Você está na página 1de 8

ASIDI-ALKALIMETRI

Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam
dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa.
Acidi alkalimetri adalah salah satu penentuan kadar zat secara volumetri berdasarkan
reaksi netralisasi antara zat titran dengan zat yang dititrasi. Acidimetri adalah penentuan
kadar basa dalam larutan dengan larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya.
Alkalimetri adalah penentuan kadar asam dalam larutan dengan larutan basa yang telah
diketahui konsentrasinya.
Titrasi umumnya dilakukan dengan menambahkan titran yang sudah diketahui
konsentrasinya melalui buret pada titrat dengan volume tertentu yang dicari konsentrasinya.
Pada reaksi antara asam dan basa, titrasi sangat berguna untuk mengukur pH pada berbagai
variasi titik melalui reaksi kimia. Hasilnya adalah sebuah titrasi. Kurva titrasi adalah grafik
sebagai fungsi pH dengan jumlah titran yang ditambahkan.
Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi tersebut
digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau
pOH vs millimeter titran. Kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu titrasi
dan memilih indikator yang sesuai (Underwood. 1998: 129).
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi
perubahan pH larutan yang dititrasi. Secara percobaan, perubahan pH dapat diikuti dengan
mengukur pH larutan yang dititrasi dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara asam dan
basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah, meliputi berikut ini :
Acidi alkalimetri adalah salah satu penentuan kadar zat secara volumetri berdasarkan
reaksi netralisasi antara zat titran dengan zat yang dititrasi. Hal ini berdasarkan reaksi
+ OH-H2O.
Tabel 6.1. Harga pH titik ekivalen titrasi asam basa

H+

Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa yang
mempunyai harga kisaran pH tertentu.
Kurva Titrasi Asam Basa
Pada titrasi asam dengan basa, maka kurva titrasinya merupakan hubungan antara volume
basa sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada Gambar 6.1a, dengan
bertambahnya basa sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan meningkat.
Sedangkan pada titrasi basa dengan asam, maka kurva titrasinya merupakan hubungan antara
volume asam sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada Gambar 6.1b,
dengan bertambahnya asam sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan menurun.

Gambar 6.1. Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat(a) dan kurva titrasi basa kuatdengan
asam kuat(b)
Ketika menyelesaikan sebuah titrasi asam-basa yang sederhana, digunakan suatu
indikator untuk memberitahukan ketika memiliki perbandingan yang tepat dari asam dan basa
yang dicampurkan untuk saling "menetralkan" satu sama lain. Ketika terjadi perubahan warna
indikator, keadaan ini sering digambarkan sebagai titik akhir titrasi.
Pada dunia nyata, perubahan warna terjadi ketika kamu mencampurkan dua larutan
secara bersamaan pada perbandingan persamaan yang tepat. Pencampuran tersebut dikenal
dengan titik ekivalen.
Sebagai contoh, jika mentitrasi larutan natrium hidroksida dengan asam hidroklorida,
antara konsentrasi 1 mol dm-3, 25 cm3 larutan natrium hidroksida akan tepat sama dengan
volume dari asam karena keduanya bereaksi 1 : 1 sesuai dengan persamaan.
Ini adalah pemisalan yang khas, hal ini juga dapat disebut dengan titik netral titrasi,
karena larutan natrium klorida memiliki pH 7.
Tetapi tidak semua garam yang akan menunjukan titik netral. Sebagai contoh, jika
mentitrasi larutan amonia dengan asam hidroklorida, akan diperoleh amonium klorida yang

terbentuk. Ion amonium sedikit bersifat asam, dan karena itu amonium klorida murni
memiliki pH sedikit asam.
Hal itu berarti bahwa pada titik ekivalen (titik dimana memiliki campuran larutan
dengan perbandingan yang benar berdasarkan pada persamaan), larutan tidak benar-benar
netral.
Demikian pula halnya, jika anda mentitrasi larutan natrium hidroksida dengan asam
etanoat, pada titik ekivalen natrium etanoat murni yang terbentuk memiliki pH sedikit basa
karena ion etanoat bersifat sedikit basa.
Semua kurva titrasi berikut berdasarkan pada asam dan basa yang memiliki
konsentrasi 1 mol dm-3. Pada tiap kasus, anda memulainya dengan 25 cm 3 dengan salah satu
larutan pada labu, dan larutan yang lainnya pada buret.
Meskipun biasanya anda mengalirkan asam dari buret pada basa yang ada dalam labu,
anda mungkin perlu mengetahui tentang kurva titirasi untuk penambahan tersebut dalam cara
yang lain sepanjang hal itu memungkinkan. Kurva versi alternatif telah digambarkan pada
sebagian besar kasus.
Kurva titrasi untuk asam kuat vs basa kuat
Kita akan menganmbil asam hidroklorida dan natrium hidroksida sebagai asam kuat dan basa
kuat.
Mengalirkan asam pada basa

Dapat melihat bahwa pH hanya menurun dalam jumlah yang sangat sedikit sekali sampai
mendekati titik ekivalen. Kemudian kurva tersebut melonjak turun dengan sangat curam. Jika

dihitung harganya, penurunan pH terjadi dari 11.3 ketika anda menambahkan 24.9 cm 3
sampai 2.7 ketika anda menambahkan 25.1 cm3.
Mengalirkan basa pada asam
Kurva ini sama dengan kurva sebelumnya terkecuali, tentunya, dimulai dengan pH rendah
dan meningkat seiring dengan penambahan larutan natriun hidroksida yang anda lakukan.

