Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak: Adanya persaingan yang sangat kompetitif antara merk Honda dan
merk Yamaha, sehingga menjadi alasan kuat bagi konsumen untuk memilih
merek tersebut sebelum melakukan keputusan pembelian terhadap sepeda motor
di Indonesia, khususnya di Kota Singkawang. Persaingan perusahaan saat ini
untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional
produk seperti kegunaan suatu produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek
yang mampu memberikan citra terhadap suatu produk.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis keputusan pembelian sepeda
motor merek Yamaha di Kota Singkawang melalui faktor-faktor brand equity,
dimana keputusan pembelian akan dipengaruhi oleh tingkat brand awareness,
brand association, perceived quality dan brand loyalty. Hal ini dikarenakan brand
awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty belum tentu
membuat konsumen melakukan keputusan pembelian terhadap produk atau jasa
perusahaan, ada kemungkinan faktor-faktor diluar brand equity juga dominan
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Penelitian ini menggunakan sampel 100 responden yang menggunakan
sepeda motor merek Yamaha di Kota Singkawang pada tahun 2012, dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel, Convenience sampling. Teknik analisa
data dengan SPSS ( Statistical Product and Service Solutions ) versi 20. Hasil
penelitian menyatakan bahwa tiga variabel independen Brand Awareness (X1),
Brand Association (X2), Perceived Quality (X3) yang diteliti tidak terbukti secara
signifikan mempengaruhi variabel dependen Keputusan Pembelian, hanya
variabel Brand Loyalty (X4) saja mempengaruhi Keputusan Pembelian.
Kata kunci: Keputusan Pembelian, Brand Awareness, Brand Association,
Perceived Quality, dan Brand Loyalty.
PENDAHULUAN
Menghadapi hyper competition dalam pangsa pasar penjualan sepeda
motor di Indonesia, terutama merek Honda dan merek Yamaha. Sehingga kedua
perusahaan tersebut selalu beripaya melakukan inovasi-inovasi dalam produk
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan, untuk memperebutkan konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk
seperti kegunaan suatu produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang
mampu memberikan citra terhadap suatu produk. Menurut Wijanaro, 2004. Merek
yang kuat merupakan aset tak berwujud (intangible asset) yang sangat berharga
bagi perusahaan dan merupakan alat pemasaran strategis utama. Merek yang kuat
akan membangun loyalitas, dan loyalitas akan membangun bisnis berulang
kembali. Dengan memelihara loyalitas pelanggan terhadap merek, keuntungan
masa depan yang diperoleh dari pelanggan akan cenderung meningkat.
Merek yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dan memberikan kepuasan
akan diingat oleh konsumen sehingga ketika kategori produk tersebut dibutuhkan,
maka dengan cepat diambil keputusan berdasarkan preferensi merek yang
dipilihnya (Susanto dan Wijanarko; 2004). Pernyataan ini juga didukung oleh
Kismono; 2010, yang menyatakan peran merek pada saat ini tidak hanya sekedar
menjadi pembeda atau identitas suatu produk, perusahaan semakin merasakan
pentingnya merek untuk mendapatkan kesetiaan dari pelanggan.
Sebuah merek yang sudah dikenal dan selalu diingat oleh konsumen, maka
merek dapat dibedakan dari merek-merek lainnya. Jika dibenak konsumen merek
memiliki kualitas yang tinggi dan berhasil membuat konsumen puas dan loyal,
maka merek tersebut mempunyai ekuitas merek (brand equity) yang tinggi.
Kekuatan brand equity diyakini memiliki kekuatan yang besar untuk memikat
konsumen dalam keputusan pembelian barang baik produk atau jasa yang
diwakilinya. Untuk memenangkan persaingan perusahaan perlu membangun
reputasi merek yang kuat dengan trampil mendeferensiasi dirinya dan menyusun
strategi merek yang memadai (Kottler dan Keller, 2012:66).
Brand equity yang kuat dapat memberikan pilihan, memungkinkan
konsumen untuk membedakan berbagai macam tawaran perusahaan, dan
memudahkan pembeli dalam pengambilan keputusan pembelian. Merek dapat
memberikan jaminan kualitas dan mencegah resiko ketika mereka membeli dan
memberikan pengalaman yang baik, ketika mereka mersakan kenyamanan dan
puas maka memudahkan mereka untuk melakukan pembelian ulang
(Lee,2002,44).
