Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
Firma Ayu Juwita Ningtyas
Sugito Adi Purnawan
Fika Kharisma
Aditya Nizar Lutfiansyah
Nila Vicky Anggraheni
Rohmah Dyah Nurhidayati
A. LATAR BELAKANG
Tipe jurnal ini adalah Article Reviews of Scientific Evidence.
Konstipasi atau sembelit adalah gangguan motilitas gastrointestinal ditandai
dengan susah buang air besar atau menurunnya frekuensi BAB (kurang dari
tiga kali seminggu). Ketika sistem pencernaan berfungsi secara optimal,
makanan dimakan dan dicerna, dan kemudian residu diekskresikan, biasanya
dalam waktu 20-56 jam (Sinclair, 2010).
Konstipasi dapat disebabkan oleh perubahan dalam diet, obat-obatan,
perubahan dalam rutinitas sehari-hari, pembedahan abdomen atau stres
emosional akut. Semua faktor resiko tadi menyebabkan feses bergerak melalui
usus besar pada kecepatan yang lebih lambat dari normal, hingga mencapai
akhir usus besar feses tersebut telah kehilangan banyak air dan telah menjadi
keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan (Sinclair, 2010).
Konstipasi terjadi pada sekitar 9% dari anak-anak, dan antara 12 sampai
19 persen dari seluruh orang dewasa. Di Inggris sekitar 10% dari populasi
umum, 20% lansia yang tinggal di rumah, 49% dari pasien dengan perawatan
jangka panjang, dan 70% dari orang-orang dengan ketidakmampuan belajar
mengalami konstipasi kronis. Warga Inggris menghabiskan 67.000.000 untuk
obat pencahar setiap tahun. Di Amerika Serikat dan Kanada, konstipasi kronis
terjadi pada sekitar 15% dari populasi, dan warga Amerika menghabiskan 725
juta dolar untuk obat pencahar setiap tahunnya. Dalam sebuah survei terhadap
13.879 orang dewasa dari 7 negara, didapatkan rata-rata 12,3% orang dewasa
mengalami konstipasi, dengan persentase yang paling tinggi terjadi pada
wanita dan lansia (Sinclair, 2010).
Pengobatan untuk menangani konstipasi meliputi perubahan pola
makan (terutama peningkatan konsumsi serat dan air), perhatian terhadap
kebiasaan atau dorongan untuk buang air besar, latihan fisik, enema, obat
pencahar, osmotik atau stimulan, dan pelunak feses. Pelatihan biofeedback
dapat digunakan untuk pasien miskin dengan sembelit yang disebabkan oleh
1
B. DESAIN PENELITIAN
1. Populasi
masing-masing bagian.
Remas abdomen-3 kali.
Effleurage searah jarum jam pada perkiraan jalan usus-10 kali.
Vibrasi daerah usus kecil dan usus besar-satu menit atau lebih.
Ulangi langkah 4.
Remas diatas perkiraan jalan usus besar, dengan tinju, tumit tangan
Ulangi Langkah 4.
C. HASIL PENELITIAN
Survei dan laporan kasus telah menunjukkan bukti jika abdominal
massage mampu mengurangi risiko terjadinya konstipasi. Meskipun belum
diketahui mekanisme secara pasti, namun abdominal massage ini telah
menunjukkan keefektifannya. Studi observasi dilakukan pada beberapa
kelompok yang berbeda, antara lain yaitu : dua subjek dengan cidera spinal,
satu grup dengan sekelompok orang pasca stroke, lansia, pasien rawat di rumah
sakit, dan penderita disabilitas (cacat) (Sinclair, 2010).
Berdasarkan referensi yang didapatkan, ternyata selama kurang lebih 15
menit dilakukan abdominal massage sehari mampu menurunkan waktu transit
bolus di dalam kolon, distensi abdomen, dan inkontinensia fekal, serta mampu
meningkatkan frekuensi defeksi pada 24 subjek cidera spinal (Sinclair, 2010).
