Você está na página 1de 11

Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious

consumption terhadap konsumsi produk domestik


( studi pada pakaian jadi domestik )
Juniwati, SE,MP.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Pontianak, yang juga merupakan salah satu daerah yang
berbatasan darat dengan negara lain, yang mana keluar masuknya orang dan barang ke luar negeri
lebih dekat, cepat, murah dan juga merupakan daerah transit bagi penduduk dari daerah lain.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (kuisioner) yang
diukur melalui skala Likert dengan 5 pilihan jawaban dimana jawaban terendah diberi skor 1 dan
tertinggi diberi skor 5. Instrumen penelitian ini juga diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum
digunakan untuk penelitian kemudian data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini secara parsial variabel kualitas produk relatif (X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi
sebesar 0,027 < 0,05. Demikian pula dengan variabel etnosentrisme konsumen (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sedangkan variabel conspicuous consumption (X3) tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan
dari nilai signifikansi sebesar 0,069 > 0,05. Secara simultan ketiga variable ini berpengaruh secara
signifikan ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 10,701 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Kata kunci : kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen, conspicious consumption ,
konsumsi produk domestik.
LATAR BELAKANG
Pemasaran tidak terhindar dari globalisasi,
sehingga persainganpun menjadi bersifat
global. Fakta ini mengharuskan perusahaan
terus berkreasi dan berinovasi dalam
mengetahui kebutuhan, keinginan, selera dan
perilaku beli konsumen, dan merancang
produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut
secara lebih baik dari apa yang dilakukan
kompetitornya,
serta
mempengaruhi
konsumen
untuk
membeli
produknya.
Perusahaan yang gagal memahami kebutuhan,
keinginan, dan proses keputusan beli
konsumen akan mengalami kegagalan dalam
pemasaran dan penjualannya, sehingga akan
gagal juga dalam kinerja keseluruhannya. Agar
dapat
memahami
konsumennya,
maka
perusahaan perlu mengerti dengan benar
berbagai hal tentang perilaku konsumen, dari
konsumen yang tradisional sampai yang sudah
lebih maju dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi. Berdasarkan perilaku beli konsumen,
perusahaan dan pemasar dapat merancang
dan menawarkan produk yang sesuai agar
dapat memuaskan kebutuhan konsumen,
melebihi pesaingnya.
Pada saat seorang konsumen mengambil
keputusan
pembelian,
mereka
juga
Jurnal penelitian hibah kompetisi

mempertimbangkan negara asal dari merek


sebagai bahan evaluasi. Konsumen memiliki
sikap, preferensi, dan persepsi tertentu
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan
suatu negara. Efek negara asal ini
mempengaruhi bagaimana konsumen menilai
kualitas dan pilihan mereka terhadap produk
yang akan dikonsumsi
Kualitas
produk,
harga
dan
merk
merupakan pertimbangan konsumen dalam
mengevaluasi produk/merk untuk konsumsi.
Kualitas merupakan pertimbangan konsumen
dalam
mengevaluasi
sebuah
produk
berdasarkan rasional (kognitif).
Konsumen memiliki pertimbangan yang
berbeda dalam mengevaluasi beberapa
produk/merk sebelum menentukan pilihannya.
Pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi
produk pada penelitian ini berdasarkan kognitif,
normatif dan afektif ( Vida dan Reardon,
2008 ). Selanjutnya, literatur lain penelitian
dari Verlegh dan Steenkamp ( 1999 ) juga
menemukan faktor-faktor penentu dalam
formasi pilihan konsumen berdasarkan 3
mekanisme secara simultan yaitu kognitif,
afektif dan normatif. Walaupun banyak
penelitian terdahulu telah menginvestigasi
faktor-faktor penting dari pembentukan
preferensi konsumen, namun hanya sedikit

Page 1

yang meneliti dari ketiga mekanisme (kognitif,


normatif dan afektif) secara bersama-sama
(Verlegh & Steenkamp, 1999). Demikian pula
dalam domain literatur efek Country Of Origin
(COO)
dan
Etnosentrisme
konsumen
menegaskan bahwa perilaku pilihan konsumen
tidak hanya berdasarkan proses kognitif dari
berbagai informasi tentang produk, tetapi juga
berdasarkan mekanisme afektif dan normatif
( Hansen, 2005; Pecotich & Rosenthal,2001).
Di bawah keadaan yang pasti atau normal,
faktor-faktor ini memainkan peran potensial
dalam pembentukkan preferensi pilihan
konsumen pada produk domestik dan asing.
Conspicuous consumption didefenisikan
oleh Piron (2000) sebagai keinginan konsumen
untuk menawarkan bukti nyata tentang
kemampuan mereka untuk mendapatkan
barang-barang mewah. Hal ini dimotivasi oleh
keinginan untuk membuat orang lain terkesan
atas kemampuannya untuk mendapatkan
produk yang berprestise dengan harga yang
mahal.
Conspicuous
consumption
dimaksudkan untuk meningkatkan prestise
seseorang di dalam masyarakat yang dapat
diraih
dengan
menunjukkan
penanda
kekayaan
pada
publik
dan
mengkomunikasikannya pada orang lain
( OCass dan McEwen, 2004 ).
Penelitian ini akan dilakukan di
Pontianak, yang juga merupakan salah satu
daerah yang berbatasan darat dengan negara
lain, yang mana keluar masuknya orang dan
barang ke luar negeri lebih dekat, cepat dan
murah dan juga merupakan daerah transit
bagi penduduk dari daerah lain. Sejalan
dengan
temuan
Sharma,
1987
yang
menyatakan bahwa anggota kelompok yang
memiliki kontak paling dekat dengan budaya
lain, seperti penghuni perbatasan, wisatawan,
dan diplomat cendrung sangat etnosentris
atau nasionalis.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah Kualitas Produk relatif berpengaruh
terhadap konsumsi pakaian jadi domestik ?
2.
Apakah
etnosentrisme
konsumen
berpengaruh terhadap konsumsi pakaian
jadi domestik?
3. Apakah Conspicuous consumption
berpengaruh terhadap konsumsi pakaian
jadi domestik?

