Você está na página 1de 7

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN


HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINATAL RSUD KRT SETJONEGORO
WONOSOBO
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Anak
Koordinator:

Disusun Oleh:
INTAN HERDINI DEVI

22020114210097

ESTHI DARMASTUTI

22020114210085

DIAH AYU LESTARI

22020114210076

Kelompok 10

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 24


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2014

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN


HIPERBILIRUBIN DI RUMAH
DI RUANG PERINATAL RSUD KRT SETJONEGORO
WONOSOBO
A. Latar Belakang
Bayi merupakan

tahapan

awal

dari

sebuah

pertumbuhan

dan

perkembangan, dimana dalam prosesnya perlu perhatian lebih terutama dalam


hal kesehatan. Penyebabnya adalah banyak faktor yang nantinya dapat
mengancam kehidupan bayi dan mengakibatkan kematian. Faktor-faktor
tersebut antara lain asfiksia, berat badan lahir rendah, hipotermia, sepsis, serta
hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia adalah suatu bentuk kegawatan pada bayi baru lahir
yang dapat mengganggu tumbuh kembang bahkan kematian bayi yang
ditandai dengan perubahan warna kuning pada kulit, mata dan juga lendir
bayi. Hiperbilirubinemia ini paling sering ditemui pada bayi yang baru lahir.
25-50% bayi baru lahir menderita ikterik pada minggu pertama setelah lahir,
dan sering terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.
Penyebab dari terjadinya hiperbilirubinemia ini adalah adanya peningkatan
kadar bilirubin total dalam darah yang seharusnya <12 mg/dl dan bilirubin
direk yang seharusnya antara 0-0,04 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin dapat
disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebih dan juga dapat disebabkan
karena adanya kelainan konjugasi bilirubin.
Keadaan ikterik pada bayi tidak sepenuhnya dapat disebut patologis.
Sebab keadaan ikterik pada bayi kurang dari 24 jam masih dianggap fisiologis
pada bayi. Keadaan ikterik patologis yaitu ketika bayi ikterik dan kenaikan
bilirubin hasil pemeriksaan laboratorium terjadi antara 2 hingga 5 hari setelah
lahir. Oleh sebab itu penanganan hiperbilirubinemia lebih menitikberatkan
pada mengurangi kadar bilirubn dalam darah.
Penanganan hiperbilirubin di rumah sakit dapat dilakukan dengan
fototerapi. Yaitu sebuah terapi yang dilakukan dengan menggunakan sinar
yang nantinya mengubah bilirubin menjadi isomer foto yang dapat diproses

oleh sistem pencernaan dan diekskresikan. Selain itu pemberian ASI eksklusif
juga dapat merangsang peningkatan eksresi, sehingga bilirubin yang
berlebihan dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pada sebagian pasien, fototerapi dapat menurunkan 30-40 % pada 24 jam
pertama, foto terapi dapat dihentikan jika bilirubin serum total turun hingga di
bawah 13-14 mg/dl. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ketut pada
tahun 2010 didapatkan hasil bahwa efektifitas dototerapi terahadap bayi
dengan hiperbilirubin dapat menurunkan angka 0-5 mg/dl.
Namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana tindakan pencegahan
yang dilakukan di rumah agar nantinya bayi tidak ikterik atau mengalami
hiperbilirubin kembali. Hal tersebut yang sampai dengan saat ini masih kurang
dimengerti oleh orangtua bayi, shingga tidak jarang bayi yang baru saja
dibawa pulang setelah melakukan fototerapi kembali lagi dengan masalah
yang sama. Oleh sebab itu diperlukan sebuah pendidikan kesehatan bagi ibu
atau keluarga bayi agar dapat mengetahui bagaimana pencegahan bayi ikterik
di rumah pasca menjalani fototerapi dan hal apa saja yang harus diperhatikan
setelah menjalani fototerapi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa pemberian pendidikan
kesehatan mengenai pencegahan hiperbilirubin di rumah pasca fototerapi
selama 1 x 30 menit, keluarga mampu untuk melakukan pencegahan
tersebut di rumah
2. Tujuan khusus
a. Keluarga memahami tanda dan gejala hiperbilirubin
b. Keluarga memahami pencegahan hiperbilirubin di rumah pasca
menjalani fototerapi
c. Keluarga meemahami apa saja yang harus diperhatikan setelah
menjalani fototerapi
d. Keluarga mampu untuk menjalani pencegahan hiperbilirubin
C. Nama kegiatan
Pendidikan Kesehatan Pencegahan Hiperbilirubin di rumah Pasca Menjalani
Fototerapi.

