Você está na página 1de 29

Perkembangan Perubahan Kurikulum di Indonesia

Tugas Pertemuan 3
Perkembangan Perubahan Kurikulum di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Manajemen
Kurikulum

Oleh Dosen:
1. Dr. Diding Nurdin, M.Pd
2. Dr. Asep Sudarsyah, M.Pd
3. Muflih Mumin, S.Pd

Oleh :
Nama: Syukron
NIM : 1202658

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2013
A. PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN
Perkembangan kurikulum di indonesia dari periode sebelum tahun 1945 sampai yang
sekarang ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang sering disebut KTSP. Selama
proses pergantian Kurikulum tidak ada tujuan lain hanya untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, rancangan pembelajaran yang ada di sekolah.
Kurikulum pada masa VOC Kurikulum sekolah-sekolah selama VOC bertalian erat dengan
gereja. Menurut Hereen XVII, badan tertinggi VOC di negeri Belanda yang tertidi atas 17 orang
anggota, tahun 1617, gubernur di Indonesia harus menyebarluaskan agama Kristen dan
mendirikan sekolah untuk tujuan itu. Menurut peraturan sekolah 1643 tugas guru dalah
memupuk rasa tajkut kepada Tuhan , mengajarkan dasar agama Kristen , mengajak anak berdoa,
bernyanyi , pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru. Walaupun tak ada
kurikulum yang ditentukan biasanya sekolah menyajikan pelajaran tentang ketekismus, agama,
juga membaca , menulis dan menyanyi.Demikian pula tidak ditentukan lama belajar. Peraturan
hanya menentukan bahwa anak pria lebih dari usia 16 tahun dan anak wanita lebih dari 12 tahun
hendaknya jangan dikeluarkan dari sekolah. Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali
dimulai pada tahun 1778. Di kelas 3, kelas terendah, anak-anak belajar abjad,
di kelas 2 memaca, menulis, dan bernyanyi dan di kelas 1, kelas tertinggi: membaca, menulis,
katekismus, bernyanyi dan berhitung.

B. Rencana Pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan, dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran. Istilah ini lebih

popular

ketimbang

curriculum

(bahasa

Inggris).

Perubahan

kisi-kisi

pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke


kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947
boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Hal
itu karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat
juang

merebut

conformism

kemerdekaan.

lebih

menekankan

Maka
pada

pendidikan

sebagai

pembentukan

development

karakter

manusia

Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di
muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
2. Garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. yang diutamakan
pendidikan watak
a)
b)
c)

Kesadaran bernegara dan bermasyarakat


Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

C. Rencana Pelajaran Terurai 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di


Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama
Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu
sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan
Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak
adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964

a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.

atau Kurikulum 1964.


Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :
Daya cipta
Rasa
Karsa
Karya
Moral
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
Moral
d. Keprigelan
Kecerdasan
e. (keterampilan) Jasmaniah.
Emosional/artistic
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.

D. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum

1968

bersifat

politis,

mengganti

Rencana

Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasilasejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968

merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD


1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran:kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus..
E. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Drs Mudjito; Ak; Msi (Direktur Pemb. TK dan SD Depdiknas). yang melatar belakangi
lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yangdikenal dengan istilah
"satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.Setiap satuan pelajaran dirinci
menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuaninstruksional khusus (TIK), materi pelajaran,
alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru
dibuat sibuk menulis rincian apayang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran

F. Kurikulum 1984
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1984
Kurikulum
1984
mengusung
proses
skill

approach.

Meski

mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.


Kurikulum ini juga sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan.
Posisi

siswa

ditempatkan

sebagai

subjek

belajar.

Dari

mengamati,

mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan suatu kegiatan. Model


ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming
(SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Seniawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986
yang juga Rektor IKIP Jakarta, sekarang Universitas Negeri Jakarta periode
1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di
sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi
saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang

menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA-pun


bermunculan.

G. Kurikulum 1994
1. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 adalah
sebagai berikut :
a. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya
untuk

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

serta

agar

pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional


yang diatur dengan Undang-Undang.
b. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan,
diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan
nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan
c.

pembangunan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah
Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

2.
a.
b.
c.

d.

