Você está na página 1de 11

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

ISSN: 0215-8884

Jurnal Psikologi
Volume 32, No. 2, 101-111

Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan


Tidak Berpacaran
Iis Ardhianita dan Budi Andayani
FakultasPsikologi
UniversitasGadjahMada

ABSTRACT
Gettingmarriedisperceivedasanimportant
phaseinhumanlifecycle.Justlikefashion,
marriagehasalsoitsowntrendormode.In
Indonesia the legend of Siti Nurbaya
illustratingakindofmaritalarrangementin,at
least,thefirsthalfofthepastcentury.Sucha
trendinmarriageisanymorepopularthesedays.
Youngpeopletodaymostlyprefertomarrytheir
ownchoices,thosealreadybondinengagement
orgirlorboyfriendstheyalreadymate.Another
kind of trend has appeared recently. Some
moslemsprefertomarrywithoutthephaseof
datingorengagement.Someevenmarryones
chose,orarrangedbytheirustadz(spiritual
leader).
Thepurposeofthisstudyistofindout
whether a difference in the premarital
relationship(withversuswithoutengagement
ordating)affectcouplesmaritalsatisfaction.
The result shows that there is a very
significantdifferenceinmaritalsatisfaction
between dating and nondating couples.
Explanationuponthephenomenondiscussed.
Keywords:maritalsatisfaction,datingand
nondatingcouples

Jurnal Psikologi

Menikah merupakan saat yang


penting dalam siklus kehidupan
manusia. Seperti halnya sebuah baju,
pernikahanmempunyaitrenmodeyang
terus berubah. Pada masa lalu kita
mengenal kisah Siti Nurbaya sebagai
suatu penggambaran perjodohan di
masa lalu sebagai sesuatu yang umum
dilakukan.Sekarangmungkinkitaakan
menc ibir jika ada orangtua yang
menjodohkan anakanaknya karena
sekarangtrentelahberubah.Mudamudi
jaman sekarang pada umumnya
berpacaransebelum memasukijenjang
pernikahan.
Suatutrenbarumunculpadaakhir
abad21ini,terutamapadamudamudi
muslim. Setelah sebelumnya muncul
suatutrenmenikahdiniuntukmencegah
perzinahan, pada akhirakhir ini
berkembang pula suatu mode
pernikahan tanpa melalui proses
pacaran. Pernikahantanpa pacaran ini
dilakukanbaikdenganpasanganpilihan
sendiri maupun dengan orang yang
dijodohkanolehustadznya.
Pernikahandenganatautanpamasa
pacaran pasti mempunyai sisi positif
dan sisi negatifnya. Banyak pendapat,
pertentangan dan perdebatan tentang

101

Iis Ardhianita dan Budi Andayani

perlu tidaknya masa pacaran sebagai


sebuah hubungan heteroseksual
maupun dalam hubungannya dengan
pernikahan. Pernikahan dapat saja
langgeng selamanya atau dapat pula
berceraiditengahperjalanannya.Suatu
pernikahanyangberhasiltentulahyang
diharapkan setiap pasangan. Ada
beberapakriteriayangdicetuskanpara
ahli dalam mengukur keberhasilan
pernikahan. Kriteria itu antara lain (a)
awetnya suatu pernikahan, (b)
kebahagiaan suami dan isteri, (c )
kepuasan pernikahan, (d) penyesuaian
seksual,(e)penyesuaianpernikahan,dan
(f) kesatuan pasangan (Burgess dan
Locke,1960).Disinikepuasanpernikahan
menjadisalahsatufaktorpentingdalam
keberhasilan suatu pernikahan. Dari
permasalahan tersebut, peneliti ingin
melihatapakahadaperbedaankepuasan
pernikahan pada kelompok yang
menikah
dengan
berpac aran
sebelumnya, dengan kelompok yang
menikahtanpapacaran.
Kepuasan merupakan suatu hal
yangdihasilkandaripenyesuaianantara
yang terjadi dengan yang diharapkan,
atauperbandingandarihubunganyang
aktual dengan pilihan jika hubungan
yangdijalaniakanberakhir(Burgessdan
Locke,1960;Waller,1952;Klemer,1970).
Baik suami ataupun isteri dapat
mengalami ketidakpuasan dalam
pernikahanmeskipuntidakadakonflik
dalam rumah tangganya. Namun
merekajugadapatmerasasangatpuas
dalam ikatan dengan masalah
penyesuaianyangtidakterpecahkan.
102

