Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
DERI FEBIOLA PUTRA
110520
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
ABSTRAK
Makalah ini akan membahas prosedur analisis kuantitatif untuk menentukan kompisisi asam
lemak dalam minyak biji rami (linseed), kenari (walnut), opium (poppy). Prosedur ini
membutuhkan hidrolisis enzimatik minyak (triasilgliserol) oleh Candida rugosa lipase. Asam
lemak (FFA) yang dihasilkan berupa (linolenic, myristic, linoleic, palmitic, oleic, dan stearic)
diamana diekstraksi dengan n-heptana dan diturunkan dengan -bromoacetopherone. Pemisahan
asam lemak dan penentuannnya dilakukan oleh HPLC dengan menggunakan kolom C18 dan
metode elusi isokratik yang digabungkan dengan deteksi UV. Prosedur ini sensitif pada <0.5
mg/ml asam lemak untuk sampel 0.1 mg minyak. Prosedur ini juga dibandingkan dengan kolom
HPLC yang lain dan sesuai dengan sampel FFA.
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................II
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................................IV
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................................................................1
A.
B.
LATAR BELAKANG.......................................................................................................................................1
BATASAN MASALAH...................................................................................................................................1
BAB V. PENUTUP......................................................................................................................................................21
KESIMPULAN........................................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................22
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Asam Lemak yang Banyak Ditemukan dalam Lipid..................................................5
Tabel 2. data kalibrasi larutan standar.....................................................................................15
Tabel 3. kandungan asam lemak dalam minyak setelah hidrolisis.........................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. tumbuhan opium........................................................................................................2
Gambar 2. tumbuhan rami...........................................................................................................3
Gambar 3. tumbuhan kenari........................................................................................................3
Gambar 4. kolom kromatografi...................................................................................................7
Gambar 5. Kurava jarak migrasi Vs konsentrasi......................................................................7
Gambar 6. kurva waktu Vs sinyal detektor................................................................................8
Gambar 7. komponen HPLC........................................................................................................8
Gambar 8. reaksi organologam fasa diam...................................................................................9
Gambar 9. prinsip analisis UV...................................................................................................11
Gambar 10. reaksi hidrolisis oleh enzim lipase.........................................................................12
Gambar 11. kurva hidrolisis minyak kenari oleh lipase (pembentukan asam linoleat dalam
%)...........................................................................................................................................16
Gambar 12. kromatogram campuran asam lemak standar....................................................16
Gambar 13. kromatogram asam lemak setelah hidrolsis enzimatik minyak biji rami.........17
Gambar 14. kromatogram asam lemak setelah hidrolisis enzimatik minyak kenari ...........18
Gambar 15. kromatogram asam lemak setelah hidrolisis enzimatik minyak biji opium.....18
Gambar 16. model molekul fasa alkil........................................................................................20
Gambar 17. model molekul fasa alkil termodifikasi................................................................20
Gambar 18. model molekul fasa fenil dan bifenil.....................................................................21
iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Minyak telah banyak digunakan selama bertahun-tahun di berbagai bidang seperti bahan
dasar parfum, medis, kosmetik, dimana minyak khususnya digunakan sebagai medium pigment
pada cat. Minyak terdiri dari campuran triasilgliserol, dimana ester terbentuk dari satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Asam lemak yang ditemukan umumnya mono-tak
jenuh (monounsaturated) atau mempunyai satu ikatan rangkap, seperti asam oleic (18:1), dan
polyunsaturated, seperti asam linoleic (18:2) dan linolenic (18:3), dan juga mengandung asam
lemak jenuh seperti asam palmitat dan stearat (Mills, 1966).
High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai kelebihan diantaranya:
kesensitifannya
sehingga
mudah
digunakan
untuk
turunan
asam
lemak,
seperti
1. Tumbuhan opium
Gambar tumbuhan opium dapat dilihat di bawah ini.
