Você está na página 1de 15

Analisis Manajemen Keuangan

PT. UNILEVER INDONESIA TBK

Jimo

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Sebelas Maret
2012

I.

PENDAHULUAN
Bagi perusahaan publik dalam mengelola modal (ekuitas) bukan semata-mata untuk

mendapatkan laba yang tinggi, meningkatkan nilai perusahaan juga menjadi tujuan.
Kenaikkan atas nilai perusahaan akan menaikkan harga saham di pasar modal. Memperoleh
laba yang maksimal dengan cara mengelola modal secara efektif dan efisien, sedangkan
menaikkan nilai perusahaan dengan mengelola modal dengan maksimal.
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur nilai perusahaan,
salah satunya adalah dengan EVA (Economic value added). Konsep EVA adalah
perusahaan akan benar-benar menguntungkan jika mampu meningkatkan nilai dan hanya
jika labanya lebih tinggi dari pada biaya modal yang digunakan untuk mendanai operasi.
Kinerja dihitung bukan lagi hanya dari perolehan laba tetapi sudah mempertimbangkan
biaya modal, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pembiayaan
operasionalnya.
Kebijakan investasi akan mempengaruhi terhadap biaya modal, dalam melakukan
ekspansi perusahaan akan dibiayai dengan hutang atau dengan ekuitas. Jika dibiayai dngan
hutang tentu saja akan menimbulkan bunga yang harus dibayar dan jumlah bunga tersebut
akan mengurangi pajak karena dicatat sebagai beban untuk pengurang penghasilan.
Kelemahan jika dibiayai dengan hutang adalah semakin banyak utang berarti meningkatkan
ratio hutang yang mengakibatkan turunnya nilai perusahaan. Sebaliknya investasi dibiayai
dengan ekuitas maka modal akan naik dan nilai perusahaan akan naik. Kebijakan
pendanaan harus dikaji dengan cermat karena akan berakibat terhadap nilai perusahaan.

A.

TUJUAN

Analisis manajemen keuangan perusahaan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


kebijakan-kebijakan yang diambil oleh perusahaan

dan nilai perusahaan yang pada

akhirnya akan mempengaruhi harga saham.

B.

M OT I V A S I
Perusahaan mengambil kebijakan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dalam

bentuk investasi, pendanaan, deviden dan modal kerja. Penulis ingin mengetahui seberapa
jauh optimalisasi kebijakan tersebut.
Penulis memilih PT. Unilever Indonesia Tbk, karena perusahaan tersebut
mempunyai likuiditas transaksi yang bagus. Ini dibuktikan dengan selalu masuk dalam
indeks LQ 45 , yaitu indeks yang menghimpun 45 saham teraktif dalam perdagangan di
Bursa Efek Indonesia meskipun urutan 45 pada tahun 2012. PT. Unilever Indonesia,Tbk
rutin melakukan corporate action mulai pertama listing sampai sekarang. Pembagian
deviden juga dilakukan setiap tahun mulai tahun 1982 sampai sekarang. Dalam kurun
waktu tujuh tahun terakhir pembayaran deviden dilakukan dua kali setahun atas deviden
interim dan deviden final.

C.

MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah penulis dapat membandingkan teori yang diperoleh
dalam kuliah manajemen keuangan dan kebijakan kebijakan manajemen keuangan PT.
Unilever Indonesia, Tbk sehingga akan didapat pemahaman yang lebih baik.

D.

S I S T E M A T I KA

PE N U L I S A N M A K A L A H

Dalam makalah ini pembahasan pada bab dua akan menganalisis manajemen
keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Pembahasan dimulai dari diskripsi singkat
perusahaan, profil harga saham bulanan dalam dua tahun terakhir, tinjauan teori tentang
kebijakan-kebijakan atas; (1) keputusan investasi, (2) keputusan pendanaan, (3) kebijakan
deviden, (4) manajemen modal kerja. Dalam bab dua dibagian akhir akan dibahas tentang
analisis keputusan investasi, pendanaan, deviden dan modal kerja yang diakukan oleh
PT.Unilever Indonesia,Tbk. Bab tiga dalam makalah ini adalah kesimpulan hasil analisis
manajemen keuangan PT. Unilever Indonesia,Tbk, keterbatasan, dan saran.

II.

ANALISIS

MANAJEMEN

KEUANGAN

PT.

UNILEVER

INDONESIA, T B K
A.

D E S KR I P S I

S I N G KA T

PERUSAHAAN.

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai


Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen,
notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie
dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di
Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche
Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980,
nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat
oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan
keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di
Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham
menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per
saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No.
46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produkproduk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni,
2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo,
S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan
memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan
No. C-18482HT.01.04-TH.2000
B.