Kepuasansangat dipengaruhioleh
besarnya keuntungan yang diperoleh
dari suatu hubungan dengan tingkat
perbandingan.Perbandingandisinierat
hubungannyadengan persepsitentang
keadilan (Sears, 1999). Klemer (1970)
menunjukkan bahwa kepuasan dalam
pernikahan dipengaruhi oleh harapan
pasangan itu sendiri terhadap
pernikahannya, yaitu harapan yang
terlalu besar, harapan terhadap nilai
nilai pernikahan, harapan yang tidak
jelas,tidakadanyaharapanyangcukup,
danharapanyangberbeda.
Untuk menentukan kepuasan
pernikahanseseorangdigunakanaspek
aspekyangakandievaluasiolehseorang
isteri atau seorang suami terhadap
pasangandanterhadappernikahannya.
Aspekaspek yang digunakan dalam
penelitianinimengacupadateoriyang
dikemukakanClayton(1975),antaralain:
kemampuansosialsuamiisteri(marriage
sociability), persahabatan dalam
pernikahan (marriage companionship),
urusanekonomi(economicaffair),kekuatan
pernikahan(marriagepower), hubungan
dengan keluarga besar (extra family
relationship), persamaan ideologi
(ideological congruence), keintiman
pernikahan(marriageintimacy),dantaktik
taktikinteraksi(interactiontactics).
Kegagalan pernikahan datang ketika
satu atau lebih anggota keluarga merasa
tidak puas. Hambatan pemenuhan
kebutuhansatuataulebihanggotakeluarga
akanmenimbulkanketidakpuasan.
Pada umumnya, pasangan yang
menikahakanmenyesuaikandiridengan
Jurnal Psikologi

Kepuasan Pernikahan....

baik dalam pernikahannya setelah 34


tahun pernikahan. Penyesuaian yang
baik akan mendukung meningkatnya
kepuasan pernikahan (Hurlock, 1953).
Penelitian Blood dan Wolfe (Rybash,
Roodin,&Santrock,1991)menemukan
bahwa kepuasan pernikahan turun
secaralineardariawalsampai30tahun
pernikahan, sedangkan menurut Pineo
(Rybashdkk.,1991)kepuasanpernikahan
berpunc ak pada 5 tahun pertama
pernikahankemudianmenurunsampai
periode ketika anakanak sudah
menginjakremaja/dewasa.Setelahanak
meninggalkan rumah, kepuasan
pernikahan meningkat tetapi tidak
mencapai tahap seperti 5 tahun awal
pernikahan.
Secaraumumkepuasanpernikahan
akan lebih tinggi diantara orangorang
religius daripada orangorang dengan
religiusitas rendah. Hal ini terutama
berlaku untuk perempuan. Agama
seringkali menjadi kompensasi dari
rendahnya kepuasan seksual. Bagi
membuat
wanita,
religiusitas
pernikahan lebih memuaskan, namun
tidaksepenuhnyabenaruntuklakilaki
(Hurloc k, 1953). Hal ini didukung
Mahoney(dalamBradburry,2000)yang
menyatakan adanya korelasi positif
antara kepuasan pernikahan dengan
partisipasi religius.
GlenndanWeaver(dalamRahmah,
1997) mengatakan bahwa perbedaan
tingkat pendidikan mempengaruhi
kemampuanindividudalammemenuhi
kebutuhan, keinginan dan aspirasinya.

