Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga
kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial (Lalu Husni, 2005). Sedangkan menurut Prabu Mangkunegara (2001)
pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi
atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik),
penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat
kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh
kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini
meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan,
pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang
berbahaya (Dessler, 2007).
II. 2. Kecelakaan Kerja
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia maupun harta benda (Lalu Husni, 2005).
Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan menurut
Frank B Jr dan George L Germain, tahun 1990.
1. Accident : Kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi
manusia maupun harta benda
2. Incident : Kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian
3. Near miss: Kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident
Berdasarkan teori dari Frank Bird Jr, menyebutkan bahwa kecelakaan disebabkan
atas beberapa faktor berikut:
1. Lemahnya kontrol atau kurang pengawasan dari pihak manjemen terhadap
berjalannya penerapan aspek-aspek keselamatan kerja di lapangan.
1
diasuransikandanbiayatidakdiasuransikan.
Biayayangdiasuransikan
o Pengeluaranmedis,biayaperawatanmedisuntukcidera/penyakitakibatkerja
ditanggungsesuaidenganpersyaratanyangditentukanolehpemerintah,
o Kompensasikaryawan,penggantianasuransiyangdibayarkanatascacat,dan
kematian. Kompensasi yang dibayarkan pada karyawan yang mengalami
2
cacat akibat kecelakaan kerja atau pihak ahli warisnya dari perusahaan
asuransidiaturolehperaturanpemerintah.
Biayayangtidakdiasuransikan
o Jikakaryawanpenggantidipekerjakan,makabiayauntukmelatihkaryawan
(termasukwaktudanbahanpelatihan)harusdipertimbangkansebagaisuatu
biayaakibatterjadinyakecelakaan.
o Biaya atas waktu peyelidikan, waktu yang dihabiskan manajemen dan
karyawanlainuntukmenyelidikikecelakaan,prosespendokumentasian,isian
isian,klaim,menghadiridengarpendapatdansebagainyaharusdimasukan
jugasebagaibiayalangsungakibatkerja.
3. Citraperusahaan
Publikasinegatifbisamempengaruhipandanganpelangganperusahaanterhadap
produkyangdihasilkan,danberakhirpadahilangnyakepercayaanpelanggan.
4. Waktu
Waktupekerja,hilangakibatpekerjacidera.Jamkerjayangseharusnyadilakukan
pekerjauntukmelakukanproduksihilangakibatterjadinyasuatukecelakaandan
waktukerjayanghilanguntukmencaripenggantipekerjayangcidera.
Waktuhilangpadaorangyangtidakcidera,waktuhilangpadasaatkaryawanlain
berhentibekerjauntukmembantu,menjadisaksidanmendiskusikankecelakaan
yangterjadi.
Waktuhilangakibatperbaikanalat,pembersihantempatkejadiandanpulawaktu
yang tambahan yang harus disediakan untuk mengoperasikan kembali alat
tersebut.
5. Kerusakanalat,peralatan,produk,material,bangunan,produksi.
Kecelakaan bisa mengakibatkan kerusakan pada peralatan, harta hak milik,
/bangunan. Termasuk juga biaya untuk memindahkan/mengorganisasikan
material atau peralatan, perbaikan spesial terhadap peralatan atau penggantian
sukucadang.
6. Rugi penjualan produk yang rusak harus dikerjakan ulang/diganti untuk
memenuhipesanan,karenaditakutkanklienakanmelakukanpesananditempat
lain.
7. Kehilanganpelanggan
Klien dapat saja memutuskan kontrak dan berpindah ke pihak lain akibat
perusahaan tidak bisa memenuhi pesanan, waktu pengiriman yang sudah
disepakati.
II.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Ayat 2: Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Ayat 1: Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan,
pemasangan,
pemakaian,
penggunaan,
pemeliharaan
dan
Faktor fisik
Misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas,
kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
Faktor kimia
Bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap
(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
Faktor psikologi
Suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu dan
sebagainya.
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada
roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,
gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan
satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi
dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut
Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250
4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz
(Afry, 2011).
