Você está na página 1de 12

ANALISIS JURNAL

STASE KEPERAWATAN DASAR

THE USE OF ABDOMINAL MASSAGE TO TREAT


CHRONIC CONSTIPATION
Marybetts Sinclair LMT (2010)

Disusun Oleh:
Firma Ayu Juwita Ningtyas
Sugito Adi Purnawan
Fika Kharisma
Aditya Nizar Lutfiansyah
Nila Vicky Anggraheni
Rohmah Dyah Nurhidayati

J 230 145 049


J 230 145 061
J 230 145 063
J 230 145 072
J 230 145 096
J 230 145 098

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

THE USE OF ABDOMINAL MASSAGE TO TREAT


CHRONIC CONSTIPATION

Marybetts Sinclair LMT (2010)

A. LATAR BELAKANG
Tipe jurnal ini adalah Article Reviews of Scientific Evidence.
Konstipasi atau sembelit adalah gangguan motilitas gastrointestinal ditandai
dengan susah buang air besar atau menurunnya frekuensi BAB (kurang dari
tiga kali seminggu). Ketika sistem pencernaan berfungsi secara optimal,
makanan dimakan dan dicerna, dan kemudian residu diekskresikan, biasanya
dalam waktu 20-56 jam (Sinclair, 2010).
Konstipasi dapat disebabkan oleh perubahan dalam diet, obat-obatan,
perubahan dalam rutinitas sehari-hari, pembedahan abdomen atau stres
emosional akut. Semua faktor resiko tadi menyebabkan feses bergerak melalui
usus besar pada kecepatan yang lebih lambat dari normal, hingga mencapai
akhir usus besar feses tersebut telah kehilangan banyak air dan telah menjadi
keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan (Sinclair, 2010).
Konstipasi terjadi pada sekitar 9% dari anak-anak, dan antara 12 sampai
19 persen dari seluruh orang dewasa. Di Inggris sekitar 10% dari populasi
umum, 20% lansia yang tinggal di rumah, 49% dari pasien dengan perawatan
jangka panjang, dan 70% dari orang-orang dengan ketidakmampuan belajar
mengalami konstipasi kronis. Warga Inggris menghabiskan 67.000.000 untuk
obat pencahar setiap tahun. Di Amerika Serikat dan Kanada, konstipasi kronis
terjadi pada sekitar 15% dari populasi, dan warga Amerika menghabiskan 725
juta dolar untuk obat pencahar setiap tahunnya. Dalam sebuah survei terhadap
13.879 orang dewasa dari 7 negara, didapatkan rata-rata 12,3% orang dewasa
mengalami konstipasi, dengan persentase yang paling tinggi terjadi pada
wanita dan lansia (Sinclair, 2010).
Pengobatan untuk menangani konstipasi meliputi perubahan pola
makan (terutama peningkatan konsumsi serat dan air), perhatian terhadap
kebiasaan atau dorongan untuk buang air besar, latihan fisik, enema, obat
pencahar, osmotik atau stimulan, dan pelunak feses. Pelatihan biofeedback
dapat digunakan untuk pasien miskin dengan sembelit yang disebabkan oleh
1

lemahnya koordinasi rectoanal. Pembedahan dapat digunakan sebagai pilihan


terakhir (Sinclair, 2010).
Dari akhir 1800-an dan awal tahun 1950-an, di Eropa dan Amerika
Serikat, pijat Swedia, menggunakan stroke petrissage, effleurage, getaran dan
tapotement diterapkan pada dinding perut anterior sebagai pengobatan untuk
konstipasi. Praktisi percaya bahwa dengan memberi tekanan pada dinding perut
bagian anterior, mereka dapat menekan organ-organ pencernaan diantara jari
yang memijat dan dinding posterior dari rongga perut serta berfungsi
merangsang gerakan peristaltik usus.
Beberapa, tapi tidak semua meyakini pijat juga dapat mendorong
kotoran melalui usus menuju rektum. Beberapa praktisi ditargetkan untuk pijat
usus besar secara khusus, salah satu dokter terkemuka akan merekomendasikan
abdomen pasien yang mengalami konstipasi untuk di rontgen sebelum dipijat
guna mengidentifikasi lokasi usus besar yang tepat. Pemijatan perut mungkin
secara tidak sengaja menyebabkan jaringan parut dan memicu otot-otot
midabdomen, sehingga dapat menyebabkan kelebihan gas, sensasi bengkak dan
begah pada abdomen.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang Tulip, terdapat 7
pasien yang mengeluh tidak bisa BAB lebih dari 3 hari dari seluruh pasien
ruang tulip yaitu 25 pasien. Hal tersebut disebabkan karena asupan nutrisi yang
tidak adekuat, kurangnya asupan cairan dan serat, efek samping dari makanan,
dan konstipasi yang disebabkan karena penyakit yang diderita pasien. Setelah
penggunaan obat laksatif baik oral maupun suppositoria, beberapa pasien
mengatakan obat tersebut tidak memberikan efek langsung dalam melancarkan
BAB. Oleh sebab itu dari studi pendahuluan yang dilakukan kami tertarik
untuk menggunakan pijat abdomen sebagai terapi yang membantu mengatasi
konstipasi setelah pemberian obat laksatif suppositoria di ruang tulip.