Sementara observasi yang dilakukan pada kelompok disability yang
menggunakan laksatif dalam kesehariannya, pada trial abdominal massage ini
menunjukkan hasil yang sangat baik untuk mengurangi konstipasi tanpa harus
ketergantungan dengan laksatif. Serta fungsi GI meningkat secara bertahap
(Sinclair, 2010).
Pada kasus lain, abdominal massage dapat meningkatkan peristaltic
pada pasien post-op colon. Pada kasus pembedahan, umumnya setelah
dilakukan prosedur operasi maka peristaltic akan lambat atau bahkan berhenti
(ileus paralitik), namun dengan menggunakan abdominal massage ini secara
significant mampu menurunkan fase kelumpuhan dan mengeluarkan udara
setelah operasi (Sinclair, 2010).
Dengan subjek lansia, metode abdominal massage ini juga efektif.
Semua subjek memang mengalami konstipasi yang dalam kesehariannya
bergantung pada laksatif. Semua subjek menerima massage sebanyak 32 kali
dalam 8 minggu. Setiap sesi dilakukan selama 8 menit untuk massage
ekstremitas dan merelaksasi subjek, diikuti dengan 7 menit abdominal
massage. Teknik massage ini menggunakan Tactile Stimulation Method dari
lama. Ada beberapa pertanyaan penting tentang topik ini yang penelitian masa
depan bisa mengatasi : misalnya, mungkin efektivitas pijat perut tergantung
pada penyebab sembelit? Sebagai contoh, adalah pijat perut lebih atau kurang
efektif bila sembelit berasal dari tiroid atau diet kurang serat, daripada jika hal
itu disebabkan oleh cedera tulang belakang? Dan bagaimana jika sembelit
fungsional berasal dari disfungsi dasar panggul daripada lambat-transit
konstipasi atau sembelit-dominan irritable bowel syndrome? Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sub-kelompok pasien yang mungkin
manfaat dari pijat perut. Berbuah penelitian mungkin juga dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis pasien yang akan menjadi kandidat terbaik untuk belajar
pijat sendiri.
Teknik pemijatan perut tidak rumit, dan dalam dua studi kasus, pijat diri
efektif melegakan sembelit. Banyak orang awam dapat diajarkan untuk
melakukan teknik ini secara teratur, sebanyak yang mereka menyikat gigi
mereka secara teratur. Berapa lama pijat perut harus diberikan juga
penyelidikan pertanyaan penting. Salah satu penelitian yang dilakukan dengan
pasien lanjut usia ditemukan sembelit menurun setelah hanya sepuluh hari pijat
perut, dan efek berlangsung selama 7-10 hari setelah pijat dihentikan, sambil
dipijat lama (10 hari), menemukan efek sampai 8 minggu pengobatan.
Beberapa peneliti menemukan bahwa pijat Swedia adalah efektif, namun, pijat
mekanik telah efektif juga. Teknik-teknik ini jauh lebih mirip dari mereka
berbeda.
Dua
Chronic Constipation
Populasi dalam penelitian ini adalah hasil
studi
pendahuluan
yang
mendapatkan
laksatif.
terapi
Pengambilan
yang
mendapat
sejumlah
Pengambilan
Teknik
pijatan
mengusap,
dengan
melingkar,
abdominal
2
sampel
pasien.
dilakukan
dengan
gerakan
yang
gerakan yang panjang perlahan dan panjang perlahan dan halus sebanyak
halus
sebanyak
keseluruhan.
Mendapatkan
10
obat
kali
obat
laksatif
suppositoria.
suppositoria.
Semua subjek menerima massage Subjek menerima massage sebanyak
sebanyak 32 kali dalam 8 minggu. 2 sampai 3 kali selama 3 hari. Setiap
massage
ekstremitas
obat laksatif
12.00
suppositoria. Teknik
Hasil
Klien belum bisa BAB
secara keseluruhan.