Papaver somniferum atau yang biasa disebut opium poppy mempunyai bunga berbentuk
panjang, permukaan halus, menghasilkan tepung, mempunyai lima mahkota dengan warna
putih, violet dan ungu. Tumbuhan opium mempunyai kelopak berbentuk globular dengan
warna hijau dengan bagian atas mirip bukit-bukit dan berisi biji. Kelopak yang belum matang
menhasilkan latex yang mengandung opium (Papaver somniferum, 2004).
2. Tumbuhan rami
Tumbuhan rami Linum usitatissimum L. (linseed dalam bahasa inggris) merupakan keluarga
linacae diamana tumbuhan ini mempunyai biji yang berwarna coklat atau kuning. Biji ini
mengandung 35-45% minyak dan 18-26% protein, morfologi tumbuhan rami dapat dilihat
pada gambar dibawah ini (Agriculture, Fisheries, & Forestry, 2012).
3. Tumbuhan kenari
Tumbuhan kenari Juglans nigra L. Meruapakan keluarga dari Juglandaceae. Tumbuhan ini
mempunyai habitat berupa tanah yang lembab dengan biji berwarna gelap. Gambar
tumbuhan da biji kenari dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Juglans nigra, n.d.)
Dalam analisis proksimat Weende, yang disebut lipida atau dalam kepentingan
nutrisi disebut lemak kasar (ether extract) adalah semua bahan (baik makanan ataupun
jaringan) yang dapat diekstraksi dengan eter.
lemak,
sekarang
bijian umumnya mengandung banyak sekali lipida kompleks dan pigmen-pigmen yang
dapat diekstraksi dengan eter, tetapi tidak menghasilkan energi (Llyod, L.E., B.E. Mc. Donald,
1978).
Lemak dan minyak didefinisikan sebagai esterisasi dari campuran trihidroksialkohol
(gliserol) dan tiga molekul (R1, R2 dan R3 ) asam lemak (trigliserida).
Asam lemak adalah penyusun sebagaian besar lipid. Walaupun lebih dari 100 asam
lemak diketahui terdapat di alam, namun yang berperan dalam nutrisi terutama dalam
bentuk lemak (fat).
Asam-asam lemak terdiri dari sebuah gugusan tunggal COOH dan sebuah rantai
karbon lurus tidak bercabang dengan formula umum CH3(CH2)nCOOH , misalnya :
n = 0 adalah asam asetat
n = 1 adalah asam propionat
n = 2 adalah asam butirat dan seterusnya sampai n = 24
Asam lemak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Asam lemak saturated (jenuh) yaitu asam lemak ikatan tunggal atau tidak ada ikatan
rangkap.
Penamaannya
memakai
sufiks-anoic
atau-anoat.
Formula
dapat
2. Asam lemak unsaturated (tak jenuh) yang mengandung ikatan rangkap, terdiri dari
a. Ikatan rangkap tunggal yang disebut dengan asam lemak mono unsaturated.
Penamaannya memakai sufiks -dienoic atau - dienoat.
b. Lebih dari satu ikatan rangkap yang yang disebut asam lemak polyunsaturated
(PUFA). Penamaannya memakai sufiks -trienoic (3 ikatan rangkap) atau -trienoat,
dsb.
Tingkat kejenuhan berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik dan susunan lemak, biasanya
asam lemak unsaturated adalah lebih reaktif dan mempunyai titik cair lebih rendah
dibandingkan asam lemak saturated.
Lokasi
ikatan
rangkap
pada
rantai karbon
dari
asam
lemak unsaturated
menyebabkan perbedaan besar bagaimana asam lemak tersebut dimetabolisme. Pada dasarnya
kelompok asam lemak polyunsaturated (PUFA) dapat dibagi kedalam 3 kelompok besar
yaitu seri oleic (0-9), seri linoleic (0-6) dan seri linolenic (0-3), ketiga jenis asam lemak
tersebut merupakan anggota kelompok dengan rantai terpendek, sedangkan jenis asam
lemak yang lain diturunkan dari ketiga kelompok tersebut. 0-9 artinya ikatan rangkapnya
terletak pada C ke-9 dan kelipatannya.