P R O FI L H A R GA S A HA M

P E R U S A HA A N

DALAM

S E PU L U H

T A HU N

T E R A K HI R
Profil saham perusahaan dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat dalam lampiran kinerja
perusahaan, yang dapat diringkas sebagai berikut;.
2002
2003
2004
2005
2006

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1.820
3.625
3.300
4.275
6.600

2007
2008
2009
2010
2011

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

6.750
7.800
11.050
16.500
18.800

C.

D E S KR I P S I S I N G K A T

1.

K E PU T U S A N I N V E S T A S I

TENTANG

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham, sedangkan


perusahaan lain dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan berinvestasi dalam proyekproyek yang dapat memberikan lebih besar dari pada biaya modalnya. Perusahaan dalam
berinvestasi biasanya selalu mengikuti apa yang pernah dijalankan, tidak memilih untuk
investasi baru. Kebijakan investasi perusahaan biasanya berkenaan dengan ekspansi usaha,
penggantian aktiva, merger dan akuisisi.
Keputusan investasi tidak akan jauh dari masalah modal, dan untuk mendapatkannya ada
biaya yang harus dikeluarkan yang dikenal dengan nama biaya modal. Ketika
mengestimasikan biaya modal kita akan menggunakan tingkat pengembalian yang diminta
dari saham dan obligasi perusahaan yang masih beredar sebagai suatu titik awal . tingkat
biaya tersebut akan mencerminkan seberapa beresikonya aktiva suatu perusahaan.
Investasi yang tepat akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi harus dipertimbangkan
penggunaan dana untuk investasi tersebut, sebaiknya dicari komposisi pendanaan yang
tepat sehingga biaya modal rata- ratanya menjadi kecil.

2.

K E PU T U S A N P E N D A N A A N ( S T R U KT U R

MODAL)

Sebuah perusahaan memiliki suatu sasaran struktur permodalan tertentu dan menggunakan
pembobotan berdasarkan sasaran struktur tersebut untuk menghitung WACC. Perusahaan
dapat mengubah struktur modalnya dan perubahan ini juga akan mempengaruhi biaya
modalnya. Setelah keputusan investasi diambil oleh manajemen perusahaan dalam rangka

meningkatkan nilai perusahaan, langkah selanjutnya bagaimana membuat komposisi


pendanaan yang tepat. Pendanaan bisa didapat dari ekuitas dan utang,
Jika pada kenyataannya rasio utang ternyata lebih besar kecil dari tingkat sasaran maka
ekspansi modal akan dilakukan dengan mengeluarkan surat utang, sebaliknya jika rasio
utang sudah lebih besar maka yang dikeluarkan adalah ekuitas.
Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara resiko dan
pengembalian. Resiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi
ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya. Jadi, struktur modal
yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga
dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

3.

K E B I J A KA N D I V I D E N

Perusahaan dapat memperoleh ekuitas baru melalui saldo laba ditahan maupun dengan
menerbitkan saham biasa baru. Untuk emisi saham baru biayanya mahal lebih murah saldo
laba ditahan, sehingga perusahaan akan menerbitkan saham baru hanya jika saldo laba
ditahan sudah diinvestasikan seluruhnya. Saldo laba ditahan adalah laba yang belum
dibayarkan sebagai deviden , maka artinya kebijakan deviden akan dapat mempengaruhi
biaya modal karena akan mempengaruhi jumlah saldo laba ditahan.

4.

M A N A J E M E N M OD A L K E R J A

Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek, yang
meliputi kas, sekuritas, persediaan, dan piutang.

Kebijakan Modal Kerja adalah keputusan-keputusan kebijakan dasar yang berhubungan


dengan tingkat sasaran untuk masing-masing kategori aktiva lancar dan bagaimana aktiva
lancar tersebut akan didanai.
Manajemen modal kerja mencakup penetapan kebijakan modal kerja dan pelaksanaan
kebijakan tersebut dalam operasi sehari-hari.
Konsep pengelolaan modal kerja adalah bahwa modal kerja dibutuhkan untuk menjalankan
bisnis, dan semakin besar kepemilikan atas aktiva tersebut, semakin kecil perusahaaan
menghadapi kekurangan aktiva, maka resiko operasinya akan menjadi rendah. Untuk
memiliki modal kerja dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, jika persediaan terlalu besar,
maka mungkin saja terjadi tingkat pengembalian nol atau bahkan negative jika persediaan
tersebut biaya penyimpanannya terlalu besar atau tingkat kerusakannya tinggi.
Untuk

mendapatkan

persediaan

dibutuhkan

modal,

modal

perlu

biaya

untuk

mendapatkannya, untuk itu tidak boleh berlebihan cukup hanya sejumlah persediaan
minimal yang dapat digunakan untuk menjalankan bisnis tanpa adanya gangguan.