B. DESAIN PENELITIAN
1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 60 pasien dengan konstipasi yang


sudah mendapatkan terapi obat laksatif.
2. Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik control and intervention group
dengan jumlah 10 sampel, 6 kasus observasi dan 4 case report.
3. Kriteria sampel
a) Pasien yang mendapat obat laksatif
b) Pasien dengan keadaan relaks
c) Pasien yang mampu mengikuti terapi pijat abdomen minimal 7 kali.
4. Kontraindikasi
a) Pasien yang mengalami obstruksi abdominal
b) Perdarahan intestinal
c) Adanya massa abnormal pada abdomen
d) Pasien yang mendapat terapi radiasi pada abdomen
e) Hernia
f) Pasien post operasi abdomen kurang dari 6 minggu
5. Langkah-langkah pemijatan abdomen
-

Effleurage (teknik pijatan dengan menggunakan telapak tangan


dengan cara mengusap, melingkar dengan gerakan yang panjang,
perlahan dan halus) pada abdomen sebanyak 10 kali secara
keseluruhan.

Effleurage dilakukan dari rektus abdominis, obliques eksternal dan


internal lalu otot transversus abdominis sebanyak 10 kali pada

masing-masing bagian.
Remas abdomen-3 kali.
Effleurage searah jarum jam pada perkiraan jalan usus-10 kali.
Vibrasi daerah usus kecil dan usus besar-satu menit atau lebih.
Ulangi langkah 4.
Remas diatas perkiraan jalan usus besar, dengan tinju, tumit tangan

atau jempol-satu menit atau lebih.


Petrissage (teknik pijat dengan meremas-remas dan memegang otot

secara ringan) diatas perkiraan jalan usus-1 kali.


Getar area diatas perkiraan jalan usus.

Ulangi Langkah 4.

C. HASIL PENELITIAN
Survei dan laporan kasus telah menunjukkan bukti jika abdominal
massage mampu mengurangi risiko terjadinya konstipasi. Meskipun belum
diketahui mekanisme secara pasti, namun abdominal massage ini telah
menunjukkan keefektifannya. Studi observasi dilakukan pada beberapa
kelompok yang berbeda, antara lain yaitu : dua subjek dengan cidera spinal,
satu grup dengan sekelompok orang pasca stroke, lansia, pasien rawat di rumah
sakit, dan penderita disabilitas (cacat) (Sinclair, 2010).
Berdasarkan referensi yang didapatkan, ternyata selama kurang lebih 15
menit dilakukan abdominal massage sehari mampu menurunkan waktu transit
bolus di dalam kolon, distensi abdomen, dan inkontinensia fekal, serta mampu
meningkatkan frekuensi defeksi pada 24 subjek cidera spinal (Sinclair, 2010).
Sementara observasi yang dilakukan pada kelompok disability yang
menggunakan laksatif dalam kesehariannya, pada trial abdominal massage ini
menunjukkan hasil yang sangat baik untuk mengurangi konstipasi tanpa harus
ketergantungan dengan laksatif. Serta fungsi GI meningkat secara bertahap
(Sinclair, 2010).
Pada kasus lain, abdominal massage dapat meningkatkan peristaltic
pada pasien post-op colon. Pada kasus pembedahan, umumnya setelah
dilakukan prosedur operasi maka peristaltic akan lambat atau bahkan berhenti
(ileus paralitik), namun dengan menggunakan abdominal massage ini secara
significant mampu menurunkan fase kelumpuhan dan mengeluarkan udara
setelah operasi (Sinclair, 2010).
Dengan subjek lansia, metode abdominal massage ini juga efektif.
Semua subjek memang mengalami konstipasi yang dalam kesehariannya
bergantung pada laksatif. Semua subjek menerima massage sebanyak 32 kali
dalam 8 minggu. Setiap sesi dilakukan selama 8 menit untuk massage
ekstremitas dan merelaksasi subjek, diikuti dengan 7 menit abdominal
massage. Teknik massage ini menggunakan Tactile Stimulation Method dari