Jurnal penelitian hibah kompetisi

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Produk
Kualitas produk adalah kesesuaian
produk dengan kebutuhan konsumen dimana
informasi-informasi atau stimuli yang melekat
pada
produk
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi nilainya (Samiee et al., 2005).
Sedangkan yang lainnya mendefinisikan
kualitas produk adalah totalitas fitur dan
karakteristik suatu produk atau jasa yang
terlihat
dari
kemampuannya
untuk
memuaskan atau memenuhi kebutuhan (Kotler
dan Keller, 2006:138). Davis (1994) dalam
Yamit (2005:8) mendefinisikan
kualitas
sebagai
suatu
kondisi
dinamis
yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
Persepsi Kualitas Produk Relatif
Faktor- faktor yang mempengaruhi
pembentukan persepsi orang adalah ; Faktor
internal meliputi ; pengalaman, kebutuhan
saat
itu,
nilai-nilai
yang
dianut,
ekspektasi/pengharapannya. Faktor eksternal
meliputi tampakan produk, sifat-sifat stimulus,
dan situasi lingkungan. Persepsi mempunyai
peran yang sangat penting dalam pemasaran.
Citra yang ada dibenak konsumen timbul
karena proses persepsi, bagaimana konsumen
menilai sebuah kualitas juga sangat ditentukan
oleh
persepsinya,
keberhasilan
dalam
pemosisian produk juga sangat tergantung
pada persepsi yang ada dibenak konsumen.
Etnosentrisme
Konsep etnosentrisme seringkali dipakai
secara bersama-sama dengan rasisme. Konsep
ini mewakili sebuah pengertian bahwa setiap
kelompok etnik atau ras mempunyai semangat
bahwa kelompoknyalah yang lebih superior
dari kelompok lain..
Zatrow (1989) menyebutkan bahwa
setiap kelompok etnik memiliki keterikatan
etnik yang tinggi melalui sikap etnosentrisme.
Etnosentrisme
merupakan
suatu
kecenderungan untuk memandang normanorma dan nilai dalam kelompok budayanya
sebagai yang absolute dan digunakan sebagai
standar untuk mengukur dan bertindak
terhadap semua kebudayaan yang lain.
Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap
prasangka dan streotip negatif terhadap etnik
atau kelompok lain.

Page 2

Etnosentrisme Konsumen (CE)


Sejumlah
besar
literatur
tentang
etnosentrisme konsumen, antesedennya dan
hasil berkaitan dengan proses normatif yang
berkaitan
dengan
informasi
COO.
Etnosentrisme
konsumen
(CE)
telah
dikonseptualisasikan oleh Shimp dan Sharma
(1987) sebagai kecenderungan individu untuk
melihat produk manufaktur domestik sebagai
yang unggul, dan percaya bahwa membeli
produk yang di import tidak sesuai, karena
efek yang merugikan seperti pembelian
mungkin memakai tenaga kerja domestik dan
ekonomi bangsanya. CE sebagai dimensi
normatif sekarang menempati tempat yang
signifikan dalam literatur COO dan membantu
dalam pemahaman lebih dalam dari dinamika
negara- asal (Dinnie, 2004).
Conspicuous consumption
Piron (2000) dan Solomon (2007:474)
menyatakan conspicuous consumption refers
to consumers desire to provide prominent
visible evidence of their ability to afford luxury
goods. Artinya Conspicuous consumption
merujuk pada hasrat konsumen untuk
menunjukkan bukti yang terlihat atas
kemampuan mereka dalam memperoleh
barang-barang
mewah.
Conspicuous
consumption seringkali melibatkan pembelian
serta memperlihatkan simbol status, sebagai
indikator dari kekayaan dan kekuasaan
(Arnould et al., 2005:488). Dengan demikian,
conspicuous consumption lebih dilihat dari
fungsi sosial suatu produk daripada fungsi
ekonomis atau psikologisnya karena dimotivasi
oleh keinginan untuk membuat orang lain
terkesan dengan kemampuan mereka dalam
membayar harga tinggi untuk produk-produk
yang bergengsi. Goldsmith et al. (1996) dalam
OCass dan McEwen (2004) menyatakan
bahwa one important motivating force that
influences a wide range of consumer behavior
is the desire to gain status or social prestige
from acquisition and consumption of goods.
Artinya, salah satu kekuatan pemotivasi yang
mempengaruhi cakupan luas dari perilaku
konsumen adalah hasrat untuk mendapatkan
status atau gengsi sosial dari akuisisi dan
konsumsi produk. Semakin konsumen mencari
status, semakin besar ia terlibat dalam
perilaku pengkonsumsian simbol status yang
dapat meningkatkan status mereka.
Konsumsi Domestik.
Proses psikologi dasar memainkan
peranan penting dalam memahami bagaimana
Jurnal penelitian hibah kompetisi

konsumen benar-benar membuat keputusan.


