Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) sekarang ini telah menjadi masalah
1.2
Perumusan Masalah
Angka kesakitan DBD yang masih tinggi terutama pada masyarakat Desa
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pencegahan dan penanggulangan awal DBD di
1.3.2
Tujuan khusus
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritik
Mini projek ini dilakukan untuk memperoleh pengalaman belajar di lapangan
melalui studi kasus dan untuk meningkatkan pengetahuan. Selain itu melatih dalam
menilai suatu kemampuan dan kecermatan dalam berinteraksi di dalam masyarakat
serta mencari alternatif penyelesaian dari suatu masalah dan memutuskan
penyelesaiannya.
1.4.2
Manfaat Aplikatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diasetis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh.2
2.2
Epidemiologi
Virus dengue tersebar sangat luas di benua Asia, Afrika, Amerika dan juga
Austrlia dengan endemisitas dan kombinasi tipe virus yang belum tentu sama. Asia
Tenggara termasuk salah satu wilayah endemik dimana ke empat tipe virus dapat
ditemukan.1
Di Indonesia dilaporkan sampai pertengahan tahun 2011 penyakit DBD telah
menjadi masalah endemik di 122 kecamatan, 1800 desa dan menjadi kejadian luar
biasa (KLB) pada tahun 2005 dengan angka kematian sekitar 2%. Pada tahun 2006,
kasus DBD sekitar 104.656 kasus dengan angka kematian 1,03% dan pada tahun
2007 jumlah kasus mencapai 140.000 dengan angka kematian 1%.1
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan
Penularan
Virus dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes
yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti. Virus dengue mampu berkembang biak
dalam tubuh manusia, binatang lain seperti monyet, simpanse, kelinci, mencit,
marmot, tikus dan jug hamster serta serangga, khususnya nyamuk. Manusia adalah
penjamu utama yang dikenai virus, meskipun studi telah menunjukkan bahwa
binatang primata pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan mungkin
bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Walaupun binatang primata
merupakan hospes alami virus, viremia yang timbul biasanya lebih rendah dan
pendek masanya. Pada manusia masa viremia berkisar 2-12 hari, sementara pada
binatang primata 1-2 hari dan titer virus dalam darah manusia dapat mencapai lebih
dari seratus kali dibandingkan darah binatang primata.3,4
2.5
Manifestasi Klinis
2.5.1
Demam Dengue
Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom
demam atau penyakit klasik yang dapat melemahkan dengan onset mendadak
demam tinggi, kadang-kadang dengan dua puncak (double saddle), sakit kepala
berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot, tulang dan sendi, mual dan muntah, dan
ruam. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin tampak trombositopenia.1,4
Pada beberapa kasus epidemik, DF dapat disertai dengan komplikasi
perdarahan, seperti epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan gastrointestinal,
hematuria dan menorrhagi. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan
otot perut ditekan. Komplikasi lain yang jarang adalah orkhitis, ovaritis, keratitis,
dan retinitis.5,6
2.5.2
demam 2-7 hari. Perburukan ini terjadi pada waktu atau segera setelah penurunan
suhu tiba-tiba antara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Terdapat tanda khas dari kegagalan
sirkulasi: kulit menjadi dingin, bintik merah, dan kongesti; sianosis sekitar oral
sering terjadi; nadi cepat. Pasien pada awalnya menjadi letargi, kemudian menjadi
gelisah dan dengan cepat memasuki tahap kritis dari syok.4,5,7
DSS biasanya ditandai dengan nadi cepat, lemah dengan penurunan tekanan
nadi (<20 mmHg, tanpa memperhatikan tingkat tekanan) atau hipotensi dengan kulit
dingin dan lembab dan gelisah. Pasien dapat melewati tahap syok berat, dengan
tekanan darah atau nadi menjadi tidak terbaca. Namun, kebanyakan pasien tetap
sadar hampir pada tahap terminal. Durasi syok pendek, secara khas pasien
meninggal dalam 12-24 jam, atau sembuh dengan cepat setelah terapi pengganti
volume yang tepat. Syok yang tidak teratasi dapat menimbulkan komplikasi, dengan
adanya asidosis metabolik, perdarahan berat saluran cerna dan organ lainnya, dan
mempunyai prognosis yang buruk. Pasien dengan perdarahan intrakranial dapat
mengalami kejang dan koma. Ensefalopati, yang dilaporkan, kadang dapat terjadi
dalam hubungannya dengan gangguan metabolik dan elektrolit atau perdarahan
intrakranial.4,5
Tingkat Keparahan Demam Berdarah Dengue.1
Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional non spesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes torniquet positif dan atau mudah
memar.
