Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
13709251005
PPs UNY P. Matematika A
diluncurkan secara resmi tanggal 15 Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan
pendidikan, sedangkan dalam Kurikulum 2013, kegiatan pengembangan silabus merupakan
kewenangan pemerintah (kecuali khusus untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan satuan pendidikan yang bersangkitan).
No
KTSP
`1 Standar Isi diturunkan dari Standar Standar
2
Isi
Kurikulum 2013
diturunkan dari
Standar
pengetahuan.
Kompetensi diturunkan
pelajaran.
yang akan dicapai.
Mata pelajaran yang satu dengan yang Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi
lainnya,
seperti
dari
sekumpulan
dan pengetahuan.
mata Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun siswa sudah belajar dan
guru sudah mengajarkan, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan
perkalian, maka siswa belum dianggap belajar. Karena siswa belum dapat menunjukkan
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam contoh tersebut, stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau
cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Dari penjelasan di atas, dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah sebaiknya tidak
cenderung menggunakan teori belajar behaviorisme karena teori ini hanya berpusat pada guru
dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya sehingga
siswa cenderung menjadi pasif dan kurang kreatif.
C. Berkaitan dengan Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kita
sendiri. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruktivisme menyerukan perlunya
partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlu pengembangan siswa belajar
mandiri, dan perlu siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya
sendiri. Artinya, pembelajaran berpusatkan pada siswa. Oleh karena itu, guru harus
menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar
secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun,
mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam
kegiatan belajarnya. Berdasarkan konstruktivisme, akibatnya orientasi pembelajaran bergeser
dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa.
Tujuan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengajukan pertanyaan, membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
Keunggulan pendekatan konstruktivisme adalah dalam proses membina pengetahuan baru
murid lebih berpikir untuk menyelesaikan masalah, merencanakan ide, dan membuat
kesimpulan, lebih paham dan mampu mengaplikasikannya, mampu mengingat lebih lama
semua konsep, lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru, lebih
interaktif karena adanya interaksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru,
merasa senang karena mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat.
Kelemahannya adalah pemahaman para siswa terhadap materi cenderung kurang merata,
perlu persiapan yang lebih matang dari pendidik dan peserta didik, tidak jarang hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi yang sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan sehingga menyebabkan salah paham akan konsep, dalam membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda, situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama,
karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan
kreatifitas siswa.
Kemudian kendala-kendala penerapan pendekatan ini adalah peran guru sebagai pendidik
itu sepertinya kurang begitu mendukung, ini juga disebabkan karena sulit mengubah
keyakinan dan kebiasaan guru, guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola
kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan
metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup
banyak, besarnya beban mengajar guru, latar pendidikan guru tidak sesuai dengan mata
pelajaran yang diasuh, sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir,
pembelajaran ini mengisyaratkan perubahan sistem evaluasi yang belum diterapkan oleh
guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya budaya negatif di lingkungan
siswa.
Dari penjelasan di atas, dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah sebaiknya sistem
pembelajaran yang diterapkan mengacu pada pendekatan konstruktivisme karena dari
karakteristik pembelajarannya yang dapat memberikan sumbangan besar dalam membentuk
manusia yang kreatif, produktif dan mandiri.
Kesimpulannya dalam penerapan Kurikulum 2013 ini, keaktifan siswa 90% lebih
diunggulkan daripada guru yang hanya 10%. Sehingga sebaiknya proses pembelajaran