Você está na página 1de 17

Trian Satrio

030.10.272

Audiometri adalah pemeriksaan yang


bertujuan untuk mengetahui
tingkat/ambang batas pendengaran
seseorang dan jenis gangguannya bila ada
audiogram adalah hasil dari pemeriksaan
audiometri.

Nada Murni: bunyi yang mempunyai satu


frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran
per detik
Bising : Bunyi yang mempunyai banyak
frekuensi, Spektrum terbatas (Narrow Band)
dan luas (White Noise)
Frekuensi: Nada murni yang dihasilkan
getaran benda yang bersifat harmonis
sederhana

Manusia 20 18.000 Hz

Intensitas bunyi: dalam dB, pada audiometri


yang dipakai dB HL (Hearing Level) dB SL
(Sensation Level)
Ambang dengar: bunyi nada murni yang
terlemah pada frekuensi tertentu yang
dapat didengar oleh telinga manusia (AC /
BC)

Notasi pada audiogram:


AC garis lurus (125 8000Hz)
BC garis putus putus (250 4000z)
Telinga kiri Biru, telinga Kanan Merah

Sumbu
Y
menggambarkan
intensitas suara yang
diukur
dalam
satuan
desibel (dB)

sumbu
X
menggambarkan
frekuensi yang diukur
dalam satuan Hertz (Hz).

AD :
AD 500 Hz + AD 100 Hz + AD 2000 Hz + AD
4000Hz
4

Derajat ketulian menurut ISO (International


Standart Organization): AD AC

0 - 25 dB:
>25 40 dB:
>40 55 dB:
>55 70 dB:
>70 90 dB:
>90:

Normal
Tuli ringan
Tuli sedang
Tuli sedang berat
Tuli berat
Tuli sangat berat

Interpretasi :
Telinga kanan / kiri
Jenis ketulian (Konduktif / sensorineural)
Derajat ketullian

Normal: Nilai Ambang pendengaran < 25 dB baik


pada BC atau AC pada semua frekuensi.
SNHL / NIHL :
AC turun, BC turun
Kurva AC dan BC berhimpitan.
Adanya Takik pada Frekuensi 4000 Hz.

CHL :
AC turun, BC normal
Kurva AC dan BC ada Gap.

Campuran :
AC turun, BC Normal dan turun
Kurva AC dan BC ada yg berhimpitan dan ada yg Gap

Você também pode gostar