Tingkat kesetiaan merek ini merupakan bagian terpenting dari ekuitas merek
untuk melihat sejauh mana kepuasan pelanggan mempengaruhi loyalitas terhadap
merek. Ekuitas merek yang kuat dari suatu produk dapat menghilangkan keraguan
konsumen terhadap kualitas merek sehingga dapat mengurangi keinginan atau
rangsangan konsumen untuk mencoba-coba merek lain. Disinilah peran ekuitas
merek yang secara tidak langsung dapat merubah pola perilaku pembelian
konsumen. Dengan demikian upaya membangun merek dalam rangka
mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar perlu diperhitungkan secara
matang oleh produsen dan pemasar. Ekuitas merek tidak datang dengan
sendirinya atau diterjemahkan sebatas beriklan, tetapi perusahaan perlu
melakukan upaya upaya agar ekuitas merek tersebut menjadi kuat.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wirastomo Pada Tahun 2012,
Fadli Dan Inneke Qomariah Pada Tahun 2007, Sri Raehan tahun 2008, Rosdiana
BR Tarigan, tahun 2000, Anwar & Yohanes Eko, tahun 2010 menyatakan bahwa
faktor-faktor brand equity yang meliputi brand awareness, brand association,
perceived quality dan brand loyalty berpengaruh terhadap keputusan pembelian,
dan hanya penelitian Ineke dan Fadly yang menyatakan brand awareness tidak
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal inilah yang mendorong peneliti
untuk melanjutkan studi lebih lanjut, sehingga dalam studi ini muncul beberapa
pertanyaan diantaranya :
1. Apakah Brand Awareness mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
2. Apakah Brand Association mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
3. Apakah Perceived Quality mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
4. Apakah Brand Loyalty mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha?
5. Apakah Brand Equity yaitu Brand Awareness (X1), Brand Association (X2),
Perceived Quality (X3) dan Brand Loyalty (X4) mempengaruhi keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha?
KAJIAN PUSTAKA
Keputusan Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanak (2007), perilaku konsumen merupakan
studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan, membelanjakan
sumber daya yang tersedia dan memiliki waktu, uang dan usaha untuk
mendapatkan barang dan jasa yang nantinya akan dikonsumsi, selanjutnya
Loundon dan Bitta (1995) menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup
proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara
fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan
jasa (dalam Suryani. 2008). Sehingga dengan demikian, keputusan pembelian
yang dilakukan oleh seorang konsumen, melalui beberapa tahapan-tahapan. Yang
diawali dengan adanya kebutuhan.
Brand Awareness (kesadaran merek)
Brand Awareness (kesadaran merek) merupakan kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran menggambarkan
keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam
beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci pembuka (key of brand
asset) untuk masuk ke elemen brand equity (ekuitas merek) lainnya. Apabila
kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga
rendah.
Pengenalan merek di tingkat kesadaran merek (brand equity) merupakan
langkah dasar pertama dalam komunikasi pemasaran yang dapat memberikan
pengaruh dalam proses keputusan pembelian. Menurut Susanto dan Wijanarko
(2004), merek yang terkenal memperoleh keuntungan karena ikut masuk menjadi
salah satu alternatif dalam pemilihan merek. Dalam keputusan pembelian
biasanya konsumen terlebih dahulu mencari informasi. Pertama kali yang
dilakukan adalah pencarian informasi ke dalam yaitu pencarian informasi ke
dalam ingatannya. Merek yang dikenal akan beruntung menjadi salah satu
alternatif yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian itu.
Selain itu dalam suatu pasar yang tingkat persaingannya sangat tinggi
(hiperkompetitif) yang dibanjiri oleh merek untuk suatu kategori produk, ingatan
konsumen terhadap sebuah merek menjadi sesuatu yang mahal. Merek harus
memiliki identitas yang kuat yang membedakannya dengan merek yang lain, agar
tertanam dibenak konsumen dan selalu dikenang.
H 1: Terdapat pengaruh antara Brand awareness (X1) terhadap keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y).
