Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Penyakit
kardiovaskular
(PKV)
merupakan penyebab utama kematian dan
kecacatan di seluruh dunia. Data yang
diperoleh dari American Heart Association
(AHA) menunjukkan bahwa penderita PKV
memiliki satu hingga tiga jenis tipe PKV.
Insiden mortalitas menunjukkan angka
sebesar 35,3% (864.480 orang dari
2.448.017 orang yang meninggal) pada
tahun 2005 atau satu dari 2,8 kematian di
Amerika.1
Di Indonesia, prevalensi PKV
meningkat sangat pesat. Data yang diperoleh
dari WHO di dalam Mortality Country Fact
Sheet menunjukkan bahwa penyakit jantung
iskemik menempati urutan pertama 10 besar
2
Metode
Penelitian dilakukan di Laboratorium
Biokimia FMIPA IPB Bogor, Laboratorium
Farmakologi dan Fisiologi Fakultas Farmasi
Universitas Andalas untuk persiapan dan
pengkondisian bahan dan sampel serta
dilanjutkan ke tahap intervensi dan
perlakuan. Pemeriksaan kimia darah (kadar
kolesterol total, HDL dan jumlah leukosit)
dan pengambilan jaringan aorta sampel
dilakukan di Laboratorium Biokimia FK
Universitas Andalas. Sedangkan untuk
pemeriksaan histopatologi jaringan aorta
akan dilakukan di Laboratorium Patologi
Anatomi FK Universitas Andalas. Penelitian
dilakukan selama lebih dari satu tahun
dengan jadual penelitian terlampir.
Sampel penelitian merupakan bagian
dari populasi penelitian. Sampel penelitian
yang digunakan adalah tikus jantan jenis
Rattus novergicus Strain Wistar yang
Hasil
Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik sampel penelitian dari
kelompok kontrol dan perlakuan, meliputi
jumlah, umur, jenis kelamin dan berat badan
awal dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel
tersebut dapat terlihat bahwa sampel pada
penelitian ini telah homogen dan memenuhi
kriteria inklusi yang ditetapkan.
Kolesterol Total
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
ada perbedaan rerata kadar kolesterol total di
antara kelompok kontrol dan perlakuan
(p<0,05). Pada tabel tersebut dapat terlihat
bahwa VCO memiliki kadar kolesterol total
tertinggi sedangkan minyak zaitun memiliki
kadar kolesterol total terendah. Demikian
pula analisis lebih lanjut juga menunjukkan
hasil yang sama, yaitu adanya hubungan
4
Tabel 2. Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol Total (mg/dl) pada Berbagai Kelompok
Kelompok
K66,6210,55
P1
72,117,56
P2
0,029
78,7917,52
P3
60,358,13
P4
56,906,17
Keterangan : K- = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal +
VCO 2,5 ml/hr, P3 = Diet Normal + Minyak Jagung 2,5 ml/hr, P4 = Diet Normal +
Minyak Zaitun 2,5 ml/hr
sedangkan minyak zaitun memiliki kadar
HDL terendah sehingga apabila dilihat dari
selisih rerata tiap perlakuan dibandingkan
kontrol maka akan tampak perbedaan
tersebut walaupun secara statistik tidak
signifikan.
HDL (mg/dl)
(meanSD)
K51,8412,25
P1
47,0210,86
P2
0,064
59,408,77
P3
42,597,55
P4
42,478,74
Keterangan : K- = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal +
VCO 2,5 ml/hr, P3 = Diet Normal + Minyak Jagung 2,5 ml/hr, P4 = Diet Normal +
Minyak Zaitun 2,5 ml/hr
sedangkan VCO memiliki rasio kolesterol
total dan HDL terendah sehingga apabila
dilihat dari selisih rerata tiap perlakuan
dibandingkan kontrol maka akan tampak
perbedaan tersebut walaupun secara statistik
tidak signifikan.
Tabel 4. Perbedaan Rerata Rasio Kadar Kolesterol Total dan HDL pada Berbagai
Kelompok
Kelompok
K1,320,26
P1
1,610,44
P2
0,687
1,360,46
P3
1,430,09
P4
1,380,27
Keterangan : K- = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal +
VCO 2,5 ml/hr, P3 = Diet Normal + Minyak Jagung 2,5 ml/hr, P4 = Diet Normal +
Minyak Zaitun 2,5 ml/hr
5
Leukosit
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa
tidak ada perbedaan rerata jumlah leukosit di
antara kelompok kontrol dan perlakuan
(p>0,05). Pada tabel tersebut dapat terlihat
bahwa lemak sapi memiliki jumlah leukosit
K2630420,71
P1
51302286,81
P2
0,264
47801997,99
P3
45102054,99
P4
40601734,36
Keterangan : K- = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal +
VCO 2,5 ml/hr, P3 = Diet Normal + Minyak Jagung 2,5 ml/hr, P4 = Diet Normal +
Minyak Zaitun 2,5 ml/hr
perlakuan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa ketebalan tunika intima pada
kelompok kontrol dan VCO memiliki
ukuran yang hampir sama. Demikian juga
antara lemak sapi dan minyak jagung
memiliki ketebalan tunika intima yang tidak
jauh berbeda. Sedangkan pada minyak
zaitun menunjukkan ketebalan tunika intima
yang lebih kecil dibandingkan kontrol.
Tunika Intima
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa
ada perbedaan rerata ketebalan tunika intima
di antara kelompok kontrol dan perlakuan
(p<0,05). Pada tabel tersebut dapat terlihat
bahwa minyak jagung memiliki ketebalan
tunika intima tertinggi sedangkan minyak
zaitun memiliki ketebalan tunika intima
terendah. Adapun analisis lebih lanjut tidak
menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan di antara berbagai kelompok.
Deskripsi mikroskopis dengan perbesaran
100 dan 400 kali pada kelompok kontrol dan
Tabel 6. Perbedaan Rerata Ketebalan Tunika Intima (nm) pada Berbagai Kelompok
Kelompok
K13551,891291,88
P1
16049,683037,79
P2
0,033
13552,422455,78
P3
16385,611715,79
P4
12075,972464,34
Keterangan : K- = Diet Normal, P1 = Diet Normal + Lemak Sapi 2,5 ml/hr, P2 = Diet Normal +
VCO 2,5 ml/hr, P3 = Diet Normal + Minyak Jagung 2,5 ml/hr, P4 = Diet Normal +
Minyak Zaitun 2,5 ml/hr
P2
1
K-
1
P3
1
P1
1
P4
Diskusi
Kolesterol Total
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan rerata kadar kolesterol
total pada berbagai kelompok. Rerata kadar
kolesterol total tertinggi terdapat pada
kelompok yang mengkonsumsi VCO.
Penggunaan VCO sebagai salah satu bahan
pada penelitian ini karena merupakan
sumber asam lemak jenuh rantai sedang
(ALJS) asam laurat (C12:0). Penelitian yang
dilakukan oleh Khosla23 juga menunjukkan
bahwa diet yang mendapatkan pengurangan
lemak total dengan menurunkan kandungan
asam lemak jenuh (ALJ) asam laurat (C12:0)
dan asam miristat (C14:0) serta kolesterol
dapat meningkatkan kadar lemak plasma
daripada diet yang dikurangi ALJ asam
palmitat (C16:0) dan kolesterol.
Kadar kolesterol total dengan nilai
yang sedikit lebih rendah daripada kelompok
yang mendapatkan VCO adalah kelompok
yang mendapatkan lemak sapi. Tujuan
penggunaan lemak sapi sebagai salah satu
bahan pada penelitian ini karena lemak sapi
merupakan sumber asam lemak jenuh rantai
panjang (ALJP) asam palmitat (C16:0).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sundram24 juga menunjukkan hasil yang
sama yaitu diet yang mengandung ALJ asam
laurat (C12:0) dan asam miristat (14:0)
meningkatkan konsentrasi serum kolesterol
yang lebih tinggi dibandingkan dengan diet
yang mengandung ALJ asam palmitat
(C16:0) pada laki-laki muda dengan kadar
kolesterol yang normal. Begitu juga
penelitian yang lain telah membuktikan
bahwa ALJ yang mempunyai kurang dari 10
karbon dan asam stearat (C18:0) dinyatakan
bersifat netral, sedangkan ALJ yang
meningkatkan kolesterol darah mulai dari
asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0),
dan asam palmitat (C16:0)25.
Hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa konsumsi ALJ baik yang memiliki
rantai sedang yang bersumber dari VCO
maupun yang memiliki rantai panjang yang
bersumber
dari
lemak
sapi
dapat
meningkatkan kadar kolesterol total. Hal ini
disebabkan karena ALJ meningkatkan kadar
kolesterol LDL dengan menurunkan reseptor
LDL
yang
berhubungan
dengan
katabolisme16,15 serta meningkatkan formasi
LDL plasma dengan menurunkan efek turn
over LDL kolesterol26. Mekanisme ini
diperantarai oleh penurunan ekspresi
8
Tunika Intima
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan rerata ketebalan tunika
intima pada berbagai kelompok. Rerata
ketebalan tunika intima tertinggi terdapat
pada kelompok yang mengkonsumsi minyak
jagung. Penggunaan minyak jagung sebagai
salah satu bahan pada penelitian ini karena
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh
ganda (ALTJG) asam linoleat (C18:2;9,12).
Rerata ketebalan tunika intima dengan nilai
yang sedikit lebih rendah ternyata
didapatkan
pada
kelompok
yang
mengkonsumsi lemak sapi. Lemak sapi
dipilih sebagai salah satu bahan pada
penelitian ini karena merupakan sumber
asam lemak jenuh rantai panjang (ALJP)
asam palmitat (C16:0). Rerata ketebalan
tunika intima dengan nilai yang lebih
rendah, selanjutnya ditemukan pada
kelompok yang mengkonsumsi VCO yang
merupakan sumber asam lemak jenuh rantai
sedang (ALJS) asam laurat (C12:0).
Penelitian ini juga membuktikan
ternyata rerata ketebalan tunika intima antara
kelompok yang mengkonsumsi VCO
menunjukkan nilai rerata yang hampir sama
dengan kelompok kontrol yang hanya
mengkonsumsi diet normal saja. Hal ini
menunjukkan bahwa konsumsi VCO tidak
menyebabkan ketebalan pada tunika intima.
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada
beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Ariana dan Udadi,53 telah membuktikan
bahwa pemberian VCO yang banyak
mengandung asam lemak jenuh (ALJ) asam
laurat (C12:0) dapat menurunkan ketebalan
dinding aorta abdominalis secara bermakna
pada tikus jantan jenis Wistar setelah
diinduksi aterogenesis. Asam lemak jenuh
rantai sedang (MCFA) asam laurat (C12:0)
yang merupakan komposisi terbesar di
13
17