Derajat II : Perdarahan spontan selain pada derajat I, biasanya bentuk perdarahan
kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin
dan lembab serta gelisah.
Derajat IV : Syok berat dengan tekanan darah atau nadi tidak teraba.
2.6
Diagnosa Klinis
Dalam menegakkan diagnosis DHF,beberapa indikasi yang penting perlu
Demam tinggi
facial flusing
Tidak ada tanda ISPA
Tidak tampak tanda fokal infeksi
Uji tourniquet positif
Trombositopenia
Hematokrit naik
Indikator Fase Syok
Mendapatkan demam tinggi, tanpa sebab jelas berlangsung trus-menerus selama 2-7
hari
Perdarahan (uji tornique positif) seperti petechie, epitaksis, hematemesis, dan lain-
lain.
Hepatomegali
Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi 20 mmHg, atau hipotensi disertai
gelisah dan akral dingin.
Laboratorium:
Trombositopenia ( 100.000/l)
Hemokonsentrasi (kadar Ht 20 % dari normal)
2.7
Diagnosa Laboratorium
Pada DF akan dijumpai leukopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Air seni
mungkin ditemukan albuminuria ringan. Sumsum tulang pada awal sakit biasanya
hiposeluler, dan pada hari ke-5 terdapat gangguan maturasi, sedangkan pada hari ke10 biasanya sudah kembali normal.8
Anti dengue IgM yang dideteksi dengan MAC-ELISA tampak pada sebagian
pasien dengan infeksi primer saat masih demam, dan pada sebagian lagi tampak
dalam 2-3 hari penurunan suhu tubuh. Pada pasien dengue 80% menunjukkan kadar
antibodi IgM yang terdeteksi pada hari ke-5 sakit, dan 99% pada hari ke-10. Sekali
terdeteksi, kadar IgM meningkat dengan cepat dan tampak memuncak sekitar 2
minggu setelah muncul gejala, lalu turun sampai kadar yang tidak terdeteksi selama
2-3 bulan. Anti dengue IgG tampak setelahnya.2,8
Pada infeksi primer, titer antibodi HI masa akut, bila serum diperoleh sebelum
hari ke-4 sakit < 20 dan titer akan naik 4 kali pada masa konvalesen tapi tidak
lebih 1:1280.
Pada infeksi sekunder, adanya infeksi baru ditandai titer antibodi HI < 1:20 pada
masa akut, sedangkan pada masa konvalesen titer 1:2560. Tanda lain infeksi
sekunder bila titer antibodi akut 1:20 dan titer naik pada masa konvalesen.
Pendekatan Diagnostik
Isolasi virus
Tes serologis
MAC ELISA
Tes netralisasi
Immunoassay dot-blot
Tes fiksasi-komplemen
Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan gejala khas pada DHF.
Penurunan jumlah trombosit sampai di bawah 100.000 per mm 3 biasanya dijumpai
antara hari ke-3 dan ke-8, sering sebelum atau bersamaan dengan perubahan
hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih
dianggap menjadi bukti adanya peningkatan permeabilitas vaskuler dan kebocoran
Diagnosa Banding
a.
demam
chikungunya,
leptospirosis,
dan
malaria.
Adanya
c.
10
e.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada
leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis
leukemia. Pada anemia aplastik anak sangat anemis, demam timbul karena
infeksi sekunder. Pada pemeriksaan darah ditemukan pansitopenia.2,5
2.9
Komplikasi
Manifestasi ini termasuk fenomena sistem saraf pusat seperti kejang,
11
2.10
Penatalaksanaan
B. Suportif
Kehilangan
cairan
plasma
perlu
diatasi
sebagai
upaya
menngkatkan
minum, demam tinggi, dehidrasi dapat mempercepat terjadinya syok, (2) nilai
hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaaan berkala.