Brand Association (Asosiasi Merek)
Brand Association (Asosiasi Merek) merupakan sesuatu yang berkaitan
dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi ini tidak hanya ada tetapi
mempunyai sebuah kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih mempunyai kekuatan
jika pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikan merek tersebut
cukup banyak, apalagi bila mempunyai keterkaitan dalam sebuah jaringan
(Susanto, Wijanarko; 2004). Sebagian besar atribut produk memberikan manfaat
bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Artinya,
kalau mau membuat asosiasi manfaat, mau tidak mau perusahaan juga harus
membuat asosiasi atribut sebagai alasannya. Yang ditonjolkan produsen
sebenarnya adalah asosiasi manfaat, sebab atribut yang dijadikan sebagai alasan,
seringkali tidak dipahami masyarakat umum.
H 2 : Terdapat pengaruh antara Brand Assosiation ((X2) terhadap keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y)
Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
Perceived Quality (Persepsi Kualitas) merupakan persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan
dengan maksud yang diharapkan (Susanto dan Wijanarko; 2004). Didukung oleh
pendapat Thai dan Chew (2012) menyatakan Perceived Quality (persepsi kualitas)
mempunyai peranan yang penting dan dapat menjadi alasan dalam keputusan
pembelian serta merek mana yang akan dipertimbangkan pelanggan untuk dibeli.
Oleh karena itu Perceived Quality ( persepsi kualitas) terkait erat dengan
keputusan pembelian, maka Perceived Quality dapat mengefektifkan semua
elemen program pemasaran khususnya program promosi. Apabila persepsi
kualitas dari suatu merek tinggi, maka kemungkinan besar program periklanan
dan promosi yang dijalankan akan efektif. Persaingan yang semakin ketat, Untuk
mempunyai ekuitas merek yang kuat perusahaan perlu melakukan deferensiasi
merek dengan merek yang lain.
H 3 : Terdapat pengaruh antara Perceived quality (X3) terhadap keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y).
Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Brand Loyalty (Loyalitas Merek) menurut Moven & Monor (2001)
merupakan sejauhmana seorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap
suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk terus
membelinya dimasa depan. Mendukung pernyataan tersebut Susanto dan
Wijanarko (2004) mengemukakan hubungan keterkaitan seorang pelanggan pada
sisanya sebesar 62,6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar Brand Equity
(Ekuitas Merek).
Tabel 1
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
1
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
.632a
.399
.374
1.165
Sum of
Squares
Mean
Square
F
Sig
85.772
21.443
15.794
000b
128.978
1.358
214.750
a. Dependent variabel Y
b. Predictors: (Constant), Loyalitas Merek, Kesadaran Merek, Asosiasi
Merek,
Persepsi Kualitas.
Regression
Residual
Total
Df
4
95
99
Model
Standardized
Coefficients
Beta
Std.Error
1.468
.112
.090
.114
.109
Konstanta
2.074
Brand Awareness (X1)
0,191
.161
Brand Association (X2)
-0,035
-.036
Perceived Quality (X3)
0,002
.002
Brand Loyalty (X4)
0,582
.552
a. Keputusan Pembelian
Sumber : data primer yang diolah tahun 2013
Sig
1.412
1.700
-0.388
0,018
5.358
.161
.092
.699
.985
.000
lifestyle, dan lain-lain. Jika selama proses pencarian informasi sepeda motor
merek Yamaha konsumen tidak merasakan kepuasan terhadap merek maka Brand
awareness tidak mempengaruhi keputusan pembelian dan begitu juga sebaliknya.
Top Mind, merupakan kelompok konsumen dengan tingkat kesadaran
tinggi. Pada tingkat ini terbentuk kelompok konsumen Brand Loyalty (loyal
terhadap merek) dan sangat mempengaruhi keputusan pembelian terhadap sepeda
motor merek Yamaha, tetapi konsumen yang loyal sulit ditemui. Sehingga tidak
dipastikan bahwa seseorang yang membeli dan menggunakan sepeda motor merek
Yamaha tetap loyal dalam jangka panjang, jika merek tersebut tidak memberikan
kepuasan pada dirinya bisa saja konsumen berpindah pada merek lain untuk
pembelian ulangnya.
Alasan logis yang kedua dikarenakan model perubahan kepercayaan, sikap
dan perilaku. Menurut Setiadi (2003) pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan
pengaruh sikap terhadap perilaku secara umum tergantung pada keterlibatan
konsumen dengan pembeliannya. Keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas
pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antar kepercayaan, sikap dan perilaku.
Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan bagian
dari hierarki pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli (pertama kali
konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek dan kemudian memutuskan
apakah membeli atau tidak).