5.

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI, PENDANAAN, DEVIDEN,


K E R J A P E R U S A HA A N

DAN

D A M PA K N Y A

TERHADAP

DAN

MODAL

N I L A I S A HA M .

Analisis keputusan investasi, pendanaan, deviden, dan modal kerja PT Unilever Indonesia
Tbk dan dampaknya terhadap nilai saham.

a)

A N A L I S I S K E PU T U S A N I N V E S T A S I
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT

Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT

AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap,
saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merkmerk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem
Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang
bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk
dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad
mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam
perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT
Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003,
perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi
saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak
terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham
antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004.
Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut
dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham
(pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan
setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah.
Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani
perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra)
sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek
Buavita dan Gogo dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan
Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
K R ON OL O GI
1920-30

Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933

Pabrik sabun Zeepfabrieken NV Lever Angke, Jakarta

1936

Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV Angke, Jakarta

1941

Pabrik komestik Colibri NV, Surabaya

1942-46

Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II)

1965-66

Di bawah kendali pemerintah

1967

Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman


modal asing

1981

Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982

Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988

Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990

Terjun di bisnis teh

1992

Membuka pabrik es krim

1995

Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi

1996-98

Penggabungan instalasi produksi Cikarang, Rungkut

1999

Deterjen Cair NSD Cikarang

2000

Terjun ke bisnis kecap

2001

Membuka pabrik teh Cikarang

2002

Membuka pusat distribusi sentral Jakarta

2003

Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar

2004

Terjun ke bisnis makanan ringan

2005

Membuka pabrik sampo cair Cikarang

2008

Terjun ke bisnis minuman sari buah

2010

Perusahaan memasuki bisnis pemurnian air dengan meluncurkan Pureit

2011

Perusahaan mendirikan pabrik sabun mandi Dove di Surabaya


sekaligus memperluas pabrik es krim Walls dan Skin Care di Cikarang

b)

A N A L I S I S K E PU T U S A N P E N D A N A A N

Setelah perusahaan menetapkan sasaran sasaran investasi maka langkah selanjutnya


adalah melihat dari mana dana yang digunakan untuk investasi tersebut. Apakah dari utang
atau menerbitkan ekuitas,
PT. Unilever Indonesia Tbk dalam membiayai modal kerjanya adalah dengan laba ditahan
yang jumlahnya tidak mencapai 50% dari laba bersih yang diperoleh. Sumber pembiayaan
yang lain diperoleh dari hutang jangka pendek tahun 2011
Dalam laporan keuangan perusahaan terlihat struktur modal tahun 2011 komposisi antara
utang dan ekuitasnya adalah 65% dan 35%, sedangkan tahun 2010 53% dan 47% tidak
begitu berbeda. Melihat hal tersebut dapat dikatakan bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk
lebih memilih mendanai investasinya dengan utang dari pada ekuitas. Manajemen
mempunyai pertimbangan tersendiri dalam memutuskan hal tersebut, analisis yang bisa
dilakukan adalah bahwa jika menggunakan utang ada pengurangan pajak yang bisa didapat,
karena terlihat bahwa biaya bunga yang harus dibayarkan perusahaan cukup tinggi,
penghematan pajak cukup besar. Perusahaan yakin bahwa operasional perusahaan yang
baru diakuisisi dan didirikan akan memberikan laba yang stabil sehingga bisa digunakan
untuk membayar biaya bunga dan pokok utang. Karena investasi yang dilakukan langsung
bisa memberikan return yang baik.
Jika kita melihat struktur permodlan dan preferensi investor terhadap harga saham maka
analisisnya adalah sebagi berikut;
Tahun 2010, perusahaan masih mengandalkan permodalan dari utang kepada lembaga
perbankan, sehingga investor melihat rasio utang terhadap aktivanya besar, resiko yang

harus ditanggung investor juga besar. Hal ini membuat investor tidak terlalu tertarik untuk
investasi yang mengkibatkan harga saham semakin turun.
Tahun 2011 perusahaan masih mengandalkan utang tetapi bukan kepada perbankan dengan
masa pinjaman 12 bulan.

c)

