Você está na página 1de 19

Artikel Tentang Akuntansi Pajak

Pengertian Akuntansi Pajak

Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan


transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan bertujuan
untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan
sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang) yang
diperoleh atau diterima dalam suatu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar
penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan
sebagai wajib pajak.
Perlunya akuntansi pajak untuk dipelajari dan diketahui selain akuntansi
keuangan adalah karena :
Pajak penghasilan seringkali dikenakan atau dipungut atas dasar berbagai asas,
tujuan, dan pertimbangan-pertimbangan yang sebagian besar diantaranya justru
tidak berhubungan dengan penentuan laba rugi periodik atau penetapan beban
dan pendapatan sebagai salah satu tujuan pokok akuntansi keuangan. Sehingga
untuk melaksanakan kewajiban pajak dengan benar terutama dalam pengisian
dan pelaporan SPT Tahunan sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari
akuntansi pajak.

Referensi :

Kamus Akuntansi (Dhanny R Cysco)

Akuntansi Pajak (Harnanto)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

UU No.28 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya

UU No.36 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya

UU No.42 Tentang PPN dan PPnBM dan peraturan pelaksanaannya

Pengertian Dan Contoh Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Kewajiban


Dalam Akuntansi Pajak

nilai kewajiban yang diakui oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan
laba fiskal atau nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah yang
dapat dikurangkan pada masa mendatang..
Contoh :

Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accured expenses) 100.
Biaya tersebut dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan dasar kas. DPP-nya
adalah nol.

Nilai tercatat pendapatan bunga diterima dimuka 100. Untuk tujuan fiskal,
pendapatan bunga tersebut dikenakan pajak dengan dasar kas. DPP-nya adalah
nol.

Nilai tercatat beban masih harus dibayar (accrued expense) 100. Untuk
tujuan fiskal biaya tersebut telah dikurangkan. DPP-nya adalah 100.

Nilai tercatat beban denda yang masih harus dibayar 100. Untuk tujuan
fiskal, beban denda tersebut tidak dapat dikurangkan. DPPnya adalah 100.

Nilai tercatat pinjaman yang diterima 100. Pelunasan pinjaman tersebut


tidak mempunyai konsekuensi pajak. DPP-nya adalah 100.

Apabila Dasar Pengenaan Pajak (DPP) kewajiban tidak begitu jelas,


makaDasar Pengenaan Pajak (DPP) tersebut dapat ditentukan menurut prinsip
dasar yang digunakan dalam Pernyataan PSAK 46. Dengan beberapa
pengecualian, perusahaan harus mengakui kewajiban pajak tangguhan apabila
pelunasan nilai tercatat kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran
pajak pada periode mendatang lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran
pajak sebagai akibat pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi
pajak.

Referensi :

Akuntansi Pajak (Harnanto)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

UU No.28 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya

UU No.36 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya

UU No.42 Tentang PPN dan PPnBM dan peraturan pelaksanaannya

Akuntansi Pajak Atas Koreksi Fiskal :


1.
Pengertian Koreksi Fiskal

koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung
Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang
menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan
maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.

Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :


a. Beda tetap.
Yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi
komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak.
Contoh penghasilan : sumbangan, Penghasilan bunga deposito.
Contoh biaya
: biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan.
b. Beda waktu
Yaitu penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial atau
sebaliknya, tetapi tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena
perbedaan metode pengakuan.
Contoh penghasilan : pendapatan laba selisih kurs
Contoh biaya
: biaya penyusutan, biaya sewa
Jenis koreksi fiskal adalah sebagai berikut :
a. Koreksi fiskal positif
Yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang.
Contoh : Biaya PPh
Selengkapnya lihat Jenis koreksi fiskal positif.
b. Koreksi fiskal Negatif
Yaitu koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang.
Contoh : Penghasilan bunga deposito.
Selengkapnya lihat Jenis koreksi fiskal negatif.
Artikel Yang Terkait :

Artikel Tentang Akuntansi Pajak

Artikel Tentang PPh Badan

Artikel Tentang PPh Orang Pribadi


Referensi :

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

2.