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui
3.
arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per
satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu
siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan
periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat
di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara
meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2
kHz 4 kHz 8 kHz 16 kHz.
8. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan
waktu.
9. Tekanan suara
Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan Pekerja :
1. Gangguan Fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam
yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak
nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit
(Afry, 2011).
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain (Afry, 2011).
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang (Afry, 2011).
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual (Afry, 2011).
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran
adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area
bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka
akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya
mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan (Afry, 2011)..
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan
6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.
Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan
juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi
wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan
pendengaran yang terjadi (Bashiruddin dan Soetirto, 2007).
Pengendalian Kebisingan di lingkungan kerja.
1. Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.
Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja
dapat dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin yaitu dengan menutup
atau menyekat mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising.
2. Pada dasarnya untuk menutup mesin mesin yang bising adalah sebagai berikut:
Menutup mesin serapat mungkin.
Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran getaran.
Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.
3. Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.
Usaha melindungi karyawan dari kebisingan di lingkungan kerja dengan memakai
alat pelindung telinga atau personal protective device yaitu berupa ear plugs dan
ear muffs.
II.4.2 Panas
Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Suhu tubuh manusia yang dapat
kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh
panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya
terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak
pula panas tubuh akan hilang. Tekanan panas atau heat stress adalah batasan
kemampuan penerimaan
panas
yang
diterima.
10
11
II.4.3 Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah
getaran
yang
ditimbulkan
oleh
sarana
dan
peralatan
kegiatan
manusia
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai
tubuh:
Jenis Getaran
12
Getaran seluruh tubuh dapat menimbulkan efek tergantung kepada jaringan manusia,
seperti:
3-6 Hz untuk bagian thorax(dada dan perut),
20-30 Hz untuk bagian kepala,
100-150 Hz untuk tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).
Getaran Tangan Lengan Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja yang
diperkerjakan pada:
Operator gergaji rantai,
Tukang semprot, potong rumput,
Gerinda,
Penempa palu.
Menurut buku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger ),
White
finger
memiliki
nama
lain dead
hand disease / traumatic
vasospastic
/Sindrom
Raynauds
Pada
lain : tangan
dan
kaki
berubah
warna.
13
Fenomena Raynaud
Gejala sensorineural yang dapat ditemukan pada penderita HAVS adalah
rasa baal dan/atau kesemutan pada satu atau lebih jari. Gejala mulai dari
ringan dan hanya berefek pada ujung jari yang sifatnya hilang timbul.
Pada kasus yang berat, baal dapat mengenai sepanjang seluruh jari.
Tabel 2.2 Skala Klasifikasi Stockholm untuk gejala vaskular yang diinduksi oleh rasa
dingin pada jari penderita HAVS
14
15
Pernapasan ( inhalation ),
Tertelan ( ingestion )
A. Sodium Sitrat
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan
pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam
sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan,
sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, sodium sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous sodium sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan
di atas 74 C. Secara kimia, sodium sitrat bersifat seperti asam karboksilat
lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 C, sodium sitrat terurai dengan melepaskan
karbon dioksida dan air.
Sodium sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan
pengawasan makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami
terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan sitrat dengan mudah
dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh. Paparan terhadap sodium sitrat kering
ataupun larutan asam sitrat pekat dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.
Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan atau kaca mata pelindung) perlu
dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut.
B. Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
a. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah
bagain tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
16
b. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alatalat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema ( bengkak )
Contoh :
Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
c. Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit atau organ pernapasan
Contoh :
o Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau
nickel, epoxy hardeners, turpentine.
o Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
d. Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang
ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi
oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada
darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit (Bung Okles, 2008).
Contoh :
1.
e. Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
17
carbon
18
keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk
mikro organisma sebagai berikut (Rusli Mustar, 2008) :
II.4.3.1 Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan
sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan
kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan
oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
II.4.3.2 Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya.
II.4.3.3 Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan
hidup dari organisme atau hewan lain.
