merupakan besar persentase
antara anggaran per item pekerjaan terhadap anggaran total proyek, dan terakhir
pada bagian paling kanan adalah balok-balok horisontal yang menunjukkan awal,
akhir dan durasi pekerjaan. Sedangkan pada bagian bawah terdapat persentase
rencana dan juga persentase realisasi untuk tiap satuan waktu dan persentase
kumulatif dari rencana tersebut. Kurva realisasi merupakan hasil nyata di lapangan
yang berfungsi sebagai pembanding terhadap kurva rencana dimana jika hasil
realisasi berada diatas kurva rencana maka proyek mengalami prestasi, sedangkan
bila berada dibawah kurva rencana berarti proyek mengalami keterlambatan. Kurva
S ini sangat efektif untuk mengevaluasi dan mengendalikan waktu dan biaya proyek
karena dapat menampilkan secara visual adanya penyimpangan yang mungkin
terjadi sehingga selalu dipakai dalam di lapangan.
23
Kelebihan dari teknik penjadwalan ini adalah mudah dibuat dan dipahami tapi
tetap efektif untuk pengontrolan dan pengendalian terhadap pelaksanaan yang ada
ataupun yang mengalami penyimpangan. Adapun kekurangannya adalah sebagai
berikut :
a. Tidak dapat menunjukkan hubungan ketergatungan antar pekerjaan secara
spesifik, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
keterlambatan atau penyimpangan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
b. Sulit untuk dilakukan pembaharuan (updating) karena umumnya harus
membuat bagan baru.
c. Untuk proyek-proyek besar dan kompleks penggunaan teknik ini akan
megalami kesulitan dalam penyusunan dan penyajian data secara
sistematis.
Berikut ini adalah contoh dari teknik penjadwalan barchart dan kurva S dapat
dilihat pada Gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Time Schedule dengan Metode Bar Chart dan Kurva S
(Sumber : harispradipta.blogspot.com)
24
3.5.2 Diagram Jaringan Kerja (Network Diagram)
Diagram jaringan kerja (network diagram) adalah suatu rencana kerja yang
disusun berdasarkan urutan-urutan kegiatan dari semua kegiatan sehingga
keterkaitan antar pekerjaan satu dengan yang lainnya bisa terlihat dengan jelas.
Metode penjadwalan ini sering digunakan pada proyek-proyek besar dengan
kompleksitas yang tinggi sehingga tidak cukup hanya dilakukan penjadwalan
dengan metode bar chart dan kurva S. Metode network diagram merupakan
penyempurnaan dari metode bar chart karena mempunyai kelebihan dapat
mengetahui hubungan antar pekerjaan, pekerjaan kritis dan mampu membuat
perkiraan jadwal yang paling ekonomis. Ada beberapa macam network diagram
yang sering dipakai dalam penjadwalan dan perencanaan proyek konstruksi yaitu :
1.
non kritis pada rangkaian item pekerjaannya. Jalur/lintasan kritis merupakan jalur
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang apabila terlambat maka akan
mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Berikut ini adalah beberapa aturan dalam penyusunan CPM :
a. Sebelum aktifitas dimulai maka seluruh aktifitas pendahulunya harus
sudah selesai.
b. Anak panah berfungsi untuk menyatakan hubungan ketergantungan antar
aktifitas.
c. Anak panah/arrow () menyatakan sebuah kegiatan/aktifitas dengan
durasi pekerjaan tertentu. Hal ini karena CPM termasuk dalam klasifikasi
AOA (Activity On Arrow).
d. Lingkaran/node (O) menyatakan suatu kejadian/peristiwa/event.
e. Anak panah putus-putus (--->) menyatakan kegiatan semu/dummy yaitu
kegiatan yang tidak mempunyai durasi dan tidak membutuhkan sumber
daya.
25
Arah perhitungan dalam CPM ada 2 yaitu :
a. Perhitungan Maju (EET/Earliest Event Time)
Perhitungan paling dini dari terjadinya setiap aktifitas pada lintasan proyek
sehingga menunjukkan seberapa cepat aktifitas tersebut dapat dimulai.
b. Perhitungan Mundur (LET/Latest Event Time)
Perhitungan waktu paling lambat dari setiap aktifitas tanpa mempengaruhi
waktu proyek secara keseluruhan.