D. Tema kegiatan
Pencegahan hiperbilirubin pasca menjalani fototerapi di rumah
E. Sasaran
Ibu atau keluarga dari By.
F. Pengorganisasian
1. Intan Herdini Devi
2. Esthi Darmastuti
3. Diah Ayu Lestari Irawadhi

: Moderator
: Fasilitator
: Pemateri

G. Strategi pelaksanaan
1. Hari/tanggal :Jumat, 6 Februari 2015
2. Waktu
:10.00-10.40
3. Tempat:ruang perinatalogi
4. Kegiatan
:
a. Orientasi
1) Salam
2) Perkenalan dan validasi kegiatan yang akan dilakukan
3) Kontrak waktu
4) Menjelaskan tujuan
a. Kerja
1) Penjelasan tentang pencegahan hiperbilirubin di rumah pasca
menjalani fototerapi
2) Diskusi
b. Evaluasi
1) Evaluasi
2) Salam penutup
H. Susunan acara
Jam
09.45-10.00
10.00-10.05
10.05-10.20
10.20-10.35
10.35-10.40

Kegiatan
Persiapan
Pembukaan
Penyampaian Materi
Diskusi
Penutup

I. Setting tempat
1

2
2

J. Metode

Keterangan:
1. Penyaji, Moderator, Peraga
2. Peserta

Ceramah, diskusi
K. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
L. Materi
Terlampir
M. Evaluasi
1. Persiapan
Media dan materi siap untuk digunakan selama implementasi keperawatan.
Tempat tersusun dengan rapi dan sesuai dengan rencana. Waktu
pelaksanaan dimulai tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.
2. Proses
Implementasi keperawatan berjalan dengan kondusif dan peserta mampu
melakukan dengan baik, kooperatif, dan antusias. Penyaji dapat
menyampaikan sesuai dengan pemahaman peserta.
3. Hasil
a. Kognitif
Keluarga dapat memahami pencegahan hiperbilirubin di rumah
b. Afektif
Keluarga berkeinginan untuk melakukan pencegahan hiperbilirubin di
rumah
c. Psikomotor
Keluarga dapat membuat rencanapencegahan hiperbilirubin pada bayi
N. Daftar pusaka
1. Asriningsurasmi, dkk. Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta: EGC.2003
2. Ketut, Labir dkk. Pemberian Fototerapi dengan Penurunan Kadar
Bilirubin dalam darah pada bayi BBLR dengan Hiperbilirubinemia.
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar: Bali. 2010

MATERI HIPERBILIRUBIN
1. Pengertian
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan bilirubin serum total yang lebihdari
12 mg % pada bayi kurang bulan dan 15 mg % pada bayi cukup bulan dan
muncul pada minggu pertama yang ditandai dengan warna kuning pada kulit
(ikterik) dan mata.
2. Penyebab
a. Infeksi
b. Dehidrasi
c. Hipoglikemi = kadar gula darah yang rendah
3. Faktor risiko
a. Riwayat keluarga dalam kehamilan
1) Orang tua atau saudara dengan penyakit liver
2) Diabetes pada ibu
3) Infeksi selama kehamilan : virus Torch
4) Penyalahgunaan obat pada orangtua
5) Riwayat abortus
6) Induksi oksitosin pada saat persalinan
7) Penggunaan vakum ekstraksi
b. Status bayi saat kelahiran
1) Prematuritas atau kecil masa kehamilan
2) Apgar skor mengindikasikan asfiksia
3) Trauma dengan hematoma atau injuri
4) Sepsi neonates
5) Pembesaran hati
c. Kardiovaskuler : bengkak pada tubuh
d. Nutrisi
1) Pemberian nutrisi yang buruk
2) Berat badan turun sampai 5% sampai 24 jam
e. Kulit
1) Kulit berwarna kuning selama 24 jam pertama (tipe patologis)
2) Kuning setelah 24 jam pertama (fisiologis) atau setelah satu bulan
dengan diberikan asi
f. Syaraf
1) Kejang
2) Reflek menghisap lemah, reflek terkejut pada bayi lemah,
g. Pernafasan

1) Sesak nafas
2) Kebiruan kuku, mulut bayi
4. Pencegahan bayi hiperbilirubin
a. Berikan ASI eksklusif
1) Kebutuhan ASI pada bayi usia satu minggu sebanyak 400-600 ml/hari
atau setara dengan 1-2,5 gelas/hari
2) Berikan bayi ASI setiap 2-3 jam
3) Konsumsi makanan pelancar ASI, seperti daun katuk dan sayuran serta
buah
b. Menjemur bayi secara rutin
1) Jemur bayi antara jam 7 9 pagi
2) Jemur bayi dengan keadaan telanjang sekitar 1 jam
3) Tutup mata dan alat kelamin bayi ketika dijemur
4) Ubah posisi bayi saat dijemur setiap 15 menit : terlentang, tengkurap,
miring kanan, miring kiri

Você também pode gostar