II.4.3.4 Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin
ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat
terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma
bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah
bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran
pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk
dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini
misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.
Di Laboratorium
19
2.
3.
20
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
II.4.4.1 Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu
diperhatikan performansi pekerjanya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal
tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang digunakan
pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi
dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas
dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya menyebabkan turunnya
produktivitas.
Menurut Mulyono (2005) ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi
yang perlu diperhatikan, antara lain :
Faktor manusia
Penataan
dalam
sistem
kerja
menuntut
faktor
manusia
sebagai
21
Faktor Anthropometri
Anthropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia,
terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau
menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya.
Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan
demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna menjamin adanya
sistem kerja yang baik. Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh
penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa
tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan
dengan cara yang tidak alamiah.
hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana
kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat sehingga
22
kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi
tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang
baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari
diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan,
perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan
lembur
sebaiknya
ditiadakan,
karena
dapat
menurunkan
efisiensi
dan
tersebut.
c. Menentukan
prinsip
aplikasi
yang
akan
digunakan
dengan
Anthropometri dinamis
Adalah pengukuran gerak tubuh untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai
antara gerak benda dan gerak tubuh, agar tenaga kerja dapat bekerja secara
maksimal.
Anthropometri statis
Adalah pengukuran ukuran tubuh manusia, dimana ukuran tubuh tersebut
digunakan untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya yang
menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan gerakan-gerakan
yang dibutuhkan.
Pertimbangan untuk perancangan dalam anthropometri :
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Posisi tubuh
Cacat tubuh
Tebal/tipisnya pakaian
Kehamilan
bagi manusia sebagai penggunaannya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak
dan posisi kerja tenaga kerja, dengan demikian penerapan antropometri mutlak
diperlukan untuk menjamin adanya sistem yang baik
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja
sambil duduk menurut Sumamur (1994) adalah sebagai berikut :
alas kaki).
Topangan pinggang dapat distel ke atas ke bawah dan begerak 8 - 12 cm di
duduk.
Dalamnya alas duduk 36 cm.
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan khusus
pemakainya.
Agar stabil, sebaiknya dipergunakan kursi berkaki empat dan menggunakan
sandaran kaki. Topangan pinggang dianjurkan lebih dari 10 cm, agar dapat
melakukan gerakan yang bebas. Untuk kursi kerja, sandaran tangan tidak
diadakan agar gerakan dapat dilakukan dengan bebas. Perasaan tegangan di paha
dihilangkan dengan tinggi alas kursi yang tepat. Alas harus empuk dan ujung
depannya tidak tajam.
Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan berkurangnya tingkat
kelelahan tenaga kerja. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan
dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara
25
bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem
kerja duduk.
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk
diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu
tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk
beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10
derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30
menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap
rileks
Faktor
risiko
ergonomi
merupakan
faktor-faktor
yang
berpotensi
Manusia didesain untuk berdiri pada dua kaki, akan tetapi bukan berarti
didesain untuk berdiri terus menerus (oleh sebab itu postur kerja untuk berdiri terus
menerus masih belum dapat diterima secara fisiologi dan mekanik). Beban statis,
penekanan pada jaringan lunak dan pembekuan pada vena dapat menyebabkan
fatigue, oleh sebab itu perlu adanya pergerakan dalam postur berdiri seperti berjalan-
27
jalan atau bergerak dalam waktu yang singkat sebagai relaksasi agar aliran darah ke
kaki tetap aktif (Bridger, 2003).
Postur dudukDalam posisi duduk pusat pendukung tubuh adalah tulang
punggung terhadap pelvis. Postur duduk melibatkan fleksi pada lutut dan fleksi
punggung terhadap paha. Kelebihan postur duduk adalah untuk mendukung postur
yang stabil pada tubuh dengan nyaman disepanjang waktu, puas secara psikologis
dan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini berarti secara umum postur
duduk lebih disenangi secara psikologis. Pada umumnya orang tidak mampu untuk
duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka akan duduk
dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang agak merosot dapat
membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara anterior dan posterior tertekan
sehingga menimbulkan kesakitan (Bridger, 2003).