Jurnal Psikologi

Haliniberartimakintinggipendidikan
individumakinjelaspulawawasannya,
sehingga persepsi terhadap diri dan
kehidupan pernikahannya menjadi
semakinbaik.
Berpacaran(dating)dikenalsebagai
suatubentukhubunganintimataudekat
antaralakilakidanperempuan.Ikhsan
(2003)membedakanpengertianpacaran
kedalamtigaversipandangan,yaitu(a)
pac aran adalah rasa c inta yang
menggebugebu pada seseorang; (b)
pacaranadalahidentikdengankegiatan
seks,sehinggajikaseseorangberpacaran
lebihseringdiakhiridenganhubungan
seks yang dilakukan atas dasar suka
sama suka, tanpa adanya unsur
pemaksaan; dan (c) pacaran adalah
sebuah ikatan perjanjian untuk saling
mencintai,percayamempercayai,saling
setiadanhormatmenghormatisebagai
jalanmenujumahligaipernikahanyang
sah.Dikatakanbahwapandanganketiga
inilahyangpalingbanyakdianut.
Lain pula pengertian pac aran
menurut remaja pedesaan di
Banjarmasin (Saifuddin, Rudiatin,
Rasyid, Paramitha, & Wibisono, 1997).
Pac aran berturutturut diartikan
sebagai:takpernahbertemudekat,saling
berkomunikasi melalui surat; kadang
kadang bertemu, tanpa kontak fisik,
mengobrol; kontak fisik dengan
berpegangantangan;menciumdahidan
pipi; mencium bibir secara singkat;
menciumbibirsecaraintensdanlama;
berciumanbibirsecaraintensdanlama
disertaimerabarababagianvitalseperti

103

Iis Ardhianita dan Budi Andayani

payudara dan genital dan terakhir


dengan meraba dan menempelkan
genital lakilaki ke bagian luar genital
perempuandanbersenggama.Iniberarti
pengertianpacaranbagimerekaidentik
denganhubunganyangmenjuruspada
perilakuseksual.
Kata pacaran sendiri tidak pernah
ditemukandalamtuntunanIslam.Ada
duapandanganmengenaipacaranyang
dapatdisimpulkan.Pandanganpertama,
yang lebih populer di kalangan aktivis
dakwah, menganggap pacaran sebagai
suatu hubungan yang dilarang dalam
Islam (Ikhsan, 2003; AlMukaffi, 2002).
Pandangan ke dua melihat pacaran
dapat dijalani secara Islami (Chuang,
2003).
Pacaransebagaibentukhubungan
yan g dekat m emp un yai beb erap a
fungsi. Lan d is d an Lan d is (1963)
menyebutkan fungsi pacaran antara
lainadalahsaranabelajarkemampuan
sosial, pengembangan pemahaman
diri dan pengertian terhadap orang
lain, kesempatan untuk mencari dan
menc oba pengertian tentang peran
jenis serta untuk melihat caracara
yangbiasadilakukandalammengatasi
p er m asa lah an . Ga m b it (200 0),
menyatakanbahwadidalampacaran
individudapatbelajarberkomunikasi
sec ara heter oseksual, membangun
kedekatanemosi,kedekatanfisik,dan
m en gala m i p r os es p en d ewas aan
kepribad ian (Gam bit , 2000). Agar
fungsi pacaran dapat dicapai secara

