Você está na página 1de 43

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI MEDIS


Pengertian
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristik
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada
jalan napas), (polaski; 1996)
Asma adalah gangguan pada jalan napas kronkial yang dikarakteristikan dengan
bronkospasme yang reversibel (Joyce. M. Black; 1996)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu,
(Smelzer, Suzanne; 2001)
Asma adalah mengi berulang dan /atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang
lebih jarang telah disingkirkan.
Asma disebut juga sebagai reactive air way (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan napas secara reversibel yang ditandai dengan
bronkospasme, imflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas
terhadap berbagai stimulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan napas obstruksi intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas.
Etiologi
-

Faktor ekstrinsik : Reaksi antigen-antibody, karena inhalasi alergen (debu,


serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

Faktor intriksik : Infeksi : pada influensa virus, pneumonia, mycoplasma,


kemudian

dan

fisik,

cuaca

dingin,

perubahan

temperatur
Iritan : kimia, poluasi udara (co, asap rokok, parfum)

Emosional : takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang


berkelebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Asma adalah suatu obstruksi jalan napas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1. Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan napas
2. Pembengkakan membran bronkus
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
Faktor pencetus adalah alergen, infeksi (terutama saluran napas bagian atas),
iritan, cuaca kegiatan jasmani, refluks gastroesofagus, dan psikis. (Budiartha,
2009).
Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran napas ini dapat menyebabkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk,
khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengn
penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, (Budiartha, 2009) yang
sebagian besar bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan
dengan faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
Manifestasi klinis pada pasien asma adalah batuk, dispea dan wheezing.
Pada sebagian penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, sedangkan waktu serangan tampak pendeita bernapas cepat, dalam gelisah,
duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernapasan bekerja dengan keras (Budiartha, 2009)
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamia maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan

3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
napas
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak napas dan napas berbunyi wheezing
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru di dapat tanda-tanda obstruksi jalan
napas
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat media berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang
lasim dipakai
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan napas yang
reversibel
Pada asma berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernapasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takhikardi. (Budiartha, 2009)
KLASIFIKASI ASMA
Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang
disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obatobatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan
alergi, dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara
spesifik dengan alergen.
Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernapasan, latihan
fisik, emosi, dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai
pencetus terjadi serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih
cepat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emphisema, selain alergi
juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi. (Budiartha, 2009).

Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma
menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast.
Sel mast ini disebut sel mast tersentilasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, aleergen yang kemudian
mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin,
leukotrien,

faktor

pengaktivasi

platelet,

bradikinin,

dll.

Mediator

ini

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema,


peningkatan produksi mukus, dan kontrasi otot polos secara langsung atau
melalui persyarafan simpatis. (Mansjoer, 2000).
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi
otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan
adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan napas,
sehingga terjadi penyempitan pada jalan napas dan pemumpukan udara di
terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti
gangguan ventilasi (hiporentilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan
sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli. (Budiartha, 2009).
Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronchiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan napas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan, seperti :
1. Beta agonist (beta adrenergik agent)
2. Methylvanlines (enphybronkodilator)
3. Anti kolinergik (Bronkodilator)
4. Kortikosteroid
5. Mast sell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


1. Oksigen 4 6 liter / menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbujtalin 10
mg)
Inhalasi nebulizer dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit 1
jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan
dexrose 5% diberikan perlahan
3. Aminophilin bolus IV 5 6 mg/Kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 200 mg itu jika sudah menggunakan
steroid oral atau dalam serangan sangat berat, jika tidak ada respon
segera. (Budiartha, 2009).
c. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
b) Tes provokasi
1. Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus
2. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri
3. Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani,
hiperventilasi, dengan udara dingin dan intalasi dengan Aqua destilata
4. Tes kulit: untuk menunjukkan adanyan antibodi IgE yang spesifik
dalam tubuh.
c) Pemeriksaan kadar IgE total dengan IgE spesifik dalam serum
d) Pemeriksaan radiologi umumnya Rontgen Fote dada normal
e) Analisa gas darah dilakukan pada asme berat
f) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah
g) Pemeriksaan sputum
(Budiartha, 2009).

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pad aklien dengan asma adalah
pneumothoray, ateletaksis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga, dan
emphisema, dan mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa.
(Admin, 2009)

B. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN


Pengkajian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien asma adalah sebagai berikut :
Aktivitas
-

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas

Adanya penurunan kemampuan

Tidur malam posisi duduk tinggi

Pernapasan
-

Dispnea, respon terhadap aktivitas atau latihan

Napas memburuk ketika berbaring terlentang di tempat tidur

Menggunakan otot bantu prnapasan: meninggikan bahu dan melebarkan


hidung

Adanya bunyi napas mengi

Adanya batuk berulang

Sirkulasi
-

Adanya peningkatan tekanan darah

Adanya peningkatan frekuensi denyut jantung

Warna kulit/membran mukosa normal / abu-abu/sianosis

Kemerahan atau berkeringat

Integritas ego
-

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsang

Gelisah

Asupan nutrisi
-

Ketidaknyamanan untuk makan karena distress pernapasan

Penurunan BB karena anoreksia

Hubungan sosial
-

Keterbatasan, mobilitas fisik

Susah bicara / terbata-bata

Adanya ketergantungan pada orang lain


(Dudut, 2009).

DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL


Diagnosa 1 :
Tidak efektinya bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi mukus
Tujuan : Jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil : Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum,
wheezing berkurang atau hilang, vital dalam batas normal, keadaan
umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas
Misalnya : wheezing, ronkhi
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan abstruksi jalan napas.
Bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emphisema), tak ada
fungsi napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi an ekspirasi
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa dan dapat ditemukan pada
penermaan selama strest/ada proses n infeksi akut pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya: peninggian kepala tidak duduk
pada sandaran
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi prnapasan dengan
menggunakan gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan
untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : Vatuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien balita,
sakit akut, atau kelemahan.
e. Berikan air hangat
Rasional : Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus
f. Kolaborasi
Bronkodilator spiriva 1 x 1 (inhalasi)
Rasional : Membebaskan spasme jalan napas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 1:
Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan ekspansi paru
Tujuan : Pola napas efektif, bunyi, napas normal atau bersih, TTV dalam batas
normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang
Intervensi
1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan
termasuk penggunaan otot bantu pernapasan/pelebaran nasal.
Rasional : Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal napas.
Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis atau nyen dada.
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas seperti krekels, wheezing
Rasional: Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan
pernapasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi
5. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi
dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas
6. Kolaborasi
-

Berikan oksigen tambahan

Berikan humidifikasi tambahan misalnya: nebulizer

Rasional : Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas, memberikan


kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret.

Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan membaik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit
berat/badan dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva)
Rasional : Menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien
dalam asuhan keperawatan
3. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional :

Penurunan BB yang dignifikan merupakan indikator kurangnya


nutrisi.

4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan


Rasional : Air hangat dapat mengurangi mual
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
6. Kolaborasi
-

Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi


Rasional : Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam
pembatasn

Berikan obat sesuai indikasi

Vitamin B sgurb 2 x 1
Rasional : defisrensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi

Antiemetik rantis 2 x 1
Rasional : untuk menghilangkan mual/muntah

Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Kriteria hasil :
Ku klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan
otot terasa pada skala sedang.
Intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea peningkatan
kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan / kemampuan pasien dalam memudahkan
intervensi
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional : tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menhemat energi untuk penyembuhan
3. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk
ke depan meja atau bantal
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk ke
depan meja atau bantal
4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
Rasinal : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Berikan lingkunagn tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi
Rasional : menurunkan stress dan ransangan berlebihan, meningkatkan istirahat

Diagnosa 5:
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubung dengan kurangnya
informasi
Tujuan:
Pengetahuan klien tentang proses penyakit bertambah
Kriteria hasil :
Mencari tentang proses penyakit :
-

Klien mengerti tentang defenisi asma

Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

Klien mengerti komplikasi dari asma

Intervensi
1. Diskusikan aspek ketidaknyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan
harapan kesembuhan
Rasional :

Informasi dapat menaikan koping dan membantu menurunkan


asietuas dan masalah berkelebihan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal


Rasional :

Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk


mengasimilasi informasi atau mengikuti program medik

3. Tekanan pentingnya melanjutkan batuk efektif dan latihan pernapasan


Rasional : Selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.
4. Identivikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan
kesehatan
Rasional : Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu, mencegah, meminimalkan
komplikasi.
5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya:
Istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional : Menaikan pertahanan alamiah atau imunisasi, membatasi terpajan
pada patogen.
(Budiartha, 2009)

ALUR PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM


ASMA BRONKIAL
Faktor intrinsik
(infeksi saluran pernapasan,
perubahan temperatur, status
emosional)

Faktor ekstrinsik
(debu, serbuk bunga,
bulu binatang)

Gabungan
(alergen dan non
alergen)

Respons tubuh menghasilkan antibodi IgE


Menyerang sel most dalam paru
Sel most tersentilasi
Terjadi pejanan ulang terhadap antigen
Antigen berkaitan dengan antibodi
Pelepasan produk sel mast (mediator kimia: histamin,
bradikinin, prostaglandin)
Mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas
Bronkospasme
Ventilasi menurun
Paru berkompensasi untuk
kebutuhan oksigen
Dispnea

Pembengkakan membran mukosa


Pembentukan mukus yang banyak
Media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Sesak napas
Resiko tinggi infeksi
Gangguan pertukaran gas

Pemberian bronkodilator

Metabolisme anaerob

Peningkatan produksi HCl

Kelelahan

Distress gastrointestinal
Mual / muntah

Intoleransi aktivitas
Anareksia
Kurang informasi
Kurang pengetahuan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Bersihan jalan napas


tak efektif

ASUHAN KEPERAWATAN
ASMA BRONKIAL
A. Pengkajian Data
-

Tanggal/jam pengkajian

: 22-07-2009 / pukul 14.30 WIT

Tanggal/jam masuk RS

: 22-07-2009 / pukul 13.20 WIT

Ruangan/kamar no

: Ruang anak/Ruang A

No. Registrasi

: 027712

Diagnosa medis

: Asma Bronkial

I.