Keputusan pembelian konsumen meliputi lima
tahapan : problem recognition, information
search, evaluation of alternatives, purchase
desicioin, postpurchase behavior (Kotler dan
Keller, 2009:181). Proses pembelian dimulai
jauh sebelum pembelian sebenarnya terjadi
dan mempunyai konsekuensi dalam waktu
lama setelahnya. Namun, konsumen tidak
selalu melalui kelima tahap dalam pembelian
produk.
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini dapat diformulasikan
sebagai berikut :
1. Untuk
menguji
dan
menganalisis
pengaruh kualitas produk relatif terhadap
konsumsi domestik pakaian jadi.
2.
Untuk
menguji
dan
menganalisis
pengaruh
etnosentrisme
konsumen
terhadap konsumsi domestik pakaian jadi.
3. Untuk
menguji
dan
menganalisis
pengaruh
Conspicuous
consumption
terhadap konsumsi domestik pakaian jadi.
METODE PENELITIAN
cara pengolahan dan analisis data, serta
pengujian
hipotesis.
Berdasarkan
pertimbangan dalam penelitian ini digunakan
sampel sebanyak 110 orang responden untuk
mengantisipasi
adanya
kuisioner
yang
gagal/rusak.
Identifikasi variabel penelitian
Variabel adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut lalu ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2003).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat, entah
secara positif atau negatif. Jika terdapat
variabel bebas, maka variabel terikat juga
hadir, dan dengan setiap unit kenaikan
dalam variabel bebas terdapat pula
kenaikan atau penurunan dalam variabel
terikat. Dengan kata lain, varians variabel
terikat ditentukan oleh variabel bebas
(Sekaran, 2006a:117). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kualitas
produk relatif, etnosentrisme konsumen,
dan conspicuous consumption.
2. Variabel Terikat (dependent variable)

Page 3

Variabel terikat adalah variabel yang


dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah
konsumsi pakaian jadi domestik
Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Kualitas Produk Relatif
Kualitas produk relatif menurut Vida dan
Reardon (2008) adalah evaluasi atas produk
domestik dibandingkan dengan produk asing
pada berbagai atribut. Variabel ini diukur
dengan 3 indikator berdasarkan pengukuran
yang disusun oleh Vida dan Reardon,2008 dan
telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian.
Adapun variabel kualitas produk relatif diukur
melalui indikator sebagai berikut :
a. Penampilan produk menarik
b. Daya tahan produk lama
c. Harga sesuai dengan kualitas produk
Definisi
Operasional
Etnosentrisme
Konsumen
Etnosentrisme Konsumen
adalah
kecenderungan individu untuk melihat produk
manufaktur domestik sebagai yang unggul,
dan percaya bahwa membeli produk yang di
import tidak sesuai, karena efek yang
merugikan
seperti
pembelian
mungkin
memakai tenaga kerja domestik dan ekonomi
bangsanya
(Shimp & Sharma 1987).
Variabel ini diukur dengan 7 indikator
berdasarkan pengukuran yang disusun oleh
Shimp & Sharma, 1987 dan telah dimodifikasi
sesuai dengan
tujuan penelitian. Adapun
variabel etnosentrisme konsumen diukur
melalui indikator sebagai berikut :
a. Beli produk dalam negeri dari pada
produk import
b. Gunakan produk import karena tidak
tersedia produk domestik
c. Dukung perusahaan dalam negeri
d. Hal terbaik beli produk dalam negeri
e. Utamakan membeli produk dalam negeri
f.
Dukung pekerja Indonesia
g. Dukung produk dalam negeri meskipun
mahal
Definisi
Operasional
Conspicuous
consumption.
Conspicuous consumption merujuk pada
hasrat konsumen untuk menunjukkan bukti
yang terlihat atas kemampuan mereka dalam
memperoleh barang-barang mewah (Piron,
2000).
Untuk
mengukur
conspicuous
consumption digunakan delapan belas item
pernyataan yang diadopsi dari Marcoux et al.
(1997) dan hanya digunakan 7 item yang telah
telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan
Jurnal penelitian hibah kompetisi

penelitian. Adapun variabel conspicuous


consumption (X4) diukur melalui indikator
sebagai berikut :
a. Hasrat untuk menaikkan citra
b. Hasrat untuk memperlihatkan produk
yang mencerminkan simbol status
c. Hasrat untuk memperlihatkan produk
simbol kesuksesan dan gengsi
d. Hasrat untuk memperlihatkan produk
yang menunjukkan kekayaan
e. Hasrat untuk menggunakan produk yang
menarik perhatian orang lain
f.
Hasrat untuk memperoleh respek
g. Hasrat untuk mempelihatkan produkproduk mahal
Definisi Operasional Perilaku Konsumsi
Domestik
Konsumsi produk dalam negeri adalah
serangkaian aktivitas-aktivitas yang pembeli
lakukan secara bebas mengindikasikan produk,
melakukan seleksi dan evaluasi terhadap
produk atau merk dalam negeri serta
melakukan pembelian terhadap produk atau
merk tersebut (Irena & Reardon, 2008).
Variabel ini diukur dengan 4 indikator
berdasarkan pengukuran yang disusun oleh
Vida dan Reardon (2008) dan telah
dimodifikasi sesuai dengan penelitian. Adapun
variabel perilaku konsumsi domestik diukur
melalui indikator sebagai berikut :
a. Mengenali pakaian jadi domestik
b. Mencari informasi tentang pakaian jadi
domestik
c. Mengutamakan berbelanja pakaian pada
toko yang menjual pakaian jadi domestik
d. Mengutamakan untuk membeli pakaian jadi
domestik
Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daftar pertanyaan
(kuisioner) yang diukur melalui skala Likert
dengan 5 pilihan jawaban dimana jawaban
terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor
5.
Prosedur Pengumpulan Data
Adapun
jenis
data
dan
prosedur
pengumpulannya
dalam
penelitian
ini
diperoleh dari data primer dan data sekunder
Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan uji statistik lebih
lanjut, maka diperlukan pengujian instrumen
penelitian terlebih dahulu yaitu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas

Page 4

Regresi berganda
Data yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis regresi
berganda.
Dalam teknik analisis regresi berganda
pengujian asumsi klasik diperlukan untuk
mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang
dilakukan benar-benar bebas dari adanya
gejala
heteroskedastisitas,
gejala
multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.
Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1.Uji
Asumsi
Klasik
Multikolinieritas.
2.Uji Asumsi Klasik Heteroskedasitisitas.
3. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
4. Uji Normalitas
Uji hipotesis
Uji hipotesis mencakup uji signifikansi
simultan (Uji F) dan uji signifikan parameter
individual (Uji t).
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Dari 110 responden yang paling
dominan dalam penelitian ini adalah
wanita dengan jumlah persentase
sebesar 70 % dan berpendidikan
terakhir
SLTA
dengan
jumlah
persentase sebesar 68,18 %. umur 17
27 tahun dengan jumlah persentase
sebesar 76,36 %, Mahasiswa/pelajar
dengan jumlah persentase sebesar
58,18 %, berpendapataan rata-rata
perbulan kurang dari Rp. 500.000
dengan jumlah persentase sebesar
53,64 %.
B. UJI ASUMSI KLASIK
Menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas
pada model regresi yang digunakan.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji Regresi Linear Berganda
Hasil perhitungan regresi berganda
dengan program SPSS versi 16
disajikan pada Tabel 6.15 berikut :

Tabel 6.15
Analisis Regresi Linear
Berganda
Unstandardized
Coefficients
Model
1

(Constan
7.976
t)

Std. Error
1.539

X1

.250

.112

X2

.170

.045

X3

-.077

.042

a. Dependent
Variable: Y
sumber : data olahan SPSS 16, 2011

Berdasarkan Tabel 6.15 diperoleh


model
persamaan
regresi
linear
berganda sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1.1 + 2X2.2 + 3X3.3+e
Y = 7,976 + 0,250 X1 + 0,170 X2
+(-0,077) X3 + e
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) sebesar 7,9 , diketahui
bahwa tanpa adanya kualitas produk relatif
(X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan
conspicuous consumption (X3) maka
konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan
turun sebesar 7,9 satuan.
2. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
sebesar positif 0,250, menunjukkan bahwa
apabila variabel kualitas produk relatif (X1)
naik sebesar satu satuan maka konsumsi
pakaian jadi domestik (Y) akan naik
sebesar 25 %.
3. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
sebesar positif 0,170, menunjukkan bahwa
apabila variabel etnosentrisme konsumen
(X2) naik sebesar satu satuan maka
konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan
naik sebesar 17 %.
4. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
sebesar negatif (-0,077) , menunjukkan
bahwa apabila variabel conspicuous
consumption (X3) naik sebesar satu satuan
maka konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
akan turun sebesar 0,77 %.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam

Jurnal penelitian hibah kompetisi

Page 5

menerangkan variasi variabel dependennya.


Hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu :
1. Nilai R sebesar 0,482 menunjukkan bahwa
hubungan antara keseluruhan variabel
yang diteliti yaitu kualitas produk relatif
(X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan
conspicuous consumption (X3) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y) adalah
sebesar 48,2 %. Besarnya angka ini
menunjukkan
hubungan
yang
di
interprestasikan sebagai hubungan yang
sedang.
2. Nilai Adjusted R2 sebesar 23,2 %
menunjukkan bahwa besarnya pengaruh
secara simultan kualitas produk relatif (X1),
etnosentrisme
konsumen
(X2),
dan
conspicuous consumption (X3) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
sebesar 23,2 %, besarnya angka ini
menunjukkan
hubungan
yang
di
interpretasikan sebagai hubungan yang
rendah. Dan sisanya sebesar 76,8 % dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
Uji t (Parsial)
Dari data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan metode regresi dan
dihitung dengan menggunakan program
SPSS versi 16. Berdasarkan output SPSS
versi 16 tersebut secara parsial pengaruh
dari ketiga variabel independen yaitu
kualitas produk relatif (X1), etnosentrisme
konsumen
(X2),
dan
conspicuous
consumption (X3) di tunjukkan pada Tabel
6.18 sebagai berikut:
Tabel 6.18
Uji t (parsial)
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Std.
Error

Model

1 (Constant)

7.976

1.539

X1

.250

.112

X2

.170

.045

X3

-.077

.042

Standardized
Coefficients
Beta

Sig.

5.182

.000

.205

2.241

.027

.345

3.791

.000

-.159 -1.840

.069

a. Dependent Variable: Y
Sumber : data olahan SPSS 16, 2011
Berdasarkan Tabel 6.18 dapat terlihat
bahwa :
1. Diperoleh koefisien regresi untuk variabel
kualitas produk relatif (X1) sebesar 0,250
dan t hitung
2,241 dengan tingkat
Jurnal penelitian hibah kompetisi

signifikan sebesar 0,027, dimana nilai


signifikan ini lebih rendah dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa secara parsial
variabel kualitas produk relatif (X1)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap konsumsi pakaian jadi domestik
(Y), yang ditunjukkan dari nilai
signifikansi sebesar 0,027 < 0,05.
Dengan demikian hipotesis Ho yang
menyatakan Diduga tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial
kualitas produk relatif (X1) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
ditolak. Berarti dalam hal ini hipotesis
Ha: yang menyatakan Diduga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial
kualitas produk relatif (X1) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
diterima.
2. Diperoleh koefisien regresi untuk
variabel etnosentrisme konsumen (X2)
sebesar 0,170 dan t hitung 3,791 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000, dimana
nilai signifikan ini lebih rendah dari 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa secara
parsial
variabel
etnosentrisme
konsumen (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap konsumsi pakaian
jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Dengan demikian hipotesis Ho yang
menyatakan Diduga tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial
etnosentrisme konsumen (X2) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
ditolak. Berarti dalam hal ini hipotesis
Ha: yang menyatakan Diduga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial
etnosentrisme konsumen (X2) terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik (Y)
diterima.
3.
Diperoleh koefisien regresi untuk
variabel conspicuous consumption (X3)
sebesar -0,077 dan t hitung
-1,840
dengan tingkat signifikan sebesar 0,069,
dimana nilai signifikan ini lebih tinggi
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
secara parsial variabel conspicuous
consumption (X3) tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap konsumsi
pakaian jadi domestik (Y), yang
ditunjukkan dari nilai signifikansi
sebesar 0,069 > 0,05. Dengan demikian
hipotesis Ho yang menyatakan Diduga
tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara parsial conspicuous consumption
(X3) terhadap konsumsi pakaian jadi