Pokok Kurikulum 1994


Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal

yang mengarah kepada


jawaban konvergen, divergen
(terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
H. Kurikulum Berbasis Kompetensi Versi Tahun 2002 dan 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Setiap

pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.


Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi
siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa
besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di pulau
jawa, dan kota besar di luar pulau jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak
memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi
yang diinginkan pembuat kurikulum. Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan.
Kemudian muncullah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pelajaran (KTSP).
I.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)/Kurikulum Sekolah


Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan
yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu

pada

desentralisasi

sistem

pendidikan.

Pemerintah

pusat

menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah


dituntut

untuk

mampu

mengembangkan

dalam

bentuk

silabus

dan

penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan

(sekolah/madrasah).

Sedangkan

pemerintah

pusat

hanya

memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum.


Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk
menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan
siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas
pendidikan. Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga
diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka
berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masingmasing sekolah.
Dalam

kurikulum

ini,

unsur

pendidikan

dikembalikan

kepada

tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum
ini unsur praksis lebih ditekankan daripada unsur teoritis. Setiap kebijakan
yang dibuat oleh satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode
pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
lingkungan sekitar.
J. Kurikulum 2013
A. LATAR BELAKANG
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa
pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut,
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan
pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum
untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi
hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami
beberapa kali perubahan.
B. LANDASAN PENYEMPURNAAN KURIKULUM
1. Landasan Yuridis

2.

3.

(1)
(2)
(3)
(4)

(5)
(6)
(7)

(8)

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar


1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005,
Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap
potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,
dan
menjadi
warganegara
yang
demokratis
serta
bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar
dan teori pendidikan berbasis kompetensi.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam
Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas, dan mata pelajaran
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan disciplinary
based curriculum atau content-based curriculum.
Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
3. Model kurikulum berbasis kompetensi
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6.
Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya
7.
Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.

A.
1.
2.
3.
4.

STRATEGI IMPLEMENTASI
Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum
di kabupaten/kota terkait.

B. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK


Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan
PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013
sampai

tahun

2015

diimplementasikan.

ketika

kurikulum

sudah

dinyatakan

sepenuhnya

C. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru


Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman
guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan
terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi
pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian
pada proses serta hasil belajar peserta didik.
D. Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai
berikut:
Jenis Evaluasi:
Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh

untuk

menentukan

kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum.

PERKEMBANGAN KURIKULUM DAN KARAKTERISTIK DI INDONESIA

Perkembang
an
o
Kurikulum
1
Kurikulum 1.
2.
Pra
Kemerdekaa
3.
n

Kurikulum
1947

4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Karakteristik

Kurikulum pada masa VOC berkaitan dengan Gereja


Adanya peraturan mengenai tugas guru adalah memupuk rasa
takut kepada Tuhan, mengajarkan dasar agama Kristen,
mengajak anak untuk berdoa dan bernyanyi, pergi kegreja,
mematuhi orang tua, penguasa dan guru-guru.
Tidak ada kurikulum yang ditentukan, namun biasanya sekolah
menyajikan pelajaran tentang ketekismus, agama juga
membaca, menulis dan menyanyi.
Tidak ditentukan lama waktu belajar
Terbagi atas 3 kelas
Lahir pada masa Kemerdekaan RI dengan istilah Lee Plan
Kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila
Sebagai pengganti Sistem Pendidikan Belanda
Kurikulum dilaksanakan pada tahun 1950
Memuat dua pokok yaitu:
Daftar mata pelajaran dan jam pelajaran
Garis-garis besar pengajaran
Isi dari kurikulum 1947 lebih diutamakan pendidikan watik dan
mengurangi pendidikan pikiran/ berpikir, diantaranya:
Kesadaran bernegara dan bermasyarakat

Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari


Perhatian terhadap kesenian dan (ketrampilan) jasmaniah.

