Você está na página 1de 13

pH SEDERHANA

( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan )

Oleh
Ferdy Ardiansyah
1314151022

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro
dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang
sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik
secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Selain kandungan unsur hara dalam tanah, yang menentukan tingkat
kesuburan tanah ialah tingkat kemasaman tanah (pH). Tingkat kemasaman
dalam tanah juga berperan dalam menentukan unsur organik yang ada di
dalam tanah. Dengan kata lain tingkat kemesaman (pH) uga berhubungan
dengan ketersediaannya hara dalam tanah. pH juga dapat diartikan sebagai
suatu presentasi kadar air pada suatu tanah yang dinilai dengan sifat. Skala
pH mencangkup dari nilai 0 sampai dengan 14. Untuk nilai 7 pH tersebut
dikatakan netral, nilai dibawah 7 dikatakan asam dan basa bila nilai diatas 7.
Menurut Hakim dkk (1986), pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur
beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih.
Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis
dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada
yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman. Untuk itu kita harus tahu
bagaimana cara mengindikasi pH tanah.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengindikasi pH tanah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui karakter pH (asam, basa, dan netral)
melalui indikator yang digunakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan
makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat
panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik
kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanahtanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-,
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hakim dkk, 1986).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat
hubungan pH dengan ketersediaan usur hara; juga terdapat beberapa hubungan
antara ph dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah
ditentukan oleh : 1) Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling
(bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2) Campurkanlah mereka
untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan
kemudian, 3) Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam
tanah yang mempengaruhi konsentrasi H2 larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh
bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai
dengan suatu pH tertentu dan faktor faktor yang mengendalikan pH pada

sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 10, pH kurang dari 4, biasanya
dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth, 1984).
Tanah masam umumnya tidak produktif untuk meningkatkan tingkat produktifitas
tanah. pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari
pengapuranadalah fosfat menjadi lebih tersedia, kalium menjadi lebih efisien,
dalam unsur hara tanaman, struktur tanahnya menjadi lebih baik dan organisme
kehidupan dalam tanah menjadi lebih giat, menambah Ca dan Mg bila yang
digunakan adalah dolomit, dan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracun bagi
tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang. Selain tanahtanah yang bereaksi masam, terdapat juga tanah-tanah yang bereaksi basa dengan
derajat pH lebih dari 8,0. Tanah-tanah demikian perlu diturunkan pH-nya sampai
netral agar pemanfaatan untuk berusaha tani lebih baik. Usaha untuk menurunkan
pH pada tanah yang reaksinya basa dapat dilakukan dengan memberi beberapa
bahan, yaitu tepung belerang (S). Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk
menaikkan pH tanah yang paling umum pada tanah-tanah pertanian yang
menghendaki perbaikan derajat keasamannya adalah dengan cara disebar dan
disemprotkan (Manik,2002).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan kedalam beberapa kelas
kemasaman dan kebasaan. Biasanya tanah-tanah masam umum dijumpai didaerah
iklim basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi H+ melebihi konsentrasi ion OH-.
Tanah tersebut dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar.
Tanah alkali kebanyakan terdapat didaerah iklim agak kering hingga kering.
Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn
terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah (Tan, 1992).
Faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah (pH) adalah Kejenuhan basa yang
mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan aluminium.
Berarti semakin kecil kejenuhan basa semakin masam pulalah reaksi tanah
tersebut atau pH-nya makin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH
tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih
dari itu mengarah ke basa (Hakim, dkk, 1986).

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini antaralain, gelas plastik,
sekop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antaralain, bunga sepatu,
kunyit, deterjen, sampel tanah, akuades, jeruk nipis.

B. Cara Kerja

1. Menentukan pH larutan
Adapun cara yang dilakukan adalah
a. Menyiapkan 3 gelas plastik
b. Memasukkan akuades ke dalam tiga gelas tersebut
c. Memasukkan air perasan jeruk nipis kedalam gelas nomor 2 (larutan
jeruk + akuades )
d. Memasukkan deterjen kedalam gelas nomor 3 (larutan deterjen +
akuades)
e. Memasukkan bunga sepatu ke dalam 3 larutan tersebut
f. Mengamati dan mencatat perubahan warnanya
2. Menentukan pH larutan tanah
Adapun cara yang dilakukan adalah
a. Menyiapkan sampel tanah dari tempat yang telah ditentukan
b. Menyiapkan 3 gelas plastik
c. Memasukkan akuades ke dalam 3 gelas tersebut
d. Memasukan tanah kedalam 3 gelas tersebut
e. Menyaring larutan tanah dan memisahkan endapan dengan larutan

f. Memasukkan perasan jeruk nipis ke dalam larutan nomor 2


(akuades+tanah+jeruk)
g. Memasukkan deterjen ke dalam larutan nomor 3
(akuades+tanah+deterjen)
h. Potong kunyit tipis
i. Memasukkan kedalam 3 larutan tersebut dan aduk sampai berubah
warna
j. Mengamati dan mencatat perubahan warnanya

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Pengamatan untuk menentukan sifat larutan menggunakan indikator
bunga sepatu
No Larutan