Page 6

domestik (Y) diterima. Berarti dalam


hal ini hipotesis Ha: yang menyatakan
Diduga terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial conspicuous
consumption (X3) terhadap konsumsi
pakaian jadi domestik (Y) ditolak.
Pembahasan
1.Pengaruh kualitas produk relatif terhadap
konsumsi domestik
Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa
variabel kualitas produk relatif memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi
pakaian jadi domestik dengan nilai signifikansi
sebesar 0,027. Hal ini berbeda dengan teori
yang dikemukan oleh Vida dan Reardon,2008
yang menunjukkan bahwa konstruk afektif dan
normatif (yaitu etnosentrisme konsumen dan
patriotisme) adalah determinan kuat dari
konsumsi domestik dari pada pertimbangan
rasional (mekanisme kognitif) seperti persepsi
kualitas produk relatif dari produk domestik
dibanding produk impor. Hasil penelitian ini
sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut karena
tidak sesuai dengan teori yang ada.
2.Pengaruh etnosentrisme konsumen terhadap
konsumsi domestik
Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa
variabel consumer ethnocentrism memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi
pakaian jadi domestik dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Hal ini sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Wall dan Heslop (1986)
dalam Yelkur et al. (2006) ; yang menyatakan
bahwa konsumen yang etnosentris cenderung
membeli produk domestik. Vida dan Reardon,
2008, menunjukkan bahwa etnosentrisme
konsumen dan patriotisme adalah determinan
kuat dari konsumsi domestik. Sharma, 1987
menyatakan bahwa anggota kelompok yang
memiliki kontak paling dekat dengan budaya
lain, seperti penghuni perbatasan, wisatawan,
dan diplomat cendrung sangat etnosentris
atau nasionalis. Hamin dan Elliot,2006
menyatakan
temuannya
menjelaskan
bahwa
:1).
Etnosentrisme
konsumen
Indonesia lebih tinggi dibanding dengan
konsumsi
Australia.
2).Etnosentrisme
konsumen dan evaluasi produk yang dilakukan
konsumen memiliki pengaruh terhadap produk
dalam negeri, persepsi kualitas dan pembelian
ulang barang dan jasa.
Dengan demikian
hasil penelitian ini sesuai dengan teori-teori
sebelumnya. .
3.Pengaruh
conspicuous
consumption
terhadap konsumsi domestik
Jurnal penelitian hibah kompetisi

Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa


variabel conspicuous consumption tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
konsumsi pakaian jadi domestik. Hal tersebut
berbeda dengan teori Ger et al. (1993) yang
menyatakan bahwa di negara berkembang,
konsumen yang conspicuous cenderung
menunjukkan kekayaan mereka dengan
membeli barang-barang impor. Dengan kata
lain semakin tinggi nilai conspicuous dalam diri
seseorang maka semakin rendah kesediaannya
untuk membeli produk domestik. Hasil
hipotesis penelitian ini tidak sesuai dengan
pernyataan tersebut. Jika dihubungkan dengan
karakteristik responden dalam penelitian ini,
populasi penelitian sebagian besar memiliki
penghasilan per bulan sebesar di bawah
Rp1.000.000
sebanyak
73,64%.
Dari
karakteristik tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa konsumen yang menjadi responden
dalam penelitian ini memiliki pendapatan yang
relatif rendah sehingga mereka memiliki
banyak pertimbangan khusus dan sebagian
dari mereka bersikap rasional. Maruf(2005:51)
mengatakan bahwa sikap belanja rasional
dipengaruhi oleh alasan rasional dalam pikiran
konsumen. Cara berpikir seseorang dapat
begitu kuat hingga membuat perasaan seperti
gengsi menjadi amat kecil atau bahkan hilang
karena mereka lebih berpikir untuk memenuhi
kebutuhan minimumnya terlebih dahulu.
Terlebih lagi, pakaian asing yang dianggap
bergengsi oleh konsumen umumnya memiliki
harga cukup tinggi mulai dari ratusan ribu
hingga jutaan rupiah.
Selain
itu,
responden
tidak
dapat
mengkonsumsi sesuatu yang conspicuous jika
orang lain tidak memperhatikannya, karena
hasrat seseorang unuk mengkonsumsi produk
dengan mencolok (conspicuously) ditentukan
oleh reference group mereka (Wong dan
Ahuvia, 1998 dikutip dalam OCass dan
McEwen, 2004).
Dengan demikian, jika
lingkungan sosial konsumen tidak terlalu
memperhatikan dan peduli dengan pakaianpakaian yang mahal dan bergengsi, maka
konsumen tersebut juga tidak akan terlalu
memikirkan apakah pakaian yang dibelinya
mahal atau tidak. Hal inipun didukung oleh
teori Childers dan Rao (1992) yang
mengatakan bahwa reference group dapat
mempengaruhi
keputusan
pembelian
konsumen.
Pakaian mungkin hanya satu bagian dari
portofolio produk yang digunakan oleh
konsumen untuk memaksimalkan performance
mereka. Dimana terdapat produk lain yang