Formula
Simbol
Titik cair
Saturated
Butirat (butanoic)
C4H8O2
C4:0
-4,3
Caproic
C6H12O2
C6:0
-2
(hexanoic)
C8H16O2
C8:0
16,5
Caprilat (octanoic)
C10H20O2
C10:0
31,4
Caprat (decanoic)
C12H24O2
C12:0
44
Laurat(dodecanoic
C14H28O2
C14:0
58
C16H32O2
C16:0
63
C18H36O2
C18:0
71,5
Myristat(tetradecanoic
)
Unsaturated
C16H30O2
Palmitoleat(hexadecenoic
C18H34O2
C16:1
1,5
) Oleat (octadecenoic)
C18H34O2
C 18 : 1w9
16,3
Linoleat (octadecacenoic)
C18H34O2
C 18 : 2w6
16,3
Linolenat(hexadecacenoic
C18H34O2
C 18 : 2w3
16,3
)Arakidonat(eicosatetraec
C18H34O2
C 20 : 4w6
16,3
enoic)
Ket : C4 : 0 : 4 atom C, tanpa ikatan rangkap
W : ikatan rangkap dihitung dari gugus metil terminal Posisi w yang sama, famili
sama, contoh C 20 : 4w6 dapat disintesis dari C 18 : 2w6
C. HPLC (HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAFI/KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI)
High performance liquid chromatografi, HPLC adalah salah satu tipe kromatografi yang fasa
mobilnya berupa liquid dan fasa diamnya padatan yang sangat halus. Untuk memperoleh laju alir
yang baik , liquid/cairan harus diberi tekanan beberapa ratus atau lebih pound per inchi kuadrat
(Skoog, West, Holler, & Crouch, 2004).
1. Prinsip Pemisahan Kromatografi
Kromatografi adalah metode umum yang digunakan untuk memisahkan, identifikasi, dan
menentukan komponen kimia dalam campuran yang kompleks. Kromatografi adalah pemisahan
campuran komponen berdasarkan perbedaan laju dimana komponen tersebut dilewati melalui
fasa diam oleh fasa gerak cair atau gas. Fasa diam pada kromatografi adalah tempat yang tetap
yang berada dalam kolom atau permukaan bidang datar. Fasa mobil/gerak pada kromatografi
bergerak melalui fasa diam, membawa campuran analit. Fasa gerak bisa berupa gas, cairan atau
cairan superkritikal (Skoog et al., 2004).
a. Elusi pada kolom kromatografi
Elusi adalah proses dimana solut melalui fasa diam disebabkan oleh pergerakan fasa gerak.
Fasa mobil yang keluar dari kolom disebut eluate. Proses elusi dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini (Skoog et al., 2004).
Eluent adalah pelarut yang digunakan untuk membawa komponen campuran untuk melalui
fasa diam. Kromatogram adalah hubungan dari beberapa fungsi dari konsentrasi solut dengan
waktu elusi atau volume elusi, ini berguna untuk analisis kuantitatif dan kualitatif (Skoog et al.,
2004).
b. Laju migrasi dari solut
Efektifitas kolom kromatografi dalam memisahkan dua solut tergantung pada dimana laju
relatif dari dua spesies terelusi. Laju migrasi ini ditentukan oleh rasio konsentrasi solut dalam
masing-masing dua fasa. Contohnya pemisahan campuran A dan B dimana pada t 1 campuran
mulai terpisah sedangkan pada t2 campuran A dan B sudah terpisah sempurna. Hubungan antara
waktu dan rasio konsentrasi dapat dilihat pada gambar 2 (Skoog et al., 2004).
c. Waktu retensi
Waktu retensi tR adalah waktu yang berada diantara injeksi sampel dan timbulnya puncak dari
solute pada detektor dari sebuah kolom kromatografi. Waktu mati (dead time) tM adalah waktu
yang dibutuhkan bagi spesi yang tidak tertahan (unretained) untuk melalui kolom kromatografi.