Melakukan kembali
Minggu
tindakan pemijatan
11.00
abdomen dan
Keluarga
mengajarkan keluarga
memperhatikan
untuk melakukan
dengan antusias,
pemijatan abdomen
secara mandiri.
melakukan secara
mandiri karena lupa
gerakannya
15/9/2014
Melakukan kembali
Senin
tindakan pemijatan
Ny. M (67
16.00
16/9/2014
abdomen
Klien sudah diberikan
th)
Selasa
obat laksatif
13.00
suppositoria. Teknik
ingin mengeluarkan
angin
BAB.
-
Klien mengatakan
mengusap, melingkar,
dengan gerakan yang
panjang perlahan dan
halus sebanyak 10 kali
17/9/2014
secara keseluruhan.
Melakukan kembali
Rabu
tindakan pemijatan
13.00
abdomen dan
Keluarga
mengajarkan keluarga
memahami cara
untuk melakukan
melakukan pijat
pemijatan abdomen
abdomen, setelah
secara mandiri.
diajarkan keluarga
langsung
mempraktekkan
pijat abdomen
Pada tanggal 13, 14, 15, 16 dan 17 september 2014 telah dilakukan
terapi pijat abdomen pada pasien yang mengalami konstipasi di ruang tulip
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yaitu Ny. S (80 tahun) dan Ny. M (67 tahun).
Diambil dengan teknik purposive random sampling yang sebelumnya sudah
mendapat terapi obat pencahar suppositoria. Kelompok melakukan teknik
pemijatan sama dengan langkah-langkah pemijatan dalam penelitian ini, yang
membedakan dalam aplikasi pijat abdomen ini adalah kelompok mengajarkan
teknik pijat abdomen kepada keluarga dengan harapan keluarga dapat
melakukan terapi pijat abdomen secara mandiri dirumah. Respon pasien Ny. S,
klien belum bisa BAB setelah dilakukan 3 kali pemijatan, menurut analisis
kelompok klien tidak mampu BAB karena dipengaruhi asupan nutrisi yang
kurang. Keluarga Ny. S belum dapat melakukan secara mandiri pemijatan
abdomen karena tidak ingat semua gerakannya. Pada pasien Ny.M dan
keluarga dalam teknik pijat abdomen ini adalah pasien mengatakan terasa lebih
nyaman, perut terasa lebih nyaman setelah dipijat, beberapa saat setelah
dilakukan pemijatan terasa ini buang angin, serta BAB terasa lebih mudah.
F. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian jurnal The use of Abdominal Massage to Treat Chronic
Constipation menyebutkan bahwa dalam survei dan laporan kasus telah
menunjukkan bukti jika abdominal massage mampu mengurangi risiko
terjadinya konstipasi. Meskipun belum diketahui mekanisme secara pasti,
namun abdominal massage ini telah menunjukkan keefektifannya. Studi
observasi dilakukan pada beberapa kelompok yang berbeda, antara lain
yaitu : dua subjek dengan cidera spinal, satu grup dengan sekelompok
orang pasca stroke, lansia, pasien rawat di rumah sakit, dan penderita
disabilitas (cacat) (Sinclair, 2010).
2. Respon pasien dalam pelaksanaan abdominal massage pada Ny. S, klien
belum bisa BAB setelah dilakukan 3 kali pemijatan, menurut analisis
kelompok klien tidak mampu BAB karena dipengaruhi asupan nutrisi yang
kurang. Keluarga Ny. S belum dapat melakukan secara mandiri pemijatan
abdomen karena tidak ingat semua gerakannya. Pada pasien Ny.M dan
keluarga dalam teknik pijat abdomen ini adalah pasien mengatakan terasa
lebih nyaman, perut terasa lebih nyaman setelah dipijat, beberapa saat
setelah dilakukan pemijatan terasa ini buang angin, serta BAB terasa lebih
mudah.
G. SARAN
Beberapa saran yang dapat kami berikan untuk penatalaksanaan abdominal
massage pada pasien konstipasi selanjutnya adalah :
1. Petugas kesehatan
10
11