Data biografi
a. Identitas klien
Nama

: a/ R.W

Nama panggilan

: R

Tanggal lahir / umur

: 15 september 1997 / 11 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Kristen Protestan

Suku / bangsa

: Ambon / Indonesia

Pendidikan

: SLTP

Bahasa yang digunakan

: Bahasa Indonesia

b. Identitas orang tua/wali


Ibu

II.

Nama

Ny. C. W

Ayah
Tn. B. W

Usia

40n tahun

45 tahun

Pendidikan

SMA

SMEA

Pekerjaan

Ibu rumah tangga

Wiraswasta

Agama

Kristen protestan

Kristen Protestan

Suku bangsa

Ambon / Indonesia

Ambon / Indonesia

Alamat rumah
Sumber biaya

Batu gantung

Riwayat kesehatan sekarang

Batu gantung
Dari Ayah

a. Keluhan utama

: Sesak napas

b. Keluhan yang menyertai

: Batuk berlendir, berkering.

c. Riwayat kesehatan utama


-

Faktor pencetus

: Alergi debu batuk pilek

Sifat keluhan

: Menetap

Hal-hal yang memberatkan

: Saat tidur (terlentang)

Hal-hal yang meringankan

: Saat duduk

Intensitas keluhan

: Sedang

d. Catatan kronologis
Pada tanggal 20-07-2009, pasien mengalami batuk pilek, batuk
berlangsung selama 2 hari hingga pada tanggal 22-07-2009 pukul
09.00 WIT pasien mengalami sesak napas dan orang tua pasien
membawanya ke RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, setelah tiba di IRD
pukul 09.15 WIT dan diberikan tindakan oleh perawat yang hasilnya :
Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg
N : 100 x/menit
S : 360 C
R : 34 x/menit
Dan diberikan therapi oleh dokter :
-

Nebulizer (combivent 2,5 ml, bisolvon 3 tetes)

Pulu batuk (ambroxol 30 mg, ephidrin 25 mg, CTM 4 mg


metakloropamid 10 mg dan salbutamol 2 mg.

Cefadroxil 2 x 400 mg (kapsul)

Setelah mendapatkan pengobatan, orang tua meminta anaknya untuk


pulang, tepat pukul 10.00 WIT. Pada pukul 13.00 WIT pasien kembali
sesak napas dan orang tua pasien membawanya kembali ke RSUD Dr.
M. Haulussy Ambon setelah sampai di IRD, orang tua pasien
mengatakan anaknya muntah sebanyak tiga kali setelah minum obat
batuk.
Kemudian
dokter :

perawat

IRD, memberikan tindakan sesuai instruksi

III.

Pemasangan IVFD D5% 16 tetes/menit (makro)

Drip aminophilin 120 mg / kolf

Injeksi cefotaxime 3 x 600 mg / IV (skin test)

Injeksi dexamethazon 3 x 5 mg / 8 jam / ( IV )

Injeksi Ranitidin 2 x 25 mg/ 12 jam ( IV )

Ambroxol 2 x 30 mg (tablet)

Pemberian oksigen 3 liter / menit

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Riwayat kelahiran dan kehamilan
Antenatal
1. Kesehatan ibu pada waktu hamil
-

Hiperemesis gravidarum

: Ya (pada trimester I)

Pendarahan pervagina

: Tidak ada perdarahan

Anemia

: Tidak anemia

Penyakit infeksi

: Tidak ada

Preeklamsia/eklamasi

: Tidak ada

Gangguan kesehatan

: Tidak ada

2. Pemeriksaan kehamilan
-

Teratur

: Ya

Diperiksa oleh

: Dokter

Tempat pemeriksaan

: praktek dokter

Hasil pemeriksaan

: Normal (tidak ada kelainan)

Imunisasi TT

: Ya (2 kali)

3. Riwayat pengobatan selama kehamilan :


Minum tablet tambah darah (sulfa veros dan kolk)
Masa Nata
1. Usia kehamilan saat kelahiran : 38 minggu
2. Cara persalinan

: Normal

3. Di tolong oleh

: Dokter

4. Keadaan bayi saat lahir

PB : 51 Cm

BB : 3,8 Kg

5. Pengobatan yang di dapat : Tidak ada


Neonatal
1. Cacat kongenital

: Tidak ada

2. Interus : Tidak ikterus


3. Kejang : Tidak kejang
4. paralisis

: Tidak ada paralisis

5. perdarahan

: Tidak ada

6. Trauma persalinan

: Tidak ada

7. Penurunan BB

: Tidak ada

8. Pemberian minuman ASI/PASI

: Ya

9. Lain-lain

: Tidak ada

b. Penyakit yang pernah diderita

: Asma bronkial dan malaria

c. Prenah di rawat di RS

: Pernah,

( 6 kali)

dengan

penyakit yang sama


d. Riwayat penggunaan obat

Pernah

menggunakan

obat

Clorophil 1 botol
e. Tindakan (operasi/penbedahan)

: Tidak pernah menjalani operasi

atau pembedahan
f. Alergi

Debu,

tidak

alergi

makanan

IV.