2.10.2 DBD disertai syok (sindrom syok dengue, derajat III dan IV) 11
Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat 10-20
ml/kg secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi
tetap berikan Ringer Laktat 2 ml/kg ditambah koloid 20-30 ml/kg/jam, maksimal
1500 ml/hari.
Pemberian cairan 10 ml/kg tetap diberikan sampai 24 jam pasca syok. Volume
cairan diturunkan menjadi 7 ml/kg dan selanjutnya 5 ml, dan 3 ml apabila tanda
12
Tersangka DBD
Demam tinggi,
mendadak terusmenerus < 7 hari,
tidak disertai infeksi
saluran nafas bagian
atas, badan lemas,
Ada Kedaruratan
Tanda syok
Muntah terusmenerus
Kejang
Kesadaran
menurun
Muntah darah
Berak hitam
Tidak ada
Periksa uji
torniquet
Uji Torniquet
Uji Torniquet
(+)
(-)
Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam
hilang
13
Jumlah
trombosit
100.000 /ul
Jumlah
trombosit
100.000 /ul
Rawat
Inap
14
Gambar 2.3 Tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II tanpa peningkatan
hematokrit
Tidak ada
Gelisah
perbaikan
Distres pernafasan
Frekuensi nadi naik
Ht tetap tinggi/naik
Diuresis kurang/tidak
ada
15
Tetesan
dikurangi
5 ml/kg/jam
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
3
ml/kg/jam
Tanda vital
Ht
memburuk
meningkat
Perbaika
n
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kg/jam
Tetesan dinaikkan
Evaluasi 15
menit
Tanda vital tidak
stabil
Distres
pernafasan
Ht naik
Koloid
20-30 ml/kg
Hb/Ht
turun
Perbaika
n
* BB 20 kg
Ket : RA = Ringer Asetat
Gambar 2.4 Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hemokonsentrasi
20%
16
Syok
teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20
mmHg
Tidak sesak
nafas/sianosis
Ekstremitas hangat
Cairan dan tetesan
disesuaikan 10 ml/kg/jam
Evaluasi
Tanda vital
ketat
Tanda
perdarahan
Diuresis
Hb,dalam
HT, 24 jam/Ht
Stabil
< 40
Syok
Tetesan 5 ml/kg/jam
teratasi
Tetesan 3
ml/kg/jam
Infus stop tidak >
48 jam
Setelah syok
Syok tidak
teratasi
Kesadaran menurun
Nadi lambat/tidak
teraba
Tekanan nadi < 20
mmHg
Distres pernafasan
Kulit dingin dan
lembab
Lanjutkan cairan 20
ml/kg/jam
Tambahkan
koloid/plasma
Dekstran/FPP
Koreksi
asidosis
Evaluasi 1
Syok belum
teratasi
Ht
Ht tetap
turun
tinggi/naik
Transfusi darah
Koloid 20
segar
10 mg/kg
ml/kg
diulang sesuai
kebutuhan
Perbaikan klinis.
Hematokrit stabil.
17
2.11
Pemantauan
Hal yang vital tata laksana DBD derajat apapun adalah pemantauan:8
Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah pembesaran hati,
tanda perdarahan saluran cerna, tanda ensefalopati, harus dimonitor dan
jumlah perdarahan.
Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan transfusi darah
apabila diperlukan. Pasien DBD perlu dirujuk ke ICU Anak atas indikasi:
o Syok berkepanjangan (syok yang tidak teratasi > 60 menit)
o Syok berulang (pada umumnyya disebabkan oleh perarahan internal)
o Perdarahan saluran cerna hebat
o DBD ensefalopati
2.12
Langkah Promotif/Preventif
Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah
hujan maka jumlah kasus berbeda tiap daerah. Pada umumnya di Indonesia
meningkat saat musim hujan, sejak bulan Desember sampai dengan April-Mei setiap
tahun.6
Pencegahan/penberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya
dengan melakukan tindakan 3M, yaitu:8
18
BAB III
METODE PELAKSANAAN
19
20
Kategori baik bila jawaban responden benar >75% dengan total 76-
100
Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75% dengan total
nilai 40-75
Kategori kurang jawaban responden benar <40% dengan total nilai 0-
39
2. Pengukuran Sikap
Sikap adalah tanggapan atau pandangan masyarakat tentang penyakit DBD,
diukur dengan 10 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan angka 10 jika
responden setuju dan angka 0 jika tidak setuju, sehingga tertinggi adalah 100
dan terendah adalah 0. Nilai tersebut dikategorikan menjadi :
Kategori baik bila jawaban responden benar >75% dengan total 76
100
Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75% dengan total
nilai 40-75
Kategori kurang jawaban responden benar <40% dengan total nilai 0-
39
3. Pengukuran Tindakan
Tindakan adalah hal-hal yang dilakukan masyarakat tentang pencegahan
DBD, diukur dengan 10 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan angka 10
jika responden menjawab benar dan angka 0 jika responden menjawab salah.