Penyebab Timbulnya Atau Terjadinya Koreksi Fiskal

Terjadinya Perbedaan Tetap (beda tetap) antara pengakuan dalam


akuntansi keuangan komersial dengan akuntansi pajak (peraturan perpajakan)
dalam penentuan pos-pos dalam laporan rugi laba, antara lain :

1. Pengakuan penghasilan atau pendapatan atau omzet.


Contoh :
Omzet yang berasal dari penghasilan yang telah dikenakan PPh Final diakui
sebagai pendapatan atau penghasilan dalam laba rugi akuntansi keuangan
komersial tetapi tidak diakui sebagai pendapatan atau penghasilan dalam
perhitungan laba kena pajak akuntansi pajak.
2. Pengakuan biaya.
Contoh :
Biaya Sumbangan diperbolehkan dikurangkan dari pendapatan atau penghasilan
dalam laba rugi akuntansi keuangan komersial tetapi tidak boleh dikurangkan
dari pendapatan atau penghasilan dalam perhitungan laba kena pajak akuntansi
pajak.
Terjadinya Perbedaan Temporer (beda waktu) antara jangka waktu atau
saat pengakuan dalam akuntansi keuangan komersial dengan akuntansi pajak
(peraturan perpajakan) dalam penentuan pos-pos dalam laporan rugi laba,
antara lain :

1. Perbedaan Lamanya atau jangka waktu pengakuan suatu pos dalam akuntansi
keuangan komersial dengan akuntansi pajak (peraturan perpajakan) dalam
penentuan pos-pos dalam laporan rugi laba,
Contoh :
Biaya penyusutan komputer dalam laba-rugi akuntansi keuangan komersial
diakui selama masa manfaat komputer tersebut, sedangkan dalam laba kena
pajak akuntansi pajak diakui selama empat tahun.
2. Perbedaan saat atau waktu pengakuan suatu pos dalam akuntansi keuangan
komersial dengan akuntansi pajak (peraturan perpajakan) dalam penentuan pospos dalam laporan rugi laba,
Contoh :
Pendapatan atau penghasilan pada kontrak jangka panjang dalam laba-rugi
akuntansi keuangan komersial diakui pada saat kontrak selesai , sedangkan
dalam laba kena pajak akuntansi pajak diakui pada saat pembayaran uang muka
dan pembayaran termin.
Artikel Yang Terkait :

Artikel Tentang Akuntansi Pajak


Artikel Tentang PPh Badan
Artikel Tentang PPh Orang Pribadi

Referensi :

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Undang-Undang Nomor 28 Tentang KUP dan peraturan pelaksanaannya

Undang-Undang Nomor 36 Tentang PPh dan peraturan pelaksanaannya

Undang-Undang Nomor 42 Tentang PPN dan PPnBM dan peraturan


pelaksanaannya

Pengertian Perbedaan Waktu Atau Temporer


(Temporary Differences) Dalam Akuntansi Pajak
3.

Pengertian Perbedaan Waktu Atau Temporer (Temporary Differences)


Dalam Akuntansi Pajak adalah :
Perbedaan antara dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva
atau dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu kewajiban dengan nilai
tercatat aktiva atau kewajiban tersebut, yang akan berakibat pada
kenaikan atau bertambahnya laba fiskal / laba kena pajak periode
mendatang (future taxable amount atau taxable temporary differences)
atau berkurangnya fiskal / laba kena pajak periode mendatang (future
deductible amount or deductible temporary differences), pada saat nilai
tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban
diselesaikan atau dilunasi (settled).
Perbedaan Waktu Atau Temporer (Temporary Differences) timbul
sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan standar atau ketentuan
yang berkaitan dengan pengakuan (kriteria dan periode), dan pengukuran
atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban,
ekuitas, penghasilan, beban, untung, dan rugi) yang berlaku dalam disiplin
akuntansi perpajakan (ketentuan/peraturan perpajakan) disatu pihak,
dengan standar atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi
keuangan dipihak yang lain.
Perbedaan Waktu Atau Temporer (Temporary
Differences)mengakibatkan timbulnya koreksi fiskal terhadap laporan
akuntansi atau laporan laba rugi komersial dalam penghitungan

penghitungan laba kena pajak sebagai dasar penghitungan PPh terutang


dan sebagai lampiran SPT Tahunan.
Contoh Perbedaan Waktu Atau Temporer (Temporary
Differences)antara lain :
Penyusutan akiva tetap (komputer) menurut pajak atau fiskal
disusutkan selama empat tahun, namun secara akuntansi keuangan bisa
disusutkan selama enam tahun, jadi meskipun jumlah penyusutan sama
akan tetapi pembebanan sebagai biaya dalam satu periode / tahun pajak
menjadi berbeda.