g. Kecelakaan

: Tidak pernah

h. Riwayat imunisasi

: Imunisasi lengkap

BCG 1x, 1 bulan

DPT 3x, 1 bulan 3 bulan

Polio 4x, 2 bulan 5 bulan

Hepatitis B 3x, 1 bulan - 4 bulan

Campak 1x, 9 bulan

Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram 3 generasi

terhadap

?
45
Thn

16
Thn

40
Thn

11
Thn

10
Thn

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Meninggal
: Pasien
: Garis Keturunan

: Tidak tahu penyebab

b. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit
-

Penyakit

Orang tua
yang

pernah

diderita
-

Penyakit

yang

Saudara kandung Anggota keluarga


yang lain
Saudara ayah
-

Asma bronkial

sedang

diderita
c. Koping keluarga
- Keluarga pasien (ayah dan ibu) cemas akan penyakit anaknya
d. Sistem nilai kepercayaan
-

Keluarga yakin dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa anaknya


dapat sembuh

V.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


a. Resiko bahaya kecelakaan

VI.

Rumah

: Tidak ada

Lingkungan rumah

: Jauh dari jalan raya

b. Polusi

: Ya, dekat tempat pembuangan sampah

c. Tempat bermain

: Di lapangan bola (di sekolah)

Pengkajian Fisik
a. Penampilan umum
1. Keadaan umum : lemah
2. Tingkat Kesadaran : compos mentis
3. - TB : 155cm
- BB : 35 Kg
4. Status gizi : Baik
5. Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHgx/menit 5 : 36,50C
R : 28 x / menit
b. Kepala
1. Bentuk

: Simetris

2. Besar/kecil

: Normal

3. keluhan

: Pusing

c. Muka
1. Bentuk : simetris
2. Paralisis

: Tidak ada paralisis

3. Edema : Tidak edema


4. Enspirasi wajah

: Gelisah

d. Mata
1. Bola mata
-

Exopthalmus

: Tidak ada

Enopthalmus

: Tidak ada

2. Gerakan bola mata

: Normal

3. Kelopak mata
-

Ptosis

: Tidak ada

Odema kelopak mata bawah : Tidak ada

Tanda radang

: Tidak ada tanda radang

Perdarahan

: Tidak ada perdarahan

4. Konjungtiva
-

Warna

: Merah mudah

Secret

: Tidak ada secret

e. Hidung
-

Bentuk

: Simetris

Gerakan cuping hidung : Ada gerakan cuping hidung

Septum

: Normal

Pembauan

: Baik

f. Telinga
-

Bentuk

: Simetris

Kelainan kongenital : Tidak ada

Odema

Fungsi pendengaran : Baik

: Tidak ada

g. Leher
-

Kaku kuduk

: Tidak ada

Pembengkakan

: Tidak ada

Kelenjar limfe

: Tidak ada pembesaran

Kelenjar tiroid

: Tidak ada pembesaran

Vena jugularis

: Teraba

Arteri karotis

: Teraba

h. Dada
-

Bentuk

: Simetris

Pembengkakan

: Tidak ada

Retraksi dinding dada : Ada retraksi dinding dada

Keluhan

: Dada terasa sakit

i. Paru-paru
-

Bunyi napas

: Adanya bunyi mengi dan wheezing

Sesak napas

: Ya

Pernapasan

: 28 x/menit

Keluhan

: pasien mengatakan sulit bernapas, batuk,


disertai lendir berwarna kuning.

j. Abdomen
-

Bentuk

: Simetris

Kembung

: Tidak ada

Nyeri tekan / lepas : Tidak ada

Pembesaran hepar : Tidak ada pembesaran

Pembesaran limfe

: Tidak ada pembesaran

k. Ekstremitas
-

Kekuatan otot

: Lemah

Tonus otot

: Kurang

Keluhan

: Terpasang IVFD D5% pada ekstremitas kiri

atas.
l. Kulit
-

Warna

: Pucat

Turgor

: baik

Luka

: Tidak ada

Lessi

: Tidak ada

Kelembaban

: Lembab

Suhu

: Dingin

m. Mulut (Mukosa)

: Mukosa bibir kering

n. Genetalia

: Tidak dikaji

o. Anus

: Tidak dikaji

VII.

Pola Kebiasaan Sehari-hari

No Kegiatan
1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit

Saat sakit

Pola makan :

3 kali sehari

Jenis makanan

Nasi, ikan, sayur

Alergi makanan

Tidak ada

Makanan

Nasi goreng

Frekuensi makan

yang

disenangi
-

Waktu makan

Keluhan

Pagi, siang, malam

Tidak ada

Belum makan karena


masih sesak napas,
badan terasa lemas.