Sebaliknya konsumen yang mempunyai keterlibatan yang rendah dalam
pembeliannya, tidak mempunyai sikap tertentu terhadap merek produk yang
dibelinya. Oleh karena itu, hubungan antara kepercayaan dan sikap adalah lemah.
Dan juga terdapat hubungan yang lemah antara sikap dan perilaku untuk
pembelian yang low involvement. Dalam keterlibatan yang rendah, sering
konsumen melakukan evaluasi setelah melakukan pembelian. Dalam pembelian
yang low involvement, sikap tidak bisa memprediksi perilaku .
Adapun sikap yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian, dapat
dijelaskan sebagai berikut : pertama Pengaruh Keluarga yaitu terdapat hubungan
yang kuat antara orang tua dan anak. Terbukti, sekitar kurang lebih 58%
keputusan pembelian dipengaruhi oleh keluarga terutama anak-anak (Setiadi;
2003). Kasus di Singkawang tidak terdapat hubungan antara brand awareness dan
keputusan pembelian, dimungkinkan kesadaran orang tua tinggi dalam keputusan
pembelian (purchase) terhadap beberapa merek tetapi dalam pertimbangan
dipengaruhi oleh keluarga yaitu istri ataupun anak sebagai pengguna (user) sepeda
motor merek Yamaha, sehingga keputusan pembelian lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor keluarga.
Kedua pengaruh kawan sebaya, Kazt dan Lazarsfeld yang dikutif Assel
(1992) dalam Setiadi, 2003, menemukan bahwa peer group lebih memungkinkan
mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian daripada iklan, Anak-anak belasan
tahun sering melakukan pembelian terhadap suatu produk karena teman
sekolahnya membeli produk itu. Dimungkinkan hal ini juga terjadi di Kota
Singkawang, pada kelompok tertentu ada komunitas yang sama menggunakan
sepeda motor merek Yamaha untuk Mio, V-Ixion, Byson, maupun Jupiter.
Demikian yang terjadi pada merek Honda atau merek lainnya.
menjadi kekuatan sepeda motor merek Yamaha. Hal ini diperkuat dari jawaban
responden, mereka hanya memilih Yamaha karena memiliki warna yang banyak
sebesar 70%, memiliki bengkel yang banyak sebesar 68%, Kinerja mesin yang
handal sebesar 66% dan dan kesediaan sparepart sebesar 63%. Sedangkan atribut
lain yang penting untuk melakukan perbedaan dari pesaing seperti (bentuk body
motor, bunyi mesin yang halus, jarang terjadi kerusakan, bahan bakar irit, nilai
ekonomis tinggi) hanya mendapat kesan sekitar 55% ke bawah hanya sedikit
mendapat tanggapan konsumen. Sikap tidak konsistennya persepsi konsumen
dapat mengakibatkan tidak pengaruhnya brand association terhadap keputusan
pembelian jika konsumen menyatakan atribut intangible dalam berkonsumsi lebih
rendah daripada atribut tangible
Ketiga, ketatnya strategi persaingan yang dilakukan antar produsen sepeda
motor yang berupa promosi dan iklan yang dikomunikasikan melalui media TV,
radio, majalah, surat kabar, papan reklame maupun event motor cross, moto GP,
ajang show, olahraga personal sales, produk dengan inovasi terbaru, disain dan
lain-lain, yang diinformasikan secara terus menerus. Kaitan brand association
pada merek akan lebih mempunyai kekuatan jika pengalaman atau penampakan
untuk mengkomunikasikan merek tersebut cukup banyak, apalagi bila
mempunyai keterkaitan dalam sebuah jaringan (Susanto, Wijanarko; 2004).
Keempat pengalaman selama penggunaan sepeda motor merek Yamaha.
Kesan-kesan yang terkait brand association akan semakin meningkat dengan
semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek
atau dengan semakin seringnya penampakan merek yang diiklankan secara luas,
merek yang dikelola dengan baik, dan jangkauan distribusi yang luas., Jika
dihasilkan pengalaman positif selama penggunaan akan berdampak pada
konsumen yang loyal sebaliknya jika pengalaman tersebut memberikan dampak
negatif maka konsumen akan beralih pada merek lain.
H3: Terdapat pengaruh antara Perceived quality ((X3) terhadap keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y)
Hasil pengujian parsial (Tabel 3) menunjukkan bahwa Perceived quality
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian dengan arah
hubungan positif sebesar 0,002 dan probabilitas signifikasi sebesar 0,985.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedua yang menyatakan terdapat pengaruh antara Perceived quality (X3)
terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y) adalah tidak
terbukti (tidak diterima).