Jenis atau Kategori Perbedaan Temporer (Beda Waktu)


Dalam Akuntansi Pajak
4.

Jenis atau Kategori Perbedaan Temporer (Beda Waktu) Dalam Akuntansi


Pajak adalah sebagai berikut :

Perbedaan temporer berupa future taxable amount (Kewajiban Pajak


Tangguhan) timbul sebagai akibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang terkait
dengan penghasilan atau keuntungan yang dikenakan pajak dalam periode
setelah pengakuannya sebagai elemen laba rugi akuntansi, atau sering disebut
perbedaan temporer kena pajak.
Contoh :
Piutang yang timbul dari hasil penjualan angsuran yang diakui sebagai elemen
laba-rugi akuntansi dalam periode terjadinya transaksi penjualan, dan dalam
periode terjadinya penerimaan kas sebagai elemen penghasilan kena pajak atau
laba-rugi fiskal.
Perbedaan temporer berupa future taxable amount (Kewajiban Pajak
Tangguhan) juga timbul sebagai akibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang
terkait dengan setiap biaya atau kerugian yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk perhitungan laba-rugi fiskal dalam periode sebelum
pengakuannya sebagai elemen laba-rugi akuntansi.

Contoh :
Suatu aktiva tetap yang disusutkan lebih cepat untuk perhitungan laba-rugi fiskal
atau penghasilan kena pajak daripada penyusutannya untuk perhitungan labarugi akuntansi.

Perbedaan temporer berupa future deductible amount (Aktiva Pajak


Tangguhan) timbul dari pembayaran atau penyelesaian suatu kewajiban yang
terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk laba-rugi fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai
elemen biaya dalam laporan keuangan (laba-rugi akuntansi).

Contoh :
Kewajiban atau utang garansi yang diakui sebagai elemen biaya dalam periode
terjadinya transaksi penjualan barang untuk perhitungan laba-rugi akuntansi,
tetapi diakui sebagai biaya fiskal (elemen laba-rugi fiskal) dalam periode
terjadinya transaksi pembayaran atau pengeluaran kas untuk biaya garansi
dalam periode mendatang.
Perbedaan temporer berupa future deductible amount (Aktiva Pajak
Tangguhan) juga timbul sebagai akibat dari pembayaran atau penyelesaian
kewajiban yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan yang diakui
sebagai elemen laba-rugi fiskal atau penghasilan kena pajak dalam periode
sebelum pengakuannya sebagai elemen laba-rugi akuntansi.

Contoh :
Penghasilan dari surat kabar harian atau majalah untuk masa satu tahun yang
diterima dimuka, yang diakui sebagai elemen laba-rugi fiskal atau penghasilan
kena pajak dalam periode terjadinya penerimaan kas, tetapi diakui sebagai
elemen laba-rugi akuntansi dalam periode diperoleh atau direalisasikannya
penghasilan tersebut dikemudian hari.
Perbedaan temporer juga timbul dari transaksi atau peristiwa yang sudah
diakui didalam laporan keuangan (komersial) dan akan bertambah atau
berkurangnya penghasilan kena pajak atau laba fiscal periode mendatang, tetapi
tidak dapat diidentifikasi dengan aktiva atau kewajiban tertentu untuk tujuan
penyajiannya di dalam laporan keuangan. Termasuk dalam kategori perbedaan
temporer demikian antara lain :

1. Biaya pendirian yang diakui sebagai elemen laba-rugi akuntasi dalam periode
terjadinya biaya (tidak dikapitalisasi sebagai aktiva), tetapi ditangguhkan
(dikapitalisasi sebagai aktiva atau beban tangguhan) dan diamortisasi sebagai
biaya secara periodik atau pengurang penghasilan untuk perhitungan
penghasilan kena pajak atau laba-rugi fiskal.
2. Biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai elemen penghasilan kena
pajak atau laba fiskal dalam periode terjadinya biaya, tetapi dikapitalisasi
sebagai aktiva atau beban tangguhan dan diamortisasi secara periodik untuk
perhitunganlaba-rugi akuntansinya.