Page 7

dianggap lebih conspicuous dibanding pakaian


(Piacentini dan Mailer, 2004). Sehingga
terdapat kemungkinan bahwa responden tidak
berusaha
memperlihatkan
kekayaannya
melalui pakaian, namun melalui produk-produk
lain yang lebih conspicuous.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Secara parsial variabel kualitas produk
relatif berpengaruh positif dan signifikan
terhadap konsumsi pakaian jadi domestik.
Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukanan oleh Irena Vida dan James D
Reardon (2008).
2. Secara parsial variabel etnosentrisme
konsumen
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi
domestik. Hal ini sejalan dengan teori yang
dinyatakan oleh Sharma, 1987, Wall dan
Heslop (1986), Vida dan Reardon, 2008, ,
Hamin dan Elliot,2006.
3. Secara
parsial
variabel
conspicuous
consumption tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi
domestik. Hal ini berbeda dengan teori
yang dikemukakan oleh Ger et al. (1993).
4. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui
bahwa secara bersama-sama variabel
independent yang diteliti yaitu kualitas
produk relatif,etnosentrisme konsumen,
dan conspicuous consumption memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen konsumsi pakaian jadi domestik.
b. Saran
1. Penelitian ini diharapkan akan dapat
menjadi sumbangan pemikiran untuk
bahan
pertimbangan
dan
evaluasi
tambahan dalam memahami faktor-faktor
dari kualitas produk relatif, etnosentrisme
konsumen, dan conspicuous consumption
dalam meningkatkan produktifitas dan
kreatifitas guna menciptakan produk yang
berkualitas dan berdaya saing baik dalam
negeri maupun di luar negeri, dan
diharapkan
pihak
produsen
mampu
mempertahankan
dan
meningkatkan
kualitas produk yang ada saat sekarang.
2. Dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa dalam pengambilan keputusan
untuk membeli pakaian jadi domestic
konsumen dipengaruhi oleh factor kualitas
produk dan etnosentrime konsumen,
dengan
demikian
dapat
dijadikan
pertimbangan bagi produsen pakaian jadi
domestik, selain menjaga kualitas produk
juga
memperhatikan
kebanggaan
Jurnal penelitian hibah kompetisi

konsumen pada produk negaranya sendiri,


khususnya pakaian jadi, misalnya dengan
menciptakan desain dan motif-motif yang
digali dari budaya negara sendiri bagi
pembuat kebijakan disarankan untuk lebih
banyak melaksanakan event-event promosi
bagi produk dalam negeri yang lebih
menarik, melaksanakan kompetisi desain
dan motif-motif daerah untuk pakaian jadi.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang
memperhitungkan variable lain yang belum
diteliti terhadap konsumsi domestik, seperti,
product jugdement, product knowledge,
contry of origin (COO)
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D., Kumar, V. & G.S. Day. 1998.
Marketing Research 6th Ed. New York:
John Wiley and Sons.
Ahmed,Z.U.,Johnson,HP.,Yang,X.,Fatt,C.F.,Ten
g,H.S. and Boon,L.C.(2004), Does
Country of origin matter for low
involvements products ? International
Marketing Review, Vol.21 No.1,pp.10220.
Ang,S.H.,Jung,K.,Kau,A.K.,Leong,S.M.,Pornpita
kpon,C.AndTan,S.J.(2004),Animosity
towards economic giants : what little
guys think,Journal of
Consumer
Marketing, Vol.21 No.29, pp. 190 207.
Arnould, E. J., Price, L. L. & G. M. Zinkhan.
2005. Consumers 2nd Ed. McGrawHill/Irwin.
Balabanis,G.And Diamantopoulos,A., Mueller,
R.D.and Melewar,T.C.(2001,The impact
of
nationalism,
patriotism
and
internationalism
on
consumer
ethnosentric tendencies, Journal of
International
Business
Studies,
Vol.32,pp.157-75.
Batra, R., Venkatram, R., Alden, D.L.,
Steenkamp, J. E.M. & S. Ramachander.
2000. Effects of brand local and
nonlocal origin on consumer attitude in
developing
countries.
Journal
of
Consumer Psychology, 9 (2). 83-95.
Bahram Ranjbarian, Rojuee Morteza, Mirzaei
Abbas, 2010. Consumer Ethnocentrism
and Buying Intentions: An Empirical
Analysis
of
Iranian
Consumers.
European Journal of Social Sciences
Volume 13, Number 3 (2010)
Braun, O.L. & R.A. Wicklund. 1989.
Psychological
antecedents
of
conspicuous consumption. Journal of
Economic Psychology, 10 (2). 161-187.

Page 8

Brodowsky, G. H. (1998). The effects of


country of design and country of
assembly on evaluative beliefs about
automobiles and attitudes toward
buying them: A comparison between
low and high ethnocentric consumers.
Journal of International Consumer
Marketing, 10(3), 85113.
Bruning, E. R. (1997). Country of origin,
national loyalty and product choice. The
case of international air travel.
International Marketing Review, 14(1),
5974.
Caruana, A. and Magri, E. (1996), The effects
of dogmatism and social class variables
on consumer ethnocentrism in Malta,
Marketing Intelligence and Planning, Vol.
14 No. 4,pp. 39-44.
CIA.
The
world
factbook.
<http://www.cia.gov> Retrieved 02.05.2007.
de Ruyter, K., van Birgelen, M., & Wetzels, M.
(1998). Consumer ethnocentrism in
international
services
marketing.
International Business Review, 7(2),
185202
Chandra,Gregorius.,Tjiptono,Fandy.,Chandra,Y
anto.2004.PemasaranGlobal:Internasion
alisi dan Internetisasi. Jogyakarta.
Penerbit Andi.
Douglas, S. P., & Nijssen, E. J. (2003). On the
use of borrowed scales in cross-national
research.
International
Marketing
Review, 20(6), 621642.
Durvasula, S., Andrews, C. J., & Netemeyer, R.
G. (1997). A cross-cultural comparison
of consumer ethnocentrism in the
United States and Russia. Journal of
International Consumer Marketing, 9(4),
7384.
Dmitrovic Tanja, Vida Irena,dan Reardon
James.2009. Purchase behavior in
favor of domestic products in the West
Balkans. International Business Review.
18 (2009)pp 523535
Erdogan B. Zafer & Uzkurt Cevahir.2010.
Effects of ethnocentric tendency on
consumers perception of product
attitudes for foreign and domestic
products. Cross Cultural Management:
An International Journal Vol. 17 No. 4,
2010 pp. 393-406
Ger, Gliz, Belk, R.W. & Dana-Nicoleta Lascu.
1993. The development of consumer
desire in marketizing and developing
economies: the cases of Romania and
Turkey.
Advances
in
Consumer
Research, 20. 102-107.
Jurnal penelitian hibah kompetisi