Nilai tersebut dikategorikan menjadi :
Kategori baik bila jawaban responden benar >75% dengan total 76
100
Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75% dengan total
nilai 40-75
21
Kategori kurang jawaban responden benar <40% dengan total nilai 039
BAB IV
HASIL
22
Jumlah desa sebanyak 43 desa terdiri dari desa dengan status sebanyak 39
desa dan desa non status sebanyak 4 desa. Terdapat 131 dusun di Kecamatan Kuta
Makmur.
Letak geografis Kecamatan Kuta Makmur berdasarkan desa terdiri dari
dataran (67%) dan berbukit (33%). Luas tanah berdasarkan penggunaannya terdiri
dari 1.951 Ha (12,89%) merupakan lahan sawah dan 13.181 Ha (87,11%) bukan
sawah. Sumber utama penghasilan keluarga terdiri dari pertanian 62,54%,
perindustrian 0,84%, perdagangan 5,90%, transportasi 0,99% dan jasa lainnya
29,74%.
a. Kemukiman Blang Ara
1. Keude Blang Ara
2. Blang Ara
3. Buket
4. Blang Talon
5. Cot Rheu
6. Krueng Manyang
7. Bayu
8. Blang Ado
9. Dayah Meunara
10. Mns. Kumbang
11. Blang Riek
12. Mc. Bahagia
13. Lhok Jhok
14. Alue Rambe
15. Cempeudak
16. Seu nebok Drien
17. Cot Merbo
b. Kemukiman Beureughang
1. Cot Seutui
2. Langkuta
3. Saweuk
4. Meuria
5. Kulam
6. Cot Seumiyong
7. Mulieng Meucat
8. PT. Rayeuk I
9. Mulieng Manyang
10. Kereusek
11. Krueng Seupeng
12. PT. Rayeuk II
23
13. Sidomulyo
14. Babah Lueng
15. Alue Putro Manoe
16. Alue Sagoweng
17. Alue Mbang
18. Bevak
c. Kemukiman Keude Krueng
1. Pulo Rayeuk
2. Pulo Barat
3. Pulo Iboih
4. Keude Krueng
5. Krueng Seunong
6. Guha Uleu
7. Blang Gurah
8. Cemeucet
4.3 Data Demografis
Jumlah penduduk kecamatan Kuta Makmur pada tahun 2011 berjumlah 22.028
jiwa terddiri dari 10.846 (49,24%) laki-laki dan 11.183 (50,76%) perempuan dengan
jumlah kepala keluarga 4.993. Sex ratio laki-laki terhadap perempuan sebesar 97% ,
artinya untuk setiap 100 wanita terdaoat 97 pria dan kepadatan penduduk sebesar
146 jiwa/km2.
Perkembangan pembangunan kependudukan dipengaruhi oleh pencapaina
keberhasilan program keluarga berencana. Data badan pusat Statistik kabupaten
Aceh Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS)
adalah 3.745 pasangan. Dari jumlah tersebut 138 PUS (3,68%) adalah peserta KB
aktif dan 68 pasangan (1,81%) adalah peserta KB baru. Sebagian besar peserta KB
menggunakan kontrasepsi suntikan dan pil, masing-masing 76,35 % dan 21,85%.
Partisipasi pria menggunakan KB masih sangat rendah yaitu hanya 1,80%.