3. Laba atas kontrak jangka panjang yang diakui berdasar metode kontrak selesai
untuk tujuan penghitungan laba akuntansi, tetapi diakui berdasar metode
persentase penyelesaian untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak atau
laba-rugi fiskal.

Pengertian Perbedaan Tetap (Beda Tetap) Dalam


Akuntansi Pajak
5.

Pengertian Perbedaan Tetap (Beda Tetap) Dalam Akuntansi Pajak adalah :


Perbedaan yang timbul sebagai akibat perbedaan pengakuan penilaian elemenelemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, penghasilan, beban,
untung, dan rugi) yang berlaku dalam disiplin akuntansi perpajakan
(ketentuan/peraturan perpajakan) disatu pihak, dengan standar atau ketentuan
yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan dipihak yang lain yang bersifat
tetap.
Perbedaan Tetap (Beda Tetap) mengakibatkan timbulnya koreksi fiskal
terhadap laporan akuntansi atau laporan laba rugi komersial dalam penghitungan
penghitungan laba kena pajak sebagai dasar penghitungan PPh terutang dan
sebagai lampiran SPT Tahunan.
Contoh Perbedaan Tetap (Beda Tetap) antara lain :

Biaya Sumbangan menurut pajak atau fiskal tidak diakui sebagai biaya
untuk mengurangi penghasilan kena pajak atau laba kena pajak, namun secara
akuntansi keuangan bisa dibiayakan untuk mengurangi laba komersial atau laba
akuntansi komersial.

Penghasilan bunga bank menurut pajak atau fiskal tidak diakui sebagai
penghasilan untuk menambah penghasilan kena pajak atau laba kena pajak,
namun secara akuntansi keuangan merupakan penghasilan yang menambah
laba komersial atau laba akuntansi komersial.
6.

Jenis Koreksi Fiskal Positif

Pengertian Koreksi Fiskal Positif Yaitu :


koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang.

Jenis Koreksi Fiskal Positif antara lain :


a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali :
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industry.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
h. Pajak Penghasilan.

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib


Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan
l. Persediaan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode
penghitungan yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008
tentang PPh.
m. Penyusutan yang jumlahnya melebihi jumlah berdasarkan metode
penghitungan yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008
tentang PPh.
n. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya.
7.

Jenis Koreksi Fiskal Negatif

Pengertian Koreksi Fiskal Negatif Yaitu :


koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang.

Jenis Koreksi Fiskal Negatif antara lain :


1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final antara lain :
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura.
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan.
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain :
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima

oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Warisan.
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib
Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit).
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.
g. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
- bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor.
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai.
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf h, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa


bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
- Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
- sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
o. Persediaan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode
penghitungan yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008
tentang PPh.
p. Penyusutan yang jumlahnya kurang jumlah berdasarkan metode
penghitungan yang sudah ditetapkan dalam Pasal 10 UU No.36 Tahun 2008
tentang PPh.

Akuntansi Pajak Atas Penghasilan Kena Pajak/Laba atau Rugi


Kena Pajak :
1.
Pengertian Penghasilan Kena Pajak Atau Laba Fiskal
(Taxable Profit) Atau Rugi Pajak (Tax Loss) Dalam
Akuntansi Pajak

Pengertian Penghasilan Kena Pajak Atau Laba Fiskal (Taxable Profit) Atau
Rugi Pajak (Tax Loss) Dalam Akuntansi Pajak adalah :
adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

Satu peride dalam perpajakan meliputi Satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
Peraturan Perpajakan meliputi :

Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata


Cara Perpajakan (KUP) dan Peraturan pelaksanaannya.
Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) dan
Peraturan pelaksanaannya.