Birkestad yang menggunakan prinsip mengurut, penekanan dengan lembut, dan


tekanan statis (Sinclair, 2010).
D. PEMBAHASAN
Pijat perut memiliki efek terukur pada sembelit, baik bagian yang sedikit
otot melalui stimulasi, atau bagian yang otot spasmodik melalui relaksasi.
Namun, efek baik ini akan menghasilkan tinja yang didorong secara manual di
sepanjang saluran pencernaan menuju rektum.
Pijat perut dapat merangsang peristaltik, mengurangi waktu transit kolon,
meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien sembelit, dan mengurangi
perasaan tidak nyaman dan nyeri yang menyertainya. Laporan kasus individual
menunjukkan bahwa pijat telah efektif untuk pasien dengan sembelit kronis
akibat diagnosis berbagai kelainan fisiologis dan pada pasien dengan jangka
panjang sembelit fungsional. Ada juga bukti ilmiah bahwa pijat dapat
merangsang peristaltik pada pasien pasca-bedah ilieus. Efektivitasnya,
kurangnya efek samping, dan murah (terutama jika dikelola sendiri), membuat
pijat perut pilihan yang menarik dalam program manajemen usus untuk orang
dengan sembelit kronis.
Satu set pedoman untuk manajemen holistik dari sembelit kronis dalam
perawatan primer telah dikembangkan oleh kelompok multi-profesional
praktisi kesehatan di Inggris. Pedoman ini menggabungkan pijat perut dengan
pendidikan pasien tentang kebiasaan toilet, olahraga dan diet, pemantauan
penggunaan kemungkinan sembelit obat dan resep obat pencahar jika metode
lain tidak berhasil. Dalam kasus di mana pasien harus menerima obat sembelit,
seperti 87% dari stadium akhir pasien kanker yang mengalami konstipasi
sebagai akibat langsung dari obat opioid mereka, kondisi dapat menambah
besar terhadap menderita penyakit yang sebenarnya pasien. Di sini, pijat perut
secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup: mengalami penurunan
sembelit dan terkait ketidaknyamanan perut pada pasien rumah sakit.
Kelemahan pijat perut meliputi kebutuhan untuk melakukan pijat berulang
kali untuk melihat hasilnya, dan untuk melanjutkan pijat untuk waktu yang

lama. Ada beberapa pertanyaan penting tentang topik ini yang penelitian masa
depan bisa mengatasi : misalnya, mungkin efektivitas pijat perut tergantung
pada penyebab sembelit? Sebagai contoh, adalah pijat perut lebih atau kurang
efektif bila sembelit berasal dari tiroid atau diet kurang serat, daripada jika hal
itu disebabkan oleh cedera tulang belakang? Dan bagaimana jika sembelit
fungsional berasal dari disfungsi dasar panggul daripada lambat-transit
konstipasi atau sembelit-dominan irritable bowel syndrome? Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sub-kelompok pasien yang mungkin
manfaat dari pijat perut. Berbuah penelitian mungkin juga dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis pasien yang akan menjadi kandidat terbaik untuk belajar
pijat sendiri.
Teknik pemijatan perut tidak rumit, dan dalam dua studi kasus, pijat diri
efektif melegakan sembelit. Banyak orang awam dapat diajarkan untuk
melakukan teknik ini secara teratur, sebanyak yang mereka menyikat gigi
mereka secara teratur. Berapa lama pijat perut harus diberikan juga
penyelidikan pertanyaan penting. Salah satu penelitian yang dilakukan dengan
pasien lanjut usia ditemukan sembelit menurun setelah hanya sepuluh hari pijat
perut, dan efek berlangsung selama 7-10 hari setelah pijat dihentikan, sambil
dipijat lama (10 hari), menemukan efek sampai 8 minggu pengobatan.
Beberapa peneliti menemukan bahwa pijat Swedia adalah efektif, namun, pijat
mekanik telah efektif juga. Teknik-teknik ini jauh lebih mirip dari mereka
berbeda.

Dua

randomized controlled trials dilakukan sejak tahun 1999 yang

menunjukkan bahwa adanya tekanan pada perut dan peningkatan


peristaltic kolon, dengan demikian fungsi usus akan meningkat dan
mengurangi terjadinya konstipasi kronis (Sinclair, 2010).