Berdasarkan ILO (1998) secara alamiah postur terbagi atas dua yaitu:
a. Postur Statis
Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir disepanjang waktu.
Pada postur statis hampir tidak terjadi pergerakan otot dan sendi, sehingga beban
yang ada adalah beban statis. Dalam kondisi ini suplai darah yang membawa
nutrisi dan oksigen akan terganggu sehingga akan mengganggu proses
metabolisme tubuh. Permasalahan dalam pekerjaan statis adalah postur yang
sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress/ tekanan
pada bagian tubuh tertentu.
b. Postur Dinamis
Postur dinamis adalah postur yang terjadi dengan adanya perubahan panjang dan
peregangan pada otot serta adanya perpindahan beban. Postur dinamis melibatkan
adanya gerakan. Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral
dengan pergerakan. Akan tetapi jika pergerakan tersebut terjadi terus menerus dan
berkelanjutan maka dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena
pergerakan yang berkepanjangan akan membutuhkan energi yang lebih besar
daripada posisi statis, terutama pada pergerakan yang ekstrim atau ketika
menangani beban yang berat.
Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot, aliran
darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur tersebut.
Tabel: Perbandingan Kebutuhan otot pada Postur Statis dan Dinamis (Bridger, 2003)
28
Otot statis
Otot dinamis
Pergantian
fase
konstraksi
dan
relaksasi
Postur kerja yang berbahaya bagi kesehatan dan paling berisiko menimbulkan
cidera adalah postur janggal. Postur janggal merupakan posisi tubuh/ segmen tubuh
yang menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal. Berikut ini
beberapa postur janggal yang berisiko menimbulkan sakit pada bagian tubuh tertentu:
Tabel:Postur janggal dan kemungkinan terjadinya sakit atau gejala lainnya (ILO, 1998).
Postur Janggal
29
Berdiri
(jauh/ tinggi)
Kepala mendongak
ke depan
Membawa beban berat dengan cara memanggul
atau memikul
Semua posisi tegang
sendi
Semakin sering dan lama terjadinya postur janggal maka akan semakin
perbesar kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Selain itu derajat kejanggalan yang
terjadi juga menentukan risiko yang dapat ditimbulkan.
2. Repetisi
Repetisi merupakan jumlah rata-rata pergerakan atau peregangan sendi atau
bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu tertentu. Pergerakan atau peregangan
yang sama pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan over-extension atau penggunaaan otot tertentu secara berlebihan
yang dapat mengakibatkan kelelahan (American Dental Association, 2004).
Secara umum semakin besar pengulangan gerakan yang terjadi maka akan
semakin besar pula risiko kesehatan yang mungkin terjadi.
3. Durasi
Durasi merupakan jumlah waktu/ lamanya terpajan suatu faktor risiko. Durasi
kerja dapat dilihat sebagai jam kerja/ hari, hari kerja/ minggu atau lama kerja
30
dalam satuan bulan atau tahun. Secara umum, semakin lama seseorang bekerja
semakin tinggi potensi seseorang tersebut terkena risiko kesehatan dan cidera
karena mereka terpajan faktor risiko dalam waktu yang lama juga. Durasi juga
dapat dilihat sebagai pajanan pertahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan
berdasarkan faktor risikonya.
4. Force/ gaya
Force/ gaya merupakan usaha mekanik atau fisik yang dikeluarkan untuk
melakukan gerakan atau peregangan (American Dental Association, 2004). Force/
gaya juga dapat berarti sebagai tenaga yang dikeluarkan ketika melakukan
sesuatu. Force/ gaya juga berhubungan dengan beban dan berat objek yang
ditangani. Semakin berat objek yang ditangani semakin besar force/ gaya yang
harus dikeluarkan tubuh. Secara umum semakin besar gaya yang dikeluarkan
untuk menangani suatu objek, maka risiko kesehatan yang dapat terjadi juga akan
semakin besar.