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis


Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Good, L.K. and Huddleston, P. (1995),
Ethnocentrism of Polish and Russian
consumers: are feelings and intentions
related?,
International
Marketing
Review, Vol. 12 No. 5, pp. 35-48.
Granzin, K.L. and Olsen, J.E. (1998),
Americans choice of domestic over
foreign products: a matter of helping
behavior?,
Journal
of
Business
Research, Vol. 43, pp. 39-54.
Granzin, K.L. and Painter, J.J. (2001),
Motivational
influences
on
buy
domestic
purchasing:
marketing
management implications from a study
of two nations,Journal of International
Marketing, Vol. 9 No. 2, pp. 73-96.
Grewal, D., Monroe, K. & R.Khrisnan. 1985.
The
effects
of
price-comparison
advertising on buyers' perceptions of
acquisition value, transaction value, and
behavioral
intentions.
Journal
of
Marketing Research, 62 (2). 46-59.
Hair, Joseph F., Anderson, Rolph E., Tatham,
Ronald L. & W.C. Black. 1998.
Multivariate Data Analysis 5th Ed. New
Jersey: Prentice-Hall International
Han, C. Min. 1988. The role of consumer
patriotism in the choice of domestic
versus foreign products. Journal of
Advertising Research, June/July. 25-32.
Han, C.M. and Terpstra, V. (1988), Countryof-origin effects for uni-national and binational
products,
Journal
of
International Business Studies, Vol. 19
No. 2, pp. 235-56.
Hansen, T. (2005), Perspective on consumer
decision
making:
an
integrated
approach,
Journal
of
Consume
Behavior, Vol. 4 No. 6, pp. 420-37.
Hamin dan Greg Elliot. 2006. A Less-developed
country
perspective
ofnconsumer
ethnocentrism and country of origin
effects: Indonesia evidence. Asia Pacific
Journal of Marketing and Logitics. Vol
18 No2. 2006 pp 79-92.
Herche, J. (1994). Ethnocentric tendencies,
marketing strategies and import
purchase behavior. International
Marketing Review, 11(3), 416
Heslop, L., Papadopoulos, N., & Bourk, M.
(1998). An interregional and
intercultural perspective on subculture
differences in product evaluation. Revue

Page 9

Canadiennedes Sciences de
lAdministration, 5(2), 113127.2532
Insch, G.S. and McBride, J.B. (2004), The
impact of country-of-origin cues on
consumer perceptions of product quality:
a binational test of the decomposed
country-of-origin construct, Journal of
Business Research, Vol. 57, pp. 256-65.
Irawan, Handi. 2007. Karakter #6 Suka Merek
Luar
Negeri.
Marketing/Edisi
Khusus/II/2007.
Irawan, Handi. 2006. Buatan Luar Negeri
Dong...!!!. Marketing 07/VI/Juli 2006.
Johansson, J.K. (1989), Determinants and
effects of the use of made in labels,
nternational Marketing Review, Vol. 6
No. 1, pp. 47-58.
Javalgi, R. G., Pioche Khare, V., Gross, A. C., &
Scherer, R. F. (2005). An application of
the consumer ethnocentrism model to
French
consumers.
International
Business Review, 14, 325344
Javalgi, R.G., Pioche Khare, V., Gross, A.C.
and
Scherer,
R.F.
(2004),
An
application
of
the
consumer
ethnocentrism
model
to
French
consumers,
International
Business
Review,Vol. 14, pp. 325-44.
Klein, Gabrielle J., Ettenson, R. & M.D. Morris.
1998. The animosity model of foreign
product purchase: an empirical test on
the Peoples Republic of China. Journal
of Marketing, 62 (1). 89-100.
Klein, J.G., Ettenson, R. and Krishnan, B.C.
(2006), Extending the construct of
consumer ethnocentrism: where foreign
products are preferred, International
Marketing Review, Vol. 23 No. 3, pp.
304-21.
Kotler, Philip & Kevin Keller. 2009. Marketing
Management 12e. New Jersey: Pearson
Education.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk
Bisnis dan Ekonomi.Erlangga: Jakarta.
Laroche, M., Papadopoulos, N., Heslop, L.A.
and Mourali, M. (2005), The influence
of country image structure on consumer
evaluations
of
foreign products,
International Marketing Review, Vol. 22
No. 1, pp. 96-115.
Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran:
Pendekatan Terapan Ed. 4. Terjemahan.
Jakarta:
PT
Indeks.
Consumer
Ethnocentrism and Buying Intentions:
An Empirical Analysis of Iranian
Consumers
Jurnal penelitian hibah kompetisi

