Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nama
ARIS SETIAWAN
NIM
: A0010046
2.
3.
4.
5.
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing KTI untuk diseminarkan dalam
Ujian Sidang KTI pada tanggal 1 Agustus 2013
Pembimbing
Penguji I,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN ASMA BRONCHIAL DI
RUANG DAHLIA RSUD Dr.SOESELO SLAWI. Sholawat serta salam semoga
senantiasa kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya yang telah memimpin umatnya dengan perantara kebenaran.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dalam
segala persiapan, pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini yaitu kepada :
1. Risnanto, SST, M. Kes, Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
2. Arifin Dwi Atmaja, S.Kep, Ns. Selaku Ka Prodi D III Keperawatan STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi.
3. Uswatun Insani, S.Kep, Ns. selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan.
4. Seluruh Dosen Prodi D III Keperawatan STIKes Bhamada Slawi yang telah
banyak membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis.
5. Bapak, Ibu dan kakak tercinta, terima kasih yang telah memberikan semangat,
dorongan dan doanya.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012/2013 yang selalu membuat suasana
menjadi ceria dan menciptakan semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Demikian laporan kasus Asuhan Keperawatan ini saya tulis, harapan penulis
semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam
menambah wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................
ii
iii
iv
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN..................................................................
B. Tujuan Penulisan...............................................................
C. Manfaat Penulisan.............................................................
TINJAUAN TEORI.................................................................
A. Pengertian ............................................................................................
C. Etiologi..................................................................................................
D. Patofisiologi .........................................................................................
E. Pathways ..............................................................................................
11
12
12
H. Komplikasi ...........................................................................................
13
I. Penatalaksaan .......................................................................................
14
15
BAB III
TINJAUAN KASUS................................................................
22
A. Pengkajian.............................................................................................
22
B. Identitas.................................................................................................
22
C. Riwayat Kesehatan................................................................................
23
23
E. Pemeriksaan Fisik.................................................................................
26
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
29
G. Analisa Data..........................................................................................
30
31
I. Rencana keperawatan............................................................................
32
34
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................
46
BAB V
51
PENUTUP..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (2012), menginformasikan jumlah penderita asma di dunia
mencapai 100-300 juta orang dan 255.000 diantaranya meninggal dunia. Di
Indonesia sendiri, 10% dari 250 juta penduduk Indonesia diperkirakan menderita
asma. Dari jumlah penderita tersebut 10-20% diantaranya adalah anak-anak.
Asma pada anak-anak biasanya akan sembuh dengan sendirinya.
Pada masa anak-anak ditemukan prevalensi anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan 1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut hampir
sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dibandingkan dewasa, tetapi ada
pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
berbeda-beda antara satu kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia
prevalensi asma berkisar antara 5-7 % (Sundaru, 2010).
Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari
orang tua yang karir pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan
merupakan penyebab penyakit asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan
lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam peningkatan
serangan asma. Orang yang menderita penyakit asma 70% diantaranya adalah
disebabkan karena perilaku individu dan gaya hidup yang kurang bersih dan 30%
diantaranya karena faktor genetik. Menurut penelitian, anak yang mengalami
asma ringan akan sembuh pada usia 12-13 tahun, sedangkan 50-60% lainnya akan
sembuh pada usia 25 tahun dan sisanya sebanyak 20% akan menderita asma
seumur hidupnya, hal inilah yang digolongkan penyakit asma yang berat
(Sundaru, 2010).
Asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli masih belum
sepakat mengenai definisi penyakit tersebut. Dari waktu ke waktu definisi asma
terus mengalami perubahan. Definisi asma ternyata tidak mempermudah
membuat diagnosis asma, sehingga secara praktis para ahli berpendapat asma
merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang
reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, inflamasi saluran nafas, peningkatan respons saluran
nafas terhadap berbagai rangsangan (Davey, 2010)
Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala-gajala asma seperti batuk,
mengi, dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma dapat terjadi secara
bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat
pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan nafas yang akut. Derajat
obstruksi ditentukan oleh diameter lumen saluran nafas, dipengaruhi oleh edema
dinding bronkus. Diduga baik obstruksi maupun peningkatan respon terhadap
berbagai rangsangan didasari oleh inflamasi saluran nafas (Sundaru, 2010).
Asma merupakan penyakit kronis yang membutuhkan terapi pemeliharaan.