Undang-undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan


Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) dan Peraturan
pelaksanaannya.

Penghasilan Kena Pajak Atau Laba Fiskal (Taxable Profit) Atau Rugi Pajak
(Tax Loss) adalah laba akuntansi atau laba komersial dikurangi/ditambah
dengan koreksi fiskal .
Contoh Penghitungan Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Badan dan
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan :
Laba Akuntansi/Laba Komersial
: 100.000.000
Koreksi Fiskal :
Koreksi Fiskal Positif : 20.000.000
Koreksi Fiskal Negatif : (5.000.000) +
Total Koreksi Fiskal
15.000.000 +
Penghasilan Kena Pajak
85.000.000

2.

Pengertian Laba Akuntansi Dalam Akuntansi Pajak

3. Pengertian Laba Akuntansi Dalam Akuntansi Pajak adalah :


4. laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
5. Dalam SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

6.

yang menggunakan pembukuan laba akuntansi adalah sama dengan laba


komersial sebelum pajak penghasilan atau laba sebelum dilakukan koreksi
fiskal dan dikurangi pajak penghasilan yang terutang.
Dalam laba akuntansi berarti semua pendapatan dan biaya telah
dilaporkan atau dihitung termasuk pendapatan yang merupakan objek
pajak penghasilan dan bukan objek pajak penghasilan serta biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak dan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Akuntansi Pajak Atas Pajak Tangguhan :


1.
Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets)

Pengertian Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) adalah :


Jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat
adanya :
1.
Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary
differences).
2.
Sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) harus dilakukan
setiap tanggal neraca, terkait dengan kemungkinan dapat atau tidaknya
pemulihan akiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) direalisasikan dalam
periode mendatang.
Penyajian akiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) dalam neraca harus
disajikan terpisah dari aktiva, disajikan dalam aktiva tidak lancar.
Pengukuran akiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) didasarkan pajak
peraturan yang berlaku, efek perubahan peraturan perpajakan yang terjadi di
kemudian hari tidak boleh diantisipasi atau diestimasikan.
Perbedaan temporer timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan
standar atau ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan (kriteria dan periode),
dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berlaku
dalam disiplin akuntansi perpajakan (ketentuan perpajakan) disatu pihak dengan
standar atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan dipihak
yang lain.

2.

Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabiliies)

3.

Pengertian Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabiliies) adalah :

4.

Jumlah pajak penghasilan yang terutang untuk periode mendatang sebagai


akibat perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences).
Perbedaan temporer timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan
standar atau ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan (kriteria dan periode),
dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berlaku
dalam disiplin akuntansi perpajakan (ketentuan perpajakan) disatu pihak dengan
standar atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan dipihak
yang lain.
Penyajian Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabiliies) dalam neraca
harus disajikan terpisah dari kewajiban pajak kini, disajikan dalam kewajiban
tidak lancar.

5.

6.

7.

Pengukuran Kewajiban pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) didasarkan pajak


peraturan yang berlaku, efek perubahan peraturan perpajakan yang terjadi di
kemudian hari tidak boleh diantisipasi atau diestimasikan

Akuntansi Pajak Atas Pajak Penghasilan :


1.
Pengertian Pajak Penghasilan Dalam Akuntansi Pajak

pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan (UU No.36 Tahun 2008 tentang
pajak penghasilan) dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan
Orang Pribadi dan Badan.
Pajak penghasilan disini meliputi pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi dan
wajib pajak badan.

Pajak Penghasilan terdiri dari :

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Badan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Orang Pribadi

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 Badan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 Orang Pribadi


Artikel Yang Perlu Diketahui :

Artikel Tentang Akuntansi Pajak


Referensi :

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

2.

Pengertian Pajak Penghasilan Final Dalam Akuntansi

Pajak
Pengertian Pajak Penghasilan Final Dalam Akuntansi Pajak adalah :
pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban
pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak
digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang
bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan,
transaksi, atau usaha tertentu.
Jenis pajak penghasilan final antara lain

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2)

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15

3.