Berdasarkan data tersebut bahwa pembangunan, tergambarkan bahwa
pembangunan kependudukan Kecamatan Kuta Makmur belum menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Upaya menurunkan tingkat fertility rate (TFR) harus
dilakukan dengan meningkatkan jumlah peserta KB aktif sehingga fertilitas dapat
ditekan. Tingkat fertilitas perlu dikurangi untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi beban tanggungan.
24
Jumlah pendudul lanjut usia pada tahun 2011 penduduk berjumlah 2.140
orang. Peningkatan jumlah usia tua menunjukkan keberhasilan upaya kesehatan
dengan meningkatnya usia harapan hidup, di sisi lain adanya tantangan upaya
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada lanjut usia melalui
program posyandu lanjut usia.
Semakin meningkatnya jumlah usia lansia berdampak terhadap meningkatnya
kebutuhan pelayanan kesehatan terutama pelayanan penyakit degenaeratif. Penyakit
degenaretaif yang bersifat kronik membutuhkan perwatan yang lama dan
berkelanjutan.
Bertambahnya usia harapan hidup masyarakat perlu peningkatan program
promosi dan preventif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Promosi
kesehatan melalui sosialisai perilaku hidup bersih dan sehat , perbaikan gizi
masyarakat, perbaikan gaya hidup , konsultasi gizi dan keterjaminan kesehtana
lansia. Upaya preventif melalui deteksi dini dan pencegahan faktor risiko penyakit
mwenular dan degeneratif, diharapkan kualitas hidup masyarakat lebih baik dan
pembiayaan kesehatan untuk kuratif dan rehabilitatif dapat ditekan.
4.4 Sumber Daya Kesehatan yang ada
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kuta Makmur sebanyak 187
orang, yang terdiri dari PNS 71 orang (37%), PTT 35 orang (18%), dan Honor/Bakti
81 orang (43%). Adapun jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kuta
Makmur menurut jenjang pendidikan yaitu :
No
Jenis Kegiatan
Jenis Tenaga
Jumlah
Keterangan
Kepala Puskesmas
SKM (S2)
Unit Tata
D3 Statistik/ SMA
Usaha
SMEA/ SMA
Supir
SMA
Penjaga Puskesmas/ CS
SD
25
Perawat/ SMA
Poliklinik Umum
Dokter Umum
Poliklinik Umum
Perawat
10
Poliklinik Umum
Pekarya
11
Poliklinik Gigi
Dokter Gigi
12
Poliklinik Gigi
Perawat Gigi
13
Poliklinik Lansia
Dokter Umum
14
15
Poliklinik Lansia
Klinik KIA&KB
Perawat
Dokter Umum
3
1
16
Bidan
10
17
Perkesmas
Bidan
Akademi Gizi
18
UKGS
Dokter gigi
Tugas rangkap
19
UKS
Perawat
Tugas rangkap
20
Laboratorium
Analis
21
Apotik
Ass. Apoteker
22
Apotik
Juru obat
23
24
Radiologi
Surveilance &
APRO
Epidemiologi/
1
1
Penanggulangan
Perawat
Kesling
Sanitarian/ D3
25
Unit 3
Unit 2
Unit 6
Unit 1
Kesehatan
26
27
Imunisasi
Peran serta masyarakat
Perawat/ Bidan
Bidan
2
-
28
Penyuluhan
SKM/ Perawat
29
30
31
Kesehatan Pengembangan
JPKM
Perawatan
D3 Kesehatan
Perawat/ D3 Askes
Dokter Umum
3
-
Tugas rangkap
32
Perawatan/ UGD
Perawat
Unit 5
33
Kamar Persalinan
Bidan
Tugas rangkap
34
35
36
Fisioterapi
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
D3 Fisioterapi
Perawat/ Bidan
Perawat/ Bidan
2
16
2
Untuk 4 Pustu
Untuk 2
Unit 4
Tugas rangkap
26
Poskesdes
Total
71
Puskesmas Induk dengan fasilitas rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin
dan UGD
2.
b.
c.
d.
3.
Pulo Rayeuk
b.
Pulo Barat
c.
Blang Talon
d.
Blang Ado
e.
Babah Lueng
f.
Langkuta
g.
Cot Rheu
h.
Cot Merbo
i.
Guha Uleu
j.
Krueng Seunong
k.
Buket
l.