Faktor resiko kematian karena asma adalah akibat dari terapi yang buruk.
Komplikasi lain yang mungkin muncul dari diagnosa asma adalah status
asmatikus,
bronkitis
kronik,
bronkiolitis,
pneumonia,
emfisema
kronik,
Menurut data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. SOESELO
Slawi pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013 didapatkan jumlah penderita
asma bronchial yang berkunjung sejumlah 19 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. SOESELO Slawi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien
asma bronchial.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien asma bronchial.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien asma bronchial.
c. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan
pasien asma bronchial sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.
d. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
asma bronchial.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
asma bronchial.
f. Mampu melaksanakan pendokumentasian yang dilakukan pada pasien
asma bronchial.
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
2. Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai kepustakaan bagi mahasiswa dalam menyusun
asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami asma bronchial.
3. Masyarakat
Sebagai pedoman untuk peningkatan pengetahuan pasien yang mengalami
asma bronchial.
4. Penulis
Sebagai pedoman bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan penulis, baik dari segi konsep dasar penyakit maupun konsep
dasar keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami asma bronchial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Asma adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi
oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen
(Rab, 2002).
Asma adalah penyakit paru yang didalamnya terdapat obstruksi jalan
nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme
otot polos bronchial (Betz, 2002).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas) (Somantri, 2008).
Definisi asma dapat disimpulkan sebagai penyakit paru yang didalamnya
terdapat obstrutif intermitten, reversible, ditandai dengan hiperresponsif dengan
ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas).
B. Klasifikasi
Klasifikasi asma menurut Smeltzer & Bare (2002), asma sering
dicirikan
sebagai berikut:
a. Asma alergik
Asma yang disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal
(misalnya serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur). Kebanyakan
alergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.
C. Etiologi
Menurut Somantri (2008) ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi
dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial.
1. Faktor predisposisi
Faktor
genetik
yang
diturunkan
adalah
bakat
alerginya,
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obatobatan.
3. Kontaktan,
yang
masuk
melalui
kontak
dengan
kulit.
stress/gangguanemosi
perlu
diberi
nasehat
untuk
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas.
f. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
D. Patofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal di tempat
terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi. Selanjutnya terjadi
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan
bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT).
Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan
pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini
diperlukan otot-otot bantu nafas (Sundaru, 2006).
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara dengan
VEP (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak
b.
c.
E. Pathway
Ekstrinsik (alergi, cuaca, aktivitas)
Bronchial mukosa
menjadi sensitif oleh Ig E
Bronkospasme
sesak nafas
ventilasi terganggu
ketidakseimbangan
suplai O2
Intoleransi
aktivitas
hipoventilasi
penggunaan
otot bantu
nafas
kelelahan
penumpukan sekret
yang kental
kerusakan
alveoli
Kerusakan
pertukaran gas
menetapnya
batuk
sekret
tidak efektif
tidak adekuatnya
pertahanan utama
Resti
infeksi
F. Manifestasi Klinik
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk mungkin satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali terjadi
pada malam hari. Penyebabnya belum dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin
berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor
jalan nafas (Smeltzer & Bare, 2002).
G. Pemeriksaan Diagnostik (Sundaru, 2006)
Menurut Sundaru (2006) ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui penyakit asma, pemeriksaan tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan Spirometri
Paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma, adalah
melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan ini dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau nebulizer).
Peningkatan VEP atau KVP sebanyak 20% menunjukkan diagnosis asma.
b. Uji provokasi bronkus
Dilakukan untuk mengetahui hiperaktivitas bronkus, yang dilakukan dengan
histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, uap air, alergen.
Penurunan VEP sebesar 20% atau lebih dianggap bermakna.
c. Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat
dominan pada bronkitis kronik.
d. Pemeriksaan Eosinofil Total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal
ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga
H.
Komplikasi
Komplikasi asma menurut Sundaru (2006) adalah :
a. Pneumotoraks.
b. Pneumodiastinum dan enfisema subkutis.
c. Atelektasis.
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
e. Gagal nafas.
f. Bronkitis.
g. Fraktur iga.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Somantri (2008) adalah :
a. Medis
1. Mencegah ikatan alergen IgE.
2. Mencegah perlepasan mediator.
3. Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator.