Kurikulum
1952

1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

Kurikulum
1968

Kurikulum ini sudah mengarah pada sistem pendidikan nasional


Adanya keharusan dalam memperhatikan isi pelajaran yang
dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kelengkapan silabus yang sudah terpenuhi
Adanya pembagian mata pelajaran bagi guru. (satu guru satu
mata pelajaran).
Fokus pengembangan pada Pancawardhana yaitu:
Daya cipta
Rasa
Karsa
Karya
Moral
Klasifikasi mata pelajaran manjadi 5 bidang studi, yaitu:
Moral
Kecerdasan
Emosional
Keprigelan
(ketrampilan) Jasmaniah
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatna fungsional praktis.

1.
2.

Adanya upaya penyempurnaan ssitem pendidikan di Indonesia


Kurikulum ini merupakan pembaharuan dari kurikulum yang
sebelumnya diatandai dengan adanya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
3. Terdapat pokok-pokok pikiran yang menjadi ciri adalah: Bahwa
Pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga
pembelajaran
dipusatkan
pada
program
Pancawardhana. (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
5. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama
6.
Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
7. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama
8.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
4.

9.

Kurikulum
1975

1.

2.

3.

4.

5.

6.
7.

8.

9.

pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,


dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.
Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,
Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan
yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional,
yang mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan
nasional
Terdapat gagasan baru yang muncul mengenai pelaksanaan
pendidikan nasional pada Pelita 1 yang dimulai pada tahun
1969
Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan
nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi
: Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.
Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaaan
mendorong
pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap
lebih efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan
Indonesia.
Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk
meninjau system yang kini sedang berlaku.
Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka
pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968
tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang
membangun.
Dalam pelaksanaannya, berprinsip pada:
Orientasi pada tujuan
Menganut pendekatan integratif (setiap mata pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya
tujuan-tujuan yang lebih integratif)
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya
dan waktu.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal
dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan.
Komponen Kurikulum 1975:
Tujuan institusional baik SMP maupun SMA
Struktur program KurikulumStruktur program
Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem Penilaian

Sistem Bimbingan dan Penyuluhan


Supervisi dan Administrasi.

Kurikulum
1984

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kurikulum
1994

Berorientasi pada tujuan instruksional


Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan
spiral
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa
Menggunakan pendekatan keterampilan proses
Terdapat kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984,
diantaranya:
Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti
Penambahan mata pelajaran
pilihan yang sesuai dengan
jurusan masing-masing.
Perubahan program jurusan
Pentahapan waktu pelaksanaan

1.

Terdapat beberapa hal yang menjadi latar belakang adanya


perubahan kurikulum 1984
menjadi kurikulum 1994,
diantaranya:
Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan UndangUndang.
Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang
pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan
pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,
perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka
Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan tersebut.

2.

Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan


sistem caturwulan.

3.

Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaram


yang cukup padat
4.
Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini
bersifat
inti
sehingga
daerah
yang
khusus
dapat
mengmbangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
5.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

6.

7.

8.

KBK 2004

1.

2.

3.

4.
5.
1.
2.

KTSP 2006

1.
2.

Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya


disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal
yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke
hal yang komplek.
Pengulangan terhadap materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
Suatu
konsep
kurikulum
yang
menekankan
pada
pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu.
KBK berorientasi pada:
Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna
Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhannya
KBK harus mengandung 3 unsur pokok, yaitu:
Pemilihan kompetensi yang sesuai
Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi
Pengembangan sistem pembelajaran
Menekankan pada ketercapaian kopetensi siswa baik individual
maupun kelompok
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
(Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)

KTSP disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)


Ditetapkan oleh Mentri Pendidikan Nasional melalui
Permendiknas nomer 22, 23, dan 24 tahun 2006
3.
Dalam penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan harus
memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh BSNP
4. KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendiidkan, potensi
daerah/karakteristik
daerah,
sosial
budaya
masyarakat
setempat, dan peserta didik
5. Memiliki tujuan, dianmtaranya:
Secara umum: memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian wewenang kepada lembaga
pendidikan dan medoroang sekolah untuk melakuakn
pengambilan
keputusan
secara
partisipatif
dalam
pengembangan kurikulum.
Secara khusus: meningkatkan mutu pendidikan melalui

6.

10

Kurikulum
2013

1.
2.

3.

4.

5.

6.
7.

