Você está na página 1de 4

Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia Prima

Property Tbk Berdasarkan Data Laporan Keuangan


Tahun 2004-2007
September 20, 2008

A. Deskripsi Perusahaan
Nama : Indonesia Prima Property Tbk. (OMRE)
Established Date : 23 April 1983
Listing Date : 22 Agustus 1994
No. NPWP : 01.366.527.8-054.000
Underwriter IPO : PT. Danareksa Sekuritas
Securities Administration Bureau : PT DatindoEntrycom
Wisma Dinners Club Annex
Jl. Jend. Sudirman Kav. 34-35 Jakarta 10220
Phone : 570-9009. Fax : 570-9026 28
Industry Sector : Property, Real Estate, and Building Construction
Industry Sub Sector : Property and Real Estate
Head Office: Wisma Sudirman Lantai 11, Jl. Jend. Sudirman Kav 34. Jakarta
10220.
Indonesia Prima Property Tbk adalah perusahan yang bergerak di sektor properti
dan real estate. Perusahaan ini sibuk dengan pengembangan dan konstruksi kompleks
apartemen, perumahaan, dan hotel, termasuk fasilitas pendukungnya. Selain itu,
Indonesia Prima Property Tbk juga menyewakan, mengatur, dan mengoperasikan
bangunan kantor dan pusat perbelanjaan.
Indonesia Prima Property Tbk. memiliki empat aktivitas bisnis, yaitu perumahan,
apartemen dan hotel, pusat perbelanjaan dan perkantoran. Indonesia Prima Property
Tbk memiliki beberapa cabang yaitu PT. Graha Mitrasentosa Tbk., PT. Paramita
Swadaya Tbk., PT. Griyamas Muktisejahtera Tbk., PT. Mahadhika Girindra., PT.
Graha Hexindo Tbk., PT. Angkasa Interland Tbk., PT. Langgeng Ayomlestari dan PT.
Panen Lestari Basuki Tbk.
B. Analisis Kondisi Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, bisa dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan
adalah analisis tentang rasio keuangan. Jenis rasio keuangan ini dikelompokkan
kedalam empat jenis yaitu:
a. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk


memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan tepat pada waktunya. Rasio likuiditas
yang sering digunakan antara lain:
1. Current Ratio rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat
menutupi kewajiban lancar.
2. Quick ratio atau Acid Test Ratio rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid (dengan mengeluarkan pos persediaan) dalam memenuhi
kewajiban membiayai hutang lancar.
3. Cash Ratio salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan kas yang
tersedia untuk melunasi kewajiban lancar.
Perusahaan akan dikatakan semakin baik jika current ratio, quick ratio maupun
cash ratio nya semakin tinggi, karena hal tersebut menunjukkan semakin mampu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liabilities).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio
perusahaan Indonesia Prima Property TBk. (OMRE) sejak tahun 2004-2007
cenderung mengalami penurunan. Misalnya pada tahun 2006, setiap Rp1 kewajiban
jangka pendek, perusahaan hanya memiliki aktiva lancar sebesar Rp 0.1098, aktiva
lancar tanpa persediaan sebesar Rp 0.1073, dan kas sebesar Rp 0.0648 untuk melunasi
kewajiban tersebut. Hal ini berarti bahwa sejak tahun 2006 hingga 2007 perusahaan
mengalami kesulitan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage
Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur sejauh mana sebuah perusahaan
dibiaya oleh utang. Rasio ini terdiri dari:
1. Debt Ratio rasio ini mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh kreditur
(hutang jangka panjang).
2. Equity Ratio rasio ini mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh investor
(modal).
3. Debt to equity Ratio rasio yang mengukur struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin rendah angka rasio ini semakin baik.
Jika debt ratio perusahaan semakin tinggi, maka semakin besar financial leverage,
dan semakin besar pula proporsi dana kreditur yang digunakan untuk menghasilkan
laba. Semakin tinggi debt ratio, maka semakin beresiko bagi perusahaan
(kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar semua hutangnya). Akan tetapi, hal
ini tidak berlaku bagi perusahaan Indonesia Prima Property Tbk. Karena debt ratio
nya sejak tahun 2004 hingga 2007 mengalami penurunan, sehingga baik untuk
perusahaan. Misalnya pada tahun 2007, debt ratio perusahaan adalah sebesar 11.10%.
Hal ini berarti 11.10% dana perusahaan berasal dari hutang.
Tabel diatas menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio perusahaan sejak tahun
2004 hingga 2007 mengalami penurunan. Semakin rendah DER maka semakin baik
kinerja perusahaan tersebut, karena misalnya pada tahun 2007, DER perusahaan