4. Mengurangi respons dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas
b. Keperawatan
1) Faktor penting yang harus diperhatikan adalah :
a)
b)
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Doengoes (2000) adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala
Tanda
b. Sirkulasi.
Gejala
Tanda
c. Intregitas Ego.
Gejala
Tanda
d. Makanan/Cairan.
Gejala
Tanda
e. Higiene.
Gejala
: Penurunan kemampuan.
Tanda
f. Pernapasan.
Gejala
Tanda
1)
Adanya/berulangnya infeksi.
2) Kemerahan/berkeringat.
h. Seksualitas.
Gejala
: Penurunan libido.
i. Interaksi sosial.
Gejala
Tanda
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes (2000), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
dengan Asma Bronchial adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya sistem imunitas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
3.
Fokus Intervensi
Menurut Doengoes (2000), fokus intervensi pada pasien dengan Asma
Bronchial adalah:
a. Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektifnya
berhubungan
dengan
bronkospasme.
Tujuan
INTERVENSI
1) Kaji perubahan pola nafas.
Rasional : pola nafas dapat berubah karena ada sumbatan jalan
nafas.
2) Tingkatkan masukan cairan 2-3 liter / hari.
Rasional: hidrasi dapat membantu mengencerkan lendir.
3) Lakukan inhalasi dua kali / hari.
Rasional : dengan menghirup uap dapat mengencerkan sekresi dan
mengurangi inflamasi mukosa.
4) Anjurkan klien memilih posisi semi fowler.
Rasional: untuk meningkatkan drainase dari sisi sinus yang
terinfeksi.
5) Kolaborasi dalam pemberian pengobatan sistemik atau topical.
Rasional: untuk menghilangkan kongesti nasal atau tenggorok
2)
3)
Palpasi fremitus.
Rasional: penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
4)
5)
Kriteria hasil
INTERVENSI
1) Ukur nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
Rasional: tanda-tanda vital dapat berubah antara sebelum dan sesudah
beraktivitas.
2) Pertimbangkan frekuensi, irama, dan kualitas pernafasan.
Rasional:
mengidentifikasi
tingkat
kemampuan
klien
untuk
beraktivitas.
3) Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas.
Rasional: mengevaluasi segera perkembangan yang terjadi.
4) Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi
pernafasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
Rasional: mencegah terjadinya komplikasi atau memperburuk
keadaan individu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
Nama Mahasiswa
B.
: 25 Juni 2013
: Aris setiawan
IDENTITAS
1. Pasien
Nama
: Tn. P
Umur
: 53 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Slawi Wetan RT: 4/RW: 4
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswata
Tanggal masuk
: 24 Juni 2013
No. registrasi
: 316461
Diagnosa medis
: Asma Bronkhial
2. Penanggung Jawab
Nama
: Ny. Y
Alamat
: Slawi Wetan RT: 4/RW: 4
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien
: Istri
C. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA : Tn. P mengatakan merasakan sesak nafas disertai batuk
berdahak.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Tn. P masuk RSUD Dr. Soeselo slawi Pada tanggal 24 Juni 2013 sekitar jam
18.50 WIB. Sebelum di bawa ke RSUD Dr. Soeselo Slawi Tn. P sejak 3 hari
yang lalu mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak, kemudian Tn. P
memeriksakan kedokter terdekat, lalu dokter menyarankan agar dibawa ke
RSUD DR. SOESELO Slawi. Saat dikaji perawat IGD Tekanan darah Tn. P
120/80 mmHg, pernafasan 32 x/menit, nadi 110 x/menit, suhu 37,5 C.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn. P mengatakan sudah 1 tahun Tn. P menderita penyakit asma bronchial.
Apabila penyakitnya kambuh Tn. P selalu memeriksakan sakitnya ke dokter
terdekat.
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Keterangan:
1.
2.
3.
Mandiri.
Dengan bantuan alat.
Dibantu orang lain.
10.
kepala rumah tangga. Mempunyai 2 orang anak. Tidak ada gangguan pada
genetalia Tn. P, dan tidak ada gangguan dalam hubungan seksual, namun
selama sakit Tn. P tidak melakukan hubungan seksual karena kondisi
fisiknya yang lemah.
10. Pola mengatasi stress
11. Tn. P mengatakan dalam mengatasi masalah Tn. P selalu terbuka,
ketika sedang ada masalah Tn. P selalu menceritakan keluh-kesah
yang dialami pada keluarganya.