Semua komponen menghabiskan semua waktunya pada fasa mobil. Pemisahan berdasarkan
perbedaan waktu tS dimana komponen berada fasa diam. Hubungan antara ketiga waktu ini dapat
dilihat pada gambar 3 (Skoog et al., 2004).
2. Instrumentasi
Komponen-komponen dan sistematika HPLC dapat dilihat pada gambar berikut ini (Skoog et
al., 2004).
menjadi lebih besar dengan ukuran diameter yang sangat seragam. Partikel yang
dihasilkan biasanya dilapisi dengan lapisan tipis organik, dimana secara kimia atau fisika
terikat pada permukaan. Material packing lainnya termasuk partikel alumina, partikel
polimer yang berpori dan resin ion exchange. Kolom yang digunakan pada metode ini
adalah kolom C18.
c. Detektor
Detektor yang paling biasa digunakan untuk liquid kromatografi adalah berdasarkan
absorpsi ultra violet atau radiasi visible/tampak.
D. FASA DIAM DAN GERAK KROMATOGRAFI PARTISI KINERJA TINGGI
Pada kromatografi partisi liquid-liquid, fasa diamnya adalah pelarut yang tertahan oleh
adsorpsi pada permukaan partikel packing di dalam kolom. Penentuan komposisi asam lemak
pada minyak menggunakan fasa balik. Penjelasan tentang packing kolom kromatografi partisi,
yaitu (Skoog et al., 2004):
Dalam kromatografi partisi fasa terikat liquid, fasa diam adalah spesi organik yang
terpasang pada permukaan partikel packing yang disebabkan oleh ikatan kimia. Ikatan ini disebut
ikatan organologam dimana atom logam terikat langsung dengan atom karbon. Reaksi
pembentukan fasa ini adalah sebagai berikut.
Pada kromatografi fasa normal komponen yang kurang polar akan terelusi terlebih
dahulu. Bertambahnya kepolaran dari fasa mobil akan menurunkan waktu elusi. Kontras dengan
itu, kromatografi fasa balik, komponen yang paling polar akan terelusi terlebih dahulu, dan
naiknya kepolaran fasa mobil akan bertambahnya waktu elusi. Hal ini telah diperkirakan bahwa
lebih dari tiga perempat dari pemisahan oleh HPLC adalah berdsarkan fasa balik, contohnya
ikatan oktil- atau oktildekil-siloxane (kolom C18). Rantai panjang dari gugus hidrokarbon
terletak paralel dengan yang lain dan tegak lurus dengan permukaan partikel, seperti bentuk
sikat, sehingga bersifat polar. Fasa mobil pada packing ini umumnya larutan berair yang
mengandung konsentrasi yang berbeda-beda seperti metanol, acetonitril atau tetrahydrofuran.
Fasa mobil
Partisi yang sukses dari kromatografi membutuhkan keseimbangan gaya intermolekular
yang sesuai dari 3 partisipan pada proses pemisahan yaitu, analit, fasa mobil dan fasa diam.
Gaya-gaya intermolekular ini dideskripsikan secara kualitatif dalam istilah kepolaran relatif pada
setiap tiga komponen tersebut. Umumnya kepolaran dari gugus-gugus fungsional organik yang
biasa dijumpai meningkat pada urutan berikut; alifatik hydrokarbon <olefin <aromatik
hydrokarbon <halida <sulfida <eter <senyawa nitro <ester aldehid keton <alkohol amina
<sulfona <sulfoxida <amida <karboksilat <air (Skoog et al., 2004).
sebagian besar pemisahan kromatografi dicapai dengan mencocokkan kepolaran analit
dengan fasa diamnya; fasa gerak yang digunakan dipertimbangkan dengan kepolaran yang
berbeda. Prosedur ini umumnya lebih sukses dari pada mencocokkan kepolaran analit dengan
fasa mobil. Jika kepolaran analit jauh berbeda dengan fasa diam, sehingga waktu retensi sangat
singkat dan situasi yang lebih ekstrim jika kepolaran fasa diam dan analit hampir sama, maka
waktu retensi akan menjadi sangat lama (Skoog et al., 2004).