8.

kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan


kurikulum, mengolah dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyrakat
dalam
pengembangan
kurikulum
melalui
pengambilan keputusan bersama, meningkatkan kompetisi yang
sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendiidkan yang
akan dicapai. Mulyasa (2006: 22-23)
Prinsip pengembangan KTSP MENURUT Permendiknas no 22
tahun 2006 sebagai mana dikuti dari Mulyasa (2006: 151-153)
sebagai berikut:
Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan
peserta didik dan lingkungannyta
Beragam dan terpadu
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni
Relavan dengan kebutuhan
Menyeluruh dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Seimbang antara kepentingan global, nasional dann lokal
Kurikulum berbasis sains
Kurikulum untuk SD bersifat tematif integratif (IPA akam
menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika, sedagkan IPS akan menjadi pembahasan materi
pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKN)
Kompetensi yang ingin dicapai yaitu kompetansi yang
berimabng antar sikap, ketrampilan dan pengatahuan,
disamping
cara
pembelajarannya
yang
holistik
dan
menyenangkan.
Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling
melengkapi
Jumlah mata pelajaran ada 7 (pendidikan agama, PKn, B. Indo,
matematika, Seni budaya dan Prakarya, Penjaskes dan
Pramuka)
Alokasi waktu per mata pelajaran (SD = 35menit, SMP = 40
menit, SMA = 4 5 menit)
Banyaknya jam pelajaran per minggu, yaitu
SD= kelas 1= 30jam, kelas II= 32jam, kelas III= 34 jam kelasIV,
V,VI=35 jam
SMP = 38 jam
SMA= 39 jam
Tujuan Kurikulum 2013, yaitu:
Mewujudkan pendidikan berkarakter
Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal
Menciptakan Pendidikan yang Ceria dan Bersahabat

Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pelajaran)

A. Sistem pendidikan pada zaman kolonial


Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik
Indonesia. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi
sistem pendidikan di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem
pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang
diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda.
Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa,
pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan
sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem
pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan
pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini
masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Susunan persekolahan zaman
kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207).
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar bahasa
daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan
ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke
Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa
pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche
School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3
tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar
bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa
HCS dapat melanjutkan ke Mulo.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu
Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3, Lyceum 6 tahun, Maddelbare
Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan
kedokteran gigi 5 tahun.
B. Kurikulum pertama di Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1945, di awal-awal pemerintahannya
pemerintah secara bertahap mulai mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi
saat itu. Tiga tahun setelah Indonesia merdeka mulailah pemerintah membuat kurikulum yang
sederhana yang disebut dengan Rencana Pelajaran. Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan
dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakanyang ada, hingga
bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Isi yang terkandung
dalam kurikulum Rencana Pelajaran
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda

a.
b.

a.
b.
c.

ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947,
kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di
Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia
yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
C. Isi kurikulum 1947
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira dalam arti kognitif, namun yang
diutamakan pendidikan watak atau perilaku, meliputi :
Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurukulum Tahun 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum
ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau
Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya cipta, b) Rasa,
c) Karsa, d) Karya, e) Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1) Moral
2) Kecerdasan
3) Emosional/artistik
4) Keprigelan (keterampilan)
5) Jasmaniah.
A. Ciri-ciri kurikulum Rencana Pelajaran Terurai
Pada perkembangannya rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang
dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali.

Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat.
yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak
tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat
(SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia

9. Menulis

2. Bahasa Daerah

10. Seni Suara

3. Berhitung

11. Pekerjaan Tangan

4. Ilmu Alam

12. Pekerjaan Kepurtian

5. Ilmu Hayat

13. Gerak Badan

6. Ilmu Bumi

14. Kebersihan dan Kesehatan

7. Sejarah

15. Didikan Budi Pekerti

8. Menggambar

16. Pendidikan Agama

Kurikulum Tahun 1968


Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
A.Tujuan kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Jumlah pelajarannya 9.
Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik ideologis. Tujuan pendidikan pada
kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus,
pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.
B.Ciri-ciri kurikulum 1968