104

optimal maka diperlukan sikapsikap


yangmendukung.
Kepuasan pernikahan akan
dipengaruhiolehmasaperkenalan(yang
dimaksud juga dengan masa pacaran).
Pacaranmerupakanprosespematangan
padapasanganuntukhidupberkeluarga
(Adi, 2000). Dalam masa pac aran
individu dimungkinkan akan lebih
mengenal karakter masingmasing
pribadi. Dengan adanya masa ini
individutelahlebih dahulumelakukan
penyesuaianpenyesuaian sebelum
memasuki jenjang pernikahan dalam
mengarungibahterarumahtanggayang
sesungguhnya.
BurgessdanCotrell(dalamLandis
dan Landis, 1963) menyatakan bahwa
kebahagiaan dalam pernikahan lebih
banyak terjadi pada pasangan yang
mempunyai masa perkenalan 5 tahun
atau lebih, sebaliknya hanya sedikit
pasangan yang mencapai kebahagiaan
dengan masa perkenalan yang singkat
(kurang dari 6 bulan). Dengan masa
perkenalan yang semakin lama maka
penyesuaianantarpasanganakanlebih
baik. Seseorang akan lebih mengerti
kebiasaankebiasaan, perilaku ataupun
kepribadian pasangannya. Dengan
demikian, ketika mereka akan
melanjutkankejenjangpernikahantidak
akan ada keterkejutanketerkejutan
karena menemui kebiasaan dan
kepribadianyangberbedadanmungkin
akan mengganggu kebahagiaan dan
kepuasandalampernikahan.

Jurnal Psikologi

Kepuasan Pernikahan....

Kasim(dalamBudiman,1999)juga
menjabarkan pentingnya masa
perkenalanini.Dalammasaperkenalan
yangsingkatindividubelummengenal
secara baik karakter masingmasing.
Aitken dan Sobrero (dalam Budiman,
1999) berpendapat bahwa sebelum
seorang individu memutuskan untuk
menikahi c alon pasangannya ia
sebaiknya mengenali polapola
kepribadian, temperamen (watak),
minatminat,nilainilai,danjalanhidup
calonpasangannya.
Dari tinj auan p us taka di at as
tampakbahwamasaperkenalan,yang
dapatterjadidengankedekatankhusus
atau keintiman sebagaimana pacaran,
mempunyai andil dalam terwujudnya
kepuasanpernikahan.Dengandemikian,
modebarumenikahtanpaberpacaran
menjadisuatufenomenayangmenarik.
Sebagaimana diyakini dalam Islam
jodohsudahdiaturolehAllahsehingga
tanpa berpacaran pun, kalau sudah
jodoh, akan tet ap mend apatkan
kepuasanpernikahan.Halinitentunya
sejalan dengan teoriteori ten tang
pern ikahan (misal Clayton , 1975;
Snyder, 1979), bahwa untuk mencapai
kepuasan pernikahan manusia harus
berusaha yaitu dengan memelihara
hubungandidalampernikahannya.
MetodePenelitian
Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lakilaki dan
perempuan yangtelah menikah paling
sedikitselama1tahundanmaksimal5

Jurnal Psikologi

tahun, beragama Islam, berdomisili di


Yogyakarta,danberpendidikanminimal
SMA.
Batasan minimal satu tahun
pernikahandimaksudkanagarlakilaki
atau perempuan sebagai subjek dalam
penelitian ini telah mempunyai
pengalamanhidupberkeluargasehingga
mampu merasakan adanya kepuasan
dalam pernikahannya. Batasan
maksimallimatahunpernikahandengan
maksud agar masa pernikahan masih
belum terlalu jauh melewati masa
pacaran.
Pengumpulan data dilakukan
denganmenggunakandaftarisianuntuk
mengungkap identitas subjek, data
utama berupa skala kepuasan
pernikahan, dan data tambahan yang
berupapertanyaanyangharusdijawab
dalam bentuk isian ataupun sesuai
perintah pengisian. Daftar isian
digunakan untuk memperoleh data
tentangidentitassubjekyangterdiridari
nama, umur, jenis kelamin, usia
pernikahan,danpendidikan.Selain itu
adadatatambahanberupapertanyaan
pertanyaan yang harus diisi dan
dilengkapisubjekuntukmelengkapidata
utamadariskalakepuasanpernikahan.
Skala kepuasan pernikahan mengacu
pada skala yang disusun oleh Clayton
(1975).
Adadelapanaspekyangmendasari
pembuatan skala ini yaitu (a)
kemampuan sosial suami isteri, (b)
persahabatan dalam pernikahan, (c)
urusan ekonomi, (d) kekuatan