Sekali lagi, pH tidak berubah drastis sampai anda mendekati titik ekivalen. Kemudian kurva
tersebut meningkat dengan sangat tajam.
Kurva titrasi untuk asam kuat vs basa lemah
Kali ini kita akan menggunakan asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia
sebagai basa lemah.
Mengalirkan asam pada basa

Karena anda memiliki basa lemah, permulaan kurva sangat jelas berbeda. Bagaimanapun,
sekali anda mendapatkan kelebihan asam, kurva pada dasarnya sama seperti sebelumnya.
Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam,
tetapi kemudian kurva segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini
karena terbentuk larutan penyangga sebagai akibat dari kelebihan amonia dan pembentukan
amonium klorida.
Harus diperhatikan bahwa titik ekivalen sekarang sedikit bersifat asam (sedikit lebih kecil
daripada pH 5), karena amonium klorida murni tidak netral. Karena itu, titik ekivalen tetap
turun sedikit curam pada kurva. Hal itu akan menjadi sangat penting dalam pemilihan
indikator yang tepat.
Mengalirkan basa pada asam
Pada bagian permulaan titrasi ini, anda memiliki kelebihan asam hidroklorida. Bentuk kurva
akan sama dengan ketika anda memiliki kelebihan asam pada permulaan titrasi yang
menggunakan larutan natrium hidroksida pada asam.
Ini hanya terjadi setelah titik ekivalen yang mana menjadi sesuatu yang berbeda.
Larutan penyangga yang terbentuk mengandung kelebihan amonia dan amonium klorida.
Larutan penyangga ini menahan kenaikan pH yang sangat besar tidak akan terjadi kenaikan
yang sangat besar lagi. Karena amonia hanya basa lemah.

Kurva titirasi untuk asam lemah vs basa kuat


Kita akan mengambil asam etanoat dan natrium hidroksida sebagai asam lemah dan basa
kuat.
Mengalirkan asam pada basa

Untuk bagian pertama dari gambar, anda memiliki kelebihan natrium hidroksida. Kurva akan
tepat sama dengan ketika anda menambahkan asam hidroklorida pada natrium hidroksida.
Sekali saja ada kelebihan asam, maka akan terjadi suatu hal yang berbeda.

Setelah titik ekivalen anda memiliki larutan penyangga yang mengandung natrium etanoat
dan asam etanoat. Larutan penyangga ini menahan penurunan pH yang drastis.
Mengalirkan alkali pada asam

Permulaan gambar menunjukkan kenaikan pH yang relatif cepat tetapi mereda seiring dengan
pembentukan larutan penyangga yang mengandung asam etanoat dan natrium etanoat.
Setelah melewati titik ekivalen (ketika terjadi kelebihan natrium hidroksida) kurva sama
seperti pada bagian akhir gambar HCl-NaOH.
Kurva titrasi untuk asam lemah vs basa lemah
Contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam etanoat dan
amonia.

Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah pada kasus tersebut, titik ekivalen kirakira terletak pada pH 7.
Mengalirkan asam pada basa
Gambar ini hanyalah penggabungan gambar yang telah anda lihat. Sebelum titik ekivalen
sama seperti kasus amonia HCl. Setelah titik ekivalen seperti bagian akhir kurva asam
etanoat NaOH.

Perhatian bahwa kurva tersebut sedikit tidak curam pada gambar ini. Malahan, terdapat
sesuatu yang dikenal dengan "titik infleksi". Kecuraman yang berkurang berarti bahwa sulit
melakukan titrasi antara asam lemah vs basa lemah.
Ringkasan kurva yang penting
Normalnya anda melakukan titrasi dengan menambahkan asam pada basa. Berikut ini adalah
versi turunan gambar yang digambarkan di atas, karena itu anda dapat melihatnya secara
keseluruhan.

Indikator Asam Basa


Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang
mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda. Pada titrasi asam dengan basa, maka
indikator yang digunakan adalah asam kedua yang merupakan asam yang lebih lemah dan
konsentrasi indikator berada pada tingkat kecil.
Pada titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan bereaksi dengan basa sebagai
penitrasi setelah semua asam dititrasi (bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi.
Sebagai contoh indikator asam (lemah), HInd, karena sebagai asam lemah maka reaksi
ionisasinya adalah sebagai berikut :

Indikator asam basa sebagai HInd mempunyai warna tertentu dan akan berubah bentuk
menjadi Ind-setelah bereaksi dengan basa sebagai penitrasi yang juga akan berubah warna.
Beberapa indikator asam basa disajikan pada Tabel 6.1, pada tabel tersebut setiap indikator
mempunyai harga kisaran pH dan perubahan warna dalam bentuk asam (HInd) dan basa
(Ind-).
Tabel 6.1. Kisaran harga pH indikator asam basa dan perubahanwarnanya (Fritz dan Schenk,
1979).

Jadi indikator yang dipilihuntuk titrasi asam basa, adalah indikator yang mempunyai kisaran
harga pH yang berada pada sekitar harga pH titik ekivalen.

Você também pode gostar