A N A L I S I S K E B I J A KA N D E V I D E N

Sejak listing tahun 1982 perusahaan selalu membagikan deviden dan kurun waktu sepuluh
tahun terakhir terjadi kenaikkan nilai deviden yang dibagikan. Perusahaan membayar
deviden setahun dua kali, dalam pengumuman kebijakan deviden ini biasanya selalu diikuti
dengan kenaikan harga saham, karena banyak investor yang menginginkan deviden sebagai
bagian keuntungan pemegang saham.
Kebijakan deviden perusahaan adalah tidak membagi seluruh laba bersih yang diperoleh
tetapi prosentase yang dibagikan tahun 2010 78% tahun 2011 46%, sisanya digunakan
untuk membiayai investasi sebagai modal kerja. Jika kita melihat dari laporan keuangan
perusahaan tahun 2010 laba bersih Rp 3,3T yang dibagikan sebagai cash deviden hanya Rp
2,6T. modal kerja yang berasal dari laba ditahan biaya modalnya tidak ada, resiko juga
sangat kecil.

d)

ANALISIS MANAJEM EN MODAL KERJ A

Analisis modal kerja terhadap PT. Unilever Indonesia Tbk adalah analisis terhadap aktiva
lancar yang dimiliki yang digunakan untuk operasional usaha, yang terdiri dari kas,
sekuritas jangka pendek, piutang dan persediaan.

Untuk kas perusahaan sudah memiliki cukup kas yang dapat digunakan untuk operasional
perusahaan. Yang tercatat adalah jumlah kas yang optimum yang digunakan oleh
perusahaan, untuk sekuritas perusahaan hanya memiliki sedikit investasi jangka pendek,
piutang sudah disisihkan untuk menjaga agar tidak terjadi resiko yang berlebih dalam
cadangan kerugian piutang. Begitupun dengan persediaan, sudah diatur dengan baik.
Persediaan sudah diasuransikan untuk melindungi terhadap resiko ketidakpastian, nilai
persediaan tidak terlalu besar karena produk yang dihasilkan adalah barang konsumsi yang
tidak bertahan lama.
Manajemen modal kerja yang dilakukan perusahaan sudah baik dan untuk pembiayaan
modal kerja perusahaan bisa mendanai dari laba yang ditahan.

III.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

1.

K E S I M PU L A N

Dari hasil analisis manajemen keuangan terhadap PT. Unilever Indonesia Tbk khususnya
dalam menilai hubungan antara kebijakan investasi, pendanaan, deviden, dan modal kerja
terhadap harga saham perusahaan.
a. Dalam kebijakan investasi, ekspansi usaha menjadi pilihan perusahaan dan ini adalah
keputusan yang tepat karena dapat meningkatkan nilai perusahaan yang pada akhirnya
meningkatkan harga saham.
b. Dalam kebijakan struktur modal, perusahaan sudah mempunyai struktur modal yang
tepat yaitu 65% utang dan 35% ekuitas sehingga diperoleh komposisi yang optimum.
Kebijakan ini membawa pengaruh positif terhadap harga saham.

c. Dalam kebijakan deviden perusahaan sudah tepat dengan tidak membagikan seluruh
laba bersih usaha, tetapi juga digunakan untuk operasional usaha dan investasi. Selain
nengambil kebijakan pembagian deviden perusahaan juga melakukan buy back atas
saham sehingga meningkatkan EPS pada akhirnya meningkatkan harga saham.
d. Analisis Modal Kerja. Perussahaan sudah mengelola modal kerja dengan baik.
Komposisi untuk kas, sekuritas jangka pendek, piutang dan persediaan sudah
mengakomodir resiko dengan baik.
2.

KETERBATASAN
Data yang digunakan dalam makalah ini hanya terbatas pada data sekunder laporan

keuangan selama dua tahun, banyak hal-hal diluar data keuangan yang seharusnya bisa
digunakan untuk menganalisis. Alat analisis yang digunakan bersifat kualitatif, seharusnya
bisa menggunakan kuantitatif juga.

3.

SARAN
Untuk penulisan selanjutnya akan lebih baik jika data yang digunakan lebih dari 5

tahun. Karena harga saham yang dinilai dengan menggunakan analisis fundamental akan
lebih tepat jika sumber data yang mendukung lebih banyak. Untuk menilai sebuah
perusahaan akan lebih baik kalau mengikuti perkembangan corporate action yang dilakukan
dan dampak yang terjadi bagi perusahaan secara langsung.
Bagi perusahaan untuk ekspansi usaha tidak hanya dari akuisisi tapi bisa dengan
pengembangan teknologi. Dengan menguasasi teknologi akan lebih banyak informasi yang
dapat diperoleh.

REFERENSI
Brigham & Daves, Intermediate Financial Management, Thomson South-western, USA,
2007
Brigham & Houston, Fundamental of Financial Management (Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan) Buku 1 Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta , 2006
Brigham & Houston, Fundamental of Financial Management (Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan) Buku 2 Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta , 2006

Você também pode gostar