Saweuk
m.
Alue Rambe
n.
Cimpedak
27
4.
Pulo Iboih
b.
Guha Uleu
Jumlah (orang)
16
10
12
38
%
42,1
26,3
31,6
100
Jumlah (orang)
15
11
12
38
%
39,5
28,9
31,6
100
28
Jumlah (orang)
8
12
18
38
%
21,1
31,6
47,3
100
Jumlah (orang)
31
7
0
38
%
81,6
18,4
0,0
100
Jumlah (orang)
38
0
0
38
%
100
0,0
0,0
100
Jumlah (orang)
29
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
38
0
0
38
100
0,0
0,0
100
Jumlah (rumah)
15
5
0
20
%
75,0
25,0
0,0
100
Jumlah (rumah)
20
0
20
%
100
0
100
30
BAB V
HASIL DISKUSI
Dari hasil presentasi mini project dapat dinilai bahwa masyarakat Desa
Keude Krueng Kecamatan Kuta Makmur pada umumnya memiliki pengetahuan
yang baik tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu dengan
persentase 42,1%, dikiuti pengetahuan yang kurang 31,6% dan pengetahuan yang
cukup 26,3%. Dalam sikap masyarakat Desa Keude Krueng memiliki sikap yang
baik terhadap pencegahan serta penanggulangan awal penyakit DBD sebesar 39,5%,
diikuti sikpa masyarakat yang kurang 31,6% dan sikap yang cukup 28,9%.
Sedangakan tindakan yang dilakukan masyarakat Desa Keude Krueng dalam
pencegahan DBD masih kurang yaitu 47,3%, tindakan yang cukup baik dalam
pencegahan DBD 31,6% dan selebihnya yang melekukan tindakan baik hanya
21,1%. Dengan dilakukan mini project ini dengan berbagai kegiatan, masyarakat
telah meningkat pengetahuannya tentang penyakit DBD sebesar 81,6%, sedangakan
pengetahuan yang cukup 26,3% dan pengetahuan kurang 0%. Sikap masyarakat
tehadap penyakit DBD juga telah meningkat menjadi baik sebesar 100% dan
tindakan yang baik sebesar 100%. Dari hasil penilaian terhadap tindakan masyarakat
dalam mencegah penyakit DBD didapatkan 15 dari 20 rumah telah melakukan
pencegahan penyakit DBD dengan baik, sedangkan 5 rumah lainnya telah
melakukan tindakan pencegahan yang kurang. Hal ini salah satunya disebabkan
31
warga yang masih takut menggunakan bubuk abate. Dari hasil pemantauan
didapatkan dari 20 rumah telah bebas dari jentik nyamuk.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari mini project yang telah dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Kuta Makmur tentang pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Desa
Keude Krueng dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian masyarakat telah mempunyai pengetahuan yang baik mengenai
penyakit DBD, tetapi mempunyai tindakan yang kurang terhadap
pencegahan DBD. Setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan baik tentang
penyakit DBD makin meningkat, hanya semakin kecil masyarakat yan
mempunyai pengetahuan yang cukup.
2. Sikap dan tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit DBD telah
meningkat lebih baik setelah dilakukan mini project ini.
3. Masyarakat masih belum banyak mengetahui tentang penggunaan bubuk
abate untuk membunuh jentik nyamuk.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan, ada beberapa hal yang harus disarankan
diantaranya :
32
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Dengue Guideline for Diagnosis,Treatment, Prevention and Control.
TDR, 2009
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Darmowandowo, Widodo. 2006. Kuliah Infeksi Virus Dengue. Contunuing
Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan
Anak VI, Surabaya.
4. Muchtar, Rafei , Uton. 1999. Guidelines for treatments of Dengue Fever /
Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital. New Delhi : World Health
Organization dalam http://www.who.int diunduh tanggal 18 April 2013
5. Halstead, Scott B. 2004. Nelson Texbook of Pediatrics. 17th Edition.
Elsevier, Philadelphia.
6. Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat-Jilid
III. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
7. Pusponegoro, Hardiono D. 2004. Standar Peleyanan Medis Kesehatan Anak
Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
8. Sastroasmoro, Sudigdo. 2007. Paduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak. RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
9. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta.
33
34