11. Pola etika (nilai moral) dan kepercayaan
12. Tn. P beragama islam, Tn. P selalu shalat lima waktu. Selama sakit
Tn. P mengatakan hanya dapat shalat diatas tempat tidur dan berdoa
untuk kesembuhannya.
13.
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran
b. Vital Sign
: Composmenthis
: TD= 120/80 mmHg, RR= 32x/menit
14.
N= 110x/menit, S= 37,5 C
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
: Mesochepal, tidak ada jejas, rambut hitam, bersih.
2) Wajah
: Bentuk oval, tidak ada luka, tidak berjerawat.
3) Mata
: Penglihatan normal, konjungtiva tidak anemis,
4) Hidung
5) Telinga
15.
16.
sama
Inspeksi
Palpasi
17.
Perkusi
= Bunyi redup
18.
Auskultasi
9) Paru
19.
Inspeksi
= Dada simetris
20.
Palpasi
21.
Perkusi
22.
Auskultasi
pada bronkus
10) Abdomen
23.
Inspeksi
24.
Auskultasi
25.
Palpasi
26.
Perkusi
= Tyimpani
11) Genitalia
kanan 20 tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak ada jejas, tidak ada
oedema. Ekstremitas bawah tidak ada oedema, turgor kulit baik, tidak
adanya jejas di kaki. Kekuatan ekstremitas atas sedikit melemah dan
ektremitas bawah tidak ada gangguan cuma sedikit melemah.
28.
29.
30.
Keterangan:
31.
32.
gerakan.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
42.
44. Hasil
45. Nila
peme
riksa
Nor
46. Leuko
an
47. 8.1
mal
48. 3.6-
sit
49. Eritro
50. 5.4
11.0
51. 3.80
sit
52. Hemo
53. 16.6
globin
5.20
54. 13.2
-
55. Hema
56. 49
17.3
57. 40-
tokrit
58. MCV
59. 91
52
60. 80100
61. MCH
62. 31
63. 26-
64. MCHC
65. 34
39
66. 32-
67. Tromb
68. 301
36
69. 150-
osit
70. Dif
400
71.
72.
Coun
t
73. Eosin
74. H
ofil
75. 2.00
5.20
76. Bosofi
77. 0.10
4.00
78. 0-1
l
79. Netro
80. L
81. 50-
fil
82. Limfo
60.60
83. L
70
84. 25-
sit
85. Mono
14.20
86. 2.10
40
87. 2-8
sit
88. KIMI
89.
90.
A
Klini
k
91. Gula
92. 108
93. 75-
Darah
104
Sewa
ktu
94. Ureu
95. L 13.5
97. Creati
42.8
99. 0.40
98. 0.60
nin
100.
96. 17.1
GOT
103.
S
101.
1.00
102.
13-33
105.
1
104.
GPT
106.
3
S
6.030.0
108.
107.
ERO
IMUN
OLO
GI
109.
bsAg
110.
on
111.
Non
Reakt
Reak
if
tif
112.
113.
500 ml 20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 1 gr/IV, dexa 2x1 6 gr/IV, Bisolvon 3x1 2
mg, Aminopilin 250 mg/drip.
114.
115.
116.
G. ANALISA DATA
117.
Tn.
mengatakan
120. PROB
sesak
nafas 126.
Bersihan
129. 25
Juni 2013
130. Jam
5.20% (H)
131.DS: Tn. P mengatakan sedikit lesu, Tn. P 133. Intoleransi
makan dan minum dibantu keluarga, aktivitas
mandi dibantu oleh keluarga, berpakaian
08.40 WIB
juga dibantu keluarga, serta BAB dan
BAK dibantu oleh keluarga juga.
132. DO: ektrimitas atas dan bawah sedikit
melemah, Tn. P terlihat lemah.
135.
136.
H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
Bronkospasme.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.
137.
138.
139.
140.
I. RENCANA KEPERAWATAN
141.
25 Juni 2013 penulis menyusun intervensi dengan diagnosa yang pertama yaitu :
142.
Tan
ggal/
143.
Jam
144.
No.
DP
145.
Tujuan dan
151.
24
25
jam
masalah
tindakan
Juni
2013,
152.
1
Jam
diharapkan
jalan
Intervensi
keperawatan selama 3 x
150.
146.
bunyi nafas.
2. Anjurkan untuk minum hangat.
154.
