Você está na página 1de 21

MAKALAH

ANATOMI , EMBRIOLOGI DAN KELAINAN PADA MULUT

DISUSUN OLEH :
Asri Noviyanti
1420332009

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Anatomi, Embriologi
Mulut. Penulisan makalah ini, dilakukan dalam rangka menambah wawasan mahasiswa
adalam mata kuliah Anatomi dan Histologi Sistem Reproduksi .
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah mengarahkan dan
membantu kami dalam pembuatan makalah kami ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah
kami. Semoga makalah ini nantinya bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih

Padang,

Penulis

Januari 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
A. Anatomi.............................................................................................................................1
1. Rima Oris........................................................................................................................1
2. Cavitas Oris....................................................................................................................1
3. Palatum...........................................................................................................................2
B. Embriologi.........................................................................................................................6
1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Rongga Mulut..........................................................6
2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Apparatus.................................................6
3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Atas.................................................7
4. Pertumbuhan Dan Perkembangan Palatum....................................................................7
5. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sinus Maxillaris.......................................................8
6. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Bawah.............................................9
7. Pertumbuhan Dan Perkembangan Lidah........................................................................9
8. Pertumbuhan Dan Perkembangan Papila Dan Taste Buds Pada Lidah..........................9
9. Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi..........................................................................9
C. Kelainan Kelainan........................................................................................................11
1. Kelainan pada uvula.....................................................................................................11
2. Labioskizis dan Labiopalatoskizis................................................................................12
3. Ankyloglossia...............................................................................................................15

A. Anatomi
1. Rima Oris
Rima oris (celah mulut) dibatasi oleh labium superius (bibir atas), labium inferius (bibir
bawah yang bertemu pada angulus oris, membentuk
commisura labiorum. Labium dibentuk oleh kulit, mukosa,
dan m. orbicularis oris.
Vaskularisasi labium superius dan labium inferius oleh rete
labialis superior dan rete labialis inferior yang merupakan
cabang dari arteri facialis. Innervasi motoris labium dan
bucca oleh nervus facialis dan otot-otot lain oleh plexus
pharyngeus. Innervasi sensibel labium superius dan
inferius, bucca dekat angulus oris oleh n. infraorbitalis, n. mentalis, dan n. buccalis.
2. Cavitas Oris
Di dalamnya dibatasi oleh dentes, processus alveolaris, dan gingiva menjadi vestibulum
oris dan cavitas oris proprius. Kedua ruangan itu ada hubungan di antara gigi molar III dan
ramus mandibulae. Vestibulum oris, yaitu ruangan antara gigi (dentes) dan bucca.
Vestibulum oris dibatasi oleh labium dan bucca. Labium yang melekat pada gingiva (gusi)
disebut frenulum labii superioris (gusi atas), dan frenulum labii inferioris (gusi bawah). Di
dalamnya, tepatnya di gingiva dekat molar III atas, terdapat
muara dari kelenjar liur yang bernama glandulla parotis
(ductus excretorius glandulla parotis).
Cavitas oris proprius, ruangan di dalam dentes, dibatasi oleh
arcus dentalis. Di bagian dorsal terdapat oropharynx. Bagian
atas (bagian cranial) dari cavitas oris proprius ada palatum,
di mana yang dua pertiga anterior adalah palatum durum
(keras), dan sepertiga posterior adalah palatum molle
(lunak). Bagian bawah (caudal) dari cavitas oris proprius terdapat lingua (lidah). Terdapat
muara-muara kelenjar ludah (glandulla salivatorius) pada cavitas oris ini, di antaranya
glandulla parotis, sublingualis, dan submandibularis.

3. Palatum
Palatum merupakan atap dari cavitas oris, juga
sebagai lantai dari cavitas nasi. Dua pertiga
anteriornya adalah palatum durum, yang tersusun atas
processus palatinus maxillae dan pars horizontalis
ossi palatini. Batas lateral palatum durum adalah
processus alveolaris. Sepertiga posterior palatum
adalah palatum molle, yang dibentuk oleh aponeurose
palatini (tendo musculi tensor veli palatini), kelenjar
limfoid, mukosa, dan pada tepi posteriornya terdapat reseptor gustatoris (pengecapan). Di
belakang palatum terdapat arcus palatoglossus (dibentuk oleh m. palatoglossus) dan arcus
palatopharyngeus (dibentuk oleh m.palatopharyngeus), di antara kedua arcus ini terdapat
struktur yang disebut tonsilla palatina. Di linea mediana pada tepio posteriornya terdapat
uvula.
Vaskularisasi palatum durum oleh arteri palatina major, arteri sphenopalatina, dan arteri
palatina minor. Innervasi secretomotoris kelenjar palatum oleh ganglion sphenopalatinum.
Innervasi sensibel palatum oleh rete palatinus majus, rete palatinus minus, rete
nasopalatinus, dan rete tonsilaris, yang merupakan cabang dari nervus maxillaris, dan
nervus glossopharyngeus.
4. Lingua
Lingua atau lidah dibagi menjadi dua, yaitu dua pertiga bagian anterior (corpus linguae)
dan sepertiga bagian posterior (radix linguae). Fungsinya antara lain gustatorius
(pengecapan), mastikasi (pengunyahan), deglutitio (menelan), dan bicara. Otot-otot lingua
ada otot instrinsik dan otot ekstrinsik. Otot-otot
instrinsik antara lain:

M. Longitudinalis superior (seluruh facies

dosrsum linguae)
M. Longitudinalis inferior (sisi linguae)
M. Transversus linguae (septum linguae ke

tepi linguae)
M. Verticalis linguae.

Otot ekstrinsik dari lingua antara lain:

M. Genioglossus (dari spina mentalis mandibulae ke sisi lingua)

M. Hyoglossus (dari cornu majus ossis hyoidei dan corpus ossis hyoidei ke bagian

posterior sisi lingua dan cornu minus ossis hyoidei)


m. Styloglossus (dari apex processus styloideus dan ligamentum stylohyoideus ke

sisi linguae)
M. Palatoglossus (dari palatum molle ke sisi linguae).

Vaskularisasi lingua berasal dari arteri lingualis, rete suprahyoideus, arteri dorsalis linguae,
arteri sublingualis, dan arteri profunda linguae. Innervasinya olehnervus lingualis
(sensibel) dan chorda tympani (sensoris) pada dua pertiga bagian anterior lingua, dan
nervus glossopharyngeus (sensibel dan sensoris), nervus hypoglossus (motoris) pada
sepertiga bagian posterior lingua.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah
yang sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut
memanjang dan terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan
warna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis ini
tidak mengandung kuncup perasa.
2. Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai
jumlah yang lebih sedikit dibanding papila filiformis.
Papila ini hanya sedikit terkeratinasi dan berbentuk
menyerupai jamur dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa
kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di antara papila
filiformis.
3. Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung
lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup perasa.
4. Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila dengan jumlah paling sedikit,
namun memiliki ukuran papila yang paling besar dan mengandung lebih dari setengah
jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran satu sampai tiga milimeter,
dan berjumlah tujuh sampai dua belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya
membentuk garis berbentuk menyerupai huruf V dan berada di tepi dari sulkus terminalis.

5.Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga
1. Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi
dan merupakan bagian gigi yang terletak
didalam tulang rahang.
2. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada
diatas ginggiva.
3. Leher

gigi,

yaitu

bagian

yang

menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.


Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi
membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan
dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat
organic dan air.
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari
email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan fosfor serta 30
% bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup akar
gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang
memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri
dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah pulpa
dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel pembentuk
dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
6. Uvula
Palatum yang merupakan atap mulut, terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak.
Palatine uvula yang sering disebut sebagai uvula, adalah kecil, proyeksi kerucut yang
menggantung dari langit-langit lunak, di bagian belakang tenggorokan. Ini terbuat dari
jaringan ikat yang mengandung racemose kelenjar dan serat otot. Langit-langit lunak, yang
secara medis disebut sebagai velum, adalah bagian lembut atap mulut. Musculus uvulae
adalah otot palatum lunak yang berasal dari tulang belakang hidung posterior, dan

berartikulasi

dengan

anak

lidah.

Otot

ini

membantu untuk mengangkat dan menarik uvula.


Uvula memiliki peran penting dalam artikulasi
berbicara dan deglutition, yang mengacu pada
proses menelan. Hal ini juga mengeluarkan
sejumlah besar air liur tipis yang mengandung
komponen serosa dan mukosa, sehingga pelumas
bagian belakang tenggorokan.

B. Embriologi
1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Rongga Mulut
Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka dan rongga mulut) dimulai pada
minggu ke-3 intrauterin. Mula-mula masih terbentuk tube dan terdiri dari 3 unsur yaitu
ectoderm, mesoderm dan endoderm/ entoderm.
Pertumbuhan dan perkembangan oral dimulai dengan proses invaginasi lapisan ectoderm
dibagian caudal dan processus prontanasalis dan disebut Stomodeum (primitive Oral
Cavity). Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut
Primitive Digestive Tract. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu
pada membran yang tipis yang disebut Membran Bucco Pharyngeal. Membran tersebut
akhirnya pecah da terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.
2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Apparatus
Selain proses tersebut, terjadi pula proses pertumbuhan dan perkembangan pembentukan
brankial apparatus yang terdiri dari :
Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Arches
Mula-mula dibentuk Branchial Arch I / Pharyngeal Arch I kemudian dibentuk Brankhial
Arch I hingga IV , namun Brankial Arch V rudimenter / hilang sehingga Brankial Arch IV
bergabung dengan Brankial IV. Brankial Apparatus inilah akan dibentuk organ organ,
rahang atas, rahang bawah, lidah, pharyng, os hyoid, otot-otot wajah, ligamentum, arteri,
vena, nervus dll.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Pouches (Konjugasi)
Yang pertama dibentuk adalah :

Cavum tympanica
Antrum
Mastoideum
Telinga tengah
Tuba Eustachii

Lalu lapisan endoderm berdiferensiasi membentuk Tonsila Palatina dan Fossa


Supratonsilaris. Bagian Dorsal berdiferensiasi membentuk glandula pratyroid inferior lalu
bermigrasi kearah dorsal glandula tyroid. Sedangkan bagian ventral membentuk primodial
glandula thymus kemudian bermigrasi kearah caudal dan medial selanjutnya bagian kanan
dan kiri berdifusi membentuk glandula thymus.

Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula paratyroid superior kemudian


bermigrasi kearah dorsal glandula tyroid. Bgian ventral berdiferensiasi membentuk utimo
branchial body lalu bermigrasi dan berdifusi dengan glandula thyroid.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Groove (Celah)
Brankhial Groove I akan membentuk meatus acusticus externus, sedangkan branchial
groove yang lain akan hilang sehingga leher rata.
3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Atas
Tulang rahang atas (Os maxilaris) bersal dari Banchial Arch I bagian atas. Disebut pula
processus Maxilaris. Pusat Ossifikasi terletak pada percabangan N. Infra orbitalis menjadi
N. Alveolaris superior anterior dan N. Alveolaris superior medius. Kemudian proses
ossifikasi berlanjut mula mula kearah posterior membentuk Processus Zygomaticus Ossis
Maxilaris. Kemudian kearah caudal membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxilaris dan
kearah medial membentuk Processus Palatinus Ossis Maxilaris. Selama proses
pertumbuhan dan perkembangan tersebut, dibagian pusat ossifikasinya membentuk Corpus
Maxilaris hingga terbentuklah Os Maxilla yang lengkap.
4. Pertumbuhan Dan Perkembangan Palatum
Pembentukan Palatum Primer
o Dimulai pada hari ke-35 kehamilan atau minggu ke-4 -> ditandai dengan
pembentukan prominentia facialis
o Penyatuan prominentia nasalis medialis dan prominentia maxillaris
o Dilanjutkan penyatuan prominentia nasalis lateralis dan prominentia nasalis
medialis. Bila gagal, akan terbentuk celah pada palatum primer.
o Minggu ke-7: dasar cavitas nasalis berupa pelebaran ke posterior dari
prominentia intermaxillaris, disebut sebagai palatum primer. Dinding
medial tonjolan maxilla mulai membentuk sepasang pelebaran yang tebal,
yaitu lapisan palatina yang tumbuh ke bawah di salah satu sisi lidah.
o Minggu ke-8: lidah berpindah ke bawah, dan lapisan palatum secara cepat
berotasi ke atas dan depan sampai pada garis tengah, dan tumbuh secara
horizontal.

Pembentukan Palatum Sekunder


o Terjadi setelah palatum primer terbentuk sempurna

o Mulai minggu ke-9 kehamilan


o Terbentuk dari sisi bilateral yang berkembang dari bagian medial dari
prominentia maxillaris
o Kedua sisi ini akan bertemu di garis tengah dengan terangkatnya sisi ini
o Ketika sisi tersebut berkembang ke arah superior, maka proses akan
dimulai. Kegagalan pada proses ini akan menyebabkan celah palatum
sekunder.
o Minggu ke-9: kedua sisi lapisan palatum, palatum primer, dan septum nasal
inferior mulai berfusi di sebelah ventrodorsal
o Minggu ke-10: bagian ventral palatum sekunder mengeras melalui
kondensasi mesenkimal (osifikasi endokondral)

5. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sinus Maxillaris


Pada bulan ke-4 intrauterin mula-mula terbentuk kantong mukosa kecil didaerah lateral
cavum nasi. Kantong tersebut mula-mula terpisah dari maxilla oleh tulang rawan nasa
capsul. Setelah nasal capsul bagian bawah atropi, kantung mukosa tersebut menerobos
masuk kedalam os maxillaris diatas processus palatina lateral sehingga terbentuk
maxillaris. Sinus ini terus berkembang hingga ukuran dewasa. Perkembangan seterusnya
kearah processus alveolaris.

6. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Bawah


Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari brachial Arch I dibawah atau mandibula
arch dan disebut pula Processus Mandibularis. Mula mula dibentuk tulang rawan Meckel
ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis
dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel kemudian bercabang menjadi N.
Alveolaris inferior kearah anterior dan bercabang lagi menjadi N. Mentalis dan N.
Incisivus. Di tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami
ossifikasi (minggu ke-7) pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan
dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk mandibula
hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckel menghilang.
7. Pertumbuhan Dan Perkembangan Lidah
Pertumbuhan dan perkembangan lidah dimulai dari akhir minggu ke-4. Mula-mula
dibentuk sebuah tonjolan didasar pharynx, anterior foramen caecum disebut Tuberculum
Impar. Kemudian dibentuk pula 2 tonjolan didaerah lateral dari Tuberculum Impar disebut
tonjolan lateral lidah. Ketiga tonjolan tersebut berasal dari Brachial Arch. Kemudian
tonjolan lateral berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada :
Sulcus lingualis media (luar)
Sulcus lingual (dalam)
8. Pertumbuhan Dan Perkembangan Papila Dan Taste Buds Pada Lidah
Mula-mula dibentuk papila filliformis tanpa ada induksi syaraf sehingga tidak ada taste
buds. Saat umur 54 hari dibentuk Papilla Circum Vallatae, lalu Papilla Foliatae
Fungiformis yang diinduksi oleh Corda Tympani (N.VII). ketiganya tersebut terdapat taste
buds.
9. Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi
Gigi memiliki tiga periode pertumbuhan yaitu :
1. Periode Proliferasi
Pertumbuhan gigi mulai bulan keenam dari kehidupan embrio ( 11 mm embrio )
dengan bentukan tonjolan gigi primordial. Diferensiasi pertumbuhan gigi berkembang
dari ectoderm dan mesoderm.
Pembentukan gigi diawali dari pembentukan enamel, kemudian berdiferensiasi menjadi
dentin, pulpa, sementum, dan ligament periodontal.

Tonjolan gigi berasal dari invaginasi proliferatif dari ectoderm epitel mulut dan diikuti
difernsiasi dari mesenkial mesoderm berdekatan. Epitel mulut berdiferensiasi menjadi
enamel yang memproduksi ameloklast dan dentin yang memproduksi odontoblast yang
muncul dari mesoderm.
Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat mesoderm, pembuluh darah dan saraf yang
berkembang secara sentral dalam cangkang luar gigi yang membentuk dentin dan
enamel. Invaginasi Tonjolan gigi berpisah dari tonjolan epitel mulut dan terus
berkembang secara bertahap dan diikuti pembentukan tulang maxilla, mandibula, gigi
seri, gigi taring.
Gigi susu terbentuk sampai umur 3 4 bulan (fetus), sedangkan untuk gigi tetap, gigi
belakang ( premolar dan molar ) sampai dengan stadium III kehamilan, sedangkan
untuk gigi incicivus lateralis sampai dengan stadium II kehamilan.
2. Periode kalsifikasi
Kalsifikasi jaringan email dan dentin merupakan aposisi, mulai 4 bulan intrauterine
sampai dengan usia 3 tahun setelah lahir untuk gigi susu, sedang untuk gigi tetap antara
lain :

Gigi I1 mulai 4 bulan intrauterine sampai dengan usia 1,5 tahun setelah lahir.
Gigi I2 mulai 6 bulan intrauterine sampai dengan usia 2 atau 3 tahun, begitu
pula untuk gigi M1 atas dan gigi M2 bawah. Untuk gigi M2 atas dan bawah
sampai dengan usia 3 tahun. Sedangkan untuk gigi caninus atas dan bawah

sampai dengan usia 3,5 tahun.


3. Periode erupsi
Periode erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari beberapa factor antara lain :

Pertumbuhan memanjang dari gigi.


Multiplikasi dari jaringan pulpa.
Deposisi dari jaringan baru jaringan cement.
Pertumbuhan jaringan tulang rawan.

C. Kelainan Kelainan
1. Kelainan pada uvula
a. Ketidakcukupan velopharyngeal
Istilah penutupan velopharyngeal mengacu pada penutupan saluran udara hidung yang
melibatkan kontraksi dinding belakang rongga mulut dan ketinggian langit-langit lunak.
Penutupan velopharyngeal adalah penting untuk produksi konsonan tekanan oral.
Mekanisme ini bisa mendapatkan penutupan terpengaruh karena cacat anatomis atau
struktural seperti langit-langit lunak pendek, bibir sumbing, atau langit-langit sumbing
submukosa. Jika uvula dan langit-langit lunak tidak menutup dengan benar ke bagian
belakang tenggorokan, udara tambahan lolos ke rongga hidung, sehingga menyebabkan
pidato hidung. Dalam keadaan seperti itu, individu yang terkena mungkin tidak bisa
mengucapkan konsonan tertentu dengan benar.
b. Nasal Regurgitasi
Ketika Anda menelan makanan, levator dan tensor veli palatini otot meninggikan langitlangit uvula dan lembut untuk menutup nasofaring. Hal ini untuk mencegah masuknya
makanan ke dalam rongga hidung. Jika mekanisme ini penutupan tidak bekerja,
makanan bisa masuk ke rongga hidung. Regurgitasi makanan melalui hidung mungkin
terjadi pada orang yang terkena insufisiensi velopharyngeal parah.
c. Uvula Infeksi
Uvulitis, yang mengacu pada peradangan uvula, bisa terjadi karena infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dll Uvulitis ditandai dengan pembengkakan selaput
lendir di sekitar anak lidah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan anak lidah
menjadi tiga sampai lima kali nya ukuran normal. Uvula bengkak juga bisa
menimbulkan sensasi tersedak menyentuh tenggorokan atau lidah.
d. Dengkur
Hal ini diyakini bahwa aliran udara yang tidak teratur akibat uvula memanjang dapat
menyebabkan jaringan di tenggorokan bergetar, yang pada gilirannya dapat
menimbulkan mendengkur keras atau berat bernapas selama tidur. Napas juga bisa
menjadi diblokir ketika otot-otot tenggorokan atau lidah menjadi rileks, dan langitlangit lunak dan lidah runtuhnya di dinding belakang saluran udara bagian atas. Hal ini
dapat mencegah udara memasuki paru-paru, sehingga menyebabkan apnea tidur
obstruktif. Obstructive sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
gangguan dalam tidur karena penghentian sebagian atau seluruh aliran udara karena

penyumbatan jalan napas. Episode tersebut dapat berlangsung selama beberapa detik
untuk menit.
Fungsi uvula termasuk penciptaan suara parau, dan menutup nasofaring untuk
mencegah makanan dari memasuki rongga hidung saat menelan. Namun, uvula bekerja
sama dengan langit-langit lunak untuk melakukan fungsi tersebut. Meskipun
penghapusan uvula tidak dianjurkan dalam kasus infeksi, uvulopalatopharyngoplasty
(operasi pengangkatan uvula dan jaringan di tenggorokan) mungkin disarankan dalam
kasus orang yang terkena mendengkur keras atau apnea tidur obstruktif.
2. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya
celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil
pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi
bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2
sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di
mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1000
kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada
ibu hamil trimester pertama.
Labioskizis/labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping
muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa
mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur
yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1.

Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.

2.

Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior


terhadap foramen.

3.

Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.

4.

Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga hingga yang
berat. Beberapa jenis bibir sumbing
yang diketahui :
1)

Unilateral Incomplete. Jika celah

sumbing terjadi hanya disalah satu sisi


bibir

dan

memanjang

hingga

ke

hidung.
2)

Unilateral Complete. Jika celah

sumbing yang terjadi hanya disalah


satu sisi sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
3)

Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang

hingga ke hidung.
Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor tersebut
antara lain, yaitu :
1.

Faktor genetik atau keturunan


Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi
karena mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal
mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromsom 1
s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis
kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana
ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom
pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir
sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan
ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000
bayi yang lahir.

Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.

Radiasi.

Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella
dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.

Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat


toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.

Multifaktoral dan mutasi genetik.

Diplasia ektodermal.
Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa
krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum
dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kahemilan, prosesnya karena tidak terbentuknya
mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis
dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominan
nasalis dan maksilaris dengan prominan nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir,
rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi
palatum durum serta paltum molle terjadi sekitar kehamilan ke- 7 sampai 12 minggu.
Tanda dan gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :

1.

Terjadi pemisahan langit-langut

2.

Terjadi pemisahan bibir

3.

Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit

4.

Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah

5.

Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu
dari hidung

3. Ankyloglossia
Ankyloglossia merupakan kelainan anatomi yang membuat lidah menjadi terganggu
fungsinya sehingga sering disebut sebagai tongue-tie (TT). Setiap orang memiliki frenulum
lingualis yang terletak di bawah lidah. Frenulum ini merupakan membrana mukosa yang
menghubungkan antara lidah dengan lantai dasar rongga mulut. Frenulum ini merupakan

sisa jaringan embrionik yang biasanya mengalami resesi mengecil di akhir trimester 1
kehamilan.
Tongue tie dibagi menjadi 2:
Tongue Tie Anterior
Tongue tie anterior merupakan kondisi dimana frenulum lingualis terlihat jelas terletak di
dekat atau tepat di ujung lidah. Lidah bayi berbentuk seperti takik, mudah terlihat sehingga
mudah didiagnosis dan bisa mengganggu bicara.
Tongue Tie Posterior
Tongue tie posterior ini lebih sulit dikenali, karena sulit terlihat dan butuh dipalpasi. Pada
pemeriksaan teraba jaringan frenulum yang pendek, tebal dan sangat fibrosa pada dasar
lidah di lantai mulut sehingga lidah sulit terangkat ke atas.

Sumber gambar: Tongue tie and frenotomy In The Breastfeeding Newborn, Isabella Knox,
MD, EdM. NeoReviews Vol. 11 No.9 November 2010 .
Tongue tie posterior dengan frenulum lingualis terbenam di jaringan submukosa ini sangat
jahat membuat bayi sulit menyusu. Tidak tampak adanya jaringan frenulum lingualis.

Tipe tongue tie menggunakan klasifikasi Kotlow


(2011) berdasarkan jarak antara ujung lidah
dengan perlekatan frenulum:

Tipe I

Tipe II : Moderate (8 11 mm)

Tipe III : Severe (3 7 mm)

Tipe IV : Complete (kurang dari 3 mm)

: Mild ankyloglossia (12 16 mm)

Pemeriksaan fisik:

Lihat kondisi mulut saat bayi membuka mulutnya secara lebar dan sempit, apakah
lidah bisa terlihat dan bagaimana posisinya dari gusi.

Amati ketika lidah terangkat, apakah membentuk U, V dan apakah ada takik di
ujung lidah.

Amati apakah tampak adanya groove di tengah lidah saat menangis.

Tampak adanya blister di bibir bayi akibat bibir kurang bisa terputar keluar.

Lakukan palpasi: ukur jarak maksimal ujung tengah lidah diatas mandibula saat
lidah terangkat, nilai dinamika gerakan lidah, groove yang hilang timbul,
seberapa jauh lidah menjulur (normalnya > 1 cm dari bibir bawah), nilai derajat
gigitan bayi.

Evaluasi hisapan bayi:


Normalnya bayi akan menghisap dengan gerakan yang mengalir halus dan kedua sisi lidah
mampu melingkupi jari pemeriksa. Bayi dengan tongue tie biasanya sering menggigit,
sering tersedak, sering terasa sentuhan gusi bagian bawah, kurang kuat menghisap.
Evaluasi transfer ASI:

Bayi dengan tongue tie sering hanya menggigit saat melekat, sering tertidur saat menyusu,
sering jeda istirahat antar-hisapan, pipi kempot, sering mengunyah, genggaman tangan
dekat wajahnya, sering melepas payudara saat menyusu.
Saat menyusu sering terdengar bunyi cup cup cup, tersedak, menyedot udara akibat sekat
bibir tidak bisa rapat. Sedotan udara ini menyebabkan aerofagia sehingga bayi kembung
dan kolik. Tampak ASI sering bocor keluar dari sisi bibir atau hidung. Bayi menyusu lama.
Hisapan aktif bayi yang baik harusnya ritmis dan gerakannya terlihat berjalan diantara
irama gerakan otot serta kerangka wajah. Alis dan pundak tampak rileks, tubuh perlahan
rileks dengan genggaman tangan terbuka dengan rileks.
Tongue tie sering juga disertai dengan kelainan frenulum labialis superior yang
menyebabkan gangguan gerakan bibir atas sehingga bibir bayi kurang bisa terlipat keluar
(ndower) saat melekat di payudara. Klasifikasi lip tie menurut Kotlow (2011):

Kelas I

Kelas II : perlekatan di jaringan gusi

Kelas III : perlekatan masuk hingga papilla anterior

Kelas IV : perlekatan pada palatum durum atau area papilla

: terlihat perlekatan minimal

DAFTAR PUSTAKA
T.W Sadler. 1997. Embriologi Kedokteran Lagman. Jakarta : EGC
Ivar A. Mjor. 1990. Embriologi dan Histologi Rongga Mulut. Jakarta : Widya Medika
Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.

Você também pode gostar