Disisi lain, pada 6 kasus observasi dan 4 case report menunjukkan


kefektifan dari abdominal massage. Meskipun ada fakta bahwa banyak
variasi dalam teknik massage, jumlah tekanan yang digunakan, dan durasi
lamanya massage, namun dalam setiap penanganannya masih efektif
dalam mengurangi konstipasi.
6

Biasanya dalam mengaplikasikan massage ini bisa dikombinasikan dengan


aromaterapi, manipulasi ciropratik atau perubahan pola diet. Proses
massage ini bisa dilakukan oleh professional maupun dikelola sendiri.

Professional massage biasanya menggunakan tekanan pada titik-titik di


abdomen untuk menstimulasi BAB, menstimulasi pengeluaran gas (flatus).

Sebetulnya mekanisme dari proses bagaimana abdominal message mampu


mengurangi konstipasi belum bisa dijelaskan secara pasti. Namun,
sebagian besar keberhasilan dapat terjadi karena adanya stimulasi dan
relaksasi.

Perbandingan penatalaksanaan abdominal massage dalam jurnal The use of


Abdominal Massage to Treat Chronic Constipation dan penatalaksanaan di
rumah sakit :
Jurnal Abdominal Massage to Treat

Penatalaksanaan di rumah sakit

Chronic Constipation
Populasi dalam penelitian ini adalah hasil

studi

pendahuluan

yang

60 pasien dengan konstipasi yang dilakukan di ruang Tulip, terdapat 7


sudah

mendapatkan

laksatif.

terapi

Pengambilan

obat pasien yang mengeluh tidak bisa BAB


sampel lebih dari 3 hari dari seluruh pasien

menggunakan teknik control and

ruang tulip yang berjumlah 25 pasien.

intervention group dengan jumlah 10 Klien

yang

sampel, 6 kasus observasi dan 4 case massage


report.

mendapat

sejumlah

Pengambilan

Teknik

pijatan

mengusap,

dengan

melingkar,

abdominal
2

sampel

pasien.
dilakukan

dengan teknik purposive sampling.


cara Teknik pijatan dengan cara mengusap,
dengan melingkar,

dengan

gerakan

yang

gerakan yang panjang perlahan dan panjang perlahan dan halus sebanyak
halus

sebanyak

keseluruhan.
Mendapatkan

10
obat

kali

secara 10 kali secara keseluruhan.


laksatif Mendapatkan

obat

laksatif

suppositoria.
suppositoria.
Semua subjek menerima massage Subjek menerima massage sebanyak
sebanyak 32 kali dalam 8 minggu. 2 sampai 3 kali selama 3 hari. Setiap

Setiap sesi dilakukan selama 8 menit sesi dilakukan selama 10 menit


untuk

massage

ekstremitas

dan abdominal massage.

merelaksasi subjek, diikuti dengan 7


menit abdominal massage.
E. APLIKASI DI RUMAH SAKIT
Teknik masase ini sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di rumah
sakit mengingat biaya untuk terapi ini terbilang rendah dan budaya orang
Indonesia yang memang sudah akrab dengan kegiatan pijat ataupun urut
sebagai salah satu terapi komplementer. Namun beberapa tenaga kesehatan di
Indonesia, kontra dengan tindakan masase untuk konstipasi mengingat adanya
resiko terjadinya Intus Susepsi terutama pada pasien anak.
Berikut penjelasan pelaksanaan abdominal massage :
Nama
Ny. S (80 th)

Tanggal/Jam Keterangan Pelaksanaan


13/9/2014
Klien sudah diberikan
Sabtu

obat laksatif

12.00

suppositoria. Teknik

Hasil
Klien belum bisa BAB

pijatan dengan cara


mengusap, melingkar,
dengan gerakan yang
panjang perlahan dan
halus sebanyak 10 kali
14/9/2014

secara keseluruhan.
Melakukan kembali

Minggu

tindakan pemijatan

11.00

abdomen dan

Klien belum bisa


BAB

Keluarga

mengajarkan keluarga

memperhatikan

untuk melakukan

dengan antusias,

pemijatan abdomen

tetapi belum dapat

secara mandiri.

melakukan secara
mandiri karena lupa
gerakannya

15/9/2014

Melakukan kembali

Klien belum bisa

Senin

tindakan pemijatan

Ny. M (67

16.00
16/9/2014

abdomen
Klien sudah diberikan

th)

Selasa

obat laksatif

setelah pijat terasa

13.00

suppositoria. Teknik

ingin mengeluarkan

pijatan dengan cara

angin

BAB.
-

Klien mengatakan

mengusap, melingkar,
dengan gerakan yang
panjang perlahan dan
halus sebanyak 10 kali
17/9/2014

secara keseluruhan.
Melakukan kembali

Rabu

tindakan pemijatan

13.00

abdomen dan

Klien sudah bisa


BAB

Keluarga

mengajarkan keluarga

memahami cara

untuk melakukan

melakukan pijat

pemijatan abdomen

abdomen, setelah

secara mandiri.