E. PRINSIP DETEKTOR ULTRA VIOLET (UV)
Absorpsi radiasi
Hukum absorsi, yang juga dikenal dengan beer-lambert law (beers law), menjelaskan
jumlah pelemahan energi radiasi (cahaya) oleh konsentrasi molekul penyerap dan panjang daerah
dimana absorpsi terjadi. Semakin panjang medium yang dilalui oleh cahaya maka semakin
10
banyak penyerapan dan semakin besar pelemahannya, juga apabila semakin tinggi konsentrasi
penyerap maka semakin kuat pelemahan energi.
11
12
13
14
Dari data ini kita dapat menentukan konsentrasi asam-asam lemak yang ditentukan
pada sampel berdasarkan kurva kalibrasinya atau persamaan regresi. asam-asam lemak tersebut
adalah linoleic, myristic, linoleic, palmitic, oleic, dan stearic.
Data ini diperoleh dari pengukuran spektrofotometri UV-vis yang terdapat pada alat
HPLC. Kurva kalibrasi menunjukan garis linear dengan range konsentrasi 1.2-380 mg/L dan
memiliki koefesien determinasi r2 0.96-0.99.
B. Kondisi hydrolisis
Kondisi eksperimen menunjukan reaksi hidrolisis pada pH 7, T=30oC dan waktu reaksi
didasarkan kepada minyak kenari dimana pada tabel dibawah dapat dilihat bahwa pembentukan
asam linoleic mencapai maksimum setelah 30 menit, sehingga waktu inilah yang optimum
selama inkubasi (Tarola et al., 2012).
15
Gambar 11. kurva hidrolisis minyak kenari oleh lipase (pembentukan asam linoleat dalam
%)
C. Penentuan kuantitatif
Linolenic, myristic, linoleic, palmitic, oleic, dan stearic dipisahkan oleh fasa balik
HPLC dibawah kondisi temperatur kolom 45oC. Kromatogram dari larutan standar asam lemak
dapat dilihat pada gambar (Tarola et al., 2012).
Gambar 12. kromatogram campuran asam lemak standar (A) 0.00-0.06 (B) 0.00-0.03 peak:
1-linolenat, 2-miristat, 3-linoleat, 4-palmitat, 5-oleat, 6-stearat. Elusi isokratik dengan
asetronitril-air (85-15) (v-v), temperatur kolom 45oC, =242 nm
16
Gambar 13. kromatogram asam lemak setelah hidrolsis enzimatik minyak biji rami. (A)
waktu: 0-15 min, respon: 0-5 mV, peak: 1-linolenat, 3-linoleat (B) waktu: 15-40 min, respon:
0.00-0.20 mV, peak: 4-palmitat, 5-oleat, 6-stearat. Elusi isokratik dengan asetonitril-air
(85-15) v-v, kolom temperatur 450C, =242 nm
17
Gambar 14. kromatogram asam lemak setelah hidrolisis enzimatik minyak kenari (A)
waktu: 0-40 min, respon: 0.00-0.30 mV, peak: 1-linolenat, 3-linoleat, 4-palmitat, 5-oleat, 6stearat (B) waktu:0-21 min, respon: 0.0-2.0 mV, peak: 3- linoleat, 4-palmitat, 5-oleat. Elusi
isokratik dengan asetoniitril-air (85-15) v-v, kolom temperatur 45 oC, =242 nm
Gambar 15. kromatogram asam lemak setelah hidrolisis enzimatik minyak biji opium (A)
0.00-0.30 (B) 0.0-3.0, peak: 1-linolenat, 2- linoleat, 4-palmitat, 5-oleat, 6-stearat. Elusi
isokratik dengan asetonitril-air (85-15) v-v, temperatur 45oC, =242 nm
18
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa minyak apiun (poppy seed) mempunyai poliasam lemak tak jenuh (linolenic dan linoleic) paling sedikit dari yang lain (Tarola et al., 2012).