105

Iis Ardhianita dan Budi Andayani

pernikahan, (e) hubungan dengan


keluargabesar,(f)persamaanideology,
(g) keintiman pernikahan, (h) taktik
taktikinteraksi.
Ada dua kategori jawaban yang
digunakandalampenelitianini,yaituYa
dan Tidak. Untuk menentukan taraf
kepuasan pernikahan subjek dengan
melihat pada skor akhir. Makin tinggi
sekoryangdiperolehmakintinggipula
tingkatkepuasanpernikahansubjek.
Skala ini disusun berdasarkan metode
summated ratings, yang terdiri dari dua
jenjangpenilaiandenganperincianuntuk
butirfavorable:Ya,bernilai1danTidak,
bernilai 0, sedangkan untuk butir
unfavorable: Ya, bernilai 0 dan Tidak,
bernilai1.
Dalampenelitianinivaliditasyang
digunakan adalah validitas isi, yaitu
sejauhmana isi alat ukur itu
mencerminkanciriatributyanghendak
diukur. Isi alat ukur tidak saja harus
menunjukkan bahwa skala sudah
komprehensif isinya akan tetapi harus
pulamemuatisiyangrelevandantidak
keluardaribatasantujuanyangdiukur
(Azwar, 2001). Reliabilitas dalam
penelitian ini dihitung dengan metode
koefisienAlfa(Prakosa,1998).
Tujuanpenelitianini adalahuntuk
melihatperbedaanantaraduakelompok.
Dalam penelitian ini digunakan satu
variabel tergantung dan satu variabel
bebas.Untukitudigunakanmetodeujit
atau ttest dengan menggunakan
programanalisisdatayangdiambildari
SPSSforwindowsversion11.00.

106

HasilPenelitian
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada perbedaan
kepuasanpernikahanantarasubjekyang
berpacarandanyangtidakberpacaran.
Hipotesisdiujidenganmenggunakanuji
t(ttest).Hasilanalisissecarasignifikan
(p<0,05) menguji perbedaan antara
keduakelompok.Halinimenunjukkan
bahwa hipotesis ada perbedaan
kepuasanpernikahanantarasubjekyang
berpac aran dengan yang tidak
berpacaranterbukti.Namundemikian,
dilihatdarireratasekoryangdiperoleh
masingmasing kelompok, kepuasan
pernikahankelompoksubjekyangtidak
berpacaran(Mean=28,6563)lebihtinggi
dari pada kelompok yang berpacaran
sebelummenikah(Mean=26,4063).Hal
ini mematahkan asumsi bahwa
kelompok yang lebih tinggi kepuasan
pernikahannya adalah kelompok yang
berpacaransebelummenikah.
Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwakepuasanpernikahankelompok
yang menikah tanpa berpacaran lebih
tinggidaripadakelompokyangmenikah
denganberpacaransebelumnya.Asumsi
sebelumnyaadalahbahwasubjekyang
berpacaransebelummenikahakanlebih
puas pernikahannya ternyata tidak
terbukti.Hal inidapat sajadisebabkan
kelompok subjek tidak berpac aran
sebelum menikah yang terlibat dalam
penelitian ini mempunyai tingkat
religiusitas yang lebih tinggi

Jurnal Psikologi

Kepuasan Pernikahan....

dibandingkan kelompok subjek yang


satu kegiatan seksual mulai dari
berpacaran. Glock dan Stark (dalam
berpelukan,berciumansampaidengan
Anggarasari, 1995) mengatakan bahwa
bersenggama.Hanya18,75%subjekyang
keberagamaan seseorang menunjuk
menjawab adanya perilaku seksual
padaketaatandankomitmenseseorang
dalampengertianpacaran,karenasuatu
terhadap agamanya. Keberagamaan
hubungan yang tidak diijinkan dalam
seseorang pada dasarnya lebih
Islam tidak selalu terkait dengan
menunjukpadapelaksanaankeagamaan
kegiatanseksual.Bersentuhan,berduaan,
yang berupa penghayatan dan
bersuratsuratan pun sudah dapat
pembentukankomitmen,sehinggalebih
dikatakanmendekatizinajikadilandasi
merupakan proses internalisasi nilai
nafsuketikamelakukannya.
nilaiagama,untukkemudiandiamalkan
Demikian pula dalam menjawab
pertanyaan
mengenai

