Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI
eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
2.1.3. Cakupan Asuhan Kehamilan
Pelayanan selama kehamilan (antenatal) merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman
pelayanan kehamilan yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif (Profil Dinkes NAD, 2008).
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran
besar ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar
serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester
pertama, sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga, angka ini
digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Data dari
Dinkes Provinsi Aceh pada tahun 2006 cakupan K4 adalah 73,62% dan pada tahun
2007 75,92%, dan Kabupaten Aceh Besar adalah 83,5% (Profil Dinkes NAD, 2008).
Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam penilaian untuk
menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu
hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi
TT2 dan cakupan pemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).
Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semua informasi yang
diperlukan, maka petugas kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang baik
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman.
2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang
diceritakan oleh ibu.
3) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja.
4) Melakukan pemeriksaan laboratorium.
5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah
kehamilannya normal (tekanan darah dibawah 140/90mmHg, edema hanya pada
ekstremitas, tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai
dengan usia kehamilan, denyut jantung janin 120-160 denyut permenit, gerakan
janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan).
sama
dengan
ibu,
keluarganya,
serta
masyarakat
untuk
sekerja dan keluarga, termasuk suami-istri dan anggota keluarga tidak kalah perannya
walau hanya dalam bentuk dukungan emosional.
Gottlieb dalam Koentjoro (2002), berpendapat dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau dapat dikatakan karena adanya kehadiran
mereka mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimanya.
Dukungan suami masuk didalam lingkup dukungan sosial, dimana yang dimaksud
dari dukungan sosial adalah bentuk dukungan dan hubungan yang baik untuk
memberikan kontribusi penting pada kesehatan. Dukungan sosial yang dibutuhkan
adalah berupa dukungan secara emosional yang mendasari tindakan. Hal tersebut
akan membuat orang merasa diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan dihargai.
Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan baik
fisik maupun psikologis yang diberikan suami terhadap istri. Suami ada pada saat
dibutuhkan dan dapat memberikan bantuan kepada istri. Dukungan sosial antara lain
bersumber dari suami, anak, saudara kandung, orang tua, rekan kerja, kerabat juga
tetangga (Cohen & Syme, 1985).
Dukungan sosial memiliki kekuatan sebagai pencegahan dan pendorong
seseorang berperilaku sehat. Dukungan sosial berdampak pada kesehatan dan
kesejahteraan. Ciri-ciri bentuk dukungan sosial berkaitan dengan komposisi jaringan
sosial atau sumber-sumber dukungan, karakteristik fungsional ditandai dengan
penyediaan sumber daya tertentu atau jenis dari dukungan (Cohen et al., 1985).
Dukungan sosial berpengaruh terhadap penilaian individu dalam memandang
seberapa berat suatu peristiwa yang terjadi dalam hidup yang bias memengaruhi
pilihan dalam upaya penanggulangan. Dukungan sosial berdampak langsung terhadap
perilaku kesehatan.
2.2. 2. Dukungan Suami
Menurut Henderson (2005) ada beberapa faktor yang berperan dalam
meningkatkan kemampuan wanita dalam beradaptasi terhadap kehamilan, misalnya
lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi asuhan. Dukungan
yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat memengaruhi persepsi terhadap
kehamilan dan memengaruhi tingkat kecemasan dan mekanisme koping yang ibu
alami.
Cohen et al., (1985) mendefinisikan dukungan sosial adalah bentuk hubungan
sosial meliputi emotional, informational, instrumental dan appraisal. Secara rinci
dijabarkan sebagai berikut:
1.
Emotional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan kepercayaan dari orang
lain terutama suami sebagai motivasi.
2.
3.
4.
Social embeddnes; cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya hubungan
antara individu dengan orang lain sekitarnya. Fokus pengukuran ini tidak melihat
pada kualitas dan keadekuatan, tetapi hanya melihat jumlah orang yang
berhubungan dengan individu.
3.
social support.
dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan mengenai
persiapan persalinan yang meliputi komponen pembuatan rencana persalinan (tempat,
tenaga penolong, transportasi, siapa yang menemani ibu bersalin, biaya, siapa yang
menjaga keluarganya yang lain) dan membuat rencana siapa pembuat keputusan
utama jika terjadi kegawatdaruratan dan siapa pembuat keputusan bila pembuat
keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).
Suami dapat merencanakan kapan dan dimana persalinan dilakukan sehingga
tidak terjadi keterlambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan. Sehingga
perlu dipersiapan kendaraan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk persalinan dan
biaya.
Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Kehamilan merupakan suatu
peristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah Tuhan YME, maka sebuah
kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami dan keluarga yang
lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial dan
spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari peran suami
dalam keluarga (BKKBN, 2003).
karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang khas sesuai dengan
watak yang dimiliki seseorang.