Pengertian Pajak Kini (Current Tax) Dalam Akuntansi

Pajak
jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena pajak
pada satu periode. Satu peride dalam perpajakan meliputi Satu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Pajak penghasilan terutang adalah
berdasarkan pasal 17 UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
(PPh).

Akuntansi Pajak Atas Aktiva :


1.
Pengertian Dan Contoh Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Aktiva Dalam Akuntansi Pajak
nilai aktiva yang diakui oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan
laba fiskal atau jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal,
terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan
diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut.
Apabila manfaat ekonomi (penghasilan) tersebut tidak akan dikenakan
pajak makaDasar Pengenaan Pajak (DPP) Aktiva adalah sama dengan
nilai tercatat aktiva.
Contoh :
1. Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan
sebesar 30 dan sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode

mendatang. Penghasilan mendatang dari penggunaan aktiva merupakan


obyek pajak. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva tersebut adalah 70.
2. Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal,
pendapatan bunga diakui dengan dasar kas. Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) piutang bunga adalah nihil.
3. Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait
telah diakui untuk tujuan fiskal. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) piutang
adalah 100.
4. Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan
kembali pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) pinjaman yang diberikan adalah 100.
Apabila Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva tidak begitu jelas,
makaDasar Pengenaan Pajak (DPP) tersebut dapat ditentukan menurut
prinsip dasar yang digunakan dalam Pernyataan PSAK 46. Dengan
beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui aktiva pajak
tangguhan apabila pemulihan nilai tercatat aktiva akan mengakibatkan
pembayaran pajak pada periode mendatang lebih kecil dibandingkan
dengan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva yang tidak
memiliki konsekuensi pajak

Akuntansi Pajak Atas Prive :


1.
Pengertian Prive Dan Apa Saja Yang Termasuk Dalam
Kategori Prive Dalam Perusahaan Berbentuk CV (Perseroan
Komanditer)

Pengertian Prive adalah sebagai berikut :


Prive adalah investasi/penyetoran modal dan pengambilan modal oleh anggota
perseroan komanditer (CV).
Penyetoran prive bukan merupakan objek pajak bagi CV (perseroan komanditer)
(pasal 4 ayat (3) c UU no.36 Tahun 2008 tentang PPh) antara lain dalam bentuk :
a. Investasi berbentuk uang kas/bank.
b. Investasi berbentuk barang dagangan.
c. Investasi berbentuk aktiva (tetap dan tidak tetap).
Pengambilan Prive bukan merupakan objek pajak bagi anggota perseroan
komanditer (pemilik CV) (pasal 4 ayat (3) i UU no.36 Tahun 2008 tentang PPh)

dan bukan merupakan biaya bagi perseroan komanditer (CV) (pasal 9 ayat (1) a
UU no.36 Tahun 2008 tentang PPh) antara lain berbentuk :
a. Pengambilan prive berbentuk uang kas/bank.
b. Pengambilan prive berbentuk barang dagangan.
c. Pengambilan prive berbentuk aktiva (tetap dan tidak tetap).
Yang termasuk dalam kategori pengambilan prive antara lain :
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi anggota perseroan
komanditer (CV).
c. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
d. Penarikan modal oleh anggota perseroan komanditer.

Artikel Yang Perlu Diketahui :

Artikel Tentang Akuntansi Pajak


Referensi :

Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang PPh

Akuntansi Pajak Atas Likuidasi :


1.
Pengertian Dan Proses Likuidasi CV (Perseroan
Komanditer)
Pengertian likuidasi adalah :
Pencairan Aktiva, Piutang dan Persediaan menjadi kas serta Pembayaran atas
klaim utang dan pembagian kepada pemilik CV tersebut.
Proses likuidasi terdiri dari :
a. Pencairan sebagian atau seluruh aktiva menjadi kas.
b. Pencairan sebagian atau seluruh persediaan menjadi kas.
c. Pencairan piutang menjadi kas.
d. Penyelesaian dengan kreditor atau pelunasan utang.
e. Pelunasan pembayaran pajak yang terutang.
f. Pembagian akiva/persediaan dan kas kepada pemilik CV berdasarkan
perjanjian pembagian modal.

Você também pode gostar