Alasan logis tidak diterimanya hipotesis ketiga, dikarenakan pertama hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat Durianto, dkk. (2004) yang menyatakan
bahwa kesan kualitas (perceived quality) harus diikuti dengan peningkatan
kualitas yang nyata dari produknya. Kesan atau mutu yang dirasakan
mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek,
sehingga menjadi sangat berperan dalam keputusan konsumen dalam memutuskan
merek yang akan dibeli dan akhirnya akan sampai pada tahap evaluasi yang
menuju pada rasa puas dan tidak puas. Kesan kualitas dipersepsikan oleh pemasar
harus senantiasa dievaluasi, jika pesaing mampu memberikan kesan kualitas yang
10
lebih tinggi dan konsumen tertarik dengan penawaran tersebut, maka kesan
kualitas sepeda motor merek Yamaha yang dipersepsikan tinggi tidak akan
mempengaruhi keputusan pembelian.
Kedua, menurut Susanto dan Wijanarko (2004) menyatakan bahwa
Perceived Quality tidak bisa ditetapkan secara objektif karena merupakan persepsi
pelanggan dan diantara pelanggan terdapat perbedaan yang tajam dalam
kepribadian, kebutuhan dan preferensi merek. Hal yang terjadi dalam kehidupan
pelanggan, yaitu Di benak konsumen setiap hari dibanjiri oleh informasi yang
mempengaruhi kesan dan bersifat dinamis, dimana kesan yang dimiliki harus
dimonitor terus menerus agar merek mempunyai menempati ruang dalam benak
konsumen. Informasi yang diberikan setiap merek sepeda motor dalam
mengkomunikasikan, mengiklankan memposisikan merek sebagai merek yang
terbaik dan berkualitas tinggi serta bentuk promosi dengan berbagai konsep
hampir sama seperti kualitas aktual, kualitas produk dan kualitas proses
manufaktur.
Ketiga, menurut Susanto & Wijanarko (2004) mengemukakan konsep
Perceived Quality yang berbeda dengan kepuasan. Seorang pelanggan bisa
dipuaskan karena ia mempunyai harapan yang rendah terhadap tingkat kinerjanya.
Namun Perceived Quality yang tinggi tidak identik dengan harapan pelanggan
yang rendah. Berdasarkan hasil quesioner Tanggapan Responden mengenai
pengalaman konsumsi diperoleh bahwa kesan responden (konsumen) terhadap
kinerja kualitas sepeda motor merek Yamaha menunjukkan kesan harapan yang
tinggi, rata-rata konsumen menyatakan nyaman dalam menggunakan sebesar
86%, sesuai selera sebesar 70%, kesan kualitas terhadap atribut motor yang lebih
baik dari perusahaan lain, dan kualitas serta kredibilitas perusahaan, nilai
ekonomis yang menjadi unggulan perusahaan hanya menyatakan rata-rata
dibawah 50%.
Dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian tidak bersifat
konsisten, karena dalam quesioner mengenai Perceived Quality memberikan
pernyataan yang tinggi tetapi di dalam quesioner pengalaman berkonsumsi
memberikan pernyataan yang tidak mendukung Perceived Qualit atau responden
sendiri yang tidak terlalu paham mengenai kualitas dari atribut-atribut sepeda
motor merek Yamaha yang digunakannya. Faktor ini dimungkinkan sebagai
penyebab tidak berpengaruhnya Perceived Quality terhadap keputusan pembelian.
Keempat, menurut Susanto & Wijanarko (2004) mengemukakan konsep
Perceived Quality berbeda dengan sikap, suatu sikap positif bisa ditimbulkan
karena suatu produk dengan kualitas yang rendah sangat murah. Sebaliknya,
seseorang mungkin mempunyai sikap negatif terhadap produk berkualitas tinggi
yang harganya terlalu mahal.
Keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha tidak berdasarkan
Perceived Quality yang tinggi jika harga yang ditawarkan meningkat atau lebih
mahal dari sepeda motor merek pesaing. Hal ini dapat dibuktikan dalam quesioner
brand loyalty yang menyatakan sangat setuju 16 persen, setuju 62 persen,
sedangkan 22 persen responden ragu-ragu atau tidak setuju jika harga sepeda
motor merek Yamaha lebih mahal dari merek lainnya. Sikap positif yang
ditunjukkan responden akan mempengaruhi brand loyalty untuk melakukan
11
12
motor dengan merek Yamaha ternyata melakukan pembelian ulang dngan merek
yang sama. Konsumen memandang merek tersebut memiliki arti penting bagi
dirinya seperti suka atau sesuai selera, nyaman, percaya diri, maka Brand Loyaly
terhadap keputusan pembelian akan menjadi kuat.
Kedua, dikarena faktor-faktor utama dari brand equity (brand awareness,
brand association dan perceived quality) yang terjadi sebelum Brand Loyalty
yang mempunyai hubungan antara komitmen, kepercayaan dan kesetiaan.
Pritchard et al. (1999) mendefinisikan komitmen sebagai "ikatan emosional atau
psikologis untuk merek. Hubungan emosional antara konsumen dan merek,
kesetiaan terhadap merek menggambarkan adanya komitmen atau keterlibatan
terhadap merek tertentu sepanjang waktu, yang terjadi dari lamanya pemakaian
cara berkonsumsi (dalam Taylor, S. et al 2004).
Ketiga, dikarenakan klafikasi beberapa tingkatan brand Loyalty yang
meliputi pertama tingkat dasar yaitu pembeli tidak loyal (switcher) disebut juga
price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga didalam melakukan keputusan
pembelian jumlahnya sedikit sehingga diperoleh brand Loyalty tinggi yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
responden yang melakukan pembelian untuk kedua kali 58 persen dan yang ketiga
kali sebanyak 11 persen serta lebih dari tiga kali sebanyak 7 persen. Responden
yang tetap loyal terhadap sepeda motor merek Yamaha sebanyak 53,93 persen,
dan kelompok switcher atau price buyer dengan sebelumnya memiliki merek
Honda dan merek Suzuki sebanyak 47,07 persen mereka bukan orang yang loyal
terhadap merek. Dalam keputusan pembelian mereka akan berpindah merek
tergantung penawaran yang membuat mereka tertarik untuk membeli.
Tingkat kedua, pembeli berdasarkan kebiasaan (habitual buyer).
Pengalaman pembelian sebelumnya dengan merek yang sama, mereka termasuk
orang yang mempunyai keterlibatan rendah tidak berusaha untuk mencoba merek
lain. Ketika pembelian ulang mempunyai nilai yang tinggi dalam brand loyalty
dan mempengaruhi dalam keputusan pembelian. Oleh karena itu mereka mewakili
sumber keuntungan yang bisa diharapkan terus mengalir dalam waktu yang lama.
Tingkat Ketiga, pembeli ini disebut satisfied buyer. Konsumen yang
puas, mereka akan mempertimbangkan biaya peralihan (switching cost), baik
dalam waktu, uang, atau resiko jika mereka berpindah pada merek lain. Kelompok
konsumen yang loyal sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian.
Tingkat keempat, adalah konsumen yang terdapat perasaan emosional
dalam menyukai merek. Rasa suka sering tidak bisa ditelusuri untuk dikategorikan
dalam sesuatu yang spesifik. Secara emosional mereka senang dan bangga atas
merek yang mereka pilih simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya,
atau kesan kualitas yang tinggi. Kelompok ini juga mempengaruhi keputusan
pembelian dan sedikit peluang bagi mereka untuk berpindah merek.
Tingkat kelima, adalah para pelanggan yang setia (commited buyer). Para
pelanggan mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi
pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari
segi fungsinya maupun sebagai ekspresi. Rasa percaya diri mereka tercermin pada
tindakan seperti merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Nilai dari
konsumen yang berkomitmen tersebut tidak begitu besar bagi Perusahaan, tetapi
13
lebih berdampak terhadap orang lain dan terhadap pasar itu sendiri. Berdasarkan
hasil kuesioner, nilai persepsi responden yang berkomitmen untuk tetap membeli
sepeda motor merek Yamaha dinilai 86,8 dan yang akan merekomendasikan
kepada pihak lain dinilai tinggi yaitu 79. Kelompok konsumen inilah yang sangat
mempengaruhi dalam keputusan pembelian.