Gambar 3.6 dibawah ini menjelaskan contoh perhitungan pada metode CPM.
Keterangan:
= Nomor peristiwa
5
50
0
B=5
A = Kegiatan
B = Durasi
proyek ke dalam kejadian dan aktifitas. Suatu kejadian menandai mulai atau
selesainya tugas atau aktifitas tertentu. Sama dengan metode CPM, PERT juga
termasuk klasifikasi AOA (Activity On Arrow). Pada awalnya metode ini dibuat
untuk mengevaluasi rencana-rencana dan jadwal yang dibuat, tetapi dalam
perkembangannya tidak hanya terbatas pada hal tersebut, karena PERT juga dapat
digunakan sebagai metode penjadwalan dan perencanaan baru.
Metode ini menawarkan beberapa cara dalam menentukan estimasi waktu
penyelesaian proyek yang kadang sering mengalami ketidakpastian karena faktorfaktor tertentu. Adapun estimasi waktu yang ditawarkan tersebut adalah sebagai
berikut :
26
a. Waktu optimis/Optimistic time (a)
Adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila sesuatunya
berjalan mulus sesuai rencana. Waktu ini diperkirakan hanya terjadi satu
kali dalam seratus kali kegiatan yang sama/berulang-ulang.
b. Waktu pesimis/Pessimistic time (b)
Adalah waktu paling lama untuk menyelesaikan kegiatan bila sesuatunya
berjalan tidak sesuai rencana. Waktu ini juga diperkirakan hanya terjadi
satu kali dalam seratus kali kegiatan yang sama/berulang-ulang.
c. Waktu paling mungkin/Most likely time (m)
Adalah waktu yang paling sering terjadi dibandingkan dengan yang lain
bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
Setelah menentukan angka-angka tersebut langkah selanjutnya adalah
merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu angka yang disebut te
atau kurun waktu yang paling diharapkan (expected duration time) menjadi sebuah
persamaan.
Te =
a + 4m + b
(3.1)
Keterangan : Te
= Waktu optimis
= Waktu pesimis
dimana kegiatan dituliskan dalam node yang biasanya berbentuk segi empat, dan
anak panah berfungsi sebagai petunjuk dari kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan dummy yang merupakan tanda penting untuk
menunjukkan hubungan ketergantungan antar kegiatan dalam metode CPM dan
27
PERT, di metode PDM ini tidak berlaku.
Aturan dasar pada klasifikasi AOA adalah bahwa kegiatan boleh dimulai ketika
kegiatan pendahulunya (predecessor) selesai, maka untuk proyek dengan kegiatan
yang saling tumpang tindih dan berulang-ulang akan memerlukan garis dummy
yang banyak sekali sehingga tidak praktis dan kompleks.
Kegiatan peristiwa pada PDM dituliskan dalam node yang berbentuk kotak,
sehingga harus dicantumkan nama aktifitas dan durasinya dimana setiap node
mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node
dibagi menjadi bagian kecil yang berisi keterangan dari kegiatan tersebut, yaitu
kurun waktu (D), float, identitas kegiatan, mulai dan selesainya kegiatan ES
(Earliest Start), EF (Earliest Finish), LS (Latest Start), LF (Latest Finish)
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.7.
28
c. Finish to Finish (FF)
Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktifitas
berikutnya tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya.
d. Start to Finish (SF)
Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktifitas
berikutnya tergantung pada mulainya aktifitas sebelumnya.
Dengan adanya parameter yang bertambah banyak, maka perhitungan untuk
mengidentifikasi kegiatan atau jalur kritis akan menjadi kompleks sehingga harus
lebih cermat dalam menghitungnya. Seperti halnya pada metode CPM, PDM juga
mempunyai dua cara perhitungan yaitu :
a. Perhitungan maju ke muka (Forward pass computation)
Adalah perhitungan untuk mendapatkan waktu mulai dan selesai tercepat
(ES dan EF). Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan yang bergabung
maka diambil nilai ES/EF terbesar dengan anggapan bahwa waktu awal
adalah 0.