Pola minum

Frekuensi minum

Jenis minuman

Jumlah minuman

Keluhan

6-8 gelas/hari

1 x sehari

Air putih, susu, teh

Air putih

1500 cc

50 cc

Tidak ada keluhan

Minum sedikit, karena


sesak napas

2.
Pola istirahat dan tidur
Tidur siang

Waktu tidur siang

Frekuensi

Kebiasaan menjelang

1 2 jam

1 jam

1 x / hari

1 x /hari

Mendengar musik

Tidak ada

Tidak ada

Tidak nyenyak

8 9 jam/hari

7 8 jam/hari

1 x / hari

1 x / hari

Mendengarkan musik

Tidak ada

Tidak ada

Tidak nyenyak,

tidur
-

Keluhan
Tidur malam

Waktu tidur malam

Frekuensi

Kebiasaan

Keluhan

karena sesak napas


dan sering terbangun

3.

Pola kebersihan diri

2 x / hari

Mandi

Tidak ada

Frekuensi

Bantuan
Menyikat gigi

Belum mandi

3 x / hari

2x/hari

Tidak ada

Dengan bantuan
keluarga dan mandiri

4.

Frekuensi

Bantuan

Pola Eliminasi

Khas

Khas

Padat, lembek

Lembek

Tidak ada

Tidak ada

1-3 kali sehari

2 kali sehari

Warna

Bau

Konsistensi

Keluhan

Kuning

Kuning

BAK

Pesing

Pesing

Tidak ada

Tidak ada

Frekuensi

Warna

Bau

Keluhan

Keadaan Psikologis
1. Keadaan emosional

: Stabil

2. Pola adaptasi

: Dapat beradaptasi

3. Sifat dasar

: Mudah tersinggung

Keadaan Sosial
1. Interaksi dalam keluarga

: Baik

2. Hubungan dengan orang terdekat

: Baik

: -

Aspek Spiritual
1. Agama

: Kristen Protestan

2. kegiatan keagamaan
-

Kuning

Frekuensi

3. Rekreasi
X.

Kuning

IX.

1 kali/hari

BAB

VIII.

1-2 kali/hari

: - Pasien sering pergi ke SMTPI

Pasien sering ke gereja setiap hari minggu

XI.

Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium (23-07-2009


Hb : 12,7 g/dl

Nilai normal
12,0 17,0 g/dl

Leukosit : 13.500 mm3

4000 10.000 mm3

Led : 45-70 mm/jam

L : 15 mm/jam

Hemotokrit : 38%

Trombosit : 155.000 mm3

L : 40-40%

DDR : Plasmodium vivax (+)

200.000 400.000 mm3

XII.

mm/jam

Penatalaksanaan
- Pemasangan IVFD D5% 16 tetes/menit (makro)
- Drin aminophilin 120 mg/kolf
- Injeksi cefotoxime 3 x 600 mg/IV/ (skin test)
- Injeksi dexamethazon 3 x 5 mg / 8 jam ( IV )
- Injeksi ronitidin 2 x 25 mg/ 12 jam / ( IV )
- Ambroxol 2 x 30 mg (tablet)
- Pemberian oksigen 3 liter/menit

P : 20
P : 32-430

KLASIFIKASI DATA
1. Data Subjektif
Pasien mengatakan :
-

Sulit bernapas

Dada terasa lemas

Batuk berlendir

Pusing

Badan terasa lemas

2. Data Objektif
-

Ku lemah

Sesak napas

Bunyi napas mengi dan wheezing

Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg


N : 108 x/menit
S : 36,50 C
R : 28 x menit

Mukosa bibir kering

Kulit pucat

Batuk disertai lendir berwarna kuning

Berkeringat

Gelisah

Ada gerakan cuping hidung

Ada retraksi dinding dada

Kekuatan otot lemah

Tonus otot kurang

Terpasang IVFD D5% pada ekstremitas kiri atas

Analisa Data
No
Data
1. Ds : Pasien mengatakan
-

Sulit bernapas

Batuk berlendir

Pusing

Etiologi

Masalah

Akumulasi mukus

Tidak efektifnya

Do :
-

Ku lemah

Sesak napas

Bunyi

bersihan jalan napas


napas

wheezing
-

TTV: TD : 100/70
mmHg
N : 108 x/menit
S : 36,50 C
R : 28 x/menit

2.

Batuk disertai lendir


berwarna kuning

Ds : pasien mengatakan :
-

Sulit bernapas

Dada terasa sakit

Pusing

Badan terasa lemas

Do :
-

Ku lemah

Sesak napas

Bunyi napas mengi

TTV: TD : 100/70
mmHg
N : 108 x/menit

Penurunan ekspansi

Tidak efektif pola

paru

napas

S : 36,50 C
R : 28 x/menit

3.