H5: Terdapat pengaruh antara Brand equity ((X) terhadap keputusan
pembelian sepeda motor merek Yamaha (Y)
Hasil pengujian simultan (Tabel 2) menunjukkan bahwa Brand equity
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian dengan probabilitas
signifikasi sebesar 000b lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil uji Simultan (Uji
statistik F), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keloma yang menyatakan
terdapat pengaruh antara Brand equity (X) terhadap keputusan pembelian
sepeda motor merek Yamaha (Y) adalah terbukti (diterima).
Hasil penelitian membuktikan bahwa keputusan pembelian sepeda motor
merek Yamaha di Kota Singkawang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
Brand equity sebesar 37,4 persen dan 62,6 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor
di luar Brand equity. Secara keseluruhan peran Brand equity dalam
mempengaruhi keputusan pembelian relatif sangat kecil. Hal ini dikarenakan
variabel-variabel Brand equity secara parsial seperti brand awareness, brand
association dan perceived quality tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian dan hanya Brand Loyalty yang dominan mempengaruhi keputusan
pembelian.
Alasan logis diterimanya hipotesis kelima, dikarenakan pertama brand
loyalty terkait dengan pengalaman menggunakan, tidak bisa terjadi tanpa lebih
dulu melakukan pembelian dan tanpa mempunyai pengalaman menggunakannya.
Sebaliknya brand awareness, brand association dan perceived quality adalah
karakteristik merek yang dimiliki seseorang tanpa pernah menggunakannya. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Tjiptono; 2011, mengemukakan kekuatan sebuah
merek terletak apa yang dipelajari, dirasakan, dilihat dan didengarkan konsumen
tentang merek tersebut sebagai hasil pengalamannya sepanjang waktu. Jika merek
dikatakan memiliki customer-based brand equity positif apabila pelanggan
bereaksi secara lebih positif terhadap sebuah produk dan cara produk tersebut
dipasarkan. Dari pernyataan ini akan menjadi konsumen loyal terhadap merek
(brand loyalty).
Kedua, empat dimensi ekuitas merek : brand awareness,brand
association, perceived quality, and brand loyalty dapat mempengaruhi alasan
pembelian konsumen. Menurut Kismono ( 2010) mengemukakan bahwa sebuah
merek yang sudah dikenal dan selalu diingat konsumen sehingga di benak
konsumen ada asosiasi tertentu terhadap merek tersebut. Jika dibenak konsumen
memiliki kualitas yang tinggi dan berhasil membuat konsumen puas dan loyal,
maka merek tersebut memiliki ekuitas merek yang tinggi. Bagi konsumen, brand
equity merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri. Aset tersebut dapat
membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi
yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Brand Equity dapat
mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan
14
pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan,
asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Pada kenyataannya, brand
association dan perceived quality dapat mempertinggi tingkat kepuasan
konsumen.
Kesimpulan
Studi menunjukkan bahwa variabel-variabel ekuitas merek yang meliputi
brand awareness, brand association, dan perceived quality tidak berpengaruh
terhadap keputusan pembelian, hanya brand loyalty saja yang mempengaruhi
keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha di Kota Singkawang.
Kontribusi hasil studi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
ditunjukkan melalui pengujian model yang menunjukkan bahwa hubungan yang
diuji dalam hipotesis pertama, kedua dan ketiga tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan kecuali hipotesis keempat dan kelima. Faktor-faktor ekuitas
merek yang tidak mempengaruhi keputusan pembelian, kontribusi terbesar
diberikan oleh perceived quality kemudian diikuti variabel brand association dan
brand awareness.
Membuktikan bahwa model dalam studi ini merupakan model pemasaran
relasi (marketing relationship) yang mampu membangun hubungan antara brand
equity (ekuitas merek) melalui tingkat brand awareness, brand
association,perceived quality dan brand loyalty dengan konsumen. Brand Equity
dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan,
asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
Hasil studi memberikan informasi kepada manajemen PT. Yamaha Motor
Kencana Indonesia dalam mengambil kebijakan strategis untuk pengambilan
keputusan bahwa faktor-faktor ekuitas merek tidak selamanya dapat
mempengaruhi keputusan pembelian kalau kebijakan strategis pemasaran yang
dilakukan perusahaan tidak terdeferensiasi secara jelas atau sama dengan pesaing,
dan ada faktor-faktor lain yang perlu dikembangkan agar rating volume penjualan
dapat dipertahankan.