Menurut Freud dalam Soedarsono (2008) karakteristik adalah kumpulan tata
nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap
dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap. Karakteristik merupakan
aktualisasi diri seseorang potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai yang terpatri
dalam diri seseorang melalui pendidikan, percobaan, pengorbanan dan pengaruh
lingkungan, menjadi nilai yang intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku.
Notoadmodjo (2003) mengatakan bahwa karakteristik seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin,
pendapatan dan spiritual (keyakinan).
Menurut Teddy (2008) terdapat 2 karakteristik yang memengaruhi individu
dan perilakunya yaitu:
1.
Karakteristik lingkungan terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi.
2.
kehamilan adalah:
pelayanan antenatal. Paritas secara statistik memiliki efek negatif yang signifikan
terhadap kehadiran memadai. Sementara perempuan paritas lebih tinggi cenderung
menggunakan pelayanan antenatal kurang, ada interaksi usia perempuan dengan
kunjungan antenatal (Simkhada et al., 2008). Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Cui et al., (2005) faktor-faktor yang memengaruhi pemeriksaan
kehamilan adalah usia ibu, pendidikan, kebangsaan dan sosial ekonomi.
2.3.1. Paritas
Menurut Wiknjosastro dkk, (2002) paritas ke 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 (paritas
tinggi) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
tinggi kematian maternal.
Selanjutnya Swenson et al., (1993) berpendapat, wanita dengan paritas tinggi
cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih
percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan
perawatan kehamilan. Paritas lebih tinggi pada umumnya merupakan penghalang
untuk menggunakan pelayanan ANC (Overbosch et al, 2004).
2.3.2. Usia
Menurut Wiknjosastro dkk (2002), kematian maternal pada wanita hami dan
melahirkan pada usia 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun. Ciceklioglu et al., (2005) menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara usia dengan pemeriksaan kehamilan.
Usia < 20 tahun dan > 35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga
peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kehamilan > 35 tahun juga
berpengaruh untuk terjadi abnormalitas persalinan. Umur meningkatkan angka
kematian maternal (Cuningham et al., 2005)
Penelitian Matthews et al (2001), mayoritas perempuan dalam usia tiga
puluhan melakukan pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja
dan wanita yang lebih tua. Penelitian Mathole et al (2004), juga menunjukkan bahwa
perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk
meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak
mengalami masalah, tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.
2.3.3. Pendidikan
Status
Pendidikan
seseorang
akan
memengaruhi
seseorang
dalam
2.3.4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan
merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, dan sering
dianggap sinonim dari profesi. (Wikipedia, 2009).
Menurur Puspa (2009), bekerja adalah aktifitas dasar yang menyangkut
kebutuhan dasar manusia untuk mendapatkan nafkah kebutuhan diri sendiri dan
keluarga. Pengertian dan pemahaman masyarakat tentang pekerjaan cendrung
menunjukkan pada jenis pekerjaan dilapangan kerja formal, mereka yang dianggap
bekerja hanya sebatas pada pegawai atau karyawan yang mempunyai kantor, setiap
hari berangkat kerja, dan menerima gaji pada akhir bulan. Dalam arti sesungguhnya
lapangan kerja informal kenyataan banyak menampung dan menyerap tenaga kerja
justru kurang mendapat perhatian dari para pencari kerja. Lapangan kerja informal
biasanya dijadikan pilihan terakhir setelah mereka gagal memasuki lapangan kerja
formal. Lapangan kerja dapat dibedakan menjadi lapangan kerja formal dan informal.
Lapangan kerja formal adalah lapangan kerja yang keberadaannya diatur dan
dilindungan oleh peraturan ketenagakerjaan, misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS),
ABRI, karyawan perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sementara lapangan kerja informal adalah lapangan kerja yang keberadaannya atas
usaha sendiri dan upah tidak terjangkau oleh oleh peraturan ketenagakerjaan,
termasuk di dalamnya usaha mandiri, pedagang, peternak, petani, nelayan, tukang
kayu/bangunan, tukang jahit, jasa profesi mandiri, dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu
bekerja mempunyai pengaruh
1.
2.
3.
ini:
Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008), dan Andersen
(1995) dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini:
Predisposing
Factors
Knowledge
Perdisposing
Characteristics
Attitudes
Beliefs
Demographic
V l
Social structure
Enabling factors
Programs,
Service,
Enabling Resources
Resources necessary
for behavioral and enviromental outcomes to berealized,
N
kill
Specific
behavior by
individuals or
by
organizations
Personal/ family
Community
d dt
Reinforcing factors
Social support
Peers influence
Need
Perceived ( subject
assessment)
Evaluated (clinical
Significant others
p
Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008),
dan teori Andersen (1995)
Karakteristik ibu
1.
2.
3.
4.
Paritas
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Pemeriksaan kehamilan
Dukungan suami
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Penilaian/
Penghargaan
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Emosional