Pajanan terhadap faktor risiko ergonomi ini biasanya saling berkaitan antara satu
faktor dengan faktor lainnya dalam menimbulkan efek terhadap kesehatan. Efek
kesehatan yang timbul merupakan kombinasi dari berbagai faktor risiko tersebut
seperti misalnya adanya postur janggal karena menangani beban tertentu dalam
waktu yang cukup lama dan dilakukan secara berulang-ulang.
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah (NIOSH,1997) :
Gangguan pada otot, syaraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, dan sendi
tulang belakang
Gangguan tidak khusus yang disebabkan oleh kejadian yang cepat atau tibatiba (seperti tergelincir, tersandung, atau jatuh) yang berkembang sedikit demi
31
personal
dan
faktor
sosial
yang
berkontribusi
terhadap
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.
II.4.5.1 Stress
33
yang banyak dan terdapat uap panas (misal saat bagian perebusan).
Perusahaan menyediakan alat penunjang pekerja yang sesuai ergonomi seperti
tempat duduk pada pekerja selain itu juga adanya kursi di sekitar pekerja yang
berdiri lama. Kursi tersebut disesuaikan dengan pengukuran antropometri
umum pegawai.
Lebih meningkatkan faktor keamanan terutama di lingkungan sekitar kerja
pegawai, seperti di sekitar kolam diberikan pengamanan seperti pagar untuk
DAFTAR PUSTAKA
34
Bung
Okles.
2008.
Pengenalan
Bahaya
Di
Lingkungan Kerja
http://UNK3.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/.pdf
Diakses
31 Januari 2015
Bridger, R. S. (1995-2003). Introduction to ergonomics. Singapore: McGraw-Hill.
Ergonomics and Disability Support Advisory Committee (EDSAC). (2004). An
introduction to ergonomics: Risk factor, MSDs, approaches, and interventions.
American Dental Association. http://ada.org. Diakses 30 Januari 2015.
Rusli Mustar.2008. Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Masyarakat Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan Xiv
Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008. Managemen Kesehatan
Lingkungan Industri.USU. Sumatera Utara.
Aria Gusti. 2011. Manajemen Risiko dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
http://UNK3.com/2011/01/07/manajemen-risiko-dalam-keselamatan-dan-kesehatankerja/. Diakses 31 Januari 2015
Cohen, Alexander L. (1997). Elements of ergonomics program: A primer based on
workplace evaluation of musculoskeletal disorders. Ohio: NIOSH.
Di Martino, Vittorio and Nigel Corlett. (1998). Work organization and ergonomics.
Geneva: International Labour Office (ILO).
Mulyono.
2005.
Kesehatan
Kerja:
Ergonomi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23650/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
31 Januari 2015
Dian, 2010. Pengaruh Sikap Kerja Duduk pada Kursi Kerja yang Tidak Ergonomis
Terhadap Keluhan Otot-Otot Skeletal Bagi Pekerja Wanita Bagian Mesin Cucuk di
PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta; Program DIV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
2010;
diunduh
dari
Afry yanti Rosyani lury, makalah k3 tentang faktor fisik. Dapat dilihat di http://
2011/08/makalah-k3-tentang-faktor-fisik.html. 2011
Budiono, S., dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK Edisi Kedus (Revisi).
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Dessler, Gary, 2007, Manajemen Personalia, Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga.
Fathoni Firmansyah. 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata
Tenaga Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT Ikapharmindo Putra
Mas Jakarta Timur. Program Diploma IV Kesehatan Kerja. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Flippo, Edwin B. 1995. Alih bahasa oleh Moh. Masud. Manajemen personalia.
Jakarta : Erlangga
Lalu Husni. 2005. Hukum Ketenaga kerjaan, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumamur PK. 1994. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti
Muara Agung. Jakarta.
Sumamur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Sagung
Seto.
Bashiruddin, J., Soetirto, I., 2007. Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise
Induced Hearing Loss). Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta:
FKUI.
Frank B Jr dan George L Germain. 1990. Prectical Loss Control Leadership. USA:
Institute Publishing
36