Warna larutan

Sifat larutan

Akuades+bunga sepatu

Bening

Netral

Akuades+jeruk+bunga sepatu

Kuning keruh

Asam

Akuades+deterjen+bunga sepatu

Putih

Basa

Tabel 2. Pengamatan untuk menentukan sifat larutan tanah menggunakan


kunyit
No

Larutan

Akuades+tanah+kunyit

Lokasi

Warna

Sifat

tanah

larutan

larutan

Kuning

Netral

Kerai
payung

Akuades+tanah+jeruk+kunyit

bata
Kuning

Asam

bata pucat
3

Akuades+tanah+deterjen+kunyit

Kuning

Basa

bata pekat

B. Pembahasan

pH tanah merupakan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara


konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam

larutan tanah lebih banyak dari OH- maka tanah bersifat asam, tetapi jika OHlebih banyak dari H+ maka tanah bersifat basa. Hal ini sesuai dengan Hakim,
dkk (1986) bahwa makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam
tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanahtanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah
alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan menggunakan indikator pH seperti pH
meter dan kertas lakmus. Pada percobaan ini pengukuran pH tanah dilakukan
dengan menggunakan indikator alami, antara lain bunga sepatu dan kunyit.
Ekstrak bunga sepatu dan kunyit dapat dijadikan indikator alami dengan cara
memasukkan ekstrak ke dalam larutan yang akan diindikasi pH-nya. Jika
larutan yang telah di masukkan ekstrak kunyit atau bunga sepatu tidak
berubah warna itu artinya larutan tersebut bersifat netral. Ketika sebuah
larutan dimasukkan kedalamnya ekstrak bunga sepatu perubahan warnanya
menjadi lebih tua itu artinya larutan tersebut bersifat asam, sedangkan jika
warna berubah menjadi lebih muda atau perubahan warnyanya lebih nyata
misal menjadi biru, itu artinya larutan tersebut bersifat basa. Ketika sebuah
larutan yang dimasukkan kedalamnya ekstraksi kunyit kemudian larutan
berubah warna nya lebih muda atau perubahannya lebih nyata itu artinya
larutan tersebut bersifat asam, sedangkan jika suatu larutan dimasukkan
kedalamnya ekstrak kunyit dan warnanya berubah menjadi lebih tua, itu
artinya larutan tersebut bersifat basa.
Pada percobaan untuk menentukan sifat larutan, digunakan indikator alami
yaitu bunga sepatu. Pada larutan yang dimasukkan ke dalamnya bunga
sepatu, larutan akuades tidak mengalami perubahan warna ( masih bening) itu
artinya larutan tersebut bersifat netral, pada larutan akuades+jeruk terjadi
perubahan warna menjadi lebih kuning dan keruh maka larutan tersebut
bersifat asam, dan pada larutan akuades+deterjen warnanya putih dan bersifat
basa. Sedangkan pada percobaan untuk menentukan sifat larutan tanah
menggunakan kunyit, sempel tanah yang digunakan adalah tanah dari

kedalaman 0-10 cm. Sampel tanah sebelumnya dilarutkan menggunakan


akuades yang kemudian disaring dan dipisahkan dari endapannya, kemudian
di campur dengan bahan-bahan yang telah disiapkan. Larutan pertama
merupakan larutan tanah, larutan kedua merpakan campuran larutan tanah
dengan jeruk, dan ketiga merupakan campuran antara larutan tanah dan
deterjen. Kemudian pada setiap larutan dimasukkan kunyit yang sudah di
bersihkan dan di potong. Pada larutan pertama tidak ada perubahan warna
yang berarti larutan tersebut bersifat netral, pada larutan kedua terjadi
perubahan warna menjadi lebih muda atau terang maka larutan tersebut
bersifat asam, sedangkan pada larutan ketiga terjadi perubahan menjadi lebih
pekat yag artinya larutan tersebut bersifat basa.
Kelebihan dari indikator alami ini adalah indikator tersebut mudah ditemukan
di sekitar kita. Sedangkan kelemahannya adalah kita tidak dapat mengetahui
berapa pH larutan yang sedang kita amati. Menggunakan indikator alami ini
kita harus sabar untuk mengamati perubahan warna larutan, karena bisa jadi
larutan yang sedang kita amati akan lama berubah warna.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam percobaan ini adalah


1.

Untuk menentukan sifat keasaman suatu larutan tidak hanya dapat dilakukan
menggunakan pH meter ataupun kertas lakus, tetapi dapat juga di tentukan
dengan menggunakan indikator alami antaralain bunga sepatu dan kunyit

2.

Karakter sifat pH menggunakan indikator bunga sepatu adalah apabila larutan


bersifat asam, maka warna akan berubah menjadi lebih tua. Apabila basa,
warna larutan akan berubah warna atau menjadi lebih muda. Jika netral, maka
tidak berubah warnanya. Sedangkan jika menggunakan indikator kunyit, sifat
asam dapat diindikasi dengan perubahan warna yang nyata ataupun berubah
warna enjadi lebih muda. Jika pada larutan basa, maka warna akan berubah
menjadi lebih pekat, sedangkan netral tidak berubah warna.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, H. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. ITB. Bandung.
Manik. 2002. pH Tanah. Erlangga: Jakarta.
Tan, Kim. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

LAMPIRAN

Você também pode gostar