alasan tidak
dalamperilakuseharihari.
Sebagaimana dinyatakan Hurlock
melakukan pacaran sebelum menikah.
(1953) bahwa secara umum kepuasan
Sebanyak 78,125% subjek mengatakan
pernikahan akan lebih tinggi di antara
pacaran merupakan suatu hubungan
orangorang religius daripada orang
yangtidakadadalamsyariatIslamyang
orang dengan religiusitas rendah,
akanmendatangkankerugiandandosa
Mahoney (dalam Bradburry, 2000)
bagiyangmelakukannya.Normaagama
memperoleh hasil yang mendukung
yang telah diyakini ini yang membuat
pernyataan tersebut. Keyakinan,
merekamenghindarimelakukanpacaran
penghayatan, perlakuan, pengamalan
sebelumpernikahan.Solusiyangmereka
dan pengetahuan yang baik dan tepat
tawarkan adalah melakukan pacaran
mengenaiagamadiharapkanakandapat
setelah menikahyangmenurutmereka
menumbuhkan rasa sabar, tidak
akanlebihbermanfaatdansahdilakukan
mementingkandirisendiri,pasrahdan
denganpasangan.
tawakal pada kenyataan hidup hingga
Hampirsemuasubjekmengatakan
menimbulkan ketabahan dalam
bahwa pac aran tidak akan banyak
kehidupan rumah tangga (Rahmah,
membantu
dalam
menc apai
1997).
kebahagiaan pernikahan. Hanya
Dari data tambahan, kelompok
beberapa subjek yang melihat
subjek tidak berpac aran sebelum
kemungkinan berpac aran akan
menikah mendefinisikan berpacaran
mendukung mencapaian kepuasan
sebagai suatu hal yang negatif.
dalam pernikahan, meski dalam
Pengertian pacaran lebih didefinisikan
tingkatan yang relatif rendah. Meski
sebagaihubunganyangtidakdianjurkan
demikian, tidak satu pun subjek yang
dan dilarang dalam agama. Pengertian
mengatakan dengan tegas bahwa
itupun tidak selalu menyangkut salah
pac aran akan membantu dalam
mencapaikebahagiaanpernikahan.
Jurnal Psikologi

107

Iis Ardhianita dan Budi Andayani

Terhadap pertanyaan mengenai


pandangan
mereka
terhadap
pernikahan yang dijalani, kelompok
tidak berpacaran menyatakan merasa
puasterhadappernikahanmerekasaat
ini. Dari tingkatan mengecewakan
sampaimemuaskan(15),sebanyak50%
subjekmenunjukangka5sebagaiangka
maksimal untuk pernikahan yang
memuaskan;40,625%menunjukangka4
sebagai pernikahan yang agak
memuaskan dan 9,375% sisanya
menunjuktingkatansedangsedangsaja
dalam pernikahannya. Hal ini sesuai
denganhasilyangdiperolehsubjekpada
skalakepuasanpernikahansebelumnya
dimana subjek di kelompok ini
mempunyaikepuasanyanglebihtinggi
padapernikahanyangdijalaninya.
Kelompoksubjekyangberpacaran
sebelum menikah berbeda pula
definisinyamengenaipacaran.Pacaran
diartikansebagaiprosespengenalanatau
penjajagan dari seorang lakilaki dan
seorang perempuan untuk mengenal
sifatsifat, pola kepribadian pasangan
dan keluarganya dalam rangka proses
menujupernikahan.Hanya9,375%saja
dari 32 subjek yang mengikutsertakan
salah satu perilaku seksual kedalam
pengertianpacaran.Alasanberpacaran
yangpalingpopuleradalahagarsubjek
dapatlebihmengenalpacar(65,625%)
Pertanyaan mengenai apakah masa
pac aran membantu menc iptakan
pernikahan yang memuaskan dijawab
dengan berbedabeda pula. Sebanyak
62,5%menyatakanpacarandapatataua