- Hubungan FS
EFi = ESi +Di
(3.2)
(3.3)
ESj = Di + FSij
(3.4)
(3.5)
(3.6)
EFj = ESj + Dj
(3.7)
29
(3.8)
ESj = EFj Dj
(3.9)
(3.10)
ESj = EFj Dj
(3.11)
(3.12)
LSi = LFi Di
(3.13)
30
- Hubungan SS
LSi = LSj - SSij
(3.14)
LFi = LSi + Di
(3.15)
- Hubungan SF
LFi = LFj - FFij
(3.16)
LSi = LFi Di
(3.17)
- Hubungan FF
LSi = LFj - SFij
(3.18)
LFi = LSi + Di
(3.19)
Selanjutnya hubungan di antara empat konstrain tersebut dipilih nilai yang terbesar:
a. Perhitungan maju ke muka
Contoh : mencari ESj
ESj = ESi + SSij atau
ESi + SFij atau
EFi + FSij atau
EFi + FFij Dj
b. Perhitungan maju ke muka
Contoh : mencari LSi
LSi = LSj - SSij atau
LSj FSij - Di atau
LFj FFij - Di atau
LFj - SFij
Sedangkan float yang dipakai pada metode PDM ada 2 macam yaitu :
a. Total Float (TF)
Adalah tenggang total atau keterlambatan yang diperkenankan untuk
aktifitas tanpa mengakibatkan keterlambatan pada penyelesaian proyek.
Contoh : TFi = ( LFi ESi Di ) / ( LSi ESi )
b. Free Float (FF)
Adalah keterlambatan yang diperkenankan untuk suatu aktifitas tanpa
31
mengakibatkan keterlambatan untuk memulai aktifitas selanjutnya.
Contoh : FFi = ESj EFi FSij
3.6
PENGENDALIAN PROYEK
Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis dalam memantau,
Pengendalian Mutu
Pengendalian ini berfungsi dalam mengendalikan jalannya pelaksanaan
proyek agar dapat mencapai mutu sesuai syarat yang tertera dalam kontrak
kerja. Beberapa alat yang bisa dijadikan sebagai pengendali mutu adalah :
a. Spesifikasi teknis (pabrikan; RKS).
b. Metode palaksanaan (pabrikan; RKS).
c. Gambar kerja.
d. Hasil tes bahan dari laboratorium.
e. Peraturan pemerintah.
f. Peraturan dalam RKS.
2.
Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu ini merupakan suatu proses pengendalian terhadap
kegiatan yang saling berkaitan yang menuju sasaran tertentu dengan waktu
yang terbatas. Hal utama yang harus diperhatikan adalah bahwa kita harus
benar-benar mengetahui urutan tiap pekerjaan agar proyek tersebut bisa
terlaksana sesuai rancangan awal. Pada umumnya alat yang digunakan dalam
pengendalian waktu adalah time schedule beserta kurva S atau diagram
32
jaringan kerja (CPM, PDM atau PERT). Dengan adanya pengendalian waktu
ini maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap saat dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus
dilaksanakan, berapa dana yang harus disediakan, berapa jumlah tenaga
kerja serta jenis keahliannya, jenis-jenis mesin dan peralatan yang
dibutuhkan.
b. Apakah dapat dilakukan perataan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan
biaya.
c. Kegiatan apa saja yang harus diawasi secara intensif agar proyek dapat
selesai tepat waktu.
d. Kegiatan apa saja yang harus dipercepat, ketika proyek ingin diselesaikan
lebih cepat dari rencana awal dan berapa besar biaya yang dibutuhkan,
demikian pula kalau proyek ingin diperpanjang waktunya.
e. Dapat mengetahui waktu yang diizinkan pada suatu kegiatan tertentu
untuk terlambat atau tertunda tanpa memperlambat selesainya proyek
secara keseluruhan.
3.
Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan dalam mengontrol agar biaya proyek tidak
melebihi dari anggaran yang sudah direncanakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui jenis kontrak yang akan dilaksanakan (lumpsum/unit price).
b. Mengetahui batasan persentase pekerjaan tambahan yang diizinkan sesuai
yang tercantum dalam kontrak (misal 10% dari nilai kontrak).
c. Mengetahui cara perhitungan pembobotan masing-masing item pekerjaan.
d. Mengetahui cara mengukur/menghitung volume pekerjaan yang telah
dilaksanakan di lapangan dibandingkan dengan biaya pelaksanaan yang
telah dikeluarkan (misal melalui kurva S).
e. Cash flow proyek (laporan keuangan yang menggambarkan arus kas
masuk dan keluar selama proyek berjalan).
33
3.7
b).
c).
34
Pada penelitian ini penulis mengambil alternatif percepatan dengan
mengadakan kerja lembur untuk mencapai durasi percepatan yang diinginkan.
Salah satu alasannya adalah sudah tidak memungkinkannya area kerja untuk
ditambahkan tenaga baru untuk mengejar prestasi yang diharapkan.
Kerja lembur ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya
adalah menurunnya produktivitas kerja yang disebabkan faktor kelelahan,
kurangnya
pencahayaan,
menurunnya
konsentrasi
dan
penglihatan,
dll
+(0 )
(3.20)
keterangan :
Dc
= Durasi crash
Dn
= Durasi normal
ho
35
Sedangkan untuk penentuan upah kerja lembur menyesuaikan Kepmenakertrans
no.102/MEN/VI/2004 sebagai berikut :
a. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah)
kali upah sejam;
b. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)
kali upah sejam.
Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan rumus sebagai berikut :
Biaya lembur Per-Hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam normal)
+ (jam kerja lembur berikutnya x 2 x upah satu jam normal)
(3.21)
36
biaya pelaksanaan, melakukan proses optimasi waktu dan biaya, dan yang terakhir
baru dapat diketahui waktu dan biaya optimum proyek.
Spesifikasi pekerjaan dapat diperoleh dari data-data awal dalam sebuah
pelaksanaan suatu proyek. Data-data tersebut dapat berupa jangka waktu
pelaksanaan, metode pelaksanaan yang akan dipakai, dan lain sebagainya yang
digunakan sebagai acuan dalam membuat perencanaan waktu dan biaya
pelaksanaan proyek tersebut.
Selanjutnya adalah menguraikan pekerjaan menjadi sejumlah kegiatan yang
relevan untuk dianalisis dan menentukan hubungan ketergantungan antar kegiatan.
Pada tahap ini ditentukan hubungan masing-masing kegiatan/pekerjaan. Biasanya
hubungan yang sering dipakai adalah hubungan yang bersifat seri, atau secara
logika kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan apabila kegiatan sebelumnya selesai
dikerjakan.
Selanjutnya adalah membuat diagram kerja untuk kegiatan tersebut, dimana
hasil dari langkah-langkah sebelumnya berupa kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan beserta logika ketergantungannya. Setelah diagram selesai dibuat, maka
dapat dilihat model waktu pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan.
Selanjutnya adalah membuat analisis waktu dan biaya (biaya langsung dan
biaya tidak langsung) untuk masing-masing kegiatan. Setelah analisis tersebut
selesai maka langkah berikutnya adalah menysusun waktu dan biaya hasil dalam
sebuah tabel. Dari hasil tabulasi tersebut proses optimasi waktu dan biaya dapat
dilakukan. Hasil dari optimasi ini adalah biaya total terendah untuk tiap-tiap waktu
pelaksanaan proyek yang dilakukan.
Berikut ini adalah definisi yang dipakai dalam proses perhitungan
akselerasi/percepatan durasi proyek ditunjukkan pada Persamaan 3.22 dan Gambar
3.13 :
a. Normal Duration (Dn) : durasi yang diperluakan untuk melakukan kegiatan
dalam keadaan normal.
b. Normal Cost (Cn) : biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan durasi normal.
37
c. Crash Duration (Dc) : waktu tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan
dalam proyek dengan melihat teknis yang ada.
d. Crash Cost (Cc) : biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan durasi tercepat.
e. Cost Slope (Ri) : biaya langsung per-satuan waktu yang diperlukan untuk
mempercepat waktu pelaksanaan.
Sehingga dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
Ri =
(3.22)
Biaya Optimum
Durasi/waktu Optimum