19
Kolom lain yang mungkin digunakan adalah kolom fasa alkil termodifikasi, contohnya
aqueous C18. Pada kolom ini fasa diam adalah alkil yang berikatan dengan gugus polar atau
rantai samping yang bersifat polar sehingga menghasilkan interaksi yang lebih baik terhadap
senyawa polar dibandingkan kolom fasa alkil biasa. Sehingga kolom ini ideal dengan senyawa
yang membutuhkan fasa gerak air yang banyak. Molekul fasa padat ini dapat dilihat dibawah
ini(Restek, n.d.).
Pilihan kolom yang lebih baik dan memungkinkan untuk pemisahan asam-asam lemak
jenuh dan tak jenuh adalah kolom fasa fenil dan bifenil. Fasa diam fenil berinteraksi dengan
senyawa yang mengandung gugus aromatik atau ikatan rangkap melalui interaksi -. Interaksi
ini akan lebih besar jika konsentrasi cincin aromitik tinggi. Sehingga kolom ini sangat sesuai jika
kita menentukan senyawa asam-asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam suatu minyak/lipid.
Molekul fasa padat ini dapat dilihat dibawah ini(Restek, n.d.).
20
BAB V. PENUTUP
KESIMPULAN
Makalah ini menggambarkan prosedur untuk menentukan komposisi asam lemak pada
minyak nabati seperti minyak biji rami, kenari dan opium. Asam lemak yang dihasilkan oleh
enzim lipase pada temperatur 30oC selama 30 menit, diekstraksi oleh n-heptana, direaksikan
dengan -bromoacetophenon den kuantitasnya ditentukan oleh HPLC yang dilengkapi diteksi
UV pada panjang gelombang 242 nm dan temperatur kolom 45oC. Keuntungan metode ini adalah
spesifik pada hydrolitic lipase pada jumlah sampel yang sedikit 0.1 mg. penggunaan jumlah
sampel yang sedikit sangat penting untuk menghindari kesalahan kerja.
Lebih lanjut penggunaan kolom C18 dengan panjang 15 cm dan ukuran partikel 3 m,
menghasilkan keuntungan dalam segi efesiensi pemisahan dan reduksi fasa gerak yang
digunakan. Tetapi kolom fasa fenil atau bifenil lebih efesien dari pada kolom C18 jika
menentukan asam-asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada sampel minyak.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agriculture, Fisheries, & Forestry. (2012). Production guidelines for flax. REPUBLIC OF
SOUTH AFRICA: Department: Agriculture, Forestry and Fisheries. Directorate: Plant
Production.
Chen, S., & Chuang, Y. (2002). Analysis of fatty acids by column liquid chromatography.
Analytica Chimica Acta, (465: 1451).
Hermansyah, H., Prabu, D., Rejoso, M. T., Wulan, P. P. D. K., Machsun, L., Wijanarko, A.,
Tel, D. (n.d.). Model Kinetika Sederhana Untuk Reaksi Hidrolisis Minyak Zaitun
Menggunakan Lipase, 18.
Houde, A., Kademi, A., & Leblanc, D. (2004). Lipases and their industrial applications. Applied
Biochemistry and Biotechnology, 118: 1551.
Juglans nigra. (n.d.).
Llyod, L.E., B.E. Mc. Donald, and E. W. C. (1978). Fundamental of NutritionNo Title. San
Fransisco: W.H. Freeman and Company.
Mills, J. (1966). The gas-chromatographic examination of paint media; Part I. Fatty acid
composition and identification of dried oil film. Studies in Conservation, (11), 92106.
Papaver somniferum. (2004).
Restek. (n.d.). HPLC Columns. Retrieved from www.restek.com
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2004). Fundamentals of Analytical
Chemistry (EIGHTH.). Canada: Thomson LearningTM.
Tarola, A. M., Girelli, A. M., & Lorusso, S. (2012). High Performance Liquid Chromatography
Determination of Fatty Acids in Drying Oils Following Lipase Action, 294300.
22