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok
saja.
Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan
permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah
teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika
pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, anak belajar melalui unsurunsurnya dulu. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
I. Pembinaan Jiwa Pancasila
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Daerah
5. Pendidikan olahraga
II. Pengembangan pengetahuan dasar
6. Berhitung
7. IPA
8. Pendidikan kesenian
9. Pendidikan kesejahteraan keluarga
III Pembinaan kecakapan khusus
9. Pendidikan kejuruan
Kurikulum Tahun 1975 (Kurikulum Berbasis Pencapaian Tujuan)
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di
antaranya sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsangjawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam
belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
C. Komponen Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
1. Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai
lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
2. Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap
sekolah.
3. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal
yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu.
a. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang
bersangkutan selama masa pendidikan.
b. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran
baik dalam satu semester maupun satu tahun.
c. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa
agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
d. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya
dan dari semester satu ke semester berikutnya.
4. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional).
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan,
desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar. Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI
sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.
5. Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir
satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
6. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu mereka mereka
memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu

meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan
penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya
7. Supervisi dan Administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan
oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik
supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum
tentang supervise dan administrasi.Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang
mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
Kurikulum Tahun 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif)
Kurikulum 1984 model yang dipakai pada kurikulumini yaitu CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) atau Student Active Learning (SAL). Atas dasar perkembangan zaman antara
kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan
dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Kurikulum 1984 dianggap sebagai perbaikan
atau revisi dari kurikulum 1975.
A.Ciri-ciri kurikulum CBSA
a.
Berorientasi pada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar- benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan
ajar, yang pertama harus di rumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
b.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
c.
Materi pelajaran dikemas dengan melalui pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi yang diberikan.
d.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep- konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru diberikan latihan setelah

mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu
siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
e.
Materi pelajaran disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak dengan
mengunakan pendekatan induktif dari contoh- contoh kekesimpulan. Dari yang mudah menujuk
yang sukar dan dari yang sederhana menujuk ke yang kompleks.
f.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar- mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehanya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan
dilakukan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pelajaran.
B. Kebijakan- kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984
a.
Adanya perubahan dalam mata pelajaran inti.
Dalam kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, sedangkan dalam kurikulum 1984
terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut
adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan
Kesustraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi,
Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keteranpilan, Pendidikan jasmani dan Olahraga, Sejarah
Dunia dan Nasional.
b.
Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing- masing.
c.
Perubahan program jurusan.
Pada kurikulum 1975 terdapat tiga jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, namun
dalam kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B.
Program A terdiri dari:
i. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
ii. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
iii. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
iv. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya
sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan
yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengingat
program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara
ditiadakan.
d.
Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut tahun berikutnya di
kelas yang lebih tinggi.
Kurikulum Tahun 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan
pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang
proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu
tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi)

pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti
pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak.
A.Ciri-ciri kurikulum 1994
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit,
dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.

Kurikulum Tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural
dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis
dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga
dikembangkan kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugastugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum
Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
(1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan
(2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa
yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Gordon menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
1.

kompetensi sebagai berikut:


Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan

2.

pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.


Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki individu.
Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajarn harus memiliki pemahaman yang
baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran

3.

secara efektif dan efisien.


Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat

4.

peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.


Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis ;telah
menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran,

5.

keterbukaan, demokratis, dll).


Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka- tidak suka) atau reaksi terhadap
suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan

6.

terhadap kenaikan upah/ gaji, dan sebagainya,


Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya
minat untuk memepelajari atau melakukan sesuatu.

Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok,
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.

yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai.
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.
pengembangan sistem pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur

edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi. (Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)
Menurut Wardhani (2004: 2) kerangka dasar KBK memuat tentang :
1. Kompetensi: Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
2. Standar Kompetensi: Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan
secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar kompetensi
merupakan hasil jabaran dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Penjabaran standar
kompetensi terdiri atas: standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi lulusan, standar
kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran
per kelas.
3. Penilaian pada kurikulum 2004: Penilaian berbasis kelas yaitu dilakukan oleh guru, bersifat
internal, bagian dari pembelajaran, sebagai bahan untuk memperbaiki mutu hasil belajar,
berorientasi pada kompetensi, menggunakan acuan patokan/kriteria dan ketuntasan belajar
(individu peserta didik), dilakukan dengan berbagai cara.
4. Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2004: Kegiatan pernbelajaran berpusat pada peserta
didik, mengembangkan kreatifitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan
pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat.
Kurikulum Tahun 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Pada kurikum ini , kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah
berubah menjadi desentralisasi. Artinya dalam kurikulum 2004 ini, pengambilan kebijakan
pendidikan beralih dari yang sebelumnya berada di pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang
berpusat di Kota atau Kabupaten. Pemerintah pusat memberikan keluasan terhadap pemerintah
daerah masing-masing untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi masing-masing.
Desentralisasi pendidikan ini diakukan sejalan dengan otonomi daerah, perubahan kurikulum
dalam era otonomi daerah ini tidak lagi menjadi tanggung jawab dan tugas pemerintah pusat tapi
tugas setiap satuan pendidikan dan pihak sekolah.

A.

B.

1.
2.
3.
4.
5.

C.

Oleh karena itu, dalam kurikulum 2004 (KTSP) terjadi berbagai macam variasi dan
jenis kurikulum pada satuan pendidikan di setiap sekolah, karena pastinya antara daerah satu
dengan daerah lain akan berbeda kurikulum dalam pengembangannya. Namun dalam hal ini
banyak terjadi perbedaan, tetapi tetap berpedoman dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan
pendidkan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan diberbagai
daerah. Dengan demikian implementasi KTSP di setiap sekolah dan satuan pendidikan akan
memiliki warna yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan wilayah dan daerah masingmasing. Sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah, serta
sesuai dengan kondisi dan kemampuan peserta didik. Namun dalam kurikululum yang mberbeda
tersebut tetap berada digaris SNP yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. ( Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:2)
Posisi SNP dalam KTSP
Dengan adanya standar nasional pendidikan ini maka setiap guru tidak akan
kebingungan dalam menyusun kompetensi dasar kurikulum. Maka guru lebih tertuju kepada
hasil yang harus dicapai, juga dapat meningkatkan input dan proses pembelajaran yang
dilaksakan lebih efektif. Dengan kurikulum ini diharapkan adanya perubahan dalam sistem dan
layanan pendidikan yang mengarah pada kondisi :
Meningkatkan prestasi peserta didik dengan menentukan secara jelas tentang apa yang harus
diajarkan dan jenis performasi apa yang diharapkan
Menyamkan peluanh, baik secara nasional, regional maupun lokal
Menyediakan fungsi koordinasi yang dapat diamati
Menyediakan perlindungan pelanggan dengan menyuplai informasi yang akurat untuk peserta
didik dan orang tua
Memberikan peran penting untuk peserta didik, orang tua, guru, dan tenaga kependidikan
lainnya. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:19)
Dalam peraturan pemerintah ini, dikemukakan Standar Nasional Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan tujuannya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:21)
Komponen Standar Nasional Indonesia
1.Standar Isi
Standar isi adlah ruang lingkup materidan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi ketamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus.
2.Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.standar proses
yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran
dikembangkan oleh BSNP.
3.Standar Kompetensi Lulusan

Dalam PP. No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa stadar kompetensi lulusan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Dan
digunakan sebagai pedoan penentuan kelulusan peserta didik dalam tiap tingkatan atau
jenjangnya sendiri-sendiri.
4.Standar Pendidik dan Tenaga pendidik
Adalah kriteria seorang pendidik dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidik
dalam jabatannya. Pendidik harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi agen pembelajaran,
mempunyai kualifikasi akademika yaitu jenjang pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
para pendidik.
5.Standar Sarana dan Prasarana
Dalam hal ini berkaitan dengan apa saja yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Disini sandar nasiona
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan,
laboratorium, tempat olahraga, tempat beribadah dll.
6.Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kota atau kabupaten, provinsi maupun nasiona agar tercapai efesiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
7.Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasinsatuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasional satuan pendidikan
adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional
sekolah sesuai dengan SNP secara teratur dan berkelanjutan.
8.Standar Penilaian Pendidikan
Adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar pesera didik. Bagi satuan pendidikan tujuan penilaian hasil belajar yaitu
untuk menilai pencapaian standar kompetensi kelulusan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
bagi pemerintah tujuannya untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

Você também pode gostar