Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DEMAM TIFOID
M ARIEF LUTHFI
M M AFIF
G0012118
G0012120
MAHARDIKA K
G0012123
NADIRA ASAD
G0012144
RIA TUSTINA H.
G0012086
RIANITA P
G0012180
SAFITRI T
G0012200
Bakteri ini
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman
akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke
kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman
yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala
dan sakit perut.
D. Pemeriksaan Lab dan Interpretasi Hasil
1. Diagnosis klinik
Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas
pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan
pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena
pada penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan
diagnosis demam tifoid.
2. Diagnosis mikrobiologi/pembiakan kuman
Metode diagnosis mikrobiologi adalah metode yang paling spesifik dan lebih
dari 90% penderita yang tidak diobati. Penanaman koloni salmonella pada
medium garam empedu dapat menjadi uji spesifik karena hanya bakteri enteric
saja yang dapat tumbuh pada medium tersebut. dalam kultur darahnya hanya
positip dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat
antibiotika, dimana hasil positif menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum
tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positif. Pada mingguminggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu
85% dan 25% berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam
tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3%
penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk
jangka waktu yang lama.
Diagnosis mikrobiologis dapat dipadukan dengan identifikasi biokimiawi
terhadap koloni terduga Salmonella. Hasil identifikasi biokimiawi yang dapat
muncul adalah :
(table 1.1, hasil identifikasi biokimiawi terhadap berbagai bakteri. Sumber : WHO)
3. Diagnosis serologik
A. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam
serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella
typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. Antigen
yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita yang diduga menderita demam tifoid. Dari ketiga aglutinin
(Widodo, 2006).
Beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal antara lain :
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penderita
- Keadaan umum gizi penderita
Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
- Waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah penderita mengalami
sakit selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu
-
pembentukan antibodi.
Penyakit-penyakit tertentu
Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi
pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan
karsinoma lanjut.
Pemakaian obat
imunosupresif
atau
kortikosteroid
dapat
lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh karena itu titer aglutinin H pada
seseorang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
-
diagnostik.
Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya
Keadaan ini dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer
aglutininnya rendah. Di daerah endemik demam tifoid dapat
dijumpai aglutinin pada orang-orang yang sehat (Lim, 2008).
b. Faktor-faktor teknis
- Aglutinasi silang
Karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O
dan H yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena
itu spesies Salmonella penyebab infeksi tidak dapat ditentukan
-
Referensi :
1. Brusch, John L (2014). Thypoid Fever Workup. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/231135-workup#a0723
diakses Februari 2015