Rekomendasi
Studi menunjukkan bahwa brand awareness tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan temuan ini, maka
disarankan kepada manajemen PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia untuk
menjadi pilihan pertama yang dingat oleh konsumen, maka merek Yamaha harus
mempunyai aspek differensiasi yang jelas, dikomunikasikan melalui bauran
promosi dan iklan secara efektif kepada pelanggan. Dan defferensiasi harus
difokuskan pada manfaat yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan bukan pada proses
produksi yang berhubungan dengan produk atau jasa. Aspek penting dari merek
berada dipikiran konsumen, bukan dikemasan produk. Merek yang berada
dipikiran konsumenlah yang bekerja untuk mempunyai keputusan konsumen
dalam pembelian dan memberi manfaat bagi pemasar.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari
Suatu Merek. Cetakan Pertama, Jakarta: Penerbit Mitra Utama.
Astuti, Sri Wahjuni dan Cahyadi, I Gde. 2007. Pengaruh Elemen Ekuitas Merek
Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Honda. Majalah Ekonomi, Tahun XVII, No.2
Agustus 2007.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, L. J. Budiman. 2004. Brand Equity Ten Strategi
Memimpin Pasar. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Fadli dan Inneke Qamariah, 2008. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekuitas
Merek Sepeda Motor Merek Honda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
Kasus pada Universitas Sumatera Utara)
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handika, Hardian, 2010. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Pada Produk Handphone Merek Nokia Di
Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran, Penerbit Erlangga Jakarta.
Morissan, 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, PT. Ramdina
Prakarsa Jakarta.
Mowen. John / Mino Michael, 2002, Perilaku Konsumen, Jilid 2, Penerbit
PT.Erlanga Jakarta.
Nasir,Moh, Metode Penelitian, Cetakan ke empat, Ghalia Indonesia, Jakarta.1999
Kismono, Gugup, 2010. Bisnis Pengantar, Penerbit BPFE-Yogyakarta.
Kotler, Philip, 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2, Penerbit Prenhalindo,
Jakarta.
17
Kotler, Philip and Keller, K, 2012 Manajemen Pemasaran, jilid 2, PT. Macanan
Jaya Cemerlang, Indonesia.
Lee. KC& Paul Temporal, 2001, HI-Tech HI-Touch Branding, Menciptakan
Kekuatan Merek Dalam Era Teknologi, Penerbit Anastasia Jakarta.
Oentoro, Deliyanti, 2012. Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit LaksBang
PRESSindo, Yogyakarta.
Setiadi. Nugroho.J, 2003, Perilaku Konsumen, Konsep Dan Implikasi Untuk
Strategi Dan Penelitian Dasar, Penerbit, Kencana Prenada Media Group
Jakarta.
Shimp. A Terence, 2006. Periklanan Promosi, Komunikasi Pemasaran
Terpadu, Penerbit Erlangga Jakarta.
Sunyoto. Danang, 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran, Penerbit PT. Buku Seru
Jakarta.
______________, 2012, Teori, Quesioner & Analisis Data, Untuk Pemasaran
dan Perilaku Konsumen, Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta.
Suryani. Titik,2008, Perilaku Konsumen, Implikasi Pada Strategi Pemasaran,
Graha Ilmu Yogyakarta.
Susanto. AB dan Wijanarko. Himawan, 2004, Power Branding, Membangun
Merek Unggul Dan Organisasi Pendukungnya, Penerbit Quantum Bisnis
& Manajemen, PT. Mizan Publika Jakarta.
Tai. Jacky and Chew. Wilson, 2012. Brand Management, PT. Indeks Jakarta,
Tjiptono, Fandi, 2005. Brand Management, Penerbit Andi Yogyakarta
____________, 2005. Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing Malang.
____________, 2006. Ekuitas Merek, Penerbit Andi Yogyakarta.
____________, 2011. Manajemen & Strategi Merek, Penerbit Andi
Yogyakarta.
Umar, Husein, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Jakarta; PT Gramedia
Pustaka Jakarta, 2010
Walker. Denis, 2011. Mendahulukan Kepuasan Pelanggan, Binarupa Aksara
Tanggerang.
Wirastomo, Wahyu Arti, 2012. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor (Studi Pada Pelanggan PT. Yamaha
Agung Motor Semarang), Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro
Majalah SWA, Edisi XXVIII, terbitan 8-12 November 2012
www.triatmonowordpress.com
www.yamahamotorkencanaindonesia.com
18