3. Atur posisi Tn. P semi fowler.
4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.
2. A
nafas
155.
3. M
156.
4. D
kriteria hasil :
m
pemberian obat dan O2.
09.00
WIB
5. M
6. M
3. RR nomal 16158.
25
159.
Juni 2013,
24x/menit.
160. Setelah
dilakukan
pernafasan.
1. T
an
Jam 10.00
WIB
be
2. M
dapat
16
mandiri.
16
sendiri
beraktifitas
atau
biasa dengan
seperti
hasil :
aktivitas.
1. Menunjukan
161.
peningkatan secara
bertahap
3. M
pe
4. M
at
2. Mampu
mempertahankan
setelah aktivitas.
frekuensi pernafasan
165.
J. CATATAN KEPERATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
166.
167.
Tanggal/
1
169.
o. DP
172. 1 173.
Jam
25 Juni
2013
174.
Jam
09.00 WIB
1. Memonitor
bunyi nafas.
186.
09.00 WIB
DS : Tn. P
DO: Tn.
masih wheezing
193.
RR
194.
36,
Jam
4. Melakukan
09.10 WIB
178.
179.
187.
175.
176.
177.
Tindakan/Implementasi
Jam
inhalasi
180.
181.
DS : Tn
Jam
dan O2.
08.30 WIB
182.
183.
09.20 WIB
184.
185.
nebulizer.
200. DO: Tn. P
201. DS :
Jam
mempraktekkan.
202. DO: Tn.
Jam
dipraktekkan peraw
203. DS :
11.30 WIB
207.
208.
25 Juni
2013
Jam
menggunakan O2.
204. DO: Obat m
225. DS : Tn. P
226. DO: Tn. P T
pernafasan.
227.
TD
220.
09.00 WIB
209.
210.
211. Jam
10.30 WIB
212.
213.
214.
215. Jam
206.
2 12.00 WIB
216.
217.
218.
219. Jam
12.20 WIB
30x/menit.
221.
N= 110x/men
2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai
dari ringan, seperti makan, minum
228. DS : Tn. P m
sendiri.
229. DO: Tn. P ter
kekamar mandi.
3. Mengukur TTV segera setelah
aktivitas.
223.
232.
DO
233.
TD
222.
224.
237.
belum mampu
230.
231. DS : Tn. P me
33x/menit
N= 110x/men
234. DS : Tn. P me
235. DO: Tn. P ter
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
Tanggal/ 251.
Jam
254. 25 Juni
N
252.
o.DP
256.
Perkembangan ( SOAP )
batuk.
257. O : Tn. P sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. P t
WIB
120/70 mmHg, suhu badan Tn. P mencapai 36,5 C, nadi 100 x/m
255.
P : Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
261.
25 Juni
262.
2 263.
264.
Monitor TTV.
Anjurkan untuk minum hangat.
Atur posisi Tn. P semi fowler.
Lakukan inhalasi 2 x/hari.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
P : lanjutkan intervensi
N 273.
Tanggal/
275.
274.
o. DP
277. 1 278.
Jam
26 Juni
2013
279.
Jam
07.00 WIB
280.
281.
282.
Jam
09.10 WIB
283.
284.
Jam
09.00 WIB
285.
286.
287.
Jam
1. Memonitor
DS : Tn. P mengata
DO: Tn. P terliha
bunyi nafas.
290.
masih wheezing.
291.
2. Menganjurkan untuk minum hangat.
299.
292.
3. Mengatur posisi Tn. P semi fowler.
RR= 27x/m
293.
294.
300.
295.
296.
36,5 C.
4. Melakukan inhalasi 2 x/hari
301. DS : Tn. P mengata
ventoline 2,5 mg.
302. DO: Tn. P terlihat s
5. Berkolaborasi
dengan
dokter 303. DS : Tn. P mengataka
pemberian obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV
08.30 WIB
Tindakan/Implementasi
setengah duduk.
304. DO: Tn. P terlihat
dan O2.
288.
setengah duduk.
305. DS : Tn. P me
nebulizer.
306. DO: Tn. P terlihat
289.
11.30 WIB
Jam
27 x/menit
307. DS
Tn.
313.
26
2013
314.
Juni
menggunakan O2.
308. DO: Obat masuk.
309.
310.
333. DS : Tn. P mengata
334. DO: Tn. P terlihat tid
1. Mengukur TTV
326.