diajarkan keluarga
langsung
mempraktekkan
pijat abdomen

Pada tanggal 13, 14, 15, 16 dan 17 september 2014 telah dilakukan
terapi pijat abdomen pada pasien yang mengalami konstipasi di ruang tulip
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yaitu Ny. S (80 tahun) dan Ny. M (67 tahun).
Diambil dengan teknik purposive random sampling yang sebelumnya sudah
mendapat terapi obat pencahar suppositoria. Kelompok melakukan teknik
pemijatan sama dengan langkah-langkah pemijatan dalam penelitian ini, yang
membedakan dalam aplikasi pijat abdomen ini adalah kelompok mengajarkan
teknik pijat abdomen kepada keluarga dengan harapan keluarga dapat
melakukan terapi pijat abdomen secara mandiri dirumah. Respon pasien Ny. S,

klien belum bisa BAB setelah dilakukan 3 kali pemijatan, menurut analisis
kelompok klien tidak mampu BAB karena dipengaruhi asupan nutrisi yang
kurang. Keluarga Ny. S belum dapat melakukan secara mandiri pemijatan
abdomen karena tidak ingat semua gerakannya. Pada pasien Ny.M dan
keluarga dalam teknik pijat abdomen ini adalah pasien mengatakan terasa lebih
nyaman, perut terasa lebih nyaman setelah dipijat, beberapa saat setelah
dilakukan pemijatan terasa ini buang angin, serta BAB terasa lebih mudah.
F. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian jurnal The use of Abdominal Massage to Treat Chronic
Constipation menyebutkan bahwa dalam survei dan laporan kasus telah
menunjukkan bukti jika abdominal massage mampu mengurangi risiko
terjadinya konstipasi. Meskipun belum diketahui mekanisme secara pasti,
namun abdominal massage ini telah menunjukkan keefektifannya. Studi
observasi dilakukan pada beberapa kelompok yang berbeda, antara lain
yaitu : dua subjek dengan cidera spinal, satu grup dengan sekelompok
orang pasca stroke, lansia, pasien rawat di rumah sakit, dan penderita
disabilitas (cacat) (Sinclair, 2010).
2. Respon pasien dalam pelaksanaan abdominal massage pada Ny. S, klien
belum bisa BAB setelah dilakukan 3 kali pemijatan, menurut analisis
kelompok klien tidak mampu BAB karena dipengaruhi asupan nutrisi yang
kurang. Keluarga Ny. S belum dapat melakukan secara mandiri pemijatan
abdomen karena tidak ingat semua gerakannya. Pada pasien Ny.M dan
keluarga dalam teknik pijat abdomen ini adalah pasien mengatakan terasa
lebih nyaman, perut terasa lebih nyaman setelah dipijat, beberapa saat
setelah dilakukan pemijatan terasa ini buang angin, serta BAB terasa lebih
mudah.
G. SARAN
Beberapa saran yang dapat kami berikan untuk penatalaksanaan abdominal
massage pada pasien konstipasi selanjutnya adalah :
1. Petugas kesehatan

10

Sebaiknya petugas kesehatan dapat mengaplikasikan abdominal massage


sebagai salah satu tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk membantu
mengatasi masalah konstispasi pada pasien setelah pemberian obat laksatif.
Ada baiknya sebelum mengaplikasikan teknik ini, pasien berkonsultasi
terlebih dahulu ke pusat pelayanan kesehatan untuk mengetahui penyebab
konstipasi kronis yang dialami.
2. Keluarga pasien
Diharapkan setelah perawat mengajarkan pijat abdomen, keluarga pasien
dapat melakukan secara mandiri pijat abdomen dalam mengatasi konstipasi
pada pasien. Selain itu keluarga juga sebaiknya memperhatikan diet pasien
agar lebih meningkatkan asupan cairan dan diet tinggi serat untuk
menghindari terjadi. Selain itu keluarga juga sebaiknya memperhatikan diet
pasien agar lebih meningkatkan asupan cairan dan diet tinggi serat untuk
menghindari terjadinya konstipasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Dapat melakukan dengan teknik yang berbeda misalnya dengan teknik
Quasy Experimen dengan membandingkan efektifitas antara pasien yang
mendapatkan terapi pijat abdomen dan obat laksatif dengan pasien yang
hanya mendapatkan obat laksatif saja.

11

Você também pode gostar