adalah 31.40%, artinya setiap pemegang saham memiliki kewajiban atau hutang
sebesar 31.40% dari modal yang diinvestasikan. Tabel diatas juga menunjukkan
bahwa Equity Ratio perusahaan sejak tahun 2004 hingga 2007 mengalami
peningkatan. Semakin besar Equity Ratio perusahaan maka semakin baik kinerja
perusahaan tersebut, karena semua asset perusahaan berasal dari modal bukan hutang.
c. Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menggunakan semua asset yang dimilikinya seefisien mungkin. Rasio ini terdiri dari:
1. Average Collection Period menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengkonversi (mengubah) piutang menjadi kas (menagih piutang).
2. Account Receivables Turnover rasio untuk mengukur proporsi piutang usaha
dalam penjualan yang terjadi selama 1 periode tertentu.
3. Total Asset Turnover rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara
keseluruhan.
4. Inventory Turnover rasio untuk mengukur efisiensi pengunaan persediaan atau
rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk
berputar dalam satu periode tertentu.
5. Fixed Asset Turnover rasio yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap
selama satu periode tertentu.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Average Collection Period dari tahun
2004 hingga 2007 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa dibutuhkan 16
hari (2006), 28 hari (2005), 27 hari (2006), dan 29 hari (2007) untuk menagih piutang
nya, Account Receivables Turnover dari tahun 2004 hingga 2007 mengalami
penurunan, yaitu 23,219 (2004), 13,036 (2004), 13,342 (2005), dan 12,550
(2007). Total Asset Turnover pada tahun 2005 mengalami penurunan, kemudian
meningkatlah pada tahun 2006 dan 2007. Semakin tinggi Total Asset Turnover nya,
maka semakin efisien penggunaan asset perusahaan.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Inventory Turnover perusahaan sejak
tahun 2004 mengalami penurunan. Perputaran persediaan ini dipengaruhi oleh jumlah
persediaan yang cenderung meningkat, sedangkan HPP nya cenderung menurun. Jadi,
barang yang masuk dengan barang yang keluar cenderung lebih banyak barang yang
masuk sehingga kinerja perusahaan semakin memburuk.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba). Rasio ini terdiri dari Operating
Profit Margin, Net Profit Margin, Operating Income Return on Investement, Return
on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Times Interest Earned Ratio, dan Earnings
per Shares (EPS).

Berdasarkan laporan keuangan, operating income (laba usaha) perusahaan pada


tahun 2005 mengalami penurunan, kemudian naik lagi pada tahun 2006 hingga 2007,
sehingga Operating Profit Margin, OIROI, ROA pada tahun 2005 sempat mengalami
penurunan, dan pada tahun 2006 hingga 2007 naik. Hal ini baik untuk perusahaan.
Akan tetapi, sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 perusahaan mengalami penurunan
laba bersih (net income). Hal ini menyebabkan ROE, Net Profit Margin, Earnings per
Shares mengalami penurunan, sehingga kinerja perusahaan cenderung memburuk.
C. Kesimpulan
Dari aspek likuiditas, current ratio, quick ratio, dan cash ratio mengalami
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar
seluruh kewajiban jangka pendek. Suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik jika
current ratio, quick ratio maupun cash ratio nya semakin tinggi, karena hal tersebut
menunjukan semakin mampunya perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (current liabilities).
Dari aspek leverage, perusahaan cenderung membiayai aktiva perusahaan dengan
modal sendiri. Ini menunjukkan bahwa peningkatan resiko perusahaan amatlah kecil,
sehingga kondisi perusahaan sangatlah baik.
Dari aspek efisiensi, perusahaan menunjukkan persediaan yang menumpuk. Maka,
adanya persediaan yang ditahan menghambat adanya perputaran persediaan untuk
dijual dan lamanya pengumpulan piutang perusahaan. Hal inilah yang menunjukkan
kurangnya efisiensi dalam perputaran persediaan.
Dari aspek profitabilitas, perusahaan menunjukkan penurunan pendapatan. Ini
menunjukkan adanya kaitan erat antara aspek efisiensi dan aspek profitabilitas.
Adanya penurunan pendapatan karena persediaan tidak dipakai untuk produksi.

Você também pode gostar