Jam
335.
TD=
120
327.
07.00 WIB
315.
316.
317. Jam
27x/menit
328.
N= 110x/menit, S= 36
2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai
10.30 WIB
318.
319.
320. Jam
berjalan.
337. DO: Tn. P terlihat berj
338.
339. DS : Tn. P meng
berjalan.
12.00 WIB
321.
2 322.
323.
324.
325. Jam
312.
aktivitas
12.20 WIB
329.
341.
330.
27x/menit
331.
N= 110x/menit, S= 36
332.
342.
TD=
120
DS : Tn. P men
setelah beraktifitas.
343. DO : Tn. P telihat me
Tanggal/ 349.
Jam
352. 26 Juni
o.DP
353. 1 354.
350.
Perkembangan ( SOAP )
tidak ada.
355. O : Tn. P sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. P t
WIB
P : Lanjutkan intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
359.
26 Juni
361.
362.
Monitor TTV.
Anjurkan untuk minum hangat.
Atur posisi Tn. P semi fowler.
Lakukan inhalasi 2 x/hari.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
S : Tn. P mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit.
O : Tn. P terlihat berlatih untuk kekamar mandi sendiri, n
P : lanjutkan intervensi.
N 369.
370.
Tindakan/Implementasi
371.
o. DP
374.
Jam
27 Juni 1. Memonitor
2013
375.
TTV,
bunyi nafas.
Jam
07.00 WIB
376.
377.
378.
379.
397.
388.
RR= 24x/m
389.
Jam
398.
373.
386.
Jam
24 x/menit.
405. DS
Tn.
11.30 WIB
409.
2 410.
27
menggunakan O2.
406. DO: Tn. P terlihat d
407.
430. DS : Tn. P mengata
431. DO: Tn. P Terlihat ti
419.
420.
421.
422.
lamanya
aktivitas
pernafasan
jika
meningkat
frekuensi
saat beraktifitas.
437. DO: Tn. P terlihat kek
berlebihan
Jam
438.
setelah aktivitas
12.20 WIB
RR= 24x/m
439.
36,5 C.
440.
DS : Tn. P mengat
setelah beraktifitas.
441. DO : Tn. P terlih
Tanggal/ 446.
Jam
449. 27 Juni
N
447.
o.DP
451.
Perkembangan ( SOAP )
tidak ada.
452. O : Tn. P terlihat sedikit sesak, tekanan darah Tn. P mencapai
WIB
456.
27 Juni
457.
1.
2.
3.
4.
2 458.
P : Lanjutkan intervensi
Monitor TTV.
Atur posisi Tn. P semi fowler.
Lakukan inhalasi 2 x/hari.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
S : Tn. P mengatakan sudah tidak lemas lagi dan sedikit se
aktifitas.
459. O : Tn. P terlihat sudah tidak lemas. Pernafasan dan nadi
WIB
sesudah beraktifitas sama yaitu 24 x/menit, nadi 90 x/menit.
460.
461.
P : lanjutkan intervensi.
463.
464.
BAB IV
PEMBAHASAN
465.
466.
seseorang mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernafasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
Batasan karakteristik batasan mayor meliputi batuk tidak efektif atau tidak dapat
Hasil evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00
yang telah
Alasan
mengangkat
diagnosa
keperawatan
intoleransi
diagnosa keperawatan sudah tepat, karena pada Tn. P asma intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan. Menurut Somantri (2008) yang merupakan
faktor presipitasi timbulnya serangan asma bronchial yaitu olah raga/aktifitas
jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
Evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00 WIB
488.
489.
BAB V
PENUTUP
490.
491.
Pada akhir penulisan laporan kasus ini, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya. Selain itu penulis juga memberikan
rekomendasi atau saran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang komprehensif.
A.
Kesimpulan
492.
didalamnya terdapat obstruksi jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan
nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial. Asma juga
diartikan sebagai gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas).
493.
P dengan asma bronchial yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan bronkospasme. dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan. Dari kedua diagnosa tersebut disimpulkan bahwa diagnosa pertama
masalah teratasi sebagian dan diagnosa kedua masalah teratasi, dan telah
didelegasikan kepada perawat ruangan.
494.
Selama
melaksanakan
asuhan
Saran
516.
DAFTAR PUSTAKA
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
527.
529.
530.
531.