Marcoux, Jean-Sebastien, Filiatrault, P. &


Emmanuel Cheron. 1997. The attitudes
underlying preferences of young urban
educated Polish consumers toward
products made in Western countries.
Journal of International Consumer
Marketing, 9 (4). 5-29.
Mowen,John C & Minor, Michael. 2001.
Consumer
Behavior.
5th
edition.
Harcourt, Inc.
Netemeyer, R.G., Durvasula, S. & D.R.
Lichtenstein. 1991. A cross-national
assessment of the reliability and validity
of the CETSCALE. Journal of Marketing
Research, 28 (3), 320-327.
OCass, Aaron & Hmily McEwen. 2004.
Exploring
consumer
status
and
conspicuous consumption. Journal of
Consumer Behavior, 4 (1). 25-39.
Okechuku, C. (1994), The importance of
product country of origin: a conjoint
analysis of the USA, Canada, Germany,
and the Netherlands, European Journal
ofMarketing, Vol. 28 No. 4, pp. 5-19.
Olsen, J.E., Granzin, K.L., dan A. Biswas. 1993.
Influencing consumers selection of
domestic versus imported products:
implications for marketing based on a
model of helping behavior. Journal of
the Academy of Marketing Science, 21
(4). 307-321.
Papadopoulos, N., & Heslop, L. (2002).
Country equity and country branding:
Problems and prospects. Journal of
Brand Management, 9(45), 294314.
Parameswaran, R., & Pisharodi, R. M. (2002).
Assimilation effects in country image
research.
International
Marketing
Review, 19(3), 259278.
Pecotich, A., & Rosenthal, M. J. (2001).
Country of origin, quality, brand and
consumer ethnocentrism. Journal of
Global Marketing, 15(2), 3364.
Peterson, R. A., & Jolibert, A. J. P. (1995). A
meta-analysis
of
country-of-origin
effects.
Journal
of
International
Business Studies, 26(4), 157175.
Pharr, J. M. (2005). Synthesizing country-oforigin research from the last decade: Is
the concept still salient in an era of
global brands? Journal of Marketing
Theory and Practice, 13(4), 3445.
Phau, I., & Chao, P. (2008). Country-of-origin:
State of the art review for international
marketing strategy and practice: Guest
Editorial. International Marketing Review,
25(4), 12511252.

Page 10

Piacentini, Maria & Greig Mailer. 2004.


Symbolic consumption in teenagers
clothing choices. Journal of Consumer
Behavior, 3 (3). 251-262.
Piron, F. 2000. Consumers perceptions of the
country of origin effect on purchasing
intentions of (in) conspicuous products.
Journal of Consumer Marketing, 17 (4).
308-321.
Rawwas, M. Y. A., Rajendran, K. N., &
Wuehrer, G. A. (1996). The influence of
world mindedness and nationalism on
consumer evaluation of domestic and
foreign
products.
International
Marketing Review, 13(2), 2038.
Reardon, J., Miller, C., Vida, I., & Kim, I.
(2005). The effects of ethnocentrism
and economic development on the
formation of brand and ad attitudes in
transitional
economies.
European
Journal of Marketing, 39(78), 737754.
Samiee, S., Shimp, T. and Sharma, S. (2005),
Brand origin recognition accuracy: its
antecedents and consumers cognitive
limitations, Journal of International
Business Studies, Vol. 36 No. 4, pp.
379-98.
Samovar, L. A. and Porter, R. E., 1995.
Communication
between
Cultures.
Belmore: Wadsworth
Schiffman, Leon G. & Leslie Lazar Kanuk. 2007.
Consumer Behavior 9th Ed. New Jersey:
Pearson Education Inc.
Sekaran, Uma. 2006a. Metode Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 1. Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Shankarmahesh, Mahesh N. 2006. Consumer
ethnocentrism: an integrative review of
its antecedents and consequences.

Vassella Michael C, Fountain, Patrick D. Pat,


Fountain, Usha K. 2010. Consumer
Ethnocentrism,
Partiotism,
Global
Openneess And Country Of Origin Effect:
A Literature Review. ASBBS Annual
Conference: Las Vegas 8 February 2010
Verlegh, P.W.J. and Steenkamp, J-B.E-M.
(1999), A review and meta-analysis of
country-of-origin research, Journal of
Economic Psychology, Vol. 20, pp. 52146.
Vida, I & Reardon,J.(2008). Domestic
consumption ; Rational, affective or
normative choice ? Journal of Consumer
Marketing.25(1),34-44.

Jurnal penelitian hibah kompetisi

International Marketing Review, 23 (2).


146-172.
Sharma, S., Shimp, T.A. and Shin, J. (1995),
Consumer ethnocentrism: a test of
antecedents and moderators, Journal
of Academy of Marketing Science, Vol.
23 No. 1, pp. 26-37.
Shimp, Terence A. & Subhash Sharma. 1987.
Consumer ethnocentrism: construction
and validation of the CETSCALE. Journal
of Marketing Research, 24 (3). 280-289.
Simatupang, David. 2007. Karakter #8 Gengsi.
Marketing/Edisi Khusus/II/2007.
Siswadi. 2007. Penanganan Pasca Panen Buah
buahan dan Sayuran. INNOFARM:
Jurnal Inovasi Pertanian, 6 (1): 68 71.
Solomon, Michael R. 2007. Consumer Behavior:
Buying, Having, and Being. New Jersey:
Pearson Education.
Suh, Taewon & Ik-Whan Kwon. 2002.
Globalization and reluctant buyers.
International Marketing Review, 19 (6).
663-680.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV.
Alfabeta : Bandung.
________. 2008. Metode Penelitian Bisnis. CV.
Alfabeta : Bandung.
________. 2009. Statistik Untuk Penelitian. CV.
Alfabeta : Bandung.
Simamora ,bilson. 2005. Analisis Multivariat
Pemasaran. PT. Gramedia pustaka
utama : Jakarta.
Tanja Dmitrovic, Vida Irena,dan Reardon
James.2009. Purchase behavior in avor
of domestic products in the West
Balkans. International Business Review.
18 (2009)pp 523535.
Umar, husein. 2005. Riset Pemasaran &
Perilaku Konsumen. PT. Gramedia
pustaka
utama
:
Jakarta
Wang, Cheng Lu & Zhen Xiong Chen (2004).
Consumer
ethnocentrism
and
willingness to buy domestic products in
a developing country setting: testing
moderating
effects.
Journal
of
Consumer Marketing, 21 (6). 391-400.
Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Kualitas:
Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
Yelkur,
R.,
Chakrabarty,
S.
&
S.
Bandyopadhyay. 2006. Ethnocentrism
and buying intentions: does economic
development
matter?
Marketing
Management Journal, 16 (2). 26-37.
Yoon, S.-J., Cannon, H.M., & Yaprak, A.
(1996).
Evaluating
the
CYMYC
cosmopolitanism scale on Korean
consumers. Advances in International.

Page 11

Você também pode gostar