Você está na página 1de 7

ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DALAM KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DAN


KURIKULUM 2013
Paper Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pembelajaran Sains
Dosen Pengampu: Runtut Prih Utami, M.Pd.

Disusun oleh:
MUHAMMAD BADARUDDIN

(11680047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
BAB I

PENDAHULUAN
A; Latar Belakang

Dalam sistem pendidikan, kurikulum dipandang sebagai rancangan pendidikan


yang nantinya akan menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Ada tiga sifat yang
harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, yaitu pertama pendidikan
mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini berarti pendidikan
diarahkan untuk mampu mengembangkan pribadi anak serta bersifat membina dan
mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam
masyarakat. Hal ini berarti tujuan dari pendidikan adalah untuk memberikan bekal
kepada anak agar memiliki kemampuan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh
lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung (Majid, 2014: 51-52).
Pengembangan kurikulum ini juga berdampak pada pembelajaran IPA atau
sains yang memerlukan inovasi terbaru. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan
pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran
dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen
dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa Sains
merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan
klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang
bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data
terhadap gejala-gejala alam.
Salah satu bentuk pengembangan kurikulum IPA yaitu kurikulum terpadu,
yang bertujuan untuk mengajak para siswa untuk belajar dan berdiskusi secara
kontekstual, mempelajari fenomena yang terjadi secara alamiah, bukan lagi bersifat
tekstual. Oleh karena itu, dalam paper ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
pembelajaran IPA atau sains berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) dan Kurikulum 2013.
B; Rumusan Masalah
1; Bagaimanakah proses pembelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)?
2; Bagaimanakah proses pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013?
C; Tujuan
1; Mengetahui proses pembelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
2; Mengetahui proses pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN
IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahaun seperti keterampilan keingintahuan,
keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal melakukan penyelidikan ilmiah. Para
ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan proses dan sikap ilmiah.
Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis
yang bersifat rasional, sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam
mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu
saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip,
dan teori. Saptono (2003) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA (Nugraha, 2008).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka proses pembelajaran IPA atau sains memerlukan
penerapan kurikulum yang sesuai dan mampu merancang IPA sebagai pembelajaran yang
berdimensi pada kompetensi. Hal ini dikarenakan IPA atau sains memiliki peran penting
sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
A; Pembelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang


dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar
dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab
yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan suatu
keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif (Mulyasa,
2011: 8-9).
Adapun berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan atau BSNP (2006),
struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar
Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani,
olahraga dan kesehatan. Adapun muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang
cakupan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan (Mulyasa, 2011: 13).

Dalam jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/MTs), mata pelajaran IPA


(Ilmu Pengetahuan Alam) termasuk dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dan menuntut pembelajaran IPA (Fisika, Biologi dan,
kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal dengan nama
IPA
Terpadu (Soewarno & Asmarol, 2014). IPA Terpadu pada dasarnya
mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata pelajaran) melalui keterkaitan di antara
tujuan, isi, keterampilan dan sikap (Majid, 2014:52). Alokasi waktu untuk proses
pembelajaran IPA Terpadu dalam satu minggu adalah 4 jam pelajaran, dengan durasi
40 menit tiap jam pelajaran.
Pokok pembelajaran IPA dalam KTSP memiliki materi yang memuat objek,
tingkat organisasi objek, tema atau persoalan. Aspek biologi, IPA mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan fenomena pada makhluk hidup. Pada aspek fisis,
IPA memfokuskan pada benda tak hidup, sedang untuk aspek kimia IPA mengkaji
berbagai fenomena baik makhluk hidup maupun benda tak hidup.
Menurut Piaget, siswa SMP berada pada tahap transisi dari fase konkrit ke fase
operasi formal. Maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk berpikir abstrak dan
mengenal IPA secara terpadu. Sehingga pembelajaran IPA terpadu menuntut guru
IPA yang professional, menguasai materi IPA secara terpadu (Fisika, Kimia dan
Biologi), mampu mengemas dan mengembangkan materi dalam bentuk tema atau
topik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai (Tim Pustaka
Yustisia; 2008).
B; Pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dirancang untuk
menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dimasa depan.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan
antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan
(knowledge) (Majid, 2014: 28). Titik tekan pengembangan kurikulum 2013 ini
terletak pada penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman
dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar
agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah dalam pembelajarannya.
Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja
sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran
selain dengan tetap mengacu pada standar proses di mana pembelajarannya diciptakan
suasana yang memuat eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, juga dengan
mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama
4

diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan dan


mengkomunikasikan, sehingga peserta didik akan dapat dengan benar menguasai
materi yang dipelajari dengan baik (Majid, 2014: 195).
Pendekatan atau metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala alam, memperoleh pengetahuan baru atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat dikatakan sebagai
ilmiah, metode pencarian (inquiry method) harus berbasis pada bukti-bukti yang
dapat diobservasi, empiris dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Oleh karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan
data observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi dan menguji hipotesis (modul Diklat Kurikulum 2013).
Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran
IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA di
SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan
sosial. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu
domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara substansi, IPA dapat digunakan
sebagai tools atau alat untuk mengembangkan domain sikap, pengetahan dan
keterampilan. Guru IPA juga harus mempunyai kemampuan interdisipliner IPA
ditunjukkan dalam keilmuan (pengetahuan) (Widhy, 2013: 2).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantaranya adalah
konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science
atau IPA Terpadu bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini
ditunjukkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran
IPA yakni di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu
biologi, fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA) (Widhy, 2013: 3).
BAB III
PENUTUP
Pada hakikatnya Sains atau IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam
yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan
melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Sehingga dalam pembelajarannya
dituntut untuk mampu mengajak peserta didik untuk dapat memecahkan suatu permasalahan
melalui serangkaian kegiatan, mulai dari mengamati, menanya, menalar, merumuskan,
5

menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Dengan adanya perubahan kurikulum, diharapkan


mampu memberikan dampak yang signifikan dalam mengkonstruk pemahaman peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajar (Sebuah Panduan Praktis). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung:
JILSI Foundation.
Soewarno & Asmarol Hidayat. 2014. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Kota
Banda Aceh. Aceh.
Tim Pustaka Yustisia. 2008. Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Widhy, Purwanti. 2013. Diklat penyusunan worksheets integrated science process skils bagi
guru IPA SMP kabupaten Sleman menyongong implementasi kurikulum 2013. Langkah
Pengembangan Pembelajaran IPA pada Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta.
Sleman, 24 dan 31 Agustus 2013.

Você também pode gostar