108

sangat membantu menc iptakan


pernikahan yang memuaskan; 25%
menyatakan pacaran tidak membantu
meningkatkan kepuasan pernikahan;
sedangkan sisanya menyatakan belum
tentu,mungkin,atautergantungfaktor
lain dan beberapa subjek tidak
memberikan jawaban.
Dalammenilaikepuasanpernikahan
mereka sendiri, sebanyak 43,75%
menunjuk angka 4 sebagai pernikahan
yang agak memuaskan; 28,125%
menunjuk angka maksimal 5 sebagai
pernikahan yang memuaskan; 25%
menunjuk angka 3 atau sedangsedang
saja; dan satu orang subjek (3,125%)
menunjukangka1yangmengindikasikan
pernikahanyangmengecewakan.Subjek
yang menunjuk angka 1 ini ternyata
adalah subjek yang dijodohkan oleh
orangtuanya meskipun sebelumnya
pernahberpacarancukup lama.Halini
juga cukup sesuai jika dibandingkan
denganhasilyangdiperolehsubjekpada
pengisian skala kepuasan pernikahan
sebelumnya. Dibandingkan kelompok
subjek yang tidak berpacaran, jumlah
subjek dalam kelompok ini yang
menjawab angka 5 ataupun 4 lebih
sedikit.Secarasepintasdapatdisimpulkan
bahwa kepuasan pernikahan kelompok
inimemanglebihrendahdibandingkan
kelompokyangtidakberpacaran.
Seseorang yang bertindak atas
dasarkeyakinanakanTuhanakanpatuh
dantundukdengansegalaperintahdan
larangannya. Ketika diterpa berbagai
cobaandalamkehidupan,salahsatunya

Jurnal Psikologi

Kepuasan Pernikahan....

dalamhidupberumahtangga, individu
tersebutakanmerasapasrah,ikhlas,dan
tawakal serta mengembalikannya
kepadakekuasaanTuhan.Faktorfaktor
lainyangmenggoncangbahterarumah
tanggaakanlebihmudahditepisdengan
kembali pada norma agama. Dengan
demikianrumahtanggayangdidirikan
berlandaskan agama akan lebih kuat
terhadap goncangan sehingga
menciptakanketenangan.
Penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Ada beberapa kelemahan
yang masih terjadi dan harus dilihat
kembali sebagai bahan untuk
penyempurnaan penelitian berikutnya.
Subjek dalam penelitian ini masih
kurangsetaradalampemahamanagama
(religiusitas). Subjek yang tidak
berpacaran sebagian besar merupakan
aktivis dakwah di lingkungannya dan
orangorangyangmengkajiIslamsecara
intensif.Subjekyangberpacaranberasal
dari kalangan orang muslim awam
dalam masyarakat. Dengan demikian
diasumsikankelompoksubjekyangtidak
berpacaran memiliki religiusitas yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok
subjek yang berpacaran. Religiusitas
akan mempengaruhi kepuasan
pernikahan seseorang. Makin tinggi
religiusitasseseorangmakintinggipula
kepuasan pernikahannya. Hasil
penelitian menunjukkan kelompok
subjek yang tidak berpac aran dan
diasumsikanreligiusitasnyalebihtinggi
daripada kelompok berpac aran,
mempunyaikepuasanpernikahanyang

Jurnal Psikologi

lebih tinggi. Kesimpulan ini membuat


hasil penelitian menjadi bias antara
kepuasanpernikahanyangtinggikarena
subjek tidak berpacaran atau karena
religiusitassubjekyangtinggi.
Pada saat pengisian skala, subjek
tidakditungguketikamengerjakanskala
tersebut. Meskipun peneliti sudah
memintauntuktidakberdiskusidengan
pasangan atau orang lain, keadaan ini
memungkinkan subjek dapat bertanya
atau berdiskusi dengan orang lain.
Motivasi, keseriusan dan antusiasme
subjekjugatidakdapatdiketahuiketika
mengisi angket tersebut. Hal ini
memungkinkan subjekmenjawab asal
asalan saja.
DaftarPustaka
Adi,M.C.R.(2000).Perbedaantingkat
KesepianpadaRemajaDitinjaudari
Status Pac aran. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
PsikologiUGM.
AlMukaffi, A. (2002). Pacaran dalam
Kacamata Islam. Jakarta: Media
Dakwah.
Anggarasari, R.E. (1995). Hubungan
AntaraTingkatReligiusitasdengan
Berpikir Positif Pada Ibu Rumah
Tangga.Skripsi(TidakDiterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.

109

Iis Ardhianita dan Budi Andayani

Bradburry,T.N,Fincham,&F.D,Beach,
S.R.H.(2000).ResearchontheNature
and Determinants of Marital
Satisfaction: A Decade in Review.
JournalofMarriageandtheFamily62:
964980.
Budiman, A. S. A. (1999). Hubungan
antara Berpikir Positif dan
KepuasanPernikahan.Skripsi(Tidak
Diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas
PsikologiUGM.
Burgess,E.W.&Locke,H.J.(1960).The
FamilyfromInstitutiontoCompanionship.
2nd edition. New York: American
BookCompany.
Chuang,A.(2003).ManajemenCinta:Musim
Dingin.Surakarta:BundaYurida.
Clayton,P.R.(1975).TheFamilyMarriage
andSocialChange.WashingtonDC.:
HealthandCompany.
Gambit. (2000). Pacaran Remaja dan
PerilakuSeksualnya.BuletinEmbrio
Edisi10September2000.Yogyakarta:
PusatStudiSeksualitas(PSS)PKBI
DIY.
Hurlock, E. B. (1953). Developmental
Psychology. 3rd edition. New Delhi:
McGrawHillPublishingCo.
Ikhsan,A.S.R.(2003).AgendaCintaRemaja
Islam.Jogjakarta:DivaPress.

110

Klemer,R.(1970).MarriageandTheFamily.
New York: Harper and Row
Publisher.
Landis,J.T.&Landis,M.G.(1963).Building
a Successul Marriage. 4 th edition.
Englewood Cliffs, New York:
PrenticeHallInc.
Prakosa, H. (1998). Penyusunan Skala
Psikologi:AnalisisItempada Skala
SummatedRating.Anima,Vol.14No.
53,OktoberDesember1998.
Rahmah,L.(1997).KepuasanPernikahan
dalam
Kaitannya
dengan
ManagementKonflik.Skripsi(Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
PsikologiUGM.
Rybash,J.W.,Roodin, P.A.,&Santrock,
J.W. (1991). Adult Development and
Aging.2ndedition.NewYork:Wm.C.
Brown Publishers.
Saifuddin,A.F.,Rudiatin,E.,Rasyid,M.N.,
Paramitha, & Wibisono. (1997).
PerilakuSeksualRemajadiKotadandi
Desa: Kasus Kalimantan Selatan.
Jakarta:LaboratoriumAntropologi
JurusanAntropologiFakultasIlmu
SosialdanIlmuPolitikUI.
Sears,D.O.,Freedman,J.L.,&Peplau,L.
A.(1999).PsikologiSosial.Edisike5.
Jakarta:Erlangga.

Jurnal Psikologi

Kepuasan Pernikahan....

Snyder, D.K. (1979) Multidimentional


AssessmentofMaritalSatisfaction.
JournalofMarriageandtheFamily,41,4,
813823.

Jurnal Psikologi

Waller,W.(1952).TheFamily:ADynamic
Interpretasi.NewYork:TheDryden
Press.

111

Você também pode gostar