Mukosa bibir kering

Kulit pucat

Berkeringat

Gelisah

Ada gerakan cuping


hidung

Kelemahan fisik

Ada retraksi dinding


dada

Ds : pasien mengatakan :
-

Badan terasa lemas

Pusing

Do :
-

Ku lemah

Kekuatan otot lemah

Tonus otot kurang

Terpasang

IVFD

D5% pada ekstermitas kiri


atas

Intoleransi aktivitas

Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi mukus
yang ditandai dengan :
Ds : pasien mengatakan :
-

Sulit bernapas

Badan terasa lemas

Batuk berlendir

Pusing

Do : - Ku lemah
-

Sesak napas

Bunyi napas wheezing

TTV : TD : 100/70 mmHg


N : 108 x/menit
S : 36,50 C
R : 28 x/menit

Batuk disertai lendir berwarna kuning

2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru yang
ditandai dengan :
Ds : pasien mengatakan :
-

Sulit bernapas

Dada terasa sakit

Pusing

Badan terasa lemas

Do : - Ku lemah
-

Sesak napas

Bunyi napas mengi

TTV: TD : 100/70 mmHg


N : 108 x/menit
S : 36,50 C
R : 28 x/menit

Mukosa bibir kering

Kulit pucat

Berkeringat

Gelisah

Ada gerakan cuping hidung

Ada retraksi dinding dada

3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan :


Ds : Pasien mengatakan :
-

Badan terasa lemas

Pusing

Do :
-

Ku lemah

Kekuatan otot lemah

Tonus otot kurang

Terpasang IVFD D5% pada ekstremitan kiri atas

NCP (Nursing Care Planing)


Nama : a/ R.W

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 11 tahun

diagnosa medis : Asma bronkial

No Diagnosa Keperawatan
1. Tidak
jalan

efektifnya
napas

Tujuan

Perencanaan

bersihan Jalan napas kembali efektif 1.

berhubungan dengan kriteria :

Intervensi
Auskultasi

bunyi -

napas, catat adanya bunyi

bronkus terjadi dengan obstruksi


jalan napas. Bunyi napas redup

dengan mukus yang ditandai -

Sesak berkurang

napas

dengan :

Batuk berkurang

wheezing atau ronkhi

Ds : pasien mengatakan :

Klien

Sulit bernapas

Badan terasa lemas

Batuk berlendir

Pusing

misalnya:

dengan

dapat

Wheezing

Do

berkurang/ 2.

Kaji/pantau frekuensi

Tanda vital dalam batas


normal

pernapasan

Takipnea biasanya ada


pada beberapa derajat dan dapat

catat rasio inspirasi dan

ditemukan

ekspirasi

selama

Keadaan umum baik

pada

penerimaan

stress/adanya

proses

Ku lemah

Sesak napas

melambat dan frekuensi ekspirasi

Bunyi napas wheezing

memanjang dibanding inspirasi.

TTV:

TD:

mengi,

napas (asma berat)

hilang
-

ekspirasi

(empysema), dan tak ada fungsi

mengeluarkan sputum
-

Rasional
Beberapa derajat spasme

infeksi akut. Pernapasan dapat

100/70

mmHg
N : 108 x/menit

Posisi semi fowler dapat


mempermudah

3.

Atur

posisi

semi

pernapasan.

fungsi

S : 36,50 C
-

fowler

Batuk dapat menetap tapi

R : 28 x/menit

tidak efektif dapat membantu

Batuk disertai lendir

untuk

berwarna kuning

4.

Observasi
karakteristik

tindakan

memperbaiki

upaya batuk
batuk,

menetap, batuk pendek,


basah
5.

Berikan air hangat

Penggunaan cairan hangat


dapat

6.

Berikan obat sesuai

menurunkan

spasme

bronkus

indikasi
2. Tidak efektifnya pola napas Pola

napas

kembali

efektif 1. Kaji frekuensi kedalaman

berhubungan dengan ekspansi dengan kriteria :

pernapasan dan ekspansi -

paru yang ditandai dengan :

Pola napas efektif

dada.

Ds : pasien mengatakan :

Bunyinapas normal atau

pernapasan

Sulit bernapas

Dada terasa sakit

Pusing

Badan terasa lemas

Do

bersih
-

TTV

dalam

batas

normal
-

Batuk berkurang

Ekspansi

Catat

upaya
termasuk

biasanya

mencapai kedalaman pernapasan


bervariasi

tergantung

gagal

pernapasan/pelebaran

terbatas

nasal

dengan atelektasis dan atai nyeri

dan catat adanya bunyi

dada

napas.
yang

Ekspansi

derajat

penggunaan otot bantu

2. Auskultasi bunyi napas


paru

Kecepatan

dada

berhubungan

Ku lemah

Sesak napas

Bunyi napas mengi

TTV:

TD:

mengembang

napas seperti wheezing, mengi (inspeksi)


3. Tinggikan

100/70

Wheezing

menyertai

obstruksi jalan napas/kegagalan

kepala

dan

pernapasan

bantu mengubah posisi

mmHg

N : 108 x/menit

4. Observasi pola batuk dan

S : 36,50 C

5. Dorong/bantu

tinggi

memungkinkan ekspansi paru

karakter sekret

R : 28 x/menit

Duduk

dan memudahkan pernapasan


pasien -

Kongesti

alveolar

Mukosa bibir kering

dalam napas dan latihan

mengakibat kan batuk sering/

Kulit pucat

batuk

iritasi

Berkeringat

Gelisah

Ada gerakan cuping

meningkatkan/banyaknya
6. Kolaborasi

hidung
-

Dapat

Ada retraksi dinding

Berikan

sputum
oksigen

tambahan

dada

ventilasi

dimana

gangguan

dan

ditambah

ketidaknyamanan

upaya

bernapas

3.

1.

Evaluasi

respon

pasien terhadap aktivitas. Intoleransi

aktivasi Klien

dapat

melakukan

berhubungan

dengan aktivitas

sehari-hari

dengan

Catat

laporan

dispnea

kelelahan dan perubahan -

dengan :

tanda-tanda vital selama

Ku baik

bernapas

dan menurunkan kerja napas

peningkatan kelemahan/

kelemahan fisik yang ditandai kriteria :


-

Memaksimalkan

Menetapkan
kebutuhan/kemampuan

pasien

Ds : pasien mengatakan :

Badan tidak lemas

Badan terasa lemas

Klien dapat beraktivitas 2.

Pusing

Do :

dan setelah aktivitas

secara mandiri
-

dan

Jelaskan pentingnya

memudahkan

pilihan

intervensi

istirahat dalam rencana

Kekuatan otot baik

pengobatan dan perlunya

Ku lemah

keseimbangan

Tonus otot kurang

dan istirahat.

Terpasang IVFD D5%

3.

pada ekstermitas kiri atas

4.

aktivitas
-

Bantu

pasien

selama

fase

akut

memilih posisi nyaman

menurunkan

untuk istirahat dan atau

metabolik,

tidur

untuk penyembuhan.
Bantu

aktivitas -

kepetawatan

diri

diperlukan.
kemajuan
aktivitas

yang

Berikan

dan

kebutuhan
menghemat
mungkin

kepala

energi
nyaman

tinggi

atau

batal

fase -

Meminimalkan
dan

Berikan lingkungan
tenang

untuk

menunduk kedepan meja atau

peningkatan
selama

Pasien
dengan

penyembuhan
5.

Tirah baring dipertahankan

membantu

kelelahan

keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

batasi

pengunjung selama fase.


-

Menurunkan
rangsangan

stress

dan

berlebihan,

meningkatkan istirahat.

No Dx Kep
Implementasi
1.
1
Hari/tgl : Selasa 22-07-2009

Evaluasi
Hari/tgl : 23-07-2009

Pukul 14.35 WIT


1.

Pukul 15.00 WIT

Mendengarkan

bunyinapas S : Pasien mengatakan

dengan menggunakan steteskop

Tidak sesak napas lagi

Hasilnya :

Masih batuk berlendir

- Terdengar bunyi napas wheezing

Badan tidak lemas lagi

Pukul 14.40 WIT

Bisa mengeluarkan lendir

2.

Menghitung

frekuensi

saat batuk

pernapasan inspirasi dan eksipasi


selama satu menit

O:

Hasilnya :

Sesak napas hilang

- Inspirasi : 20 x/menit

Batuk,

- Ekspirasi : 36 x/menit
-

Mengatur posisi semi fowler

Pasien

dapat

mengeluarkan lendir kuning

Hasilnya :

saat batuk

- Pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut

Masih
napas

Pukul 15.00 WIT


4.

disertai

lendir berwarna kuning

Pukul 14.50 WIT


3.

dengan

terdengar

bunyi

wheezing

saat

diasukultasi

Mengobservasi karakteristik batuk saat pasien batuk

Hasilnya :

Ku baik
Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg

- Karakteristik batuk pasien adalah N : 100 x/menit


batuk pendek, dan berlangsung S : 36,50 C
dalam

beberapa

menit

serta R : 24 x/menit

berulang.
Pukul 15.30 WIT
5.

Memberikan

A : Masalah sebagian teratasi


minum

air

hangat setengah gelas ( 50 cc)


Hasilnya :

P : Intervensi 1, 4, 5, dan 6
dilanjutkan

- Pasien dapat minum air hangat


setengah hanya ( 20 cc)
Pukul 18.00 WIT
6.

Memberi

minum

obat

ambroxol 1 tablet 30 mg
Hasilnya :
2

II

- Obat telah diberikan


Tanggal 22-07-2009

Tanggal 23 07-2009

Pukul : 14.40 WIT

Pukul 15.30 WIT

1.

Mengkaji frekuensi kedalaman S : pasien mengatakan :


pernapasan dan penggunaan otot - Tidak sesak napas lagi
bantu pernapasan

- Dada tidak sakit lagi

Hasilnya :

- Pusing hilang

- Ada pernapasan cuping hidung

- Batas tidak lemas lagi

- Ada retraksi dinding dada

- Masih batuk berlendir

Pukul 14.35 WIT


2.

Mendengarkan

bunyinapas O :

dengan menggunakan teteskop


Hasilnya :

Sesak napas hilang

Bunyi

- Bunyi napas wheezing dan


-

Dengar

dengan

hasilnya, bunyi napas mengi


3.

Pukul 15.00 WIT


4.

lendir

Tidak

ada

pergerakan

Tidak ada retraksi dinding


dada

Pasien merasa nyaman dengan posisi kepala lebih tinggi

disertai

cuping hidung

Hasilnya :
-

Batuk

berwarna kuning

Membantu pasien meninggikan


kepala dan mengubah posisi

wheezing

bunyi napas mengi hilang

insperksi -

Pukul 14.55 WIT

napas

TTV: TD : 110/80 mmHg

N : 100 x/menit
S : 36,50 C

Mengobservasi pola batuk dan R : 24 x/menit


karakteristik sekret

Hasilnya :

Ku baik

Therapi

pembreian

O2

- Skret berwarna kuning kental

dihentikan

Pukul 15.40 WIT


5.

Membantu

pasien

dan A : Masalah sebagian teratasi

mengajarkan napas dalam dan


batuk efektif

P : Intervensi 2, 4, 5, dilanjutkan

Hasilnya :
-

Pasien dapat melakukan napas


dalam dan batuk,

- Sekret dapat dikeluarkan dengan


baik
Pukul 16.00 WIT
6.

Memberikan oksigen 3 liter/


menit

Hasilnya :
- Oksigen telah diberikan
3

III

Tanggal 22 -07-2009

Tanggal 23 07 2009

Pukul 16.10 WIT

Pukul 16.00 WIT

1.

Mengevaluasi respons pasien S :


terhadap aktivitas

- Badan tidak lemas lagi

Hasilnya :

- Tidak pusing

- Pasien belum dapat beraktivitas


karena masih sesak napas

O :

Pukul 16.30 WIT


2.

Menjelaskan
istirahat

dan

- Ku Baik
pentingnya tidur

bagi

penyembuhan

Dapat

beraktivitas

secara

mandiri

(makan,

minum

sendiri)

Hasilnya :
-

Pasien mengerti dan mau


melakukannya

A : Masalah teratasi

Pukul 16.40 WIT


3.

Membantu pasien mengatur P : Intervensi dihentikan

posisi

yang

nyaman

(posisi

setengah duduk) untuk tidur


Hasilnya :
-

pasien merasa nyaman dengan


posisi setengah duduk

Pukul 18.00 WIT


4.

Membantu

pasien

memberi

minum air hangat dan obat


ambroxol tablet (1 tablet)
Hasilnya :
-

aktivitas pasien dapat dibantu,


kebutuhan terpenuhi

Pukul 19.30 WIT


5.

membatasi pengunjung

Hasilnya :
- lingkungan tenang, pasien dapat
beristirahat.

No Dx Kep
Hari / tanggal
1
I
Sabtu, 25-07-2009
Pukul 14.30 WIT

Catatan Perkembangan
S : Pasien mengatakan :
-

Tidur sesak napas lagi

Batuk

berkurang,

tapi

masih

mengeluarkan lendir
-

Badan tidak lemas lagi

Bisa mengeluarkan lendir saat batuk

O:
-

Sesak napas hilang

Batuk disertai lendir berwarna kuning

Pasien dapat mengeluarkan lendir saat


batuk

Bunyi napas wheezing berkurang

Ku baik

Tanda-tanda vital : TD : 110/80


mmHg
N : 96 x /menit
S : 36,60 C
R : 20 x/menit

A : Masalah sebagian teratasi


P : Intervensi : 1, 4, 5, 6, dilanjutkan

No Dx Kep
Hari / tanggal
2
II
Sabtu, 25-07-2009
Pukul 14.30 WIT

Catatan Perkembangan
S : Pasien mengatakan :
-

Tidur sesak napas lagi

Dada tidak sakit

Pusing hilang

Badan tidak lemas

Masih batuk disertai lendir

O:
-

Sesak napas hilang

Bunyi napas wheezing berkurang

Batuk disertai lendir berwarna kuning


(berkurang)

Tidak ada pergerakan cuping hidung

Tidak ada retraksi dinding dada

Tanda-tanda vital : TD : 110/80


mmHg
N : 96 x /menit
S : 36,60 C
R : 20 x/menit

A : Masalah sebagian teratasi


P : Intervensi : 2, 4, 5, dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
1.

Admin, 2009. Asuhan Keperawatan Asthma Bronchial pada Anak


(http://catatanperawat.byethostis.com/asuhan_keperawatan/asuhan-keperawatanasthma-bronchial-pada-anak/

2.

Budiartha, Putu. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Asma


(http://nursingbegin.com/tag/askep_asma/

3.

Dudut,

2009,

Asuhan

Keperawatan

Asma

Bronkial

(http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatandudut2.pdf)
4.

Masjoer. Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media


Aesculapius, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK R.W


DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
ASMA BRONKIAL DI RUANG ANAK
RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON

OLEH :
KELOMPOK : 2
1. THERESYA LUTURMAS

12. MARLIN .SAHETAPY

2. BETTY ARIZONA

13. MAYA .LARUDI

3. DEDY .P. WIDODO

14. MICHAEL.SALEKY

4. ACRIANI

15. NURHAYATI. SELAYAR

5. DESI .WALI

16. NURJA .DETEK

6. FEBRIANA . TITABANO

17. PAULIANA .WAELSA

7. FLORENSI. PESIWARISSA

18. RIDWAN .WALIULU

8. FITAYANI

19. RIANA .ANJANI

9. HELMY.M. W. LANDO

20. SARI .SRI.R .LAITUPA

10. JULIANA. DANDIRWALU

21. SILVIA BL .ROZARY

11. LESLY .P.ONAOLA

KESDAM XVI/PATTIMURA
AKADEMI